OLEH :
KELOMPOK 4
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tipe plasenta berdasarkan luruh tidaknya endometrium saat implantasi atau partus
1. Adesiduata : Endometrium tidak mengalami peluruhan atau tetap utuh. Contoh
hewan: kuda, babi (epiteliokorial)
2. Semidesiduata : Endometrium luruh sebagian. Contoh hewan: ruminansia
(sindesmokorial)
3. Desiduata : Endometrium luruh sempurna. Contoh hewan : karnivora,
primata, rodensia (endoteliokorial, hemokorial)
C. Tipe plasenta berdasarkan daerah perlekatan dengan endometrium
1. Difusa
Plasenta tipe ini memiliki struktur anatomi dimana seluruh permukaan
chorioallantois dipenuhi celah villi dan mikrovilli yang masuk ke dalam kantong
endometrium (plasenta induk). Hampir seluruh permukaan chorion dan
endometrium uterus bersama-sama membentuk plasenta, kecuali bagian-bagian
apek chorion yang berbatasan dengan chorion dari fetus babi disebelahnya.
Contoh hewan : Kuda dan Babi
2. Kotiledonaria
Plasenta cotyledonaria atau disebut juga tipe multiplek memiliki struktur
anatomi dimana beberapa tempat dari seluruh permukaan endometrium uterus
membentuk plasenta induk yang disebut karuncula. Karuncula itu merupakan
peninggalan dari endometrium yang pada sapi, ukurannya antara sebesar biji
kemiri sampai sebesar kentang. Permukaannya berpori-pori halus sehingga
rupanya menyerupai batu karang. Ke dalam pori-pori caruncula tersebut menjulur
allanto-chorion. Seluruh penjuluran allanto-chorion yang masuk kedalam pori-
pori karunculata disebut cotyledon, bagian inilah yang disebut plasenta fetus.
Cotyledon bersama-sama dengan karuncula yang saling menjalin itu membentuk
suatu placentom, ia merupakan satuan dari plasenta. Didalam uterus ruminansia
karuncula tersebut tersusun dalam 4 baris, yaitu dua baris di ventral dan dua baris
lagi disebelah dorsal dari panjang tanduk uterus.
Jumlah placentom-placentom pada sapi antara 75-120 buah, pada biri-biri
sekitar 80-90 buah. Bentuk permukaan placentom pada sapi cembung, sedang
pada biri-biri cekung. Bagian endometrium yang terletak diantara placentom-
placentom disebut endometrium caruncularis dan cotyledonnya disebut
“smoothchorion”. Bagian-bagian tersebut tidak mengandung villi dan tidak
berfungsi sebagai plasenta. Chorion yang bervilli disebut chorionfrondosum.
Apabila plasenta fetus tidak dapat keluar dengan semestinya, keadaan ini disebut
retention sekundinarium pada sapi. Contoh hewan : Ruminansia, termasuk sapi,
kerbau, domba, dan kambing.
3. Zonaria
Plasenta zonaria ini mempunyai ciri-ciri yakni plasentanya berbentuk
sabuk, berada di tengah kantong chorion dan mengelilingi lumen uterus oviduct.
Plasenta ini berbentuk seperti pita, berwarna agak putih dan lebarnya antara 2,54-
7,62 cm mengitari uterus dibagian tengah allantochorionnya. Plasenta induknya
berupa sedikit peninggian yang merata dari endometriumnya, dan ketempat ini
menjulur villi chorion plasenta fetus memasuki kripta-kripta endometrium.
Bagian chorion selebihnya adalah“smoothchorion”.
Anjing dan kucing termasuk multipara, dari sebab itu uterus buntingnya
terbagi menjadi beberapa loculi dan tiap-tiap loculus biasanya berisi satu fetus.
Tiap-tiap fetus membangun plasenta sendiri. Contoh hewan : Karnivora (Anjing
dan kucing)
4. Diskoidal
Plasenta discoidal berbentuk cakram atau oval, berjumlah satu atau dua
buah. Hubungan antara plasenta induk dan plasenta fetus erat sekali, maka hal ini
membawa pengaruh diwaktu. Contoh hewan : primata dan rodentia.
Ketujuh- menjelang
Fetus lebih mudah teraba. Uterus mulai naik
lahir
B. Kerbau
1. Indikasi kebuntingan secara eksternal
Setelah kerbau dikawinkan, tugas selanjutnya adalah mengamati gejala
kebuntingan. Secara teoritis, tanda-tanda kerbau bunting adalah tidak timbulnya
perubahan ambing, adanya gerakan pada perut sebelah bawah, sisi kanan dan
belakang.
2. Pemerikasaan per rektal
Pada kerbau bunting, dengan pemeriksaan palpasi rektal, akan teraba bentuk
rahim yang mulai asimetris, rahim menggembung seperti balon, cincin rahim (cervix)
tertarik kearah rongga perut, bahkan dapat meraba fetus (anak dalam kandungan).
Kondisi tersebut dapat ditemukan tergantung dari umur kebuntingan.
3. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat ultrasonografi ini dapat
dilakukan pada usia kebuntingan antara 20 – 22 hari, namun lebih jelas pada usia
kebuntingan diatas 30 hari (Youngquist, 2003). Alat ini menggunakan probe untuk
mendeteksi adanya perubahan di dalam rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi
adanya perubahan bentuk dan ukuran dari cornua uteri. Ada resiko kehilangan
embrio pada saat pemeriksaan akibat traumatik pada saat memasukkan pobe.
Gelombang ultrasonografi tidak terdengar oleh telinga manusia dan dioperasikan
pada frekuensi 1 – 10 megahertz (MHz). Ada dua tipe ultrasonografi yang
digunakan pada manusia dan kedokteran hewan yaitu : fenomena Doppler dan prinsip
pulse-echo.
Pada fenomena Doppler transducer atau probe ketika diaplikasikan pada
dinding abdominal atau dimasukkan ke dalam rektum, akan memancarkan cahaya
gelombang frekuensi tinggi (ultrasonic). Pergerakan jantung fetus dan aliran darah
dalam fetus (pem- buluh umbilical) serta sirkulasi maternal (arteri uterina) merubah
frekuensi gelombang dan memantul kembali ke probe dan dikonversi ke suara yang
dapat terdengar. Sedang pada pulse-echo ultrasound getaran ultrasound yang
digerakkan oleh kristal piezoelectric dalam transducer ketika kontak dengan jaringan
akan memantul kembali ke transducer kemudian dikonversi ke dalam energi elektrik
dan diidsplay pada osciloscope
4. Penentuan usia kebuntingan
Masa kebuntingan kerbau berkisar antara 310-315 hari. Rata-rata jarak
beranak atau calving interval kerbau yaitu 18 bulan. Kerbau betina diusahakan
pertama kali partus pada umur 36-48 bulan atau 3-4 tahun. Perbedaan lama
kebuntingan pada beberapa ras kerbau dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan,
pakan dan kondisi lingkungan.
Dalam mendiagnosa usia kebuntingan kerbau dapat dijelasakan dengan tabel
berikut. Penetuan usia kebuntingan dengan per rektal.
Tabel 2. Diagnosa kebuntingan pada sapi dan kerbau dengan palpasi rektal.
Umur
Spesies Kebuntingan Perubahan yang terjadi
(bulan)
C. Babi
1. Indikasi kebuntingan secara eksterna
Segera setelah babi dara (calon induk) atau induk dikawinkan secara tepat,
perlu dilakukan pengecekan setiap 20 - 21 hari selama 2 kali berturut-turut untuk
memastikan kebuntingan sudah terjadi atau tidak. Jika babi betina yang telah
dikawinkan tidak memperlihatkan tanda-tanda birahi, maka bisa dipastikan babi
tersebut sudah bunting.
2. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kebuntingan pada umur 25 hari setelah
IB ternak. Usia kebuntingan yang dianjurkan untuk dilakukan USG sebagai alat
penentu kebuntingan mulai umur 30 hari setelah inseminasi, karena itu antara indikasi
kebuntingan eksterna dan pemeriksaan USG saling menunjang diagnosa kebuntingan.
Pada babi usia kebuntingan 18 hari sudah dapat terdeteksi keberadaan fetus.
3. Pemenentuan usia kebuntingan
Masa kebuntingan selama 111 sampai 117 hari atau rata - rata 114 hari adalah
relatif konstan. Besar litter, umur induk atau kondisi-kondisi lingkungan hanya sedikit
mempengaruhi lama kebuntingan. Akan tetapi, periode kebuntingan dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan genetik. Perbedaan lama kebutingan antar bangsa babi rata-rata
3 hari. Heretabilitas variasi periode kebuntingan pada babi-babi betina di dalam satu
bangsa adalah sekitar 30 persen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasenta adalah organ ekstra embrio yang merupakan pertautan antara jaringan
embrio dan jaringan induk. Plasenta berfungsi sebagai pertukaran nutrisi induk dan fetus,
kelenjar endokrin, barrie dan imun proteksi. Plasenta memiliki bermacam-macam tipe.
Tipe berdasarkan hubungan korion dan endometrim secara histologis (Epiteliokorial,
Sindesmokorial, Endoteliokorial dan Hemokorial), tipe berdasarkan luruh tidaknya
endometrium saat implantasi atau partus (Adesiduata, Semidesiduata dan Desiduata) dan
tipe berdasarkan daerah perlekatan dengan endometrium (Difusa, Kotiledonaria, Zonaria
dan Diskoidal).
Dalam indikasi kebuntingan hewan dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni
melihat indikasi eksterna yang nampak dari hewan, per rektal bila merupakan hewan
besar dan USG, juga sekaligus kita bisa menentukan usia kebuntingan hewan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, H. 2014. Implantasi dan Plasentasi. Jawa Timur : Program Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya . http://herlina.lecture.ub.ac.id/files/2014/10/implanplasentasi.pdf
Lestari, T. 2004. Metode deteksi kebuntingan pada ternak sapi. Jawa Barat : Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran.
Nugraha, F., Theodorik A., M Azizat.,Fajar A.,Lim I. 2014. Kebuntingan Ternak (Makalah).
Jawa Barat : Fakultas peternakan Universitas padjajaran. https://edoc.site/queue/tipe-
plasenta-pada-ternak-pdf-free.html
Berbagi Ilmu Peternakan. 2018. Deteksi Tanda Kebuntingan Pada Babi (Blog)
https://www.berbagiilmupeternakan.com/2018/12/deteksi-tanda-kebuntingan-pada-
babi.html