Anda di halaman 1dari 6

Fisiologi Reproduksi Kuda Betina

Anatomi Reproduksi

Organ genitalia kuda betina terdiri atas dua buah ovarium, dua buah tuba fallopii, uterus,
vagina dan vulva.

Ovarium adalah suatu organ primer reproduksi pada betina. Ovarium dapat bersifat
endokrin atau sitogenik karena mempunyai kemampuan menghasilkan hormon yang akan
disalurkan ke dalam peredaran darah, dan juga penghasil ovum (sel telur) yang diovulasikan
oleh ovarium. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum,
ovulasi (egg release) sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (steroidogenesis) (Hafez
dan Hafez, 2000a; Morel, 2008).
Pada saat musim kawin ovarium memiliki ukuran panjang 6-8 cm dan lebar 3-4 cm,
pada saat itu kondisi ovarium terasa lebih lembut hal ini terjadi karena adanya sekresi cairan
akibat perkembangan sel folikel. Lain halnya ketika bukan musim kawin ukuran ovarium
cenderung lebih kecil yaitu dengan panjang 2-4 cm dan lebar 2-3 cm, dalam kondisi seperti
ini ovarium akan terasa tidak lembut hal ini disebabkan tidak adanya perkembangan folikel
(Morel, 2008).
Tuba falopii atau oviduct adalah saluran yang berpasangan dan berkonvulasi yang
berfungsi mengantarkan ovum yang diovulasikan dari ovarium menuju cornua uteri. Ovum
yang diovulasikan oleh ovarium akan diterima oleh infundibulum menuju ampula tempat
terjadinya proses pembuahan (fertilisasi). Lapisan dalam tuba falopii merupakan membran
mukosa yang berlipat-lipat dilapisi oleh epitel silia kolumner sederhana. Selama masa estrus

dan sebelum kelahiran epitel bersilia tersebut bersifat sekretoris aktif (Manan, 2002). Panjang
rataan dari tuba falopii ini adalah 25-30 cm (Morel, 2008).
Uterus merupakan organ yang berperan pada saat kebuntingan berfungsi sebagai
tempat implantasi, retensi (pemeliharaan) dan nutrisi konseptus. Uterus terdiri dari carpus
uteri (badan uterus) dan cornua uteri (tanduk uterus). Corpus uteri berfungsi sebagai tempat
deposisi semen pada saat IB, sedangkan cornua uteri berfungsi sebagai tempat menempelnya
zigot, lalu berkembang menjadi embrio dan fetus. Secara anatomis dan histologis, cornua dan
corpus uteri memiliki struktur yang sama yaitu terdiri dari myometrium (otot), perimetrium
(selaput serosa/peritonium), endometrium (mukosa/selaput lendir) (Manan, 2002). Corpus
uteri normalnya mempunyai rataan panjang 18-20 cm dengan diameter 8-12 cm, sedangkan
untuk cornua uteri memiliki panjang hingga 25 cm dengan diameter 4-6 cm mengerucut
hingga 1-2 cm mendekati tuba falopii. Uterus pada kuda dinamakan dengan simplex
bipartitus, hal ini disebabkan oleh ukuran corpus uteri yang lebih besar dibandingkan dengan
cornua uteri (Gambar 2), berbeda dengan ternak lainnya dimana cornua uteri cenderung
lebih besar dan mendominasi (Morel, 2008).
Serviks mempunyai panjang antara 5-10 cm dengan diameter antara 1,5-1,7 cm.
Saluran serviks dikenal dengan nama Canalis cervicalis, mempunyai bentuk berkelok-belok
karena dibentuk oleh Annulus cervicalis. Annulus cervicalis yaitu suatu cincin yang
melingkar di Canalis cervicalis. Cairan mukus yang dikenal sebagai lendir serviks dapat
menutupi lumen pada saat hewan dalam keadaan bunting, tetapi akan kembali mencair pada
saat estrus atau saat proses kelahiran berlangsung. Adapun fungsi serviks adalah sebagai
gerbang yang kuat, melindungi uterus dari infeksi lingkungan luar (Manan, 2002). Serviks
dalam kondisi tidak estrus akan tertutup rapat dan kuat, berwarna pucat dan mempunyai
ukuran panjang rataan 6-8 cm dengan diameter 4-5 cm, sedangkan dalam kondisi estrus otot
serviks akan mengalami relaksasi yang akan memudahkan penis masuk kedalamnya, selain
itu serviks berwarna merah muda dan terlihat menonjol sehingga vagina kuda yang sedang
estrus akan terlihat lebih besar dan tidak terdapat lipatan (Morel, 2008).
Serviks adalah barier fisik bagi pergerakan mikroorganisme kedalam saluran
reproduksi. Fungsi serviks difasilitasi oleh sekresi lendir yang kental dan dapat menutupi
lumen serviks selama terjadi kebuntingan. Sekresi lendir pada serviks ini juga mengandung
bahan yang disebut lactoferin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Lestari, 2006).

Vagina termasuk kedalam organ reproduksi bagian luar dan merupakan gerbang bagi
mikroorganisme memasuki tubuh ternak betina. Vagina memiliki diameter 10 -15 cm dan
panjang rata-rata 18 - 23 cm. Dinding vagina yang elastis ini merupakan otot yang dilapisi
oleh mukosa dan dengan keelastisannya dapat membantu dalam proses kelahiran. Vagina
merupakan perlindungan pertama dalam sistem dan saluran reproduksi yang memiliki pH
asam sehingga dapat membunuh bakteri (Morel, 2008). Vagina mempunyai fungsi sebagai
tempat terjadinya pengawinan, tempat peletakan semen pada pengawinan alam, dan juga
sebagai tempat penyimpanan vaginal pessary atau spons vaginal pada saat sinkronisasi estrus.
Vestibula adalah bagian tubular dari saluran reproduksi antara vagina dan labia vulva.
Vestibula vagina memiliki beberapa urat daging sirkuler atau serupa sphincter yang menutup
saluran kelamin dari lingkungan luar sehingga dapat memperkecil kemungkinan masuknya
mikroorganisme kedalam vagina (Lestari, 2006).
Vulva berada kurang lebih tujuh cm dibawah anus termasuk ke dalam organ
reproduksi bagian luar, yang akan dilalui pada saat kopulasi sebelum vagina. Otot sphincter
vulva memperkecil kemungkinan masuknya mikroorganisme ke dalam vagina, demikian pula
otot sphincter vestibula memperkecil pergerakan mikroba menuju arah anterior vagina
(Lestari, 2006). Vulva terletak lurus secara vertikal terhadap anus dan hal ini memberikan
peluang untuk terjadinya kontaminasi yang berasal dari kotoran. Vulva kuda yang normal
tidak boleh memiliki kemiringan lebih dari 10o dari kondisi vertikal yang sewajarnya ,
kondisi bibir vulva harus rapat dan normal (England, 2004).
Pada bagian dalam vulva terdapat klitoris dan tiga sinus yang menghasilkan
lingkungan yang tidak diinginkan oleh pertumbuhan bakteri yang menyebabkan penyakit
(Morel, 2008). Vulva terdiri dari dua labia (commissural dorsalis dan ventralis). Klitoris
terdiri dari dua krura atau akar, badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri dari jaringan erektil
yang tertutup oleh ephitel dan dengan sempurna memperoleh inervansi dari ujung-ujung saraf
sensori (Manan, 2002).

Pubertas
Pubertas atau dewasa kelamin didefinisikan sebagai kondisi dimana organorgan
reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi. Menurut England (2004)
dan Morel (2002) pubertas pada kuda terjadi pada umur kurang lebih 18-24 bulan, sedangkan

menurut Hafez dan Hafez (2000c) umur pubertas pada kuda dapat dicapai antara 15 hingga
18 bulan. Pada hewan jantan, pubertas ditandai dengan kesanggupannya berkopulasi dan
menghasilkan spermatozoa yang motil diikuti dengan perubahan-perubahan kelamin
sekunder lainnya. Pubertas pada kuda betina ditandai oleh terjadinya estrus (England, 2004)
Kuda yang memiliki kerja berat, dewasa kelaminnya akan tertunda hingga umur 3 4
tahun (Laing, 1979). Kuda betina yang sudah mengalami pubertas sebaiknya tidak
dikawinkan sebelum mencapai umur dua tahun dan bahkan sebaiknya setelah berumur tiga
tahun. Kuda betina yang dikawinkan pada umur yang lebih muda, biasanya tingkat
kebuntingannya rendah (Blackely dan Bade, 1991).
Siklus Estrus
Siklus estrus merupakan satu periode dari satu estrus ke estrus berikutnya atau interval antara
timbulnya satu periode estrus ke permulaan periode estrus berikutnya (Slusher et al., 2004).
Kuda betina digolongkan kedalam "seasonally polyestrus" yang berarti kuda betina
mengalami siklus estrus dalam waktu yang tertentu setiap tahunnya (pada musim semi dan
panas). Hal ini bertujuan untuk menghindari kelahiran anak kuda dalam kondisi cuaca yang
tidak baik atau ekstrim (Mottershead, 2001). Lama siklus estrus kuda bervariasi yaitu antara
21 hingga 23 hari (Slusher et al, 2004; England, 2004). Beberapa kuda memperlihatkan
keinginan kawin yang besar pada awal musim kawin selama periode estrus yang panjang
tetapi tidak terjadi ovulasi. Kuda ini mungkin tidak akan subur sampai periode estrusnya
menjadi lebih pendek dan lebih teratur. Kuda lain mungkin hanya mengalami estrus tenang
atau silent heat dimana terjadi ovulasi tetapi tidak memperlihatkan keinginan untuk kawin.
Banyak kuda semacam ini akan dapat bunting apabila saat estrus dapat diidentifikasi melalui
palpasi rektal serta diamati perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada vulva, vagina dan
serviksnya (Frandson, 1992).
Fase awal dari siklus estrus ini dianggap sebagai fase penumpukan atau pemantapan
dimana folikel ovarium yang berisi ovum membesar terutama karena meningkatnya cairan
folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel kedalam aliran darah
merangsang peningkatam vaskularisasi dan pertumbuhan. pertumbuhan sel gamet dalam
persiapan untuk estrus dan kebuntingan yang terjadi (Frandson, 1992).

Siklus estrus pada kuda terdiri dari estrus dan diestrus. Diestrus adalah periode
terakhir dan terlama pada siklus estrus, yaitu suatu kondisi dimana sel-sel granulosa dari
folikel yang berovulasi pada akhir estrus berubah menjadi sel lutein dan membentuk corpus
luteum (CL). Selanjutnya CL menjadi matang dan konsentrasi progesteron semakin
meningkat. Progesteron ini menghambat sekeresi Follicle stimulating hormone (FSH) oleh
hipofisa anterior sehingga menghambat pertumbuhan folikel ovarium dan mencegah
terjadinya estrus. Jika kuda itu tidak bunting, CL akan teregresi dan terjadi perkembangan
folikel yang baru. Diestrus biasanya berlangsung selama 15 sampai dengan 19 hari (Slusher
et al., 2004).
Menurut Hafez dan Hafez (2000b) dan (England, 2004) diestrus pada kuda terjadi
masing-masing selama 14 hari dan 14-16 hari. Lama diestrus yang bervariasi ini, dapat
disebabkan oleh tiga hal yaitu, terjadinya ovulasi akan tetapi tidak terlihat gejala estrus atau
yang dinamakan dengan silent ovulasi, adanya keberadaan CL yang persisten yang tidak
dapat dilisis oleh PGF2 atau PGF2 yang dihasilkan tidak cukup untuk melisis CL dan yang
terakhir adalah adanya ovarium yang tidak aktif baik pada masa transisi maupun bukan
musim kawin. Beberapa hal tersebut dapat menyebabkan perhitungan lama diestrus yang
bervariasi (Morel, 2002).
Siklus estrus terbagi menjadi dua fase yaitu fase luteal dan fase folikuler. Fase luteal
dapat disebut juga dengan diestrus merupakan suatu kondisi dimana CL dominan, sedangkan
fase folikuler (estrus) adalah fase disaat terjadi perkembangan folikel dominan. Kuda betina
merupakan ternak yang efisien, dia dapat estrus selama laktasi, tidak seperti ternak lainnya
yaitu domba yang sama-sama tergolong kedalam seasonally polyestrus. Kuda betina bahkan
mampu bunting dan laktasi dalam satu waktu yang sama. Kuda betina akan terlihat estrus 410 hari setelah beranak yang dinamakan dengan foal heat. Setelah itu kuda betina akan
kembali pada siklus estrus yang regular yaitu 21 hari (Morel, 2002). Kuda betina dapat
dikawinkan kembali 2-3 minggu setelah beranak (Reilas, 2001).

Periode Estrus
Periode estrus pada kuda rata-rata adalah tujuh hari dengan kisaran 4-8 hari. Ovulasi biasanya
terjadi secara spontan menjelang akhir estrus. Ovulasi akan terjadi pada 24 hingga 48 jam
menjelang akhir estrus dan sebaiknya kuda dikawinkan dua hari menjelang akhir estrus dan

diteruskan pada hari terakhir sebelum masa estrus berakhir (Hafez dan Hafez, 2000c).
Lamanya periode estrus bervariasi antara 4-7 hari (England, 2004) dan 5-6 hari (Malinowski,
2008) bahkan dapat mencapai 2-10 hari (Morel, 2002). Hafez dan Hafez (2000c),
menyatakan lama dan siklus estrus dapat berbeda antar individu kuda betina. Selama estrus
vulva kuda betina terlihat lebih besar dan lipatan pada vulva melonggar dan akan mudah jika
ingin dilakukan pemeriksaan. Selaput mukosa vulva membengkak, memerah, basah dan
mengkilap karena dilapisi oleh lendir yang transparan. Selain itu kuda yang sedang estrus
selalu berdiri dalam keadaan seperti akan urinasi, mengangkatkan ekornya dan terjadi
kontraksi pada klitoris. Kuda betina estrus pada saat didekati kuda jantan akan urinasi,
terdiam, ekor diangkat dan mengambil posisi siap untuk kawin dengan kondisi vulva yang
menutup dan membuka (Morel, 2008).

Anda mungkin juga menyukai