Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN LENGKAP

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA


“SISTEM REPRODUKSI”

OLEH :
KELOMPOK V
GOLONGAN 1
STIFA E 2018

ASISTEN: MEIVY AURELIA

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah memiliki kemampuan untuk
melakukan perbanyakan diri. Reproduksi adalah kemampuan makhluk
hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada
manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan
peristiwa fertilisasi. Sehingga denganSalah satu ciri makhluk hidup adalah
memiliki kemampuan untuk melakukan perbanyakan diri. Reproduksi
adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang
baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manusia untuk menghasilkan
keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan
demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif atau
seksual. Untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia, kita harus
mengetahui terlebih dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses
yang berlangsung didalamnya (Meilan, dkk, 2018: 285).
Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi.
Organ reproduksi primer atau gonad terdiri dari sepasang testes pada pria
dan sepasang ovarium pada wanita. Gonad yang matur berfungsi
manghasilkan gamet (gametogenisis) dan menghasilakn hormon seks,
khususnya testosteron pada pria dan estrogen serta progestoren pada
wanita. Setelah gamet di produksi oleh gonad, ia akan melalui saluran
reproduksi (sistem duktus). Pada wanita juga terdapat payudara yang
termasuk organ pelengkap reproduksi. Bagian eksternal sistem
reproduksi sering juga disebut genitalia eksternal (Meilan, dkk, 2018: 285).
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, reproduksi juga
merupakan objek utama untuk memenuhi kebutuhan manusia. Selain
perkembangan teknologi, kita juga sering mendengar atau membaca
informasi mengenai berbagai penyakit yang berbagai penyakit yang
berhubungan dengan sistem reproduksi. Berbagai penyakit mengenai
sistem reproduksi tentunya harus kita cegah agar manusia tetap dapat
memperoleh keturunan (Meilan, dkk, 2018: 285).
Cara organ reproduksi berkembang sangat menakjubkan. Sel benih
testis pada laki-laki, maupun sel benih ovarium pada wanita tampak pada
awal kehidupan janin. Maka kelamin sudah sangat pagi-pagi ditentukan,
tetapi sifat kelamin belum dikenal. Kejadian bagaimana sel reproduksi ini
digerakkan ke daerah tepat yang telah ditentukan, yaitu ovarium dan
testis, merupakan suatu rahasia yang agung dan indah. Sel-sel reproduksi
tersebut berkembang di sebelah depan ginjal dan kemudian tertanam
sebagai kolom-kolom sel yang kemudian membentuk kelenjar repoduksi
yang berisi sel benih dan juga membentuk struktur sekelilingnya (Evelyn,
2017: 309).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu membahas dan memberi
pemahaman tentang struktur anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi
manusia.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pada manusia.
2. Mengetahui hormon-hormon yang bekerja pada sistem reproduksi.
3. Mengetahui kelainan apa saja yang biasa terjadi pada sistem
reproduksi.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsip pada percobaan yaitu mengamati embrio pada hewan coba
(mencit) dengan cara pembedahan pada mencit untuk mengamati
perkembangan janin mencit tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan
zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak serta
menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah.
Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan
betina. Sistem reproduksi pada wanita berpusat di ovarium. Alat
reproduksi pria sepasang testis dan sepasang epididimis (Irianto, 2017:
670).
Reproduksi merupakan ciri utama makhluk hidup yang bertujuan
untuk mempertahankan kelestarian jenisnya. Reproduksi pada manusia
terjadi secara seksual, artinya terbentuknya individu baru diawali dengan
bersatunya sel kelamin laki-laki (sperma) dan sel kelamin wanita (sel
telur). Proses reproduksi pada manusia meliputi maturasi seksual yang
terdiri dari (perangkat fisiologis untuk reproduksi), pembentukan gamet
(spermatozoa dan ovum), fertilisasi (penyatuan gamet), kehamilan, dan
laktasi. Sistem reproduksi pada manusia, baik laki-laki maupun wanita,
memiliki empat komponen utama dalam sistem reproduksinya, yaitu organ
penghasil sel kelamin, saluran reproduksi, kelenjar tambahan, dan alat
kopulasi (senggama) (Setiadi, 2016: 192).
Sistem reproduksi pada laki-laki dan perempuan berkaitan terutama
dengan kelangsungan keberadaan spesies manusia. Oleh karena itu,
sistem ini berbeda dengan sistem organ lainnya dalam tubuh yang
berhubungan dengan homeostatis dan kemampuan bertahan hidup
individu (Sloane, 2003: 345).
II.2 Alat Reproduksi Laki-Laki
Sistem reproduksi laki-laki terdiri atas testis, vesika seminalis,
kelenjar prostat, epidermis, vas deferen,, semen, uretra, penis, dan
skrotum (Setiadi, 2007: 92).
Ada beberapa saluran pada alat reproduksi laki-laki yaitu (Setiadi,
2007: 92-95):

1. Skrotum
Skrotum adalah kantong longgar yang tersusun atas kulit, fasia, dan
otot polos yang membungkus dan menopang testis di luar tubuh yang
pada suhu optimum untuk reproduksi spermatozoa. Skrotum mengandung
otot polos yang mengatur jara testis ke dinding perut.
2. Penis
Penis adalah organ yang berfungsi untuk tempat keluar urine, semen
serta sebagai organ kopulasi. Penis terbagi atas 3 bagian yaitu akar,
badan dan glans penis yang banyak mengandung ujung-ujung saraf
sensorik. Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektis silindris,
yang terdiri dari dua korpus konvernosum dan satu korpus spongiosum
ventral disekitar uretra.
3. Testis
Testis adalah organ lunak, berbentuk oval dengan panjang 4-5 cm
dan diameter 2,5 cm. Fungsi untuk menghasilkan hormon testosteron dan
sperma. Dibagian kelenjar testis ada beberapa bagian yaitu:
a. Tunika albuginea, yaitu kapsul yang membungkus testis yang
merentang kearah dalam yang terdiri dari sekitar 250 lobulus.
b. Tubulus seminiferus, yaitu tempat berlangsungnya spermatogenesis
yang terlilit dalam lobulus. Didalamnya terdapat sel sertoli yang
berfungsi adalah memberi nutrisi pada spermatozoa yang sedang
berkembang, pembentukan hormon testosteron dan estrogen serta
produksi hormon inhibin (negative feedback) sehingga FSH turun.
c. Duktus, yang membawa sperma matur dari testis kebagian eksterior
tubuh. Dalam testis sperma bergerak kelumen tubulus seminiferus,
kemudian menuju tubukus rekti, kemudian menuju jaring-jaring kanal
testis yang bersambungan dengan 10-15 duktukus eferen yang
muncul dari bagian atas testis.
d. Epididimis, yaitu tubuh terlilit yang panjangnya mencapai 4-6 meter
yang terletak disepanjang sisi posterior testis. Dibagian ini menerima
sperma dari duktus aferen. Fungsi epididimis sebagai tempat
pematangan sperma. Epididimis menyimpan sperma dan mampu
mempertahankannya sampai enam minggu. Selama enam minggu
ini sperma akan menjadi motil, matur, sempurna dan mampu
melakukan fertilisasi.
e. Duktus deferen, adalah kelanjutan dari epididimis yang berupa tuba
lurus yang terletak dalam korda spermatic yang mengandung
pembulu darah dan pembuluh limfatik, syarat SSO, otot kresmater
dan jaringan ikat. Duktus ini mengalir dibalik kandung kemih bagian
bawah untuk bergabung dengan duktus ejaculator.
4. Ductus Ejaculator
Ductus ejaculator merupakan pertemuan pembesaran (ampula)
dibagian kedua ujung duktus deferen dan duktus dari vesika seminalis.
Panjang mencapai sekitar 2 cm dan menembus kelenjar prostat untuk
bergabung dengan uretra yang berasal dari kandung kemih.
5. Uretra
Uretra merentang dari kandung kemih sampai ujung penis sebagai
saluran sperma dan urine.
6. Kelenjar Aksesoris
a. Sepasang vesikel seminalis, yang merupakan kantong terkonvulsi
(berkelok-kelok) yang bermuara kedalam duktus ejaculator
menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa yang kaya akan
fruktosa, yang berfungsi untuk melindungi dan memberi nutris
sperma, meningkatkan Ph ejakulat dan mengandung prostaglandin
yang menyebabkan gerakan spermatozoa lebih cepat, sehingga
lebih cepat sampai ke tuba fallopi. Setengah lebih sekresi vesika
seminalis adalah semen.
b. Kelenjar Prostat, mengeluarkan cairan basa yang menyerupai susu
yang menetralisir asiditas vagina selama senggama dan
meningkatkan motolitas sperma yang optimum pada pH 6,0 sampai
6,5. Kelenjar ini membesar saat remaja dan mencapai ukuran
optimalnya usia 20 tahun. Pada banyak lelaki ukurannya bertambah
besar seiring bertambahnya usia, sehingga saat berusia tujuh
puluhan tahun dua pertiga dari semua laki-laki mengalami
perbesaran prostat yang menggangu perkemihan.
c. Kelenjar bulbouretral (cowper), adalah sepanjang kelenjar kecil yang
ukurannya dan bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar ini
mensekresi cairan basa yang mengandung mucus kedalam uretra
penis untuk melumasi serta melindungi serta detambahkan pada
semen (spermatozoa+secret).
II.2.1 Mekanisme Ereksi Penis
Ereksi adalah salah satu fungsi vascular korpus kavernosum
dibawah pengendalian sistem saraf otak. Jika penis lunak maka stimulus
simpatis terhadap arterial penis menyebabkan kontriksi sebagian organ
ini, sehingga aliran darah meliputi penis tetap hanya sedikit. Saat stimulasi
mental atau seksual, stimulasi parasimpatis menyebabkan vasodilatasi
arterial yang memasuki penis sehingga lebih banyak darah yang
memasuki vena dibandingkan yang dapat di drainase vena. Sinusoid
korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah darah dan menekan
vena yang dikelilingi tunika albugiena non-distensi. Setelah ejakulasi,
impuls simpatis menyebabkan terjadinya vasokontriksi arteri dan darah
akan mengalir ke vena untuk dibawah menjauhi korpus. Penis mengalami
detumesensi, atau kembali ke kondisi lunak (Setiadi, 2016: 196-197).
II.2.2 Mekanisme Ejakulasi
Ejakulasi adalah saat pengeluaran sperma yang merupakan titik
kulminasi aksi seksual pada laki-laki. Semen diejakulasi melalui
serangkaian semprotan. Impuls simpatis dari pusat reflek medula spinalis
menjalar disepanjang saraf spinal lumbal (L1 dan L2) menuju organ
genital dan menyebabkan kontriksi peristaltic dalam ductus testis,
epididimis dan duktus eferen. Kontraksi ini menggerakkan sperma
disepanjang saluran (Setiadi, 2016:197).
II.2.3 Kuantitas dan Komposisi Semen
Volume ejakulasi berkisar antara 1 ml sampai 10 ml dan rata-rata 3
ml. Semen terdiri dari 90% air dan mengandung 50 sampai 120 juta
sperma per ml. Volume sperma mencapai 5% volume semen. Bagian
pertama ejakulasi mengandung spermatozoa, cairan epididmal, dan
sekresi kelenjar prostat dan bulbouretral. Bagian terakhir ejakulasi berisi
sekresi dari vesikal seminalis. Setelah ejakulasi, spermatozoa bertahan
hidup hanya 24 sampai 72 jam dalam saluran reproduksi perempuan.
Sperma dapat disimpan beberapa hari pada suhu rendah atau dibekukan
jika akan disimpan lebih dari satu tahun. Spermatozoa bergerak dengan
ekornya 1-4 mm/mt (Setiadi, 2016: 197-198).
II.2.4 Proses Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses perkembang spermatogenia
menjadi spermatozoa yang matang atau menjadi sperma.
Spermatogenesis pada pria terjadi dari spermatogenia sampai menjadi
spermatozoa memerlukan waktu sekitar 75 hari. Rata-rata
spermatogenesis terjadi pada usia 13 tahun di awal pubertas, dimana
produksi testosterone meningkat dan terus berlangsung sepanjang hayat.
Proses spermatogenesis berawal dari adanya sel stem atau sel induk
yang berada pada lapisan luar tubulus seminiferus yang kemudian akan
berdeferensiasi sel-sel immatur yang disebut spermatogenia.
Spermatogenia merupakan sel epitel germinal pada sel tubulus
seminiferus dan merupakan diploid sel (dengan 46 kromosom).
Spermatogeinia terus menerus berproliferasi menjadi spermatosit primer
melalui proses pembelahan mitosis (46 kromosom). Spermatosit primer
merupakan sel sperma yang matur dan berpindah ke bagian luar tubulus
seminiferus atas peran dari sel sertoli. Sel sertoli berperan dalam
mensupport nutrisi dan menstransport spermatosit ke luar surfaks tubulus
seminiferus dalam central channel tubulus (Suarnianti, 2016: 186).
Setelah fase istirahat spermatosit primer membelah meiosis menjadi
spermatosit sekunder dengan 23 kromosom sampai kemudian
berkembang menjadi spermatid, spermatozoa dan menjadi sperma. Pada
saat pembelahan secara meiosis setiap sperma menerima hanya satu
anggota dari tiap-tiap pasang kromosom. Dua puluh dua pasang
kromosom adalah kromosom otosom yang mengkodekan karakteristik
manusia umum serta sifat-sifat spesifik seperti warna kulit, rambut dan
pasangan kromosom yang tersisa adalah kromosom seks yang terdiri dari
dua jenis yang berbeda yaitu kromosom X yang lebih besar dan
kromosom Y yang lebih kecil. Jenis kromosom ini yang menentukan jenis
kelamin. Pria genetik memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y
dan wanita genetik memiliki dua kromosom X. Akibat proses meiosis pada
spermatogenesis semua pasangan kromosom terpisah sehingga setiap
sel anak hanya memiliki satu anggota setiap pasangan. Ketika sperma
bertemu dengan sel telur menjadi konsepsi akan kembali memiliki 46
kromosom atau 23 pasang (Suarnianti, 2016: 186).
Proses spermatogenesis tergantung pada lingkungan, hormon dan
temperatur. Kontrol hormonal terjadi melalui mekanisme interaksi pada
hipotalamus., kelenjar pituitari, dan sel laydig. Hipotalamus menstimulasi
kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon folikel stimulating hormon
dan kelenjar leydig menghasilkan hormon testosteron. Folikel stimulating
hormon menstimulasi produksi androgen binding protein atau protein
pengikat androgen oleh sel sertoli untuk mempertahankan kadar
testosteron yang dalam mempertahankan spermatogenesis (Suarnianti,
2016: 186-187).
Suhu lingkungan berpengaruh terhadap spermatogenesis dimana
epitel seminiferus sangat sensitif terhadap suhu. Untuk berlangsungnya
spermatogenesis diperluhkan suhu tubuh yang normal atau 2 derajat
celcius di atas normal sampai kurang dari 8 di bawah normal. Agar suhu
lingkungan tersebut dapat dipertahankan maka pada keadaan cuaca
dingin skrotum akan mengerut mengangkat testis ke dekat tubuh sehingga
lebih haangat. Faktor lain yang dapat menghambat spermatogenesis
adalah diet rendah vitamin B dan E, pengaruh anaboliksteroid, digoksin,
alkohol, penyakit, infeksi, terpapar radio aktif (Suarnianti, 2016: 187).
Struktur sperma terdiri dari kepala, leher dan ekor. Pada bagian
kepala terdiri dari lapisan yang paling ujung sebagai topi atau taju yang
disebut akrosom dan intisel. Akrosom mengandung enzim hialuronidase
atau proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
Inti sel yang mengandung unsur-unsur genetik seperti DNA dan 23
kromosom (Suarnianti, 2016: 187).
Sel-sel spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau
sperma. Sperma matur memiliki 1 kepala, 1 badan, dan 1 flagelum (ekor)
(Setiadi, 2016: 199):
a. Kepala berisi nukleus dan dilapisi akrosom (tutup kepala) yang
mengandung enzim diperlukan untuk menembus ovum.
b. Madan mengandung mitokondria yang memproduksi ATP yang
diperlukan untuk pergerakan.
c. Goyangan flagellum mengakibatkan motilitas sperma (untuK berenang).
II.2.5 Hormon Pada Laki-Laki
Sebagai pengatur seksual pada laki-laki dibantu oleh beberapa
hormon yaitu hormon testosteron, hornon gonadotropin, FSH dan LH
(Setiadi, 2016: 200):
1. Hormon testosteron, diproduksi oleh testus dan hormon ini
berrtanggungjawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan
karakteristik seks sekunder laki-laki, yaitu :
a. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan genitalia laki-laki.
Bertanggungjawab atas pendistribusian rambut yang menjadi ciri
khas laki-laki.
b. Pembesaran laring dan perpanjang serta penebalan pita suara
sehingga menghasilkan suara bernada rendah.
c. Meningkatkan ketebalan dan tekstur kulit serta mengakibatkan
permukaan kulit menjadi lebih gelas dan lebih kasar.
d. Meningkatkan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea serta
terlibat dalam pembentukan jerawat.
e. Meningkatkan massa tulang dan otot
f. Meningkatkan laju metabolik dasar
g. Meningkatkan jumlah sel darah merah
h. Meningkatkan kapasitas pengikatan oksigen pada laki-laki.
2. Hormon FSH, memiliki reseptor pada sel tubulus seminiferus dan
diperlukan dalam sel spermatogenesis
3. Hormon LH, sebagai perangsang sel interstial pada laki-laki
II.3 Alat Reproduksi Wanita
Alat reproduksi wanita terdiri dari alat kelamin dalam (genitalia
interna) dan alat kelamin luar (genitalia externa). Alat kelamin luar terdiri
dari lunang vagina, labia mayora, labia minora, mons pubis dan klitoris.
Sedangkan pada alat kelamin bagian dalam terdapat ovarium, tuba falopii
(oviduk), dan uterus (rahim) (Setiadi, 2016: 200).
II.3.1 Genitalia Externa (Alat Kelamin Luar)
Genetalia eksternal secara kesatuan disebut vulva atau pudendum.
Secara anatomis genetalia eksterna terdiri dari (Setiadi, 2016: 200-201):
1. Mons pubis adalah bantalan jaringan lemak dan kulit yang terletak
diatas simpisi pubis. Bagian ini tertutup rambut pubis setelah pubertas.
2. Labia miyora (bibir mayor) adalah dua lapisan kulit longitudinal yang
merentang kebawah dari mons pubis dan menyatu pada sisi posterior
perineum. Labium mayor analog dengan skrotum pada alat kelamin
laki-laki.
3. Labia minora (bibir minora) adalah lipatan kulit diantara labium mayora,
tetapi mengandung kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat.
Pertemuan lipatan-lipatan labia minora dibawah klittoris disebut
prepusium dan area lipatan dibawah klitoris disebut frenulum.
4. Klitoris, homolog dengan penis laki-laki, tetapi lebih kecil dan tidak
memiliki mulut uretrs. Klitoris terdiri dari dua krura (akar) satu batang
dan satu glans klitoris bundar yang banyak mengandung ujung syaraf
dan sangat sensitif.
5. Vestibula, adalah area yang dikelilingi oleh labia minora yang menutupi
mulut uretra, mulut vagina dan duktus kelenjar bartholini.
6. Orifisum oretra, adalah jalur keluar urine dari kandng kemih, tepi
lateralnya mengandung duktus untuk kelenjar parauteral (skene)yang
dianggap homolgen dengan kelenjar prostat pada laki-laki.
7. Mulut vagina, terletak di bawah orifisum uretra. Himen (selaput darah)
adalah suatu membran yang bentuk dan ukurannya bervarias,
melingkari mulut vagina.
8. Perineum, yaitu kulit antara pertemuan dua lipatan labia mayor dan
anus yang merupakan area berbentuk seperti intan yang terbentang
dari simfisis pubis di sisi anterior sampai ke koksiks disisi proste dan
ketubberrositas iskial diisi lateral.
II.3.2 Genitalia Interna (Alat Kelamin Dalam)
Secara anatomis genetalia internalterdiri dari ovarium, tuba fallopii,
uterus dan vagina (Setiadi, 2016: 202-205):
1. Ovarium (indung telur)
Ovarium berfungsi untuk menghasilkan ovum. Letak ovarium
disebelah kiri dan kanan rongga perut bagian bawah. Panjang 3 – 5 cm,
lebar 2 – 3 cm dan tebal 1 cm, dengan bentuk seperti kacang kenari.
Masing-masing ovarium terletak pada dinding samping rongga pelvis
posterior dalam sebuah ceruk dalam. Struktur ovarium dilapisi epitelium
germinal (permukaan) jaringan ovarium tersusun dari:
a. Medula ovarium, merupakan area terdalam yang mengandung
pembuluh darah dan limfatik, serabut syaraf, sel-sel ototpolos dan
sel-sel jaringan ikat.
b. Korteks, merupakan lapisan stroma luar yang rapat, yang
mengandung folikel ovarium (unit fungsional pada ovarium).
2. Dua tuba uterin (tuba fallopii)
Tuba fallopii atau saluran telur adalah sepasang saluran yang berada
pada kanan dan kiri rahim sepanjang kurang lebih 10 cm yang
menghubungkan uterus dengan ovarium melalui fimbriae. Fungsi tuba
fallopii adalah menerima dan mentransport oosit ke uterus setelah ovulasi.
Tuba fallopii terdiri dari:
a. Infundubulum, adalah ujung terbuka yang menyerupai corong
(ostium pasa tuba uterin). Bagian ini memiliki prosesus motil
menyerupai jaringan (fimbria) yang merentang di atas permukaan
ovarium untuk membantu menyapu oosit terovulasi ke dalam tuba.
b. Ampula, merupakan bagian tengah segmen tuba
c. Istmus, merupakan segmen terdekat dari uterus
3. Uterus (rahim)
Uterus merupakan organ tunggal muskular dan berongga berbentuk
seperti buah pir terbalik dengan ukuran saat tidak hamil panjang 7 cm,
lebar 5 cm dan diameter 2,3 cm. Organ ini terletak dalam rongga pelvis
diantara rektum dan kandung kemih.
Uterus terdiri dari 3 lapisan, yaitu (Sarpini. 2015: 193):
a. Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
b. Lapisan myometrium merupkan lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi).
c. Lapisan endometrium merupakan rulapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
4. Vagina
Vagina adalah saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm,
dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi
dan merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bisa
melebar dan menyempit (Sarpini, 2015: 192).
II.3.3 mekanisme Oogenesis
Oogenesis terjadi di ovarium. Diovarium ini telah tersedia calon-calon
sel telur (oosit primer) yang terbentuk sejak bayi lahir. Saat pubertas, oosit
primer melakukan pembelahan meiosis menghasilkan oosit sekunder dan
badan polar pertama (polosit primer). Proses ini terjadi di bawah pengaruh
FSH (Follicle Stimulating Hormone) (Luklukaningsih, 2014: 73).
Oosit sekunder dikelilingi oleh folikel. Oosit yang terus berkembang,
lama-kelamaan akan dipisahkan dari folikel-folikel disekelilingnya oleh
zona pelusida. Di bawah pengaruh FSH, folikel-folikel ini membelah
berkali-kali dan membentuk folikel Graaf (folikel yang telah masak), di
antaranya mempunyai rongga. Kemudian, sel-sel folikel ini memproduksi
estrogen yang merangsang hipofisi untuk mensekresikan LH (Luteinizing
hormone). LH berfungsi mendorong terjadinya ovulasi (pelepasan sel
telur) (Luklukaningsih, 2014: 73).
Jika pada saat ovulasi terjadi pembuahan, maka oosit sekunder
meneruskan pembelahan menjadi ootid (haploid) dan badan polar kedua.
Ootid berdiferensiasi menjadi ovum. Jadi, dalam oogenesis ini dihasilkan
oosit sekunder yang akan dibuahi oleh sperma. Setelah pembuahan, oosit
sekunder membelah lagi secara meiosis hingga dihasilkan ovum. Berbeda
dengan laki-laki, wanita hanya mengeluarkan 1 sel telur saja selama
waktu tertentu (siklus). Ovulasi pada wanita berhubungan dengan siklus
yang dikontrol oleh hormon. Pada manusi dan primata, siklus
reproduksinya disebut siklus menstruasi, sedangkan pada mamlia lain
disebut siklus estrus (Luklukaningsih, 2014: 73).
Selama ovulasi, kandungan estrogen tinggi, sehingga lendir pada
serviks tipis. Keadaan ini melancarkan sperma untuk bergerak dari vagina
ke uterus. Setelah ovulasi, kandungan progesteron meningkat, dan lendir
serviks menebal dan lengket. Lendir itu akan menghalangi jalan masuk
sperma ke uterus (Luklukaningsih, 2014: 74).
II.3.4 Pengaturan Hormonal Sistem Reproduksi perempuan
Ketepatan pola siklus fungsi sistem reproduksi perempuan diatur
melalui keseimbangan hormon hipotalamus (GnRH), hipofisis (FSH dan
LH), dan hormon ovarium (estrogen dan progesteron). Mekanisme umpan
balik positif dan negatif juga turut terlibat (Sloane, 2003: 359).
1. Hormon Estrogen
Hormon ini merangsang pertumbuhan semua organ reproduksi
terutama lapisan mukosa dan lapisan otot tuba uterin, uterus dan vagina.
Estrogen juga mempengaruhi konfigurasi tubuh total melalui peningkatan
pembentukan tulang dan peningkatan penumpukan lemak dalam semua
lapisan sub cutan terutama diarea bokong, paha, dan payudara. Fungsi
estrogen pada kehamilan yaitu pembesar uterus, pembesaran kelenjar
mammae dan pertumbuhan jaringan kelenjar mammae, serta perbesaran
genitalia eksterna wanita (Setiadi, 2016: 207).
2. Hormon progesteron
Efek khusus progesteron yang penting untuk perkembangan
kehamilan yang normal adalah sebagai berikut (Setiadi, 2016: 207):
a. Progesteron merangsang pertumbuhan endometrium, sehingga uterus
lebih lanut untuk mempersiapkan terhadap implantasi ovum yang sudah
dibuahi dengan jalan menghambat kontraksi uterus sehingga ovum
yang sudah tertanam dapat bertahan.
b. Progesteron menyebabkan sel-sel desidua berkembang dalam
endometrium uterus.
c. Progesteron mempunyai pengaruh khusus dalam menurunkan
kontraktilitas uterus gravid.
d. Progesteron juga menyokong perkembangan ovum sebelum implantasi.
e. Progesteron yang disekresi selama kehamilan juga membantu
menyiapkan kelenjar mammae untuk laktasi.
II.4 Perkembangan Embrionik
Penentuan kelamin tergantung dari kromosom kelamin. Jumlah
normal kromosom pada manusia adalah 44 dan ditambah 2 kromosom
kelamin menjadi 46; seorang anak menerima 23 kromosom dari setiap
orang tua. Ia menerima 22 pasang otonom yaitu kromosom biasa yang
jelas lain dari kromosom kelamin. Terdapat 2 kromosom kelamin yaitu X
dan Y. Kelamin ditentukan oleh ayah anak, sebab hanya sperma yang
membawa Y kromosom. Ovum berisi 22 kromosom biasa dan satu X
kromosom (kelamin). Demikianlah maka 44 tambah XX (dua kromosom
kelamin) satu X dari ibu dan satu X dari ayah, menghasilkan seorang
wanita. Tetapi 44 tambah XY, X dari ibu dan satu kromosom kelamin Y
dari ayah, menghasilkan seorang anak laki-laki; kelamin ditentukan oleh
ayah anak, sesuai dengan pembagian yang diterimanya dari 2 kromosom
kelamin itu (X dan Y) (Evelyn, 2013: 328-329).
II.5 Siklus Menstruasi
Hari pertama siklus menstruasi dihitung sebagai hari pertama
keluarnya darah. Siklus terjadi dari pertama menstruasi sampai hari
pertama berikutnya 28 hari adalah rata-rata lamanya siklus. Namun
mengalami siklus yang lebih singkat atau lebih lama merupakan hal yang
normal. Siklus remaja dapat berlangsung lama (sampai 45 hari), menjadi
lebih singkat setelah beberapa tahun. Pada usia 25-35 tahun, sebagian
besar siklus perempuan bersifat teratur dan biasanya berlangsung 21-35
hari. Pada sekitar usia 40-42 tahun, siklus cenderung lebih singkat dan
sebagian besar teratur. Kondisi ini diikuti 8-10 tahun siklus yang kurang
dapat diprediksi dan lebih lama sampai terjadi menopause (Peate dan
Nair, 2018: 97).
Menstruasi sebagian besar merupakan peristiwa endometrial dan
didorong oleh hilangnya progesteron yang disediakan oleh Corpus Luteum
yang terjadi pada siklus nonkonsepsi. Pada endometrium, terjadi
perubahan struktural yang luar biasa yang terjadi selama menstruasi,
beberapa perubahan ini dipahami, tetapi yang lain tidak (Peate dan Nair,
2018: 97)
Siklus menstruasi terdiri (Sarpini, 2015: 195):
1. Fase Proliferasi
a. Bersamaan dengan pertumbuhan folikel pada ovarium selama 10-11
hari.
b. Endometrium mulai tumbuh dari stratum basal, kelenjar mulai
tumbuh, vasculariasi bertambah.
c. Fase ini dipengaruhi oleh hormon estrogen
d. Dengan masaknya folikel Graaf, maka proses regenerasi dari uterus
menjadi komplit.
2. Fase Sekresi
a. Fase ini bersamaan dengan aktifasi corpus luteum menghasilkan
estrogen dan progesteron selama 14 hari.
b. Stroma endometrium oedematus, kelenjar membesar dengan
sekresi mucus yang banyak dan kaya akan glycogen.
c. Pembuluh darah arteri berkelok-kelok berbentuk spiral
d. Dibawah pengaruh hormon arteri berkontraksi secara ritmis
e. Endometrium menebal mencapai 5 mm
f. Setelah 12-14 hari, bila fertilisasi tak terjadi, maka corpus luteum
berdegenerasi dan sekresi hormon berkurang, akibatnya hormon
yang mensupport endometrium berkurang.
g. Terjadi penurunan suplai darah ke endometrium. Akibatnya
endometrium menjadi nekrotik atau jaringan menjadi mati.
3. Fase Menstruasi
a. Siklus menstruasi dihitung sejak hari pertama haid
b. Fase ini berlangsung selama 3-7 hari, setelah itu endometrium
berdegenerasi lagi memulai fase proliferasi.
c. Komposisi haid terdiri epitel, stroma dan darah
d. Akhir haid tebal endometrium 0,5 mm
e. Darah haid kurang lebih 50 cc bervariasi 10-80 cc. Berwarna gelap
karena bekuan darah disertai massa mucoid dan sedikit glycogen.
Ovulasi yaitu dikeluarkannya sel telur dari indung telur yang
dirangsang pengeluarannya oleh hormon yang dikeluarkan kelenjar
hipofise (Luteinizing Hormone/LH). Sel telur yang telah matang ini
kemudian bergerak menuju tuba falopi untuk dibuahi. Jika tidak terjadi
pembuahan oleh sperma, maka sel telur ini akan mati dan akan keluar
bersama dinding rahim. Saat ini dimulainya siklus menstruasi (Sarpini,
2015: 196).
Menopause yaitu masa berhentinya menstruasi dan kesuburan
secara permanen yang terjadi pada wanita saat mencapai umur sekitar
40-50 tahun, dimana pada saat ini hormon estrogen tidak diproduksi lagi.
Menopause adalah proses biologis alamiah, walau tidak terjadi menstruasi
lagi, tapi wanita tetap dapat hidup sehat dan gairah seks masih tetap ada
walau cairan pelumas pada vagina agak berkurang sekresinya.
Menopause dapat terjadi pada umur lebih muda, bilamana oleh karena
suatu sebab indung telur harus diangkat (Sarpini, 2015: 196).
II.6 Fertilisasi dan Kehamilan
Fertilisasi adalah proses penggabungan sperma dan ovum.
Setelah ejakulasi ke dalam saluran reproduksi wanita, Sperma akan tetap
hidup selama beberapa hari, sedangkan ovum tetap akan fertil selama 24
jam setelah ovulasi. Setelah sperma memasuki uterus, kontraksi pada
dinding uterin akan membantu sperma mendekati ovum. Setelah sperma
bertemu dengan ovum, akan muncul bukaan di bagian akrosom sperma.
Bukaan tersebut akan mengeluarkan enzim pelarut zona pelusida pada
positif sekunder. Setelah sperma memasuki ovum, akan segera terjadi
pembuahan yang mencegah sperma lain masuk.Biasanya sperma akan
kehilangan ekornya ketika masuk untuk membuahi ovum. Proses
masuknya sperma akan merangsang oosit sekunder menyelesaikan
pembelahan meiosis keduanya. Kepala sperma yang bersifat haploid
membengkak dan membentuk pronukleus jantan. Pronukleus jantan akan
melebur dengan pronukleus betina,kemudian membentuk nukleus zigot
yang diploid. Zigot akan tumbuh menjadi embrio di dalam uterus sejak
terjadi fertilisasi hingga dilahirkan. Waktu kehamilan manusia berkisar
rata-rata 266 hari atau 38 Minggu. Kehamilan pada rodentia, misalnya
tikus berlangsung selama 28 hari, pada anjing 60 hari, pada kerbau 270
hari, pada jerapah 420, dan pada gajah 600 hari (Luklukaningsih, 2014:
76).
II.7 Pubertas (Masa Remaja)
Pubertas biasanya muncul pada umur 10 sampai 14 tahun dan ada
seorang gadis ditandai dngan permulaan menstruasi atau minarki. Uterus
dan vagina membesar: buah dada membesar serta lemak, jaringan ikat
dan saluran darah bertambah. Kemudian sifat kelamin sekunder tampil;
lengkung tubuh berkembang, dan jaringan apidosa membulatkan batas-
batas anggotanya, yaitu tampilnya bulu dalam ketiak dan daerah pubis.
Pelvis melebar. Perubahan penting terjadi pada masa si gadis menjadi
matang jiwa dan raganya melalui masa remaja menjadi wanita dewasa.
Pada anak laki-laki masa pubertasnya dimulai lebih duluan dan
dicirikan dengan perubahan suara menjadi lebih besar; pembesaran
gentralis eksterna, tampilnya bulu di atas tubuh dan muka (Evelyn, 2017:
310).
II.8 Kelainan Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi dapat mengalami gangguan akibat penyakit atau
kelainan.Penyakit pada sistem reproduksi dapat disebabkan oleh kuman
penyakit,Faktor genetik,atau hormon.Beberapa gangguan pada sistem
reproduksi adalah sebagai berikut (Luklukaningsih, 2014: 82-85):
1. Vulvovaginitis
Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina yang
sering menimbulkan gejala keputihan (flouride albus) yaitu keluarnya
cairan putih kehijauan dari vagina. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Gardnerella Vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh protozoa, misalnya
Trichomonas Vaginalis atau oleh jamur Candida albicans.
2. Impotensi
Impotensi adalah ketidakmampuan mempertahankan ereksi penis.
Impotensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain gangguan
produksi hormon testoteron, kelainan psikis, penyakit diabetes mellitus,
Kecanduan alkohol, obat-obatan (misalnya obat anti tekanan darah tinggi)
dan gangguan sistem saraf.
3. Hipertropik prostat
Hipertropik prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang terjadi
pada pria berusia di atas 50 tahun. Penyakot ini diduga berhubungan
dengan penuaan dan proses perubahan hormon. Gejalanya adalah rasa
ingin kencing terus menerus dan kencing tidak lancar karena uretra
tersumbat dan infeksi kandung kemih. Penyumbatan kronis dapat
menyebabkan ginjal rusak. Penyakit ini dapat diobati dengan cara operasi.
4. Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan pada prostat yang sering disertai
dengan peradangan pada uretra. Gejalanya berupa pembengkakan yang
dapat menyumbat uretra sehingga timbul rasa nyeri dan sulit buang air
kecil. Penyumbatan uretra yang kronis dapat menyebabkan
pembendungan, infeksi, dan kerusakan pada kandung kemih dan ginjal.
5. Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan menghasilkan keturunan.
Infertilitas ini dapat terjadi pada pria dan wanita.
6. Kanker Serviks
Kanker Serviks (kanker Leher Rahim) banyak dialami wanita berusia
40-55 tahun. Kanker serviks diduga berhubungan erat dengan infeksi virus
Herpes simpleks tipe dua dan human papilloma virus. Pengobatannya
dengan operasi, sinar radioaktif dan obat-obatan.
7. Non-Gonococcal Urethritis (NGU)
Non-Gonococcal Urethritis adalah peradangan pada uretra dan
serviks yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis dan
Ureaplasma urealyticum.
8. Endometriosis
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium di luar
rahim. Jarimgan endometrium dapat ditemukan di ovarium, peritonium,
usus besar, dan kandung kemih, akibat pengaliran balik darah menstruasi
melalui tuba falopi sewaktu menstruasi. Gejalanya adalah rasa nyeri saat
menstruasi karena jaringan endometriosis lirih bersamaan dengan
menstruasi. Pengobatan dapat dilakukan dengan operasi atau pemberian
hormon progesteron.
9. Sindrom premenstrual
Sindrom premenstrual adalah keadaan dimana terjadi gangguan
emosi, lesu, sakit kepala, bengkak pada tungkai, rasa pedih dan nyeri
pada payudara yang terjadi beberapa hari sebelum menstruasi.
Penyebabnya diduga adalah kadar estrogen tinggi dan gangguan psikis
yang berhubungan dengan sindrom premenstruasi.
II.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Reproduksi
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap fungsi reproduksi atau
proses reproduksi yaitu faktor non-medis dan medis biologis (Irianto, 2017:
671-672).
1. Faktor non-medis
a. Sosio ekonomi. Keadaan sosio ekonomi yang rendah akan
menyebabkan ibu hamil kekurangan gizi. Hal ini dapat
menyebabkan anemia, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
dan berat badan bayi saat lahir rendah.
b. Pendidikan. Pendidikan yang rendah dapat menyebabkan
seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan, sehingga
mereka tak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Walaupun ada
sarana yang baik belum tentu mereka tahu menggunakannya.
c. Agama dan adat istiadat. Pengertiaan agama dan adat istiadat yang
fanatik kadang-kadang dapat mempunyai pengaruh yang negatif.
d. Demografi. Secara demografi, Indonesia merupakan bangsa muda
dengan ciri-ciri: Golongan reproduktif yang besar dengan angka
kesuburan yang tinggi, pengganti golongan reproduktif yang lebih
banyak, sedang golongan pekerja relatif lebih sedikit.
2. Medis biologis
Pengaruh faktor medis biologis kepada proses reproduksi bisa
berupa gangguan perkembangan janin, gangguan kehamilan, persalinan
atau masa nifas. Yang termasuk faktor media biologis adalah sebagai
berikut.
a. Usia. Telah lama diketahui bahwa usia sangat berpengaruh terhadap
proses reproduksi. Usia yang dianggap optimal untuk kehamilan adalah
antara 20 sampai 30 tahun, sedangkan yang dianggap berbahaya
adalah kehamilan 16 tahun ke bawah yang disebut sebagai “kehamilan
remaja” dan usia 35 tahun keata. Kesukaran yang sering timbul pada
kehamilan remaja ialah prematuritas, preklampsi atau eklampsi, dan
gangguan alat kandungan yang belum sempurna.
b. Peritas. Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua
sampai dengan keempat. Kehamilan pertama dan kehamilan setelah
keempat mempunyai resiko yang meningkat.
II.10 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM, 1979: 399)
Nama Resmi : ETANOL
Nama lain : Alcohol
BM/RM : 46,07/C2H5OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap,
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar, memberikan nyala biru yang tak berasap.
Kelarutan : Bercamour dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai antiseptik pada organ vital mencit.
2. Kloroform (Dirjen POM, 1979: 707)
Nama Resmi : KLOROFORM
Nama lain : Chloroform
BM/RM : 119,38/CHCl3
Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas,
rasa manis dan membakar.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah
larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam
sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri
dan dalam minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pembius mencit
3. Natrium klorida (Dirjen POM, 1979: 917)
Nama Resmi : NATRIUM KLORIDA
Nama lain : Sodium Chloride
RM/BM : 32,04/NaCl
Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut
dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Sebagai antiseptik organ vital mencit
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: benang
godam, bisturi, capor, gunting, handscoon, kapas, paku madding, papan
bedah, pinset dan toples.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu: alkohol,
kloroform, dan NaCl (Natrium klorida).
III.2 Prosedur Kerja
III.2.1 Prosedur Pra Praktikum
1. Disiapkan tempat mencit berupa bak plastik dengan ampas kayu.
2. Dikawinkan mecit dengan perbandingan 3 : 1 untuk betina : jantan
3. Ditunggu hingga 2 minggu
4. Diamati mencit betina yang sudah terlihat hamil.
5. Dipindahkan mencit yang telah hamil ke tempat lain
III.2.2 Prosedur Praktikum
1. Disiapkan alat dan bahan serta mencit yang akan dibedah.
2. Dibius mencit terlebih dahulu dengan cara dimasukkan ke dalam toples
yang berisikan kapas yang bercampur dengan kloroform, tunggu 5
menit sampai mencit tidak bergerak lagi.
3. Dipasangkan 4 paku tindis pada papan bedah di samping kiri kanan
mencit lalu ikat kaki dan tangannya dengan benang godam sampai kaki
dan tangannya tertarik erat.
4. Dibedah mulai dari atas dada mencit hingga bawah perut dengan 2 kali
pembedahan pada kulit mencit.
5. Diangkat janin yang ada pada mencit.
6. Dimasukkan kedalam cawan porselin yang berisi alkohol atau NaCl,
kemudian diletakkan diatas kertas hvs.
7. Diamati janin mencit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil Percobaan
No Gambar Keterangan
1.

Mencit (Mus musculus) yang


telah dibius dan siap untuk
dibeda.

2.

Fetus yang masih terbungkus


plasenta

3.

Terdapat 6 fetus pada mencit


IV.2 Pembahasan
Sistem reproduksi pada laki-laki dan perempuan berkaitan terutama
dengan kelangsungan keberadaan spesies manusia. Oleh karena itu,
sistem ini berbeda dengan sistem organ lainnya dalam tubuh yang
berhubungan dengan homeostatis dan kemampuan bertahan hidup
individu.
Pada percobaan ini dilakukan percobaan terhadap hewan coba yaitu
mencit (Mus musculus) untuk diamati fetus pada mencit hamil. Sebelum
melakukan percobaan, mencit dipastikan hamil. Siklus hamil pada mencit
selama 2 minggu jadi setelah minggu pertama mencit sudah hamil. Pada
saat percobaan mencit terlebih dahulu dibius dengan etanol agar tidak
bergerak saat dibeda. Setelah mencit tidak bergerak lagi, kita melakukan
pembedahan yang dimulai dari pembukaan kulit luar pada mencit
kemudian kulit tipis/kulit selaput dibuka. Fetus yang diperolah pada
percobaan ini yaitu 6 fetus. Pada hasil pembelahan mencit, fetus yang
dihasilkan mulai terbentuk sempurna. Fetus mencit memiliki kondisi tubuh
yang tidak berambut, buta, kaki yang belum berkembang, ekor yang
pendek, serta lubang telinga yang masih tertutup.
Mencit merupakan hewan yang jinak, lemah, mudah ditangani, takut
cahaya dan aktif pada malam hari. Mencit yang dipelihara sendiri
makannya lebih sedikit dan bobotnya lebih ringan dibanding yang
dipelihara bersama-sama dalam satu kandang. Mencit merupakan
binatang prolifik. Kelahiran anak mencit biasanya berlangsung satu
sampai empat jam. Mencit betina mengelompokkan semua anaknya
setelah anak terakhir keluar kemudian menyusui anak-anaknya. Cara
membedakan mencit jantan betina ialah pada mencit jantan terlihat dua
biji di bawah ekornya, sedangkan pada betina terlihat dua lubang yang
berdekatan di bokongnya. Dua lubang itu terdiri dari anus dan vagina.
Masa hidup mencit jantan sendiri sekitar tiga tahun dan betina satu tahun.
Mencit siap dikawinkan saat berumur 35 hari (jantan dan betina). Proses
perkawinannya terhitung sangat cepat, seekor jantan hanya
membutuhkan waktu lima detik untuk mengawini seekor mencit betina.
Masa kehamilan mencit sekitar 3 minggu. Rata-rata mencit betina bisa
melahirkan 7–12 ekor, maksimal hingga 16 ekor. Selama masa hidupnya,
mencit betina bisa hamil 6-7 kali/tahun. Setelah itu, mencit betina masuk
kategori afkir (masa sudah tak produksi). Bila dipaksakan untuk hamil,
maka anaknya hanya bisa mencapai 1-2 ekor saja. Selain itu, masa
menyusui anak mencit terjadi selama 21 hari dan mencit betina
mempunyai puting susu 12 buah.
Alat reproduksi pada wanita bagian luar terdiri dari vulva dan klitoris
sama halnya juga pada alat reproduksi mencit betina. Sistem reproduksi
pada mencit betina tersusun atas sepasang ovarium di dalam rongga
pelvis yang berisi sel-sel telur mencit. Setelah ovarium, terdapat saluran
berkelok-kelok yang menghubungkan ovarium dengan uterus, yakni
oviduct atau tuba fallopi yang menjadi jalan keluar sel telur menuju uterus
(saluran telur) . Ovarium berfungsi sebagai penghasil telur. Oviduk
merupakan organ berbentuk tubuler yang bergantung pada kedua sisi
ovarium ke uterus. Oviduk sebagai lumen menghubungkan rongga
peritoneum dengan rongga uterus yang digantungkan pada mesentrium.
Salah satu fase reproduksi yang terjadi pada mencit betina yaitu fase
estrus. Fase estrus adalah fase penerimaan seksual betina. Disini betina
akan lebih selektivitas terhadap pasangan dan daya tarik meningkat. Fase
estrus umum terjadi pada seluruh spesies mamalia, termasuk primata, dan
tampaknya dirancang untuk memperoleh indukan dari superior genetik
yang berkualitas.
Mencit betina hanya akan berkopulasi dengan mencit jantan selama
fase estrus, yaitu ketika sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Kadang-
kadang kopulasi dapat terjadi pada waktu antara 5 jam sebelum ovulasi
sampai 8 jam setelah ovulasi.
Perkawinan yang terjadi pada mencit dapat diketahui dengan
memeriksa adanya sumbat vagina (vaginal plug) pada mencit betina.
Sumbat ini merupakan cairan seminal (semen) yang mengental dan
berasal dari sekresi kelenjar khusus mencit jantan. Telur yang
berkembang akan menjadi matang sehingga mampu mengadakan
penyatuan dengan sperma, proses ini disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah
proses peleburan sel spermatozoa dengan ovum membentuk zigot, yang
merupakan proses awal pembentukan suatu individu. Proses yang terkait
langsung dengan fertilisasi meliputi 3 kapasitasi, reaksi akrosom sperma,
fusi gamet jantan dan betina, pencegahan polispermi, dan pen!elesaian
pembelahan meiosis 44.
Perkembangan embrio pada mencit dimulai setelah ovum dibuahi
oleh sperma. Ovum yang telah dibuahi akan berkembang menjadi zigot.
Selanjutnya, zigot akan mengalami proses pembelahan dan berkembang
menjadi morula dan blastokista dan terbentuk rongga blastocoel.
Selanjutnya, terjadi proses gastrulasi dan neurulasi. Tahapan selanjutnya
dalam perkembangan embrio adalah pembentukan organ-organ atau
organogenesis. Embrio akan mengalami implantasi pada tahap blastokista
ketika umur kebuntingan 4 hingga 5 hari. Embrio yang diamati dalam
penelitian ini adalah embrio yang belum mengalami implantasi dan masih
berada pada saluran reproduksi induknya. Perkembangan embrio mencit
juga melalui tahapan segmentasi, blastulasi, gastrulasi, neurulasi dan
organogenesis.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Alat reproduksi pria terdiri dari sepasang testis, epididimis, skrotum, vas
deferens, dan penis. Alat reproduksi wanita terdiri dari sepasang
ovarium, tuba palopi (saluran telur), uterus (rahim), dan vagina. Pada
sistem reproduksi pria terjadi proses spermatogenesis, sedangkan
pada sistem reproduksi wanita terjadi proses oogenesis dan siklus
menstruasi.
2. Hormon-hormon pada pria yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH),
Luteinizing Hormone (LH), dan Hormon Testosteron. Hormon-hormon
pada wanita yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing
Hormone (LH), Hormon Testosteron, Estrogen dan Progesteron.
3. Kelainan pada sistem reproduksi pria yaitu Hipogonadisme,
Kriptorkidisme, Utetritis, Prostatitis, Epididimatis, Orkitis, Anorkidisme,
Prostat Hipertropik, Kanker prostat, Kanker testis, HIV/AIDS. Kelainan
pada sistem reproduksi wanita yaitu gangguan menstruasi, kanker
vagina, Imfertilitas (kemandulan), kanker serviks, HIV/AIDS, kanker
ovarium, kanker rahim, kanker payudara, infeksi vagina, keputihan.
V.2 Saran
V.2.1 Untuk Laboratorium
Sebaiknya di dalam laboratorium alat dan bahan lebih dilengkapi
lagi.
V.2.2 Untuk Dosen
Sebaiknya dosen turut serta dalam mendampingi praktikan pada
saat pelaksaan praktikum.
V.2.3 Untuk Asisten
Sebaiknya asisten lebih mengarahkan dan membimbing lagi
praktikan pada saat proses praktikum agar praktikum dapat berjalan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979.
Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Depertemen Kesehtan
Republik Indonesia.
Evelyn, C, Pearce. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utami.
Irianto, Koes. 2017. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.
Luklukaningsih, Zuyina. 2014. Anatomi, Fisiologi, dan Fisioterapi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Peate, Ian dan Neir, M. 2018. At a Glance Anatomi dan Fisologi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sarpini, Rusbandi. 2015. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia untuk
Paramedis. Bogor: In Media.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Setiadi. 2016. Dasar-Dasar Antomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta:
Indonesia Pustaka.
Sloene, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Yogyakarta:
EGC.
Suarnianti. 2016. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta:
Indomedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai