Anda di halaman 1dari 17

Hewan betina/induk mempunyai tugas memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali

kehidupan turunan yang baru dan menyediakan tempat beserta lingkungannya untuk perkembangan
individu baru, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupannya.
Tugas ini dilaksanakan oleh organ reproduksi primer dan sekunder. Organ reproduksi primer yaitu
ovarium. Ovarium menghasilkan ova (sel telur) dan hormon-hormon kelamin betina. Organ reproduksi
sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari oviduk, uterus, serviks, vagina, dan vulva. Fungsi organ-
organ reproduksi sekunder adalah menerima, menyalurkan, dan menyatukan sel-sel kelamin jantan dan
betina; memberi lingkungan; memberi makan; melahirkan individu baru. Alat-alat kelamin dalam
digantung oleh ligamentum lata. Ligamentum ini terdiri dari mesovarium (penggantung ovarium),
mesosalpink (penggantung oviduk), dan mesometrium (penggantung uterus).

1. Ovarium

Berbeda dengan testis, ovarium tertinggal di dalam cavum abdominalis. Ovarium mempunyai dwi
fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur (ova) dan sebagai organ endokrin yang
mensekresikan hormon kelamin betina (estrogen dan progesteron). Pada sapi dan domba, ovarium
berbentuk oval, namun pada kuda berbentuk seperti ginjal karena ada fossa ovulatorus yakni suatu
legokan pada pinggir ovarium. Pada babi, ovarium berupa gumpalan anggur, folikel-folikel dan corpora
lutea menutupi jaringan-jaringan ovarial di bawahnya. Pada sapi, ovarium bervariasi dalam ukuran
panjang, lebar, dan tebal. Umumnya ovarium kanan lebih besar daripada ovarium kiri, karena secara
fisiologik lebih aktif.

Alat reproduksi sapi betina

Folikel-folikel pada ovarium mencapai kematangan melalui tingkatan perkembangan yaitu folikel
primer, folikel sekunder, folikel tersier (folikel yang sedang tumbuh), dan folikel de Graaf (folikel
matang). Folikel primer terdiri dari satu bakal sel telur yang pada fase ini disebut oogonium dan selapis
sel folikuler kecil. Folikel sekunder berkembang ke arah pusat stroma korteks sewaktu kelompok sel-sel
folikuler. Yang memperbanyak diri membentuk suatu lapisan multi seluler sekeliling vitellus. Pada
stadium ini terbentuk suatu membran antara oogonium dan sel-sel folikuler, disebut zona pellucida.

Folikel tersier timbul sewaktu sel-sel pada lapisan folikuler memisahkan diri untuk membentuk
lapisan dan sutu rongga (antrum), ke arah oogonium akan menonjol. Antrum dibatasi oleh banyak
lapisan sel folikuler yang dikenal secara umum sebagai membrana granulose dan diisi oleh suatu cairan
jernih Liquor foliculi yang kaya akan protein dan estrogen.
Folikel de Graaf adalah folikel matang yang menonjol melalui korteks ke permukaan ovarium
seperti suatu lepuh. Pertumbuhannya meliputi dua lapis sel stroma korteks yang mengelilingi sel-sel
folikuler. Lapisan sel-sel tersebut membentuk theca folliculi yang dapat dibagi atas theca interna yang
vascular dan theca externa yang fibrous.

2. Oviduk

Oviduk atau tuba fallopii merupakan saluran kelamin paling anterior, kecil berliku-liku, dan terasa
keras seperti kawat terutama pada pangkalnya. Pada sapi dan kuda, panjang oviduk mencapai 20-30 cm
dengan diameter 1,5-3 mm. oviduk tergantung pada mesosalpink. Oviduk terdiri atas infundibulum
dengan fimbriae, ampula, dan isthmus.

Ujung oviduk dekat ovarium membentang menganga membentuk suatu struktur berupa corong
(infundibulum). Muara infundibulum (ostium abdominale) dikelilingi oleh penonjolan-penonjolan
ireguler pada tepi ujung oviduk (fimbriae). Pada saat ovulasi, pembuluh-pembuluh darah pada fimbriae
penuh berisi darah yang mengakibatkan pembesaran dan penegangan fimbriae. Penegangan ini diiringi
oleh kontraksi otot-ototmenyebabkan ostium tuba fallopii mendekati permukaan ovarium untuk
menerima ovum matang yang akan dilepaskan.

Bagian ampula dari tuba fallopii merupakan setengah dari panjang tuba dan bersambung dengan
daerah tuba yang sempit yaitu isthmus. Pada saat ovulasi, ovum disapu ke dalam ujung oviduk yang
berfimbrial. Kapasitas sperma, fertilisasi, dan pembelahan embrio terjadi di dalam tuba fallopii. Cairan
luminal tuba fallopii merupakan lingkungan yang baik untuk terjadinya fertilisasi dan permulaan
perkembangan embrional. Cairan dihasilkan oleh lapisan epitel tuba karena pengaruh hormon ovarial.
Pertemuan utero-tubal mengatur pengangkutan sperma dari uterus ke tuba fallopii dan transpor embrio
dari tuba ke dalam uterus.

Tuba Fallopii

Fungsi oviduct :

1) menerima sel telur yang diovulasikan oleh ovarium.

2) transport spermatozoa dari uterus menuju tempat pembuahan.3) tempat pertemuan antara ovum
dan spermatozoa (fertilisasi).

4) tempat terjadinya kapasitasi spermatozoa.

5) memproduksi cairan sebagai media pembuahan dan kapasitasi spermatozoa.


6) transport yang telah dibuahi (zigot) menuju uterus.

Uterus Uterus terdiri dari kornu, korpus, dan serviks. Proporsi relatif masingmasing bagian berbeda-
beda antar spesies. Uterus babi tergolong bicornis dengan kornu yang sangat panjang tetapi korpusnya
sangat pendek. Uterus sapi, domba, dan kuda kedua kornu dan korpus uteri yang cukup panjang (paling
besar pada kuda).

Dari segi fisiologik, hanya dua lapisan uterus yang dikenal yaitu endometrium dan miometrium.
Endometrium adalah suatu struktur glanduler yang terdiri dari lapisan epitel yang membatasi rongga
uterus, lapisan glanduler, dan jaringan ikat. Miometrium merupakan bagian muskuler dinding uterus
yang terdiri dari dua lapis otot polos, selapis dalam otot sirkuler, dan selapis luar otot longitudinal yang
tipis.

Permukaan dalam uterus ruminansia mengandung penonjolan-penonjolan seperti cendawan dan


tidak berkelenjar, disebut caruncula. Uterus sapi memiliki 70-120 caruncula yang berdiameter 10 cm dan
terlihat seperti spon karena banyak lubang-lubang kecil (crypta) yang menerima villi chorionok placental.
Villi-villi chorion hanya berkembang pada daerah tertentu pada selubung faetus (cotyledon) yang
memasuki caruncula.

Cotyledon dan caruncula bersama-sama disebut placentoma. Uterus kuda dan babi tidak
mempunyai caruncula. Uterus mempunyai fungsi-fungsi yang penting untuk perkembangbiakan ternak.
Pada waktu perkawinan, kontraksi uterus mempermudah

pengangkutan sperma ke tuba fallopii. Sebelum implantasi, uterus mengandung cairan yang merupakan
medium bersifat suspensi bagi blastocyt, sesudah implantasi uterus merupakan tempat pembentukan
plasenta dan perkembangan fetus.

Fungsi lain uterus adalah adanya hubungan kerja secara timbal balik dengan ovarium. Adanya
korpus luteum akan merangsang uterus menghasilkan PGF2α yang berfungsi untuk regresi korpus
luteum secara normal. Stimulasi uterus selama fase permulaan siklus birahi mempercepat regresi korpus
luteum dan menyebabkan estrus dipercepat.

Tipe-tipe uterus hewan ada bermacam-macam, antara lain :

1) Uterus Simpleks

Uterus tipe Sipleks ini dimiliki oleh primata dan mamalia sejenis. Uterus tipe ini mempunyai servik
uteri, korpus uteri nya jelas dan tidak memiliki kornua uteri.

Uterus Simpleks
2) Uterus Bipartitus

Uterus tipe Bipartitus ini dimiliki oleh sapi, domba, anjing, kucing, dan kuda. Uterus tipe ini
mempunyai satu servik, korpus uteri jelas terutama pada kuda, mempunyai kornua uteri, dan terdapat
sebuah septum pemisah kedua kornua uteri.

Uterus Bipartitus

3) Uterus Bikornis

Uterus tipe Bikornis ini dimiliki oleh babi. Korpus uterus sangat pendek, sebuah servik dan kornua
uteri panjang serta berkelok-kelok.

Uterus Bikornis

4) Uterus Duplek

Uterus tipe duplek ini dimiliki oleh tikus, mencit, kelinci, dan marmot. Uterus tipe ini memiliki dua
korpus uteri, dan dua servik.

Uterus Duplek

5) Uterus Delphia

Uterus tipe delphia ini dimiliki oleh hewan berkantung, seperti opossum, kanguru, dan platypus.
Semua saluran kelaminnya terbagi dua yaitu dua kornua uteri, dua korpus uteri, dua servik, dan dua
vagina.
Uterus Delphia

Serviks

Serviks adalah suatu struktur berupa sphincter yang menonjol ke kaudal ke dalam vagina. Serviks
dikenal dari dindingnya yang tebal dan lumen yang merapat. Dindingnya ditandai dengan berbagai
penonjolan. Pada ruminansia penonjolan-penojolan ini terdapat dalam bentuk lereng-lereng transversal
dan saling menyilang disebut cincin-cincin annuler. Cincin-cincin ini sangat nyata pada sapi (biasanya 4
buah) yang dapat menutup rapat serviks. Pada babi, cincin-cincin tersebut tersusun dalam bentuk
sekrup pembuka botol yang disesuaikan dengan perputaran spiralis ujung penis babi jantan. Pada kuda,
rongganya lurus dengan lipatan memanjang berbentuk seperti corong sehingga mudah didilatasi
secara manual.

Serviks berfungsi untuk mencegah masuknya mikroorganisme atau benda-benda asing ke lumen uterus.
Pada saat estrus, serviks akan terbuka sehingga memungkinkan sperma memasuki uterus sehingga
terjadi pembuahan serta menghasilkan cairan mucus yang keluar melalui vagina. Pada saat hewan
bunting, serviks menghasilkan sejumlah besar mucus tebal yang dapat menutup atau menyumbat mati
canalis servicalis sehingga mencegah masuknya materi infeksius ke dalam uterus serta mencegah fetus
keluar. Sesaat sebelum partus, penyumbat serviks mencair dan serviks mengalami dilatasi sehingga
terbuka dan memungkinkan fetus beserta selaputnya dapat keluar.

3. Vagina

Vagina adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung muskuler yang terletak di dalam
rongga pelvis, dorsal dari vesica urinaria, dan berfungsi sebagai alat kopulatoris (tempat deposisi semen
dan menerima penis), serta sebagai tempat berlalu bagi fetus sewaktu partus. Legokan yang dibentuk
oleh penonjolan serviks ke dalam vagina disebut fornix. Himen adalah suatu konstriksi sirkuler antara
vagina dan vulva. Himen dapat menetap dalam berbagai derajat pada semua spesies dari suatu pita
sentral tipis dan vertikal sampai suatu struktur yang sama sekali tidak tembus (himen imperforata).
Vagina mempunyai panjang yang bervariasi sapi mempunyai panjang 25,0-30,0 cm, domba 7,5-
10,0 cm, kuda 20,0 -35,0 cm dan 7,5-11,5 cm. Pada vagina sapi dan domba masih ditemukan sisa-sisa
saluran Wolfi sedangkan pada kuda dan babi jarang ditemukan sisa- sisa saluran Wolfi.

4. Alat kelamin luar

Alat kelamin luar terbagi atas vestibulum dan vulva. Vulva terdiri dari labia majora, labia minora,
commisura dorsalis dan ventralis, serta klitoris. Pertemuan antara vagina dan vestibulum ditandai oleh
muara uretra eksterna (orificium urethrae externa). Pada sapi dan babi terdapat kantong buntu disebut
diverticulum suburethrae yang terletak pada bagian bawah dari permuaraan uretra. Selama proses
partus berlangsung, vestibulum berfungsi untuk tumpuan pertautan bagi seluruh saluran kelamin yang
berkontraksi sewaktu mengeluarkan fetus.

Labia atau bibir vulva secara normal selalu dekat berdampingan, tidak menganga, dan lubang
vulva terletak tegak lurus terhadap lantai pelvis. Labia minora adalah bibir yang lebih kecil dengan
jaringan ikat di dalamnya dan mengandung kelenjar Sebaceous. Antara celah vulva dan anus terdapat
perineum yaitu kulit yang terdiri dari jaringan ikatdan urat daging yang dapat sobek bila melahirkan
anak yang terlalu besar.

Commisura ventralis menutupi klitoris, suatu struktur yang homolog dan mempunyai asal embriologik
yang sama dengan penis. Klitoris terdiri dari jaringan erektil yang diselubungi oleh epithel squamous
bersusun dan mengandung cukup banyak ujung-ujung syaraf sensoris.

A. Organ Reproduksi Jantan

Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung testis,
epididymis, duktus deferen, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan bulbouretralis), urethra,
dan penis yang dilindungi oleh prepusium (Dellmann, 1992).

Gambar 1. Organ Reproduksi Jantan

B. Testis

Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, sebagaimana halnya ovarium pada ternak
betina. Testis dikatakan sebagai organ primer karena berfungsi menghasilkan gamet jantan
(spermatozoa) ( Saputro et al, 2008). Tahapan spermarogenesis meliputi spermatogonium,
spermatositprimer, spermatosit skunder, spermatid muda, dan spermatid matang ( Susatyo dan Chaeri,
2009).

Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang banyak mengandung serabut
syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Di bawah tunica albuginea terdapat parenkim
yang menjalankan fungsi testis. Parenkim membentuk saluran yang berkelok-kelok (Frandson, 1992).
Secara sentral, septula testis berlanjut dengan jaringan ikat longgar dari mediastinum testis. Kuda
jantan, mediastinum testis terbatas pada kutub kranial testis, tetapi pada hewan piaraan umumnya
menempati posisi sentral. Jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular mengandung pembuluh darah
dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas dan sel interstisial endokrin (sel Leydig) (Dellman, 1992).

Sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan respon FSH dengan
mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada dosis. Selain reseptor LH,
ditemukan pula reseptor prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan inhibin memfasilitasi
aktivasi stimulasi yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron, namun keduanya tidak bisa
melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).

Sel-sel sertoli mempunyai fungsi khusus dalam proses spermatogenesis. Fungsi sel–sel sertoli adalah (1)
memberi lingkungan tempat khusus untuk berkembangnya sel–sel germinal. Sel ini mensekresikan
cairan yang membasahi sel–sel germinal, dan juga mensekresi cairan tambahan ke lumen tubulus
seminiferus untuk menyediakan nutrisi bagi sperma yang berkembang dan baru dibentuk, (2)
Memainkan peranan dalam perubahan spermatosit menjadi sperma suatu proses yang disebut
spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki fungsi penting antara lain factor inhibisi muller
(FIM) disekresi oleh testis selama perkembangan janin untuk menghambat pembentukan tuba fallopi
dariductus muller, ekstradiol merupakan hormon kelamin feminism yang penting, Inhibin yang
merupakan umpan balik dari inhibisi pada kelenjar hypophysis untuk anterior untuk mencegah sekresi
yang berlebihan dari hormon perangsang folikel (Dellmann, 1992). Hasil pengamatan diperoleh bahwa
histologi testis hewan jantan terdiri membran basement, tubulus seminiferus yang merupakan
kumpulan dari sel sertoli, dan sel leydig yaitu sel–sel yang terdapat diantara sel sertoli. Apabila
dibandingkan antara literatur dengan hasil paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis
secara histologi yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan tubulus seminiferus.

Gambar 2.Testis

C. Epididymis

Epididymis merupakan pipa panjang dan berkelok–kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada
testis dengan ductus deferens. Epididymis mempunyai empat fungsi utama, yaitu pengangkutan,
penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma (Frandson, 1992). Atas dasar criteria
histologi, histokimia dan ultrastruktur, epididymis dapat dibagi dalam beberapa segmen. Penyebaran
dan jumlahnya khas untuk tiap spesies. Secara umum, bagian proksimal dari epididymis (kepala dan
badan) berperan dalam proses pemasakan spermatozoa, sedangkan bagian ekor epididymis berperan
dalam penyimpanan spermatozoa. Di daerah ini 45% spermatozoa disimpan. Spermatozoa yang
meninggalkan testis, selain belum mampu bergerak dan bersifat tidak fertil, berbeda dengan
spermatozoa yang telah melalui epididymis yang telah memiliki sifat mampu bergerak dan fertil. Selama
persinggahan dalam duktus epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologik
dan fungsional yang mengarah pada pemilikan kapasitas pembuahan menjelang mencapai ekor
epididymis. Perubahan status fungsional spermatozoa tercermin dalam :

1. perkembangan motilitas progresif,

2. modifikasi proses metabolisme,

3. perubahan sifat permukaan membran plasma, aktivitas ikatan molekul pada selaput yang diperlukan
untuk pengenalan proses selama pembuahan,

4. stabilisasi membran plasma melalui oksidasi pada gugus sulfhidril yang terkait,

5. gerakan ke arah ekor dan akhirnya kehilangan tetes sitoplasma, yaitu sisa sitoplasma spermatid.
Setelah masak, spermatozoa dewasa disimpan dalam ekor epididymis untuk jangka waktu lama, lebih
lama daripada bila disimpan dalam suhu yang sama secara in vitro (Dellmann, 1992).

Spermatozoa di dalam Epididymis mengalami beberapa proses pematangan, seperti mendapat


kemampuan untuk bergerak. Epididymis merupakan saluran reproduksi yang amat penting, karena
saluran sangat menentukan kemampuan fertilitas sperma yang dihasilkan. Adapun fungsi pokok
Epididymis adalah alat transfor, pendewasaan, penimbunan sperma dan sekresi cairan Epididymis.
Sperma melewati Epididymis berkisar antara 9 sampai 13 hari yang dialirkan oleh cairan testis, aktivitas
silia epitel dari duktus deferens dan oleh kontraksi otot dinding saluran Epididymis. Bagian cauda
epididymis nampaknya merupakan organ khusus untuk penimbunan sperma , karena sekitar 75% dari
total sperma Epididymis berada dibagian ini dan kondisi lingkungannya memberikan kemampuan
fertilitas yang lebih tinggi dibanding dibagian lain. Sperma yang berasal dari bagian cauda Epididymis
memberikan persentase kebuntingan 63% dan lebih tinggi dibanding sperma yang berasal dari bagian
caput Epididymis yang hanya 33,33% (Soeroso dan duma, 2012).

Gambar 3. Epididymis

D. Duktus deferens

Duktus deferens meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui kanal inguinal yang merupakan bagian
dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar kebelakang, memisah dari pembuluh
darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua duktus deferens mendekati uretra, bersatu dan kemudian
ke dorso kaudal kandung kencing, serta dalam lipatan peritonium yang disebut lipatan urogenital
(genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar pada betina (Frandson, 1992). Lipatan
mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel
beruah menjadi silinder sebaris. Dekat Epididymis, sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan
bercabang. Jaringan ikat longgar pada propria-submukosa banyak mengandung pembuluh darah,
fibroblas dan serabut elastis. Tunika muskularis pada bagian terminal duktus deferens terdiri dari
susunan bervariasi dari berkas otot polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh
darah dari tunika adventisia (Dellmann, 1992).

Gambar 4. Ductus deferens

E. Penis

Organ kopulasi pada hewan jantan adalah penis, dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu glans atau alat
gerak bebas, bagian utama atau badan dan krura atau akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis
yang tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur internal penis merupakan jaringan kavernosus
(jaringan erektil) yang terdiri dari sinus-sinus darah yang dipisahkan oleh lembaran jaringan pengikat
yang disebut septa, yang berasal dari tunika albuginea, kapsula berserabut di sekitar penis (Frandson,
1992).

Ruang antara tunika albuginea dan jalinan trabekula diisi oleh jaringan erektil. Relaksasi sel-sel otot
menyebabkan penis memanjang dan keluar dari selubung prepusiumnya yang sering terjadi pada saat
kencing. Ruang kavernosa menerima suplai utama darah dari arteri berbentuk mengulir (helical
arrangement), sering disebut arteria helisine (arteria helicinae). Pengenduran sel-sel otot polos dalam
arteria helisine menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam ruang-ruang corpora kavernosa.
Peningkatan volume darah akan menekan vena-vena tepi, sehingga akan memperkecil aliran darah
keluar, sementara mengisi ruang-ruang jaringan erektil dalam corpora kavernosa, spongiosa penis dan
glans penis (Dellmann, 1992).

Gambar 5. Penis

F. Kelenjar-Kelenjar Tambahan

1. Kelenjar vesicularis

Pada sapi kelenjar ini sepsang; dari luar kelihatan jelas berlobuli; letaknya sebidang dengan ampulla vas
deferens tetapi ada di sebelah lateral, jadi kedua ampula itu diapit oleh kedua kelenjar vesikuralis
(Partodiharjo, 1987;38).

Sekresi kelenjar vesikularis merupakan 50% dari volume total dari suatu ejakulasi yang normal. Jadi
kalau pejantan sapi itu ejakulasinya 5 cc maka 2½ cc berasal dari kelenjar vesikularis (Partodiharjo,
1987;38).

Hasil sekreta yang bersifat gelatin, putih atau kekuningan dari dari kelenjar vesikulosa merupakan 25%
sampai 30% dari seluruh ejakulat sapi. Sekreta ini kaya akan fruktosa yang berperan sebagai sumber
energi spermatozoa yang telah diejakulasikan (Dellman, 1992;472).
2. Kelenjar prostate

Kelenjar prostat pada sapi ada sepasang, bentuknya bulat dan jauh lebih kecil daripada kelenjar
vesikularis. Sekresi dari kelenjar ini melalui beberapa muara kecil masuk ke dalam urethra kira-kira pada
jarak 19 cm kaudal dari muara kelenjar vesikularis (Partodiharjo, 1987;38).

Kelenjar prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang dari epitel uretrha pelvis. Secara
topografik dibedakan dua bagian; bagian padat kelenjar atau bagian luar (corpus prostat), dan bagian
yang menyebar atau bagian dalam (pars disseminata prostatae). Bagian luar menutup bagian dorsalnya
saja. Pars dissemnata terletak dalam propia-submukosa urethra pelvis (Dellman, 1992;472).

Kontribusi sekreta kelenjar prostat terhadap volume total ejakulasi bervariasi, tergantung pada spesies.
Pada ruminansia 4%-6%, kuda jantan 25%-30%, dan babi jantan 35%-60%. Salah satu fungsi kelenjar
prostat adalah menetralisrkan plasma mani, membuatnya asam dengan akumulasi metabolit
karbondioksida dan asam laktat, dan untuk merangsang gerak aktif spermatozoa dalam ejakulat
(Dellman, 1992;474).

3. Kelenjar cowper

Terdapat sepasang kelenjar bulbouretralis (kelenjar cowper) terletak dorsoventral uretra dalam rongga
pelvis. Bersifat sebagaikelenjar tubulus majemuk (babi, kucing, dan kambing jantan), atau tubuloalveolar
(kuda, sapi dan domba jantan), anjing tidak memilikinya (Dellman, 1992;474).

Pembuluh sekresi dari kedua kelenjar ini bertemu dan bersatu kemudian menuju ke urethra; setelah 2-3
cm dari tempat pertemuan, pembuluh itu bermuara ke dalam urethra. Baik kelenjar prostat maupun
cowper terbentuk dari lobuli dan tiap-tiap lobuli berbentuk tabung. Tiap-tiap lobuli dipisahkan oleh
suatu dinding pemisah yang mengandung serabut-serabut urat daging licin. Urat dagung ini berkontraksi
secara tiba-tiba dan sekresinya memancar keluar. Sel-sel sekretorinya berbentuk kubus dengan inti di
dasarnya dan beberapa bintik-bintik di sekitar inti (Partodiharji, 1987;39).

Kelenjar berfungsi menghasilkan suatu cairan yang dapat membersihkan urethra pada saat semen
terlepas (Girisonta, 1981;82).

Hasil sekresi yang bersifat mukus dam mirip protein kelenjar bulbouretralis, disekresikan mendahului
proses ejakulasi pada ruminansia, berperan menetralisirkan lingkungan urethra dan melumasi urethra
serta vagina. Pada babi jantan, hasil sekresi mukous yang kaya akan asam sialik (sialik acid)merupakan
sebagian dari ejakulat (15%-30%) dan kemungkinan ikut membantu menutup serviks dalam menghindari
kehilangan meni (Dellman, 1992;477).

Sebelum kopulasi, sering terlihat adanya tetesan-tetesan cairan dalam penis yang berasal dari cowper.
Semua kelenjar accesor bersifat aprokrine, artinya: sebagian besar dari isi sel sekretorinya turut keluar
pada saat sel itu mengeluarkan sekresinya (Partodiharjo, 1987;39).

Kelenjar Vesikularis
Kelenjar vesicularis berjumlah sepasang yang terletak di kanan-kiri ampula duktus deferens. Pada
ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya berlobus-lobus. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara
ke dalam urethra, secara umum muaranya menjadi satu dengan ampula sehingga ada 2 muara di kiri
dan kanan. Muara ini disebut ostium ejaculatorium. Kadang-kadang muaranya terpisah, yaitu muara
kelenjar vesicularis berada di bagian cranial dari kelenjar ampula. Sekresi kelenjar ini banyak
mengandung protein, potasium, fruktosa, asam sitrat, asam askorbut, vitamin dan enzim, warnanya
kekuning-kuningan karena banyak menagndung flavin dengan pH 5,7-6,2. Sekresi kelenjar vesicularis
pada sapi merupakan 50% dari total volume ejakulasi.

Kelenjar Prostata

Pada sapi kelenjar prostata berjumlah sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus. Kelenjar prostata
terdiri dari 2 bagian, badan prosatata dan prostata yang cryptik. Bagian badan prosatata terdapat di
belakang ampula dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus prostata. Kelenjar prostata
berfungsi sebagai penghasil cairan yang encer dan mengandung ion organik (Na, Cl, Ca, Mg) dengan pH
lebih besar dari 7,0.

Kelenjar bulbourethralis

Kelenjar bulbourethralis berjumlah sepasang, terdapat di sebelah kanan dan kiri urethra bulbourethralis,
dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi kelenjar ini sebesar buah kemiri, padat dan mempunyai
kapsul. Kelenjar bulbourethralis berfungsi sebagai penghasil getah kental yang berfungsi sebagai
pembersih saluran reproduksi dari sisa-sisa urine.

Fertilisasi adalah proses bersatunya kedua jenis sel kelamin (jantan dan betina), dimana masing-masing
gamet mengandung 1n kromosom yang disebut haploid sehingga menghasilkan sel baru yang disebut
zigot. (mengandung 2n kromosom/diploid). Meskipun masih berupa satu sel baru, zigot sudah dapat
disebut sebagai makhluk hidup baru,karena zigot merupakan bentuk paling awal dari semua makhluk
hidup yang berkembang melalui proses fertilisasi. Zigot satu sel inilah yang akan berkembang menjadi
embrio tahap dua sel,empat sel,morula, blastosist dan akan terus berkembang dan berdiferensiasi
membentuk organ-organ tubuh sampai akhirnya membentuk fetus.

Ada 2 fungsi utama fertilisasi, yaitu:

A. Fungsi reproduksi

Dalam hal ini ,fertilisasi memungkinkan terjadinya pemindahan unsur- unsur genetik dari orangtua atau
induknya. Jika pada gametogenesis terjadi reduksi (pengurangan) unsur genetik dari diploid menjadi
haploid, maka pada fertilisasi dimungkinkan pemulihan kembali unsur genetiknya, 1n dari gamet jantan
dan 1n dari gamet betina sehingga diperoleh individu normal 2n.

B. Fungsi perkembangan

Pada fungsi ini,fertilisasi menyebabkan gertakan atau rangsangan pada sel telur untuk menyelesaikan
proses meiosisnya dan membentuk pronukleus betina yang akan melebur (syngami) dengan pronukleus
jantan membentuk zigot dan seterusnya berkembang menjadi embrio dan fetus.

PERJALANAN SPERMATOZOA KETEMPAT FERTILISASI

Perjalanan spermatozoa meliputi tiga tahapan sebagai berikut :

1. Dalam Tubuh Jantan

Spermatozoa yang telah dihasilkan di dalam tubulus seminiferus melalui proses spermatogenesis akan
keluar dari tubulus seminiferus bercampur dengan plasma semen masuk ke vas efferent. Proses ini
terjadi akibat adanya tekanan volume dari dalam tubulus. Dari vas efferent, spermatozoa selanjutnya
masuk ke duktus epididimis. Dalam tahapan ini, spermatozoa juga mengalami proses maturasi atau
pematangan. Tahap selanjutnya spermatozoa yang sebelumnya pada duktus epididimis selanjutnya
masuk ke vas deferent. Di daerah ini, spermatozoa akan menerima sekreta yang dihasilkan oleh glandula
vesikula seminalis untuk selanjutnya bermuara di duktus ejakulatorius. Tahap perjalanan selanjutnya
sebelum diejakulasikan dalam bentuk semen, spermatozoa juga akan menerima sekreta dari kelanjar
prostate dan bulbouretralis.

2. Di Luar Tubuh Jantan

Peristiwa ini hanya ditemukan pada hewan-hewan tertentu, yaitu pada hewan yang mengalami
pembuahan diluar tubuh seperti ikan, amfibia. Peristiwa ini diawali dengan dikeluarkannya spermatozoa
oleh hewan jantan ke dalam medium berupa air dan secara serentak juga betina akan mengeluarkan
ovum. Spermatozoa yang dikeluarkan kemudian bergerak aktif untuk melakukan pembuahan. Untuk
hewan-hewan lainnya yaitu reptilia, aves dan mamalia, peristiwa ini tidak terjadi karena proses
pembuahannya terjadi di dalam tubuh betina.

3. Dalam Tubuh Betina

Spermatozoa yang dideposisikan pada vagina, serviks, ataupun uterus pada saat perkawinan harus
mempunyai kemampuan untuk mencapai tempat terjadinya fertilisasi di ampula bagian caudal dari
uterus. Beberapa peniliti menyatakan bahwa kemampuan spermatozoa untuk mencapai tempat
fertilisasi adalah karena pergerakan spermatozoa itu sendiri, sedangkan pendapat lain menyatakan
bahwa itu akibat pengaruh saluran reproduksi betina. Beberapa factor fisiologi yang berpengaruh
terhadap kecepatan perjalanan spermatozoa adalah volume ejakulat, tempat deposisi, dan anatomi
saluran reproduksi betina. Lama waktu yang dibutuhkan spermatozoa agar sampai ke tempat fertilisasi
berkisar antara 2-60 menit.

Tabel dibawah ini menunjukkan perkiraan waktu yang diperlukan oleh spermatozoa dari beberapa
spesies hewan untuk mencapai tuba falopii, tempat terjadinya fertilisasi.

Hewan

Volume ejakulasi (ml)

Tempat deposisi

Interval waktu dari ejakulasi oleh sampai di tuba falopii

Mencit

>0.1

Uterus

15 menit

Hamster

>0,1

Uterus

2-60 menit

Tikus

0,1

Uterus

15-30 menit

Kelinci

1.0

Vagina

Beberapa menit

Anjing

10,0
Uterus

Beberapa menit

Kambing

1,0

Vagina

6 menit

Sapi

4,0

Vagina

2-13 menit

Babi

250

Seviks dan badan uterus

15-30 menit

Dari sekian banyak spermatozoa yang diejakulasikan, hanya sedikit yang mampu mencapai ampula dan
kebanyakan mati pada saluran reproduksi betina. Hal ini mungkin sebagai akibat adanya fagositosis oleh
sel darah putih dan arah balik ke vagina. Spermatozoa yang dideposisikan pada vagina harus melewati
serviks sebelum mencapai oviduk. Mekanisme pergerakan spermataozoa melewati serviks masih
diperdebatkan. Ada yang menyatakan bahwa pergerakan yang cepat melewati serviks adalah akibat
kontraksi vagina dan uterus selama kopulasi. Teori yang lain menjelaskan bahwa spermatozoa yang
motil mampu malakukan penetrasi dan migrasi melewati mukus serviks. Perjalanan spermatozoa
melintasi uterus sampai ke tautan uterus tuba sangat cepat dan hal ini disebabkan oleh adanya bantuan
kontraksi otot uterus. Seperti pada serviks, isthmus pada oviduk diperkirakan juga sebagai tempat
penampungan spermatozoa untuk beberapa waktu sebelum bergerak ke ampula berlangsungnya
fertilisasi. Pergerakan spermatozoa dari isthmus ke ampula berlangsung terutama akibat kontraksi otot.

PROSES FERTILISASI

Selama berhubungan seksual, jumlah semen yang biasa diejakulasikan rata-rata adalah 3,5 mililiter dan
setiap satu mililiter semen rata-rata mengandung 120 juta spermatozoon. Jumlah ini diperlukan
mengingat tingkat kematian spermatozoon sangat tinggi, hanya sekitar 100 spermatozoon saja yang
mampu bertahan hidup untuk mendekati ovum di tuba fallopii. Dua puluh persen (20%) spermatozoon
rata-rata juga akan mengalami perubahan menjadi steril (kehilangan kemampuannya untuk membuahi
ovum), sedangkan yang lainnya akan mati karena tingkat keasaman vagina, sehingga beberapa
spermatozoon bahkan ada yang tidak dapat menjangkau leher rahim dan akhirnya mati.

Sel telur dilapisi bukan saja oleh membran plasma tetapi oleh lapisan-lapisan lain, dimana seharusnya
hanya dapat ditembus dalam suatu proses yang memerlukan waktu agak lama sebelum spermatozoa
dapat masuk. Oleh karena itu spermatozoa haruslah dapat menempel pada permukaan telur cukup lama
sampai reaksi penghancuran.

DIAGrAM aKrOSOm

Tempat penyatuan ovum dengan spermatozoa adalah didalam ampula. Pada kebanyakan mamalia,
untuk keberhasilan fertilisasi, spermatozoa harus mempunyai kemampuan menembus kumulus ooforus,
korona radiata, dan zona pellusida sebelum masuk ke membran vitelin oosit. Spermatozoa yang
mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim yang memecah protoplasma
pelindung ovum agar dapat menembus ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak
korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma saja. Enzim ini
berperan menghancurkan matrix kumulus ooforus sehingga spermatozoa dapat mencapai zona
pelusida. Enzim akrosin berperan dalam perusakan zona pellusida. Badan dan ekor sperma terpisah dari
kepala segera setelah masuk ke dalam ovum. Tapi pada beberapa jenis hewan bagian ekor tinggal diluar,
hanya bagian kepala, leher dan badan masuk seperti pada kelinci. Segera setelah kedua sel bersatu,
kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus) ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu
bersatu dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).

250px-Sperm-egg

Perjalanan panjang untuk fertilisasi harus diselesaikan dalam waktu 12 sampai 48 jam, sebelum sperma
mati. Sperma harus melintasi penghalang dari leher rahim, yang tipis dan berair pada betina yang baru
saja ovulasi. Setelah sperma telah melintasi lendir leher rahim, sperma melakukan perjalanan sampai
lapisan lembab dari rahim ke saluran telur (hanya salah satu saluran telur berisi telur, sperma banyak
sehingga perjalanan ke arah yang salah). Kurang dari 1.000 sperma keluar dari jutaan dalam air mani
benar-benar mencapai saluran telur. Banyak sperma mengelilingi telur dalam tabung telur. Kepala setiap
sperma (akrosom) menghasilkan enzim yang mulai memecah jeli, seperti lapisan luar membran telur,
yang mencoba untuk menembus telur. Isi membengkak, mendorong sperma lain jauh dari telur (reaksi
kortikal). Sperma lainnya mati dalam waktu 48 jam. Reaksi kortikal memastikan bahwa hanya satu
sperma menyuburkan telur.

Perpaduan ovum dan spermatozoa merangsang dimulainya pembelahan mitosis. Pertama,


dihasilkan embrio 2 sel, sel itu disebut blastomer. Pada blastomer dari 2 sel membelah lagi menjadi 4
sel. Dengan demikian 1 blastomer, mempunyai ukuran seperempat ukuran zigot. Selanjutnya, terjadi
pembelahan lagi menjadi 8 sel kemudian menjadi 16 sel. Setelah berulang kali mengalami pembelahan,
ukuran sel akan menjadi semakin kecil dan nampak sebagai bola padat yang disebut morula. Pada
kebanyakan spesies, morula terbentuk dari kira-kira 16 sampai 32 sel. Terjadinya pembelahan mitosis
yang berlanjut menyebabkan jumlah sel semakin banyak, tetapi ukuran sel semakin kecil. Selama
perjalanan dalam tuba fallopi menuju ke uterus morula berkembang menjadi blastosis. Blastosis
memperoleh makanan dari sekret kelenjar uterus. Semua sel yang terdapat dalam blastosis sangat
identik. Sampai tahap itu, belum terjadi diferensiasi sel. Diferensiasi akan mulai terjadi setelah embrio
mengalami gastrulasi, yaitu pembentukan 3 lapis sel, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

SPERMA

Penetrasi Spermatozoon ke dalam Ooplasma

http://1.bp.blogspot.com/_1O1Ctr_I0o4/SZ-
FYuipvaI/AAAAAAAAAHA/N86weBgEF_Y/s400/yg+bener+3.jpg

Diketahui bahwa dalam tiap hubungan seksual, jumlah semen yang biasa diejakulasikan rata-rata adalah
3,5 mililiter dan setiap satu mililiter semen rata-rata mengandung 120 juta spermatozoon. Dan hanya
satu spermatozoon saja yang dapat berhasil menembus lapisan ovum. Masuknya inti spermatozoon ke
dalam ooplasma menimbulkan berbagai reaksi, yaitu: reaksi membran, reaksi korteks dan kenaikan
metabolisme

Saat spermatozoon melakukan penetrasi, maka sel telur akan mengeluarkan senyawa tertentu agar zona
pellusida tidak dapat ditembus oleh spematozoon lain, mengakibatkan membran telur menjadi elastis
dan liat (reaksi membran) agar tidak terjadi polispermi. Di dalam korteks terjadi kenaikan kadar ion
Calsium (Ca++) sebagai activator metabolisme. Sintesis protein khusus pada proses ini dimaksudkan
untuk membantu inisiasi pembelahan dan membentuk enzim metabolic. Fertilisasi yang dilakukan oleh
satu spermatozoon saja disebut monospermi. Reaksi fisiologis penting yang terjadi pada permukaan
telur apabila fertilisasi berlangsung ialah tidak responsifnya telur terhadap spermatozoon yang datang
berikutnya, sehingga dapat mencegah masuknya spermatozoon yang kedua. Mekanisme yang terjadi
disebut sebagai reaksi penolakan (Blocking System), dimana tidak memungkinkan terjadinya polispermi,
atau setidaknya dapat mencegah masuknya sperma yang kedua. Pada permukaan telur terdapat anti
fertilizin. Salah satu fungsinya adalah bahwa pada waktu fertilisasi, reaksi fertilizin – anti fertilizin dapat
mencegah spermatozoon lain agar tidak lagi menempel pada telur.

http://1.bp.blogspot.com/_1O1Ctr_I0o4/SZ-
FqIOHPKI/AAAAAAAAAHI/Tye95nU4U8w/s400/yg+bener+2.jpg

Penetrasi spermatozoon juga akan merangsang sel telur untuk menyelesaikan proses meiosis II
yang menghasilkan 3 badan polar dan satu pronukleus betina. Masuknya spermatozoon dalam
ooplasma menyebabkan reorganisasi penyebaran protein di dalam ooplasma. Pigmen (protein
berwarna) mengalir ke tempat masuknya spermatozoon. Perubahan letak protein dalam ooplasma
mencerminkan pola bentuk dan struktur tubuh embrio yang akan terbentuk nantinya.

Polyspermy merupakan suatu peristiwa masuknya multisperma (lebih dari 1 sperma) ke dalam ovum (sel
telur) ketika fertilisasi terjadi. Terdapat 2 macam polispermi, yaitu:

Fast block polyspermi

Peritiwa ini terjadi ketika sperma dan ovum bertemu. Sperma pertama yang mencapai ovum itu
sendiri berfusi dengan membran plasma ovum, memicu suatu perubahan kimiawi di membran yang
mengelilingi ovum sehingga lapisan ini tidak lagi dapat ditembus sperma lain (Fenomena Black To
Polyspermy). Pros blokade cepat polispermi dilakukan dengan mengubah potensial listrik pada
membran telur (Ovum). Membran sel telur tersebut memiliki barier selektif antara sitoplasma dengan
lingkungan luar, sehingga hal ini meyebabkan kadar ion di dalam sel telur berbeda dengan kadar ion di
luar sel.. Di dalam sel telur tersebut terdapat kadar ion Na dan K. Ion Na memiliki kadar yang relatif
rendah sedangkan ion K memiliki kadar yang tinggi. perbedaan kadar ion ini dikendalikan oleh membran
sel yang berfungsi mencegah masuknya ion Na kedalam sel, dan mencegah lepasnya ion K ke luar sel.
Blokade cepat polispermi ini juga dapat ditahan dengan menurunkan kadar Na di lingkungan luar sel.
Bila suplai ion sodium tidak mencukupi karena potensial membran berubah menjadi positif maka dapat
terjadi Polispermi (Gould.SOmero dkk.1979.Jeffe.1980)

Slow block polyspermi

Pelepasan sperma dilakukan dengan reaksi granula kortikel. Enzim-enzim dari granula memisahkan
lapisan vitalin dari membran plasma dan mukopolisakarida menghasilkan gradien osmotik, yang menarik
air ke dalam ruang perivitalin dan membengkakkan daerah tersebut. Pembengkakan itu mendorong
lapisan vitelin menjauhi membran plasma, dan lapisan lain mengeraskan daerah tersebut. Ketika voltase
yang mengalir di sepanjang membran plasma telah kembali normal, dan pemblokiran cepat polispermi
tidak lagi berfungsi. Akan tetapi membran fertilisasi itu bersama sama dengan perubahan lain pada
permukaan sel telur berfungsi sebagai pemblokiran lambat terhadap polis. Reaksi ini adalah mekanisme
blokade polispermi secara lambat dan proses ini mulai aktif sekitar 1 menit setelah fusi antara sel
sperma dan sel telur pertama. Reaksi ini ditemukan hampir di semua spesies mamalia.

Anda mungkin juga menyukai