Anda di halaman 1dari 9

FISIOLOGI REPRODUKSI UNGGAS AIR “ANGSA”

Oleh :
Kukuh Getol Priambodo
061813143155

DEPARTEMEN REPRODUKSI EXLAB FISIOLOGI REPRODUKSI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah berkembang biak. Berkembang
biak adalah proses reproduksi atau proses memperbaharui keturunan pada mahluk
hidup untuk mempertahankan jenisnya agar tidak punah. Reproduksi adalah suatu
proses biologis dimana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi pada
hewan terjadi dalam dua jenis yaitu reproduksi aseksual dan reproduksi seksual.
Reproduksi aseksual adalah penciptaan individu baru yang semua gennya berasal
dari satu induk tanpa peleburan telur dan sperma. Sedangkan reproduksi seksual
adalah penciptaan keturunan melalui peleburan gamet jantan dan betina untuk
membentuk zigot.
Unggas merupakan salah satu jenis hewan yang banyak digemari oleh
manusia. Unggas mempunyai berbagai macam jenis yang dapat menarik perhatian
manusia untuk bisa memeliharanya. Selain itu ada juga yang berusaha untuk
dijadikan sebagai hewan ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur
unggas mirip telur reptil hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur.
Salah satu spesies yang tergolong sebagai unggas air adalah Angsa. Angsa
merupakan salah satu jenis unggas yang memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki efisiensi pakan yang tinggi
dengan konversi pakan yang rendah, serta memiliki daya tahan terhadap penyakit
yang tinggi dibandingkan dengan jenis unggas yang lainnya. Selain memiliki
kelebihan yang telah dijelaskan di atas, angsa pun memiliki kelemahan yaitu 1)
siklus reproduksi yang lambat, 2) reproduksi tergantung pada musim, serta 3)
perilaku kawin secara monogami (Yuwanta, 1999). Meskipun angsa termasuk
kedalam kelompok unggas, namun perilaku makannya lebih mirip ruminansia
daripada unggas. Paruh dan lidahnya memudahkannya untuk merumput (Nowland
dan Bolla, 2005). Angsa dapat hidup pada berbagai kondisi lingkungan, mulai dari
yang panas sampai yang dingin. Hanya saja ketika angsa baru dilahirkan sampai
umur 1 minggu angsa harus dijaga dari suhu udara yang dingin.
Bangsa angsa yang telah dibudidayakan adalah chinese geese. Chinese
geese merupakan salah satu bangsa angsa yang dapat menyesuaikan diri dengan

2
lingkungan Indonesia (Yuwanta, 1999). Chinese geese berasal dari daerah sekitar
Cina, Siberia dan India. Angsa ini dikembangkan dari swan goose (Bartlett, 1995).
Angsa jenis ini merupakan angsa jenis sedang berwarna terang, dengan berat antara
8-12lbs (4-6 kg), serta dapat dijadikan sebagai penghasil telur yang baik (Ashton
and Ashton, 2005). Angsa chinese memiliki produksi telur yang tinggi, yaitu
mencapai 100 butir telur selama 5 minggu masa bertelur sedangkan bangsa angsa
yang lain produksinya hanya mencapai 40-60 butir telur. Telur angsa chinese
memiliki bobot yang ringan apabila dibandingkan dengan bangsa angsa yang lain.
Bobot telur angsa chinese rata-rata 120 g/butir sedangkan bangsa angsa yang lain
bobot telurnya dapat mencapai 140-210 g/butir.
Peranan unggas dalam penyediaan protein hewani sangat besar, sehingga
angsa kontribusinya masih sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Untuk meningkatkan produktifitas perlu diketahui reproduksi dari unggas tersebut
untuk menghasilkan produktifitas angsa.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem reproduksi angsa?
1.2.2. Bagaimana tingkah laku reproduksi pada angsa?
1.2.3. Bagaimana pembuahan pada angsa?

1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem reproduksi angsa?
1.3.2. Untuk mengetahui tingkah laku reproduksi pada angsa?
1.3.3. Untuk mengetahui pembuahan pada angsa?

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Angsa

JANTAN BETINA
Gambar 2.1 Anatomi organ reproduksi angsa.

2.1.1 Jantan
Menurut Buckland dan Guy (1999) Sistem reproduksi jantan terdiri dari tiga
bagian yang berbeda yaitu:
a. Testis
Ada dua testis berbentuk kacang di dalam rongga tubuh yang menghasilkan
spermatozoa dan testosteron. Usia kematangan seksual untuk angsa jantan secara
langsung berkaitan dengan program pencahayaan. Namun, produksi
spermatozoa biasanya tidak dimulai sampai angsa jantan berusia setidaknya 30
minggu. Dari testis, spermatozoa pindah ke epididimis.
b. Vas deferens
Vas deferens (ada dua) adalah saluran menuju uretra yang mengangkut
spermatozoa dari testis dan epididimis ke organ kopulasi. Panjangnya 15 cm,
tidak memiliki banyak lekukan dan berukuran lebih dari 30 cm. Vas deferen

4
merupakan lokasi pematangan dan penyimpanan spermatozoa. Mereka berakhir
di vesikula seminalis yang terletak di dinding kloaka.
c. Alat kopulasi (Phallus)
Berbeda dengan ayam jantan, alat kopulatif dari angsa jantan sangat
berkembang dengan baik. Alat kopulasinya berbentuk seperti spiral dan
panjangnya sekitar 15 cm. Sebuah alur sperma mengalir sepanjang seluruh organ
dan mengangkut semen setelah ejakulasi.

2.1.2 Betina
Sistem reproduksi angsa betina dan jenis unggas lainnya terdiri dari ovarium
dan satu saluran telur (oviduk) yang memiliki fungsi yang sama yaitu membentuk
yolk atau kuning telur. Ovarium terletak pada rongga badan sebelah kiri dan
biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang sedang berkembang, folikel kuning besar yang
biasa disebut yolk telur dan sejumlah besar folikel putih kecil yang merupakan
kuning telur belum dewasa (Suprijatna, 2008). Perkembangan folikel dirangsang
oleh folicle stimulating hormon (FSH) dan kelenjar pituitari anterior. Ovarium yang
sedang berkembang mensekresikan hormon estrogen dan progesteron. Hormon
estrogen dari ovarium menyebabkan perkembangan oviduk, meningkatkan kalsium
darah, protein, lemak, vitamin, dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk
pembentukan telur, tulang pubis dan anus yang semakin membesar (Suprijatna,
2008). Progesteron yang bekerja terhadap hormon releasing faktor pada
hipotalamus, menyebabkan terlepasnya luteinizing hormon (LH) dari pituitari
anterior yang menyebabkan terlepasnya yolk yang telah masak dari ovarium.
Oviduk adalah tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur, dan
pembentukan kerabang telur. Oviduk terdiri dari lima bagian atau bagian yang
berbeda, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda yaitu infundibulum,
magnum, isthmus, uterus, dan vagina.
1. Infundibulum pada angsa betina berperan dalam penangkapan kuning
telur (Yaman, 2010). Infundibulum terletak berdekatan dengan ovarium
dan dengan segmen panjang yang menutupi ovarium, infundibulum
mengumpulkan kuning telur setelah dikeluarkan dari folikel sebagai

5
corong dan mengarahkannya ke saluran telur. Bagian ini memiliki
dinding yang sangat tipis dan panjang 6-9 sentimeter.
2. Magnum pada angsa merupakan tempat untuk mensintesis dan menskresi
putih telur (Yuwanta, 2004). Magnum memiliki fungsi utama yaitu
menskresikan albumin (Blakely and Bade, 1994).
3. Isthmus pada angsa adalah tempat untuk menskresi membran atau
selaput telur (Yuwanta, 2004).
4. Uterus pada angsa berfungsi menskresikan cangkang, hal ini sesuai
dengan pernyataan Yuwanta (2008).
5. Vagina pada angsa berfungsi sebagai tempat penyimpanan telur
sementara. Vagina adalah tempat dimana telur untuk sementara ditahan
dan dikeluarkan bila tercapai bentuk yang sempurna. Setelah itu telur
dikeluarkan melalui kloaka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuwanta
(2004) bahwa kloaka merupakan bagian ujung dari oviduk dan sebagai
tempat keluarnya telur.

2.2 Tingkah Laku Reproduksi


Perkawinan alami pada angsa hampir mirip dengan itik, biasanya pada
kondisi liar angsa dapat kawin diatas air maupun di darat dengan tingkat fertilitas
yang cukup baik. Pada dasarnya ada lima tahapan tingkah laku angsa saat kawin
yaitu tahap perayuan, ditandai dengan pejantan mengeluarkan suara yang khas
dengan menaik turunkan kepala dan mematuk matuk betina. Lalu tahap naik keatas
punggung betina, pejantan akan segera menaiki betina dan betina akan merapatkan
dada dan ekor ke tanah. Tahap selanjutnya perangsangan, yaitu dengan memijit-
mijitkan kakinya pada punggung betina sambil menggigit kepala dan menggerakan
ekornya secara berirama untuk mengarahkan kloakanya ke kloaka betina sampai
ekor betina naik tidak menutupi kloaka pejantan. Dilanjutkan tahap ereksi, tahap ini
ditandai dengan menonjolnya kloaka jantan (alat kopulasi). Dan terakhir tahap
ejakulasi, pada tahap ini sperma pejantan dikeluarkan kedalam kloaka betina
(Lorenz, 1951). Angsa yang belum didomestikasi hidup hanya dengan satu
pasangan tetapi angsa yang telah didomestikasi dapat dipasangkan dengan 4-5 ekor
betina.

6
2.3 Pembuahan telur
Seperti kebanyakan unggas lainnya, angsa betina memiliki sistem
reproduksi unik yang terletak di sisi kiri perutnya. Fungsi sistem reproduksi adalah
menghasilkan, membuahi, dan mematangkan oosit. Setelah kopulasi atau
inseminasi telah terjadi, saluran telur berperan dalam penyimpanan spermatozoa.
Ketika oosit matang dilepaskan pada kuning telur yang mengalami ovulasi, akan
ditangkap oleh infundibulum tempat terjadi pembuahan ketika sel kuning telur
bertemu dengan spermatozoa. Putih telur atau albumen kemudian disekresikan di
dalam magnum. Telur kemudian bergerak ke isthmus tempat selaput membran
terbentuk. Di dalam uterus, air dan albumen dilapisi oleh cangkang. Vagina
memiliki komponen berotot yang membantu mengeluarkan telur melalui kloaka.
(Buckland dan Guy 1999).

7
BAB III KESIMPULAN

Angsa merupaka salah satu spesies yang tergolong sebagai unggas air.
Angsa telah dibudidayakan oleh masyarakat secara luas dengan berbagai bangsa
dan jenis yang beragam. Organ reproduksi merupakan tempat memproduksi sel -
sel benih (germ cell). Sistem reproduksi unggas betina terdiri dari satu ovarium dan
satu oviduk. Organ reproduksi jantan terdiri dari sepasang testis, vas deferens, dan
alat kopulasi yang disebut phallus. Phalus angsa berkembang lebih maju, yaitu
phallus spiral yang berpilin. Pada dasarnya ada lima tahapan tingkah laku angsa
yang mempunyai kemiripan dengan itik pada waktu kawin yaitu, tahap perayuan,
tahap naik diatas punggung, tahap perangsangan betina, tahap ereksi, dan terakhir
tahap ejakulasi dan gerakan setelah kawin. Untuk pembuahan telur angsa memiliki
persamaan dengan unggas lainnya dalam hal ini sehingga tidak ada yang
membedakan dalam dasar pembuahan kuning telur oleh sel spermatozoa.

8
DAFTAR PUSTAKA
Ashton, C. dan M. Ashton. 2005. Chinese Geese - one of the most popular breeds
of domestication goose. http://www.ashtonwaterfowl.net. [6-08-2019].
Bartlett, T. 1995. Ducks and Geese “A Guide to Management”. The Crowood Press.
Marlborough.
Blakely, James and David H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Buckland, R. dan G. Guy. 1999. Goose production systems. http://www.fao.com.
[6-08-2019].
Lorenz, K. 1951. Comperative Studies on the Beheviour of Anatinae. Agricultural
Magazine 57:PP. 157-182.
Nowland, W. dan G. Bolla. 2005. Agfact A5.0.2 - Part E, 6th edtion. New South
Wales Department of Primary Industries. New South Wales.
http://www.agric.nsw.gov.au. [6-08-2019].
Suprijatna, E., Atmomarsono, U., dan Kartasudjana, R. 2008. Ilmu dasar ternak
unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yaman, M. Aman. 2010. Ayam kampung Unggul 6 minggu panen. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Yuwanta, T. 1999. Goose production in Indonesia and Asia. http://www.fao.com.
[6-08-2019].
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Yuwanta, T. 2008. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai