PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Proses kelahiran dapat dibagi menjadi 3 tahapan. Tahap pertama, diawali dengan
dilatasi cervix dan diakhiri dengan masuknya fetus dalam cervix. Tahap kedua, kelahiran
ditandai dengan dilatasi yang sempurna dari cervix hingga fertus dilahirkan. Selama
tahapan ini kontraksi uterus terjadi secara regular dan kuat. Dan tahap ketiga yaitu
pengeluaran plasenta. Kontraksi uterus masih berlangsung pada tahap ini akan tetapi
intensitasnya semakin rendah dibandingkan tahap kedua (Harber, 2018).
Menurut Matemala et al. (2021), tahap persalinan pada kucing dibagi menadi tiga
tahap yaitu sebagai berikut:
1. Tahap I persalinan pada anjing dan kucing biasanya berlangsung 12-24 jam,
selama waktu kontraksi miometrium rahim meningkat frekuensi dan
kekuatannya dan serviks melebar. Tahap pertama, atau fase dilatasi, terdiri dari
pelebaran jaringan lunak jalan lahir (termasuk 31 ligamen panggul, serviks,
dan vulva), permulaan kontraksi miometrium, dan rotasi janin ke posisi
melahirkannya dan pergerakannya ke jalan lahir.
2. Tahap II persalinan normal ditandai dengan upaya perut yang terlihat, yang
disertai dengan kontraksi miometrium yang berujung pada persalinan
neonatus. Biasanya, upaya ini tidak boleh berlangsung >1–2 jam antara anak
anjing atau anak kucing, meskipun terdapat banyak variasi. Seluruh
pengiriman dapat memakan waktu 1 hingga >24 jam; namun, persalinan
normal dikaitkan dengan total waktu persalinan yang lebih pendek dan interval
(30-60 menit) antara neonatus. Keputihan bisa bening, serosa hingga
hemoragik, atau hijau (uteroverdin). Biasanya, anjing dan betina terus
bersarang di antara persalinan dan dapat merawat dan merawat neonatus
sesekali. Anoreksia, terengah-engah, dan gemetar adalah hal biasa.
3. Tahap III persalinan didefinisikan sebagai lahirnya plasenta. Anjing dan
kucing betina biasanya terombang-ambing antara tahap II dan III persalinan
sampai persalinan selesai. Selama persalinan normal, semua janin dan plasenta
dilahirkan secara pervagina, meskipun tidak selalu dapat dilahirkan bersamaan
2.3 Distokia
Distokia pada kucing didefinisikan sebagai kesulitan dalam persalinan anak kucing
melalui jalan lahir pada saat (6-12 jam) persalinan. Penyebab distokia diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu disebabkan oleh induk, janin, dan dalam beberapa kasus kombinasi di
antara keduanya. Penyebab utama terjadinya distokia ditandai dengan dua jenis inersia
uterus; yang pertama disebut "primer" yang berarti kondisi di mana otot rahim tidak
berkontraksi, jenis inersia uterus lainnya adalah "sekunder" yang berarti hewan merejan
secara terus menerus yang menyebabkan kelelahan selama persalinan akibat adanya
obstruksi di dalam jalan lahir, penyebab hambatan lainnya adalah pelebaran serviks
sebagian atau tidak lengkap (Uday, 2021).
2.3.1 Teknik Caesar
Operasi caesar dilakukan sesuai prosedur, induk kucing diberikan injeksi pra-
anestetik, atropin sulfat. Setelah 10 menit, dilakukan pemberian anestesi umum,
diinduksi dengan injeksi ketamin hidroklorida. Anestesi dicapai dalam 15 menit.
Kucing kemudian dipindahkan ke meja operasi. Daerah operasi dibersihkan, dicukur
dan didesinfeksi dengan povidone iodine kemudian ditutup dengan drape steril. Insisi
sepanjang 5-6 cm dibuat pada midline abdominal ventral, 1 cm kearah caudal
umbilikus. Kulit, jaringan subkutan, lineaalba dan peritoneum diinsis secara
berurutan. Kemudian uterus diidentifikasi dan dikeluarkan melalui insisi. Insisi
longitudinal dibuat pada kelengkungan uterus yang lebih besar dekat dengan
bifokartio pada cornua uterus untuk menghindari pembuluh darah besar dan plasenta
(Satish et al., 2021).
Fetus pada cornua sebelah kiri diangkat terlebih dahulu. Tali pusar diikat dan
ditranseksi. Janin yang tersisa pada cornua kanan diangkat dengan cara yang sama,
selanjutnya ditutup dalam tiga lapisan. Uterus dijahit dengan pola lembert dan pola
jahitan cushing. Lineaalba dan fasia peritoneal dijahit dengan pola menerus
sederhana. Jaringan subkutan menggunakan pola subkutikular (intradermal) (Satish et
al., 2021).
Prolpas uterus adalah penyakit dengan insidensi rendah yang ditandai dengan eversi
organ uteri dalam posisi terbalik saat melewati serviks ke dalam vagina, bisa salah satu
atau kedua cornua uteri menonjol dari vulva pada periode postpartum. Prolaps uteri dapat
terjadi pada pada kucing setelah masa kebuntingan pertama atau 48 jam setelah kelahiran
terakhir, biasanya terjadi akibat mengejan yang berkepanjangan selama melahirkan
(Deroy et al. 2015; D’Oliveira et al. 2019).
Secara klinis prolapse uteri ditandai dengan vaginal discharge serta munculnya salah
satu atau kedua cornua uteri melalui vulva. Bagian uteri yang mengalami prolaps terlihat
kemerahan pada mukosanya. Jaringan yang menonjol telihat menebal seperti donat dan
mengalami perubahan warna akibat kongesti vena, trauma, dan kontaminasi kotoran
(Widyawati dan Apritya, 2019).
2.4.1 Penyebab Prolaps Uteri
Perejanan yang kuat saat melahirkan menjadi salah satu penyebab uteri
menyembul keluar hingga terlihat dari vulva. Tonus myometrium menenurun
sehingga memungkinkan uterus melipat dan sebagian dinding bergerak kearah pintu
masuk pelvis. Distokia dan peningkatan ketegangan (merejan), yang mungkin
disebabkan oleh antrian (fetus) yang berkepanjangan, pemisahan plasenta yang tidak
sempurna, nyeri pengeluaran plasenta yang tidak tuntas, kurangnya exercise sebelum
melahirkan, waktu melahirkan yang lama dapat menjadi penyebab lain dari prolapse
uteri. Dilatasi serviks dan ligament uteri akibat kebuntingan ganda hingga kontraksi
yang berlebihan akibat induksi oksitosin juga dapat menjadi prolaps uteri (Widyawati
dan Apritya, 2019 ; Deroy et al. 2015).
2.5 Pyometra
Pyometra terdiri dari 2 jenis yaitu pyometra terbuka dan juga pyometra tertutup,
pyometra terbuka ditandai dengan adanya leleran pada vagina sedangkan pyometra
tertutup tidak terlihat adanya leleran pada vagina. Kucing dengan pyomtra tertutup harus
segera dilakukan penanganan untuk mencegah adanya kematian pada pasien, hal ini
dikarenakan adanya akumulasi pus di dalam uterus yang tidak dapat keluar sehingga
dapat menyababkan terjadinya sepsis dan juga kematian (Rahayu dkk., 2021). Pyometra
terbuka menunjukkan gejala klinis berupa keluarnya nanah dari dalam uterus sehingga
meleleh hingga keluar vagina (Anindya dkk., 2023).
2.6 Ovariohisterectomy
Insisi dilakukan sekitar 1-2 cm caudal dari umbilikus pada kulit dan subkutan
sepanjang 5 cm dan linea alba akan terlihat. Linea alba dipegang dan diangkat sedikit
untuk dilakukan insisi. Dinding abdomen kanan dikuakkan dan dilakukan eksplorasi
rongga abdomen untuk mendapatkan kornua uteri menggunakan spay hook.
Selanjutnya kornua uteri ditarik keluar insisi dan ditelusuri sampai ovarium
ditemukan. Setelah ovarium ditemukan, lebih lanjut ligamentum suspensorium dicari
pada ujung proksimal ovarium dan dilakukan pemutusan ligamentum suspensorium
agar ovarium dapat dikeluarkan. Kompleks pembuluh darah ovarium diligasi dan
dipotong dengan metode three forceps (Prayoga dkk., 2021).
Selanjutnya kornua uteri ditarik keluar insisi dan ditelusuri sampai ovarium
ditemukan. Setelah ovarium ditemukan, lebih lanjut ligamentum suspensorium dicari
pada ujung proksimal ovarium dan dilakukan pemutusan ligamentum suspensorium
agar ovarium dapat dikeluarkan. Kompleks pembuluh darah ovarium diligasi dan
dipotong dengan metode three forceps menggunakan klem arteri sebanyak 3 buah dan
ligasi. Prosedur yang sama dilakukan pada ovarium disisi lainnya, selanjutnya
ligamentum Lata dipisahkan dari kornua uteri, diklem, diligasi kemudian dipotong.
Korpus uteri dipotong dekat serviks uteri menggunakan metode three forceps. Ligasi
pada korpus uteri dilakukan jahitan angka-8. Penutupan abdomen dilakukan dengan
penjahitan pada linea alba dan peritonium dengan pola jahitan terputus sederhana dan
jaringan subkutan dijahit dengan pola subkutikuler menerus sederhana (Prayoga dkk.,
2021).
Alifha, R.R. (2015). Pengaruh Pemberian Bisphenol-A Terhadap Kualitas Sperma Kucing
Domestik Jantan. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin
Amirudin, Syafruddin , Zuraidawati , R. Desky , T.N. Siregar , A. Sayuti , dan A. Harris.
(2015). Pengaruh pemberian getah buah pepaya (carica papaya l.) Dan povidone
iodine terhadap kesembuhan luka kastrasi pada kucing (felis domestica) jantan.
Jurnal Medika Veterinaria. 9(1):44-47.
Anindya, A.L., Pemayun, I.G.A.G.P., dan Wandia, I.N. 2023. Laporan Kasus: Penanganan
Pyometra Terbuka pada Kucing Kampung. Indonesia Medicus Veterinus, 12(1): 126-139
Aspinal, Victoria. (2015). Reproductive system of the dog and cat Part 2 -the male
system. Veterinary Nursing Journal, 26(3):89-91.
Aspinall V dan Cappello M. 2015. Introduction to Veterinary Anatomy and Physiology.
Azizah, H., dan Batan, I.W. 2018. Laporan Kasus: Kistik Endometritis pada Kucing Persia.
Indonesia Medicus Veterinus, 7(2): 177-184.
Octaviana, F., dan Sumarmin, R. 2021. Profil Reproduksi Kucing Betina Ras Persia (Fellis
catus) di Kecamatan Air Manjuto, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Serambi biologi
6(1):28-32.
Palupi, T.D.W., Suprayogi, T.W., dan Ismudion. 2022. Medis untuk Pyometra pada Kucing
Medical Treatment for Pyometra in Cat. Jurnal Medik Veteriner, 5(1):124-130.
Prayoga, S.F., Neneng, I.M., Eko, M.Z.A., Lianny, N. 2021. Ovariohysterectomy pada
Kucing Liar. Ovozoa. 10(3): 98-103.
Rahayu, N.K., Nurmaningdyah, A.A., Fitria, R.I., Anggraeni, R., dan Prabawan, R. 2021.
Laporan Kasus: Pyometra pada Kucing Domestic Short Hair Case Report: Pyometra on
Domestic Short Hair Cats. MKH, 1-11 .
Reece, O.W., and Rowe, E.W. 2017. Functional and physiology of domestic animals fifth
edition, 419 & 440.
Satish, Purohit, G.N., Kumar, D., Parkash, B., Singh, N., Saharan, A.J., and Meltha, J.S.
2021. Cesarean Section For Dystocia Due To Primary Partial Uterine Inertia In
Cat- A Case Report. Journal Of Canine Development & Research 16: 87-90.
Sudisma, I.G.N., Pemayun, I.G.A.G.P., Wardhita, A.A.G.J., dan Gorda, I.W. 2006. Ilmu
Bedah Veteriner dan Teknik Operasi.Denpasar: Penerbit Universitas Udayana.
Uday, T. Naoman. 2021. Causes and Treatment of Feline Dystocia. Journal of Applied
Veterinary Sciences, 6 (4): 28 -31.
Widyawati, Ratna dan Desty Apritya. 2019. Prolapsus Uteri Pasca Melahirkan pada Kucing
Mix. Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.9. Surabaya.
Yusuf. 2015. Ilmu Bedah Khusus Veteriner. Banda Aceh: Syiah Kuala University