Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ILMU KEBIDANAN DAN KEMAJIRAN


(FAAL KEBUNTINGAN)

OLEH :

KELOMPOK 4

1. Maria N. Mengi (1709010003)


2. Joseph Ricardo Wunda (1709010006)
3. Yohana Simamora (1709010008)
4. Sujanta Umburoma (1709010023)
5. Putri B. A. Panie (1709010040)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plasenta adalah suatu sistem yang terdiri atas dua komponen, yaitu selaput
ektraembrionik dan selaput lendir rahim yang berintegrasi menjadi satu kesatuan untuk
keperluan pertukaran timbal balik faal antara induk dan fetus serta dapat menghasilkan hormon
(Poernomo, dkk.,2005). Plasenta terbagi atas beberapa tipe sesuai jenis hewannya yang
berfungsi untuk menunjang dan menjaga pertumbuhan fetus.
Deteksi kebuntingan dini pada ternak sangat penting bagi sebuah manajemen
reproduksi sebagaimana ditinjau dari segi ekonomi. Mengetahui bahwa ternaknya bunting atau
tidak mempunyai nilai ekonomis yang perlu dipertimbangkan sebagai hal penting bagi
manajemen reproduksi yang harus diterapkan. Dalam penentuan kebuntingan ternak dilakukan
dengan beberapa cara yaitu indikasi eksternal, per rektal dan USG serta sekaligus menentukan
usia kebuntingan ternak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan tipe plasenta dan struktur anatomi plasenta serta contoh hewannya !
2. Jelaskan Fungsi plasenta bagi hewan !
3. Jelaskan mekanisme plasentasi !
4. Jelaskan Indikasi kebuntingan secara eksternal, pemeriksaan per rektal dan USG serta
penentuan usia kebuntingan pada kuda dan kerbau !
5. Jelaskan Indikasi kebuntingan secara eksternal dan USG serta penentuan usia
kebuntingan pada anjing, kucing dan babi !

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk dapat menjabarkan tipe dan
fungsi plasenta, umur serta indikasi kebuntingan pada kerbau, hewan monogastrik (kuda,
babi) serta anjing dan kucing dengan cara indikasi eksternal, per rektal dan USG.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tipe plasenta dan struktur anatomi plasenta


Plasenta adalah organ ekstra embrio yang merupakan pertautan antara jaringan
embrio dan jaringan induk. Jaringan induk yang ikut serta dalam pembentukan plasenta
adalah endometrium uterus bagian desidua basalis. Dalam membahas tipe plasenta, tipe
plasenta ada bemacam-macam yakni tipe berdasarkan hubungan korion dan endometrim
secara histologis, tipe berdasarkan luruh tidaknya endometrium saat implantasi atau partus
dan tipe berdasarkan daerah perlekatan dengan endometrium. Berikut akan dijelaskan lebih
lanjut masam-macam tipe plasenta.

A. Tipe plasenta berdasarkan hubungan korion dan endometrim secara histologis


1. Epiteliokorial : Pada tipe ini epitel endometrium induk berhubungan dengan
khorion fetus. Dinding endometrium tidak meluruh. Contoh hewan : babi, kuda
2. Sindesmokorial : Pada tipe ini sebagian epitel endometrium meluruh. Jaringan
penunjang atau mesenkim induk berhubungan dengan epitel korion fetus. Contoh
hewan : ruminansia
3. Endoteliokorial : Pada tipe ini endotel pada induk langsung berhubungan dengan
epitel korion fetus. Epitel dan jaringan ikat induk mengalami peluruhan. Contoh
hewan : Karnivora
4. Hemokorial : Pada tipe ini darah induk langsung berhubungan dengan epitel
korion fetus. Contoh hewan : Manusia dan rodensia

B. Tipe plasenta berdasarkan luruh tidaknya endometrium saat implantasi atau partus
1. Adesiduata : Endometrium tidak mengalami peluruhan atau tetap utuh. Contoh
hewan: kuda, babi (epiteliokorial)
2. Semidesiduata : Endometrium luruh sebagian. Contoh hewan: ruminansia
(sindesmokorial)
3. Desiduata : Endometrium luruh sempurna. Contoh hewan : karnivora,
primata, rodensia (endoteliokorial, hemokorial)
C. Tipe plasenta berdasarkan daerah perlekatan dengan endometrium
1. Difusa
Plasenta tipe ini memiliki struktur anatomi dimana seluruh permukaan
chorioallantois dipenuhi celah villi dan mikrovilli yang masuk ke dalam kantong
endometrium (plasenta induk). Hampir seluruh permukaan chorion dan
endometrium uterus bersama-sama membentuk plasenta, kecuali bagian-bagian
apek chorion yang berbatasan dengan chorion dari fetus babi disebelahnya.
Contoh hewan : Kuda dan Babi
2. Kotiledonaria
Plasenta cotyledonaria atau disebut juga tipe multiplek memiliki struktur
anatomi dimana beberapa tempat dari seluruh permukaan endometrium uterus
membentuk plasenta induk yang disebut karuncula. Karuncula itu merupakan
peninggalan dari endometrium yang pada sapi, ukurannya antara sebesar biji
kemiri sampai sebesar kentang. Permukaannya berpori-pori halus sehingga
rupanya menyerupai batu karang. Ke dalam pori-pori caruncula tersebut menjulur
allanto-chorion. Seluruh penjuluran allanto-chorion yang masuk kedalam pori-
pori karunculata disebut cotyledon, bagian inilah yang disebut plasenta fetus.
Cotyledon bersama-sama dengan karuncula yang saling menjalin itu membentuk
suatu placentom, ia merupakan satuan dari plasenta. Didalam uterus ruminansia
karuncula tersebut tersusun dalam 4 baris, yaitu dua baris di ventral dan dua baris
lagi disebelah dorsal dari panjang tanduk uterus.
Jumlah placentom-placentom pada sapi antara 75-120 buah, pada biri-biri
sekitar 80-90 buah. Bentuk permukaan placentom pada sapi cembung, sedang
pada biri-biri cekung. Bagian endometrium yang terletak diantara placentom-
placentom disebut endometrium caruncularis dan cotyledonnya disebut
“smoothchorion”. Bagian-bagian tersebut tidak mengandung villi dan tidak
berfungsi sebagai plasenta. Chorion yang bervilli disebut chorionfrondosum.
Apabila plasenta fetus tidak dapat keluar dengan semestinya, keadaan ini disebut
retention sekundinarium pada sapi. Contoh hewan : Ruminansia, termasuk sapi,
kerbau, domba, dan kambing.
3. Zonaria
Plasenta zonaria ini mempunyai ciri-ciri yakni plasentanya berbentuk
sabuk, berada di tengah kantong chorion dan mengelilingi lumen uterus oviduct.
Plasenta ini berbentuk seperti pita, berwarna agak putih dan lebarnya antara 2,54-
7,62 cm mengitari uterus dibagian tengah allantochorionnya. Plasenta induknya
berupa sedikit peninggian yang merata dari endometriumnya, dan ketempat ini
menjulur villi chorion plasenta fetus memasuki kripta-kripta endometrium.
Bagian chorion selebihnya adalah“smoothchorion”.
Anjing dan kucing termasuk multipara, dari sebab itu uterus buntingnya
terbagi menjadi beberapa loculi dan tiap-tiap loculus biasanya berisi satu fetus.
Tiap-tiap fetus membangun plasenta sendiri. Contoh hewan : Karnivora (Anjing
dan kucing)
4. Diskoidal
Plasenta discoidal berbentuk cakram atau oval, berjumlah satu atau dua
buah. Hubungan antara plasenta induk dan plasenta fetus erat sekali, maka hal ini
membawa pengaruh diwaktu. Contoh hewan : primata dan rodentia.

2.2 Fungsi Plasenta


1. Pertukaran nutrisi, gas, hormon, dll.
Plasenta mengandung jaringan kompleks pembuluh darah yang memungkinkan
pertukaran nutrisi dan gas antara induk dan fetus yang sedang berkembang. Pasokan
darah induk tidak benar-benar bercampur dengan yang ada pada fetus, pertukaran ini
terjadi melalui difusi gas dan transportasi nutrisi antara dua pasokan darah.
Pengiriman nutrisi dan oksigen dari induk ke fetus, dan produk-produk limbah
serta karbon dioksida kembali dari fetus ke induk, memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan fetus selama kebuntingan. .
Hormon bekerja sama untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan
plasenta dan fetus, dan bertindak pada induk untuk mendukung kebuntingan dan
mempersiapkan kelahiran atau partus.
2. Sebagai Kelenjar endokrin
Plasenta juga bertindak sebagai organ endokrin, menghasilkan beberapa hormon
penting selama kebuntingan. Berdasarkan susunan kimia hormon plasenta dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu hormon steroid dan hormon protein. Hormon steroid
diproduksi mulai pertengahan masa kebuntingan berfungsi secara langsung
mempertahankan kebuntingan dan memulai proses kelahiran normal.
Plasenta melepaskan beberapa hormon protein, yang terdiri dari Gonadotropin
(HCG dan PMSG) dan relaksin. HCG dihasilkan oleh bagian plasenta betina bunting
yang disebut villi korion, sedangkan PMSG diasilkan oleh kuda betina bunting yang
disebut mangkuk endometrium. Gonadotropin diproduksi pada tahap awal dari masa
kebuntingan dan berfungsi menunjang kerja ovarium agar kebutuhan progesteron untuk
mempertahankan kebuntingan terpenuhi.
3. Barrier
Mencegah bercampurnya darah induk dan fetus dan mencegah bakteri patogen
pada darah induk masuk ke peredaran darah. Dengan fungsi ini akan dilakukan
penyaringan terhadap komponen yang ingin masuk agar tidak ada zat yang dapat
membahayakan perkembangan fetus.
4. Immune protection
Salah satu fungsi plasenta sebagai imun proteksi untuk fetus agar tidak terpapar
penyakit yang membahayakannya. Antibodi dari induk dapat ditransfer ke fetus, untuk
memberikan perlindungan dari penyakit tertentu.

2.3 Mekanisme Plasentasi


1. Pembentukan Plasenta
Contoh: plasenta manusia. Setelah embrio berimplantasi ke dalam endometrium
uterus, korion membentuk tonjolan-tonjolan (villi) yang “mencangkul” endometrium
uterus. Mula-mula villi terdapat pada seluruh permukaan korion, lama-kelamaan villi
yang terdapat di daerah desidua kapsularis akan menyusut dan hanya villi di daerah
desidua basalis yang berkembang. Daerah korion yang villinya berkembang
disebut korion frondosum, sedangkan daerah korion yang villinya menyusut
disebut korion leave. Korion frondosum bertaut erat dengan desidua basalis
membentuk plasenta.
2. Sirkulasi Darah Plasenta
Pada waktu berpenetrasi ke dalam endometrium uterus, villi korion mencapai
kapiler darah yang terdapat di dalamnya dan memecahkan dindingnya. Akibatnya darah
maternal mengumpul dalam ruang-ruang intervilli (lakuna). Plasenta berhubungan
dengan embrio melalui tali pusat (korda umbilikalis). Di dalam tali pusat terdapat
pembuluh darah (vena dan arteri umbilikalis yang dibentuk dari mesoderm alantois) yang
berhubungan dengan pembuluh-pembuluh darah intra-embrio.
Pada dinding villi korion terjadi pertukaran materi antara darah maternal dan
darah fetal. Zat-zat nutrisi dan O2 dari darah maternal memasuki pembuluh-pembuluh
darah plasenta lalu diangkut oleh vena umbilikalis memasuki tubuh fetus, masuk ke
dalam jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh. Darah yang miskin O2 dan mengandung
zat-zat ekskresi dari tubuh fetus diangkut oleh arteri umbilikalis menuju ke pembuluh
darah plasenta dan dilepaskan ke dalam darah maternal. Pada semua tipe plasenta tidak
pernah terjadi percampuran antara darah maternal dan darah fetal.

2.4 Indikasi kebuntingan kuda dan kerbau


A. Kuda
1. Indikasi kebuntingan secara eksternal
a. Bunting atau tidak bunting kuda adalah dengan mendekatkan pejantan. Kuda
betina bila bunting tidak mau didekati oleh pejantan sedangkan bila tidak bunting,
maka dia bersedia untuk dikawini.
b. Tanda-tanda kebuntingan yang lain pada kuda betina adalah perut membesar,
bulu yang mengkilat, jalan yang lambat, aktivitas menurun tidak seperti
biasanya dan gelisah (Blakely dan Bade, 1995).
c. Perbedaan kuda bunting dan gemuk terdapat pada sisi bawah perut. Kuda bunting
bagian bawah perutnya akan membesar. Sedangkan kuda gemuk cenderung
pembesaran perut kearah samping.
d. Terjadi pembesaran pada punting susu bila kuda sedang bunting, sedangkan pada
kuda gemuk tidak terjadi.
2. Pemerikasaan per rektal
Eksplorasi rektal adalah metoda diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan
pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Melalui pemeriksaan per rektal,
dapat kita diagnosa apakah kuda tersebut bunting atau tidak dengan perabaan
terhadap seviks dan uterus. Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding
rektum untuk meraba pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau
membran fetus. Kuda bunting serviks akan kontraksi dan status, lalu tanduk uterus
membengkak, ini akan nampak pada usia kebuntingan 30 hari
3. Pemeriksaan USG.
Umumnya pemerikasaan dengan USG pada kusa tidak berbeda jauh dengan
hewan besar lainnya. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan bentuk dan ukuran
dari cornua uteri. Harga alat ini masih sangat mahal, diperlukan operator yang
terlatih untuk dapat menginterpretasikan gambar yang muncul pada monitor. Ada
resiko kehilangan embrio pada saat pemeriksaan akibat traumatik pada saat
memasukkan pobe. Pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat ultrasonografi ini
dapat dilakukan pada usia kebuntingan antara 20 – 22 hari, namun lebih jelas pada
usia kebuntingan diatas 30 hari (Youngquist, 2003).
Pada fenomena Doppler transducer atau probe ketika diaplikasikan pada
dinding abdominal atau dimasukkan ke dalam rektum, akan memancarkan cahaya
gelombang frekuensi tinggi (ultrasonic). Pergerakan jantung fetus dan aliran darah
dalam fetus (pem- buluh umbilical) serta sirkulasi maternal (arteri uterina) merubah
frekuensi gelombang dan memantul kembali ke probe dan dikonversi ke suara yang
dapat terdengar. Sedang pada pulse-echo ultrasound getaran ultrasound yang
digerakkan oleh kristal piezoelectric dalam transducer ketika kontak dengan jaringan
akan memantul kembali ke transducer kemudian dikonversi ke dalam energi elektrik
dan diidsplay pada osciloscope.
4. Penentuan usia kebuntingan
Rata-rata masa kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan
kisaran 315 sampai 350 hari. Kuda-kuda betina tertentu cenderung memiliki
kebiasaan melahirkan agak awal, sedangkan kuda lainnya agak lambat. (Subronto,
2005).
Dalam mendiagnosa usia kebuntingan kuda dapat dijelasakan dengan tabel
berikut. Penetuan usia kebuntingan dengan per rektal.
Tabel 1. Diagnosa kebuntingan pada kuda dengan palpasi rektal.
Umur
Spesies Kebuntingan Perubahan yang terjadi
(bulan)
Cervix kontraksi dan statis, tanduk uterus
Kuda pertama
membengkak
Kantong chorioallantois pada bagian sepertiga
kedua bawah ventral tanduk uterus, tanduk uterus
membengkak
Kantong chorioallantois berkembang cepat dan
ketiga
turun ke badan uterus. Uterus mulai turun
Permukaan dorsal uetrus teraba seperti kubah
keempat
menggembung. Fetus dan bagian fetus teraba

Kelima - ketujuh Uterus terletak jauh di dasar rongga abdominal

Ketujuh- menjelang
Fetus lebih mudah teraba. Uterus mulai naik
lahir

B. Kerbau
1. Indikasi kebuntingan secara eksternal
Setelah kerbau dikawinkan, tugas selanjutnya adalah mengamati gejala
kebuntingan. Secara teoritis, tanda-tanda kerbau bunting adalah tidak timbulnya

siklus berahi kembali setelah di IB/dikawinkan. Namun kenyataan sering


berbeda, kerbau yang sudah bunting kadang masih berahi (Murtidjo, 1992).

Beberapa tanda atau gejala kebuntingan positif dapat diketahui dari :

a. Berat tubuh meningkat, diikuti dengan bertambah besarnya dinding


perut, yang dapat dilihat dengan jelas.

b. Pada kerbau betina yang baru pertama bunting, terlihat adanya

perubahan ambing, adanya gerakan pada perut sebelah bawah, sisi kanan dan
belakang.
2. Pemerikasaan per rektal
Pada kerbau bunting, dengan pemeriksaan palpasi rektal, akan teraba bentuk
rahim yang mulai asimetris, rahim menggembung seperti balon, cincin rahim (cervix)
tertarik kearah rongga perut, bahkan dapat meraba fetus (anak dalam kandungan).
Kondisi tersebut dapat ditemukan tergantung dari umur kebuntingan.
3. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat ultrasonografi ini dapat
dilakukan pada usia kebuntingan antara 20 – 22 hari, namun lebih jelas pada usia
kebuntingan diatas 30 hari (Youngquist, 2003). Alat ini menggunakan probe untuk
mendeteksi adanya perubahan di dalam rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi
adanya perubahan bentuk dan ukuran dari cornua uteri. Ada resiko kehilangan
embrio pada saat pemeriksaan akibat traumatik pada saat memasukkan pobe.
Gelombang ultrasonografi tidak terdengar oleh telinga manusia dan dioperasikan
pada frekuensi 1 – 10 megahertz (MHz). Ada dua tipe ultrasonografi yang
digunakan pada manusia dan kedokteran hewan yaitu : fenomena Doppler dan prinsip
pulse-echo.
Pada fenomena Doppler transducer atau probe ketika diaplikasikan pada
dinding abdominal atau dimasukkan ke dalam rektum, akan memancarkan cahaya
gelombang frekuensi tinggi (ultrasonic). Pergerakan jantung fetus dan aliran darah
dalam fetus (pem- buluh umbilical) serta sirkulasi maternal (arteri uterina) merubah
frekuensi gelombang dan memantul kembali ke probe dan dikonversi ke suara yang
dapat terdengar. Sedang pada pulse-echo ultrasound getaran ultrasound yang
digerakkan oleh kristal piezoelectric dalam transducer ketika kontak dengan jaringan
akan memantul kembali ke transducer kemudian dikonversi ke dalam energi elektrik
dan diidsplay pada osciloscope
4. Penentuan usia kebuntingan
Masa kebuntingan kerbau berkisar antara 310-315 hari. Rata-rata jarak
beranak atau calving interval kerbau yaitu 18 bulan. Kerbau betina diusahakan
pertama kali partus pada umur 36-48 bulan atau 3-4 tahun. Perbedaan lama
kebuntingan pada beberapa ras kerbau dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan,
pakan dan kondisi lingkungan.
Dalam mendiagnosa usia kebuntingan kerbau dapat dijelasakan dengan tabel
berikut. Penetuan usia kebuntingan dengan per rektal.

Tabel 2. Diagnosa kebuntingan pada sapi dan kerbau dengan palpasi rektal.
Umur
Spesies Kebuntingan Perubahan yang terjadi
(bulan)

Sapi dan Uterus statis dengan CL yang tumbuh pada satu


Pertama
kerbau ovarium

Pembesaran tanduk uterus karena adanya cairan


Kedua
fetus

Ketiga Uterus mulai turun, fetus teraba

Uterus berada pada lantai abdominal, fetus


sulit diraba, cotyledon : diameter 2-5 cm teraba
Keempat - ketujuh
pada dinding uterus, arteri uet rina media
hypertrofi dan terjadi fremitus

Ketujuh- menjelang Cotyledon, fremitus dan bagian dari fetus dapat


lahir diraba

2.5 Indikasi kebuntingan anjing, kucing dan babi


A. Anjing
1. Indikasi Kebuntingan Eksterna
Beberapa tanda ketika anjing betina bunting adalah sebagai berikut :
a. Beberapa anjing akan memiliki nafsu makan yang berkurang dalam kurun waktu
3-4 minggu setelah kawin
b. Beberapa anjing mengeluarkan lendir dari vulva satu bulan setelah kawin
c. Puting anjing mulai menjadi merah muda
d. Berat badan dari anjing betina bertambah dari hari ke 35 bunting dan selanjutnya
akan terus bertambah sampai 50% dari berat badan normal
e. Kelenjar susu bertambah besar dari hari ke 40, dan cairan encer akan keluar dari
puting susu.
f. Mudah merasa lelah
Anjing akan menjadi lebih mudah lelah ketika sedang bunting, hal ini
merupakan salah satu indikator bahwa anjing tersebut sedang bunting. Ketika
anjing akan mengalami proses melahirkan, suhu tubuh anjing akan turun 1 – 2° C
dari normalnya.
g. Anjing akan banyak tidur
Perubahan ini biasanya muncul pada trimester ketiga kehamilan, hal ini
disebabkan karena anjing sudah mulai mengalami perubahan berat badan pada
dirinya. Sehingga anjing akan mudah lelah dan akhirnya lebih sering tidur.
h. Pembesaran pinggang dan perut
Pinggang dan perut akan membesar sekitar 4-5 minggu setelah masa
kebuntingan. Pembesaran ini terjadi karena adanya fetus (janin) di dalam perut
anjing, sehingga akan membutuhkan ruang yang cukup besar untuk
perkembangannya.
2. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan kebunting pada anjing dapat dilakukan 25-30 hari setelah
perkawinan dengan menggunakan ultrasonography (USG). USG akan mendeteksi
adanya fetus dalam kandungan termasuk dengan keadaan organnya secara umum,
seperti detak jantung dan gerakan fetus.
3. Penentuan usia kebutingan
Bila kita perhatikan akan nampak pinggang dan perut akan membesar
menandakan usia kebuntingan telah mencapai 4-5 minggu. Melalui USG usia
kebuntingan 25-30 hari telah terdeteksi keberadaan fetus.
Dari waktu anjing betina melepaskan telurnya (ovulasi) sampai melahirkan
(whelping) adalah sekitar 63 hari. Namun, sulit untuk memprediksi tanggal kelahiran
karena beberapa alasan, diantaranya:
a. Panjangnya kebuntingan ditentukan dari waktu ovulasi, bukan waktu kawin
b. Sperma dari anjing jantan bisa tetap hidup selama 7 hari.
Berarti bahwa usia kebuntingan dapat bervariasi dari 56-72 hari jika dihitung dari
waktu pertama kawin pertama sampai pada waktu melahirkan. Hari perkiraan lahir
sulit ditentukan dengan akurat karena periode birahi atau lups anjing yang cukup
lama, kecuali jika dilakukan perkawinan terprogram disertai dengan catatan lengkap
B. Kucing
1. Indikasi kebuntingan secara eksterna
a. Sekitar 15-18 hari kebuntingan, puting susu kucing betina akan berubah menjadi
merah dan membesar, hal ini dikenal sebagai “pinkingup”. Payudaranya mungkin
akan membesar, dan air susu mungkin akan keluar dari dalamnya terutama
menjelang akhir masa kebuntingan. Perlu diperhatikan, puting yang membesar
juga merupakan tanda-tanda birahi, jadi ingatlah bahwa pembesaran puting bukan
hanya tanda kehamilan.
b. Jika diamati dari ujung kepala hingga ekornya, punggung kucing yang bunting
akan tampak melengkung, dengan bagian perut yang sedikit membulat dan
menggembung. Biasanya hal ini jelas terlihat pada akhir masa kebuntingan.
c. Perutnya akan menjadi terasa lebih besar dalam tiga minggu kebuntingan
d. Sekitar tiga minggu kebuntingan,dokter hewan akan dapat melakukan USG pada
kucing untuk memastikan apakah kucing bunting.
e. Kucing bunting biasanya rambutnya mudah rontok dan sedikit agak menipis.
Kerontokan rambut pada kucing bunting disebabkan karena meningkatnya hormon
kulit yang menyebabkan kulit mereka berminyak. Namun kerontokan itu tidak
akan berlangsung lama, mungkin sekitar 1 atau sampai 2 minggu lamanya
f. Beberapa kucing bunting mungkin mengalami morningsickness (mual-mual di
pagi hari) di awal kebuntingan, termasuk kurang tertarik pada makanan dan
terkadang muntah.
g. Nafsu makan kucing akan meningkat, terutama setelah masa kebuntingan
berlanjut. Ini biasanya dimulai sekitar minggu ketiga kebuntingan, karena
kebutuhan gizi kucing bunting akan meningkat.
h. Kucing akan menjadi lebih lembut, penuh kasih sayang, suka cari perhatian dan
lebih banyak beristirahat atau tidur lebih lama.
i. Berhentinya siklus birahi secara tiba-tiba. Siklus birahi (siklus estrus) kucing
tergantung berbagai hal, salah satunya adalah musim. Di Indonesia yang
merupakan negara tropis, siklus estrus kucing tidak banyak dipengaruhi oleh
musim. Rata-rata panjang satu siklus estrus kucing sekitar 1-1,2 bulan. Waktu
birahi (estrus) berlangsung sekitar 7 hari. Bila setelah dikawinkan, birahi kucing
berhenti secara tiba-tiba dan tidak minta kawin lagi, kemungkinan besar
kebuntingan terjadi.
2. Pemeriksaan USG
Pada umunya metode USG untuk kucing tidak berbeda jauh dengan anjing. Untuk
mendiagnosa kebuntingan dengan USG kucing didiagnosa pada usia kebuntingan 32-
35 telah menunjukan keberadaan fetus. USG akan mendeteksi adanya fetus dalam
kandungan termasuk dengan keadaan organnya secara umum, seperti detak jantung
dan gerakan fetus.
3. Penentuan usia kebuntingan
Bila kita perhatikan, puting susu kucing betina akan berubah menjadi merah
dan membesar hal ini dikenal sebagai “pinkingup” akan menjadi penanda bahwa usia
kebuntingan kucing sekitar 15-18 hari kebuntingan. Melalui USG usia kebuntingan
32-35 hari telah terdeteksi keberadaan fetus.
Lama kebuntingan pada kucing domestik, dari hari pertama atau terakhir kali
kawin sampai terjadinya partus rata-rata 65.6 hari, dengan range antara 52-74 hari.
Lama kebuntingan kurang dari 60 hari menunjukan terjadinya penurunan daya hidup
dari keturunannya. Adanya variasi lama kebuntingan dapat disebabkan oleh jenis
kucingnya.
Pada kucing Siam rata-rata 63 hari dan pada kucing Persi adalah 65 hari.
Selain itu lama kebuntingan juga dapat disebabkan oleh variasi spesies dan secara
umum lama kebuntingan ada hubungannya dengan ukuran badan dari kucing.

C. Babi
1. Indikasi kebuntingan secara eksterna
Segera setelah babi dara (calon induk) atau induk dikawinkan secara tepat,
perlu dilakukan pengecekan setiap 20 - 21 hari selama 2 kali berturut-turut untuk
memastikan kebuntingan sudah terjadi atau tidak. Jika babi betina yang telah
dikawinkan tidak memperlihatkan tanda-tanda birahi, maka bisa dipastikan babi
tersebut sudah bunting.
2. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kebuntingan pada umur 25 hari setelah
IB ternak. Usia kebuntingan yang dianjurkan untuk dilakukan USG sebagai alat
penentu kebuntingan mulai umur 30 hari setelah inseminasi, karena itu antara indikasi
kebuntingan eksterna dan pemeriksaan USG saling menunjang diagnosa kebuntingan.
Pada babi usia kebuntingan 18 hari sudah dapat terdeteksi keberadaan fetus.
3. Pemenentuan usia kebuntingan
Masa kebuntingan selama 111 sampai 117 hari atau rata - rata 114 hari adalah
relatif konstan. Besar litter, umur induk atau kondisi-kondisi lingkungan hanya sedikit
mempengaruhi lama kebuntingan. Akan tetapi, periode kebuntingan dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan genetik. Perbedaan lama kebutingan antar bangsa babi rata-rata
3 hari. Heretabilitas variasi periode kebuntingan pada babi-babi betina di dalam satu
bangsa adalah sekitar 30 persen.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Plasenta adalah organ ekstra embrio yang merupakan pertautan antara jaringan
embrio dan jaringan induk. Plasenta berfungsi sebagai pertukaran nutrisi induk dan fetus,
kelenjar endokrin, barrie dan imun proteksi. Plasenta memiliki bermacam-macam tipe.
Tipe berdasarkan hubungan korion dan endometrim secara histologis (Epiteliokorial,
Sindesmokorial, Endoteliokorial dan Hemokorial), tipe berdasarkan luruh tidaknya
endometrium saat implantasi atau partus (Adesiduata, Semidesiduata dan Desiduata) dan
tipe berdasarkan daerah perlekatan dengan endometrium (Difusa, Kotiledonaria, Zonaria
dan Diskoidal).
Dalam indikasi kebuntingan hewan dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni
melihat indikasi eksterna yang nampak dari hewan, per rektal bila merupakan hewan
besar dan USG, juga sekaligus kita bisa menentukan usia kebuntingan hewan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, H. 2014. Implantasi dan Plasentasi. Jawa Timur : Program Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya . http://herlina.lecture.ub.ac.id/files/2014/10/implanplasentasi.pdf

Lestari, T. 2004. Metode deteksi kebuntingan pada ternak sapi. Jawa Barat : Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran.

Nugraha, F., Theodorik A., M Azizat.,Fajar A.,Lim I. 2014. Kebuntingan Ternak (Makalah).
Jawa Barat : Fakultas peternakan Universitas padjajaran. https://edoc.site/queue/tipe-
plasenta-pada-ternak-pdf-free.html

Azizat, H. 2014. Tipe Plasenta pada Ternak.https://www.scribd.com/document/363577959/Tipe-


Plasenta-Pada-Ternak

Rumah Ternak. 2016. Manajemen Reproduksi Kerbau. (Blog).


https://rumahternak21.blogspot.com/2016/08/manajemen-reproduksi-kerbau.html

Ayo Budidaya. Cara mendeteksi kuda bunting atau tidak. (Blog)


https://ayobudidaya.com/peternakan/cara-mendeteksi-kuda-bunting-atau-tidak/

Berbagi Ilmu Peternakan. 2018. Deteksi Tanda Kebuntingan Pada Babi (Blog)
https://www.berbagiilmupeternakan.com/2018/12/deteksi-tanda-kebuntingan-pada-
babi.html

Biotakson. 2008. Kebuntingan dan kelahiran pada babi. (Blog)


http://biotakson.blogspot.com/2008/12/kebuntingan-dan-kelahiran-pada-babi.html

Veterian Key. 2016. Pregnancy Diagnosis in the Mare. (Blog).


https://veteriankey.com/pregnancy-diagnosis-in-the-mare/

Anda mungkin juga menyukai