Oleh :
Kukuh Getol Priambodo
061813143155
2
lingkungan Indonesia (Yuwanta, 1999). Chinese geese berasal dari daerah sekitar
Cina, Siberia dan India. Angsa ini dikembangkan dari swan goose (Bartlett, 1995).
Angsa jenis ini merupakan angsa jenis sedang berwarna terang, dengan berat antara
8-12lbs (4-6 kg), serta dapat dijadikan sebagai penghasil telur yang baik (Ashton
and Ashton, 2005). Angsa chinese memiliki produksi telur yang tinggi, yaitu
mencapai 100 butir telur selama 5 minggu masa bertelur sedangkan bangsa angsa
yang lain produksinya hanya mencapai 40-60 butir telur. Telur angsa chinese
memiliki bobot yang ringan apabila dibandingkan dengan bangsa angsa yang lain.
Bobot telur angsa chinese rata-rata 120 g/butir sedangkan bangsa angsa yang lain
bobot telurnya dapat mencapai 140-210 g/butir.
Peranan unggas dalam penyediaan protein hewani sangat besar, sehingga
angsa kontribusinya masih sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Untuk meningkatkan produktifitas perlu diketahui reproduksi dari unggas tersebut
untuk menghasilkan produktifitas angsa.
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem reproduksi angsa?
1.3.2. Untuk mengetahui tingkah laku reproduksi pada angsa?
1.3.3. Untuk mengetahui pembuahan pada angsa?
3
BAB II PEMBAHASAN
JANTAN BETINA
Gambar 2.1 Anatomi organ reproduksi angsa.
2.1.1 Jantan
Menurut Buckland dan Guy (1999) Sistem reproduksi jantan terdiri dari tiga
bagian yang berbeda yaitu:
a. Testis
Ada dua testis berbentuk kacang di dalam rongga tubuh yang menghasilkan
spermatozoa dan testosteron. Usia kematangan seksual untuk angsa jantan secara
langsung berkaitan dengan program pencahayaan. Namun, produksi
spermatozoa biasanya tidak dimulai sampai angsa jantan berusia setidaknya 30
minggu. Dari testis, spermatozoa pindah ke epididimis.
b. Vas deferens
Vas deferens (ada dua) adalah saluran menuju uretra yang mengangkut
spermatozoa dari testis dan epididimis ke organ kopulasi. Panjangnya 15 cm,
tidak memiliki banyak lekukan dan berukuran lebih dari 30 cm. Vas deferen
4
merupakan lokasi pematangan dan penyimpanan spermatozoa. Mereka berakhir
di vesikula seminalis yang terletak di dinding kloaka.
c. Alat kopulasi (Phallus)
Berbeda dengan ayam jantan, alat kopulatif dari angsa jantan sangat
berkembang dengan baik. Alat kopulasinya berbentuk seperti spiral dan
panjangnya sekitar 15 cm. Sebuah alur sperma mengalir sepanjang seluruh organ
dan mengangkut semen setelah ejakulasi.
2.1.2 Betina
Sistem reproduksi angsa betina dan jenis unggas lainnya terdiri dari ovarium
dan satu saluran telur (oviduk) yang memiliki fungsi yang sama yaitu membentuk
yolk atau kuning telur. Ovarium terletak pada rongga badan sebelah kiri dan
biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang sedang berkembang, folikel kuning besar yang
biasa disebut yolk telur dan sejumlah besar folikel putih kecil yang merupakan
kuning telur belum dewasa (Suprijatna, 2008). Perkembangan folikel dirangsang
oleh folicle stimulating hormon (FSH) dan kelenjar pituitari anterior. Ovarium yang
sedang berkembang mensekresikan hormon estrogen dan progesteron. Hormon
estrogen dari ovarium menyebabkan perkembangan oviduk, meningkatkan kalsium
darah, protein, lemak, vitamin, dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk
pembentukan telur, tulang pubis dan anus yang semakin membesar (Suprijatna,
2008). Progesteron yang bekerja terhadap hormon releasing faktor pada
hipotalamus, menyebabkan terlepasnya luteinizing hormon (LH) dari pituitari
anterior yang menyebabkan terlepasnya yolk yang telah masak dari ovarium.
Oviduk adalah tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur, dan
pembentukan kerabang telur. Oviduk terdiri dari lima bagian atau bagian yang
berbeda, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda yaitu infundibulum,
magnum, isthmus, uterus, dan vagina.
1. Infundibulum pada angsa betina berperan dalam penangkapan kuning
telur (Yaman, 2010). Infundibulum terletak berdekatan dengan ovarium
dan dengan segmen panjang yang menutupi ovarium, infundibulum
mengumpulkan kuning telur setelah dikeluarkan dari folikel sebagai
5
corong dan mengarahkannya ke saluran telur. Bagian ini memiliki
dinding yang sangat tipis dan panjang 6-9 sentimeter.
2. Magnum pada angsa merupakan tempat untuk mensintesis dan menskresi
putih telur (Yuwanta, 2004). Magnum memiliki fungsi utama yaitu
menskresikan albumin (Blakely and Bade, 1994).
3. Isthmus pada angsa adalah tempat untuk menskresi membran atau
selaput telur (Yuwanta, 2004).
4. Uterus pada angsa berfungsi menskresikan cangkang, hal ini sesuai
dengan pernyataan Yuwanta (2008).
5. Vagina pada angsa berfungsi sebagai tempat penyimpanan telur
sementara. Vagina adalah tempat dimana telur untuk sementara ditahan
dan dikeluarkan bila tercapai bentuk yang sempurna. Setelah itu telur
dikeluarkan melalui kloaka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuwanta
(2004) bahwa kloaka merupakan bagian ujung dari oviduk dan sebagai
tempat keluarnya telur.
6
2.3 Pembuahan telur
Seperti kebanyakan unggas lainnya, angsa betina memiliki sistem
reproduksi unik yang terletak di sisi kiri perutnya. Fungsi sistem reproduksi adalah
menghasilkan, membuahi, dan mematangkan oosit. Setelah kopulasi atau
inseminasi telah terjadi, saluran telur berperan dalam penyimpanan spermatozoa.
Ketika oosit matang dilepaskan pada kuning telur yang mengalami ovulasi, akan
ditangkap oleh infundibulum tempat terjadi pembuahan ketika sel kuning telur
bertemu dengan spermatozoa. Putih telur atau albumen kemudian disekresikan di
dalam magnum. Telur kemudian bergerak ke isthmus tempat selaput membran
terbentuk. Di dalam uterus, air dan albumen dilapisi oleh cangkang. Vagina
memiliki komponen berotot yang membantu mengeluarkan telur melalui kloaka.
(Buckland dan Guy 1999).
7
BAB III KESIMPULAN
Angsa merupaka salah satu spesies yang tergolong sebagai unggas air.
Angsa telah dibudidayakan oleh masyarakat secara luas dengan berbagai bangsa
dan jenis yang beragam. Organ reproduksi merupakan tempat memproduksi sel -
sel benih (germ cell). Sistem reproduksi unggas betina terdiri dari satu ovarium dan
satu oviduk. Organ reproduksi jantan terdiri dari sepasang testis, vas deferens, dan
alat kopulasi yang disebut phallus. Phalus angsa berkembang lebih maju, yaitu
phallus spiral yang berpilin. Pada dasarnya ada lima tahapan tingkah laku angsa
yang mempunyai kemiripan dengan itik pada waktu kawin yaitu, tahap perayuan,
tahap naik diatas punggung, tahap perangsangan betina, tahap ereksi, dan terakhir
tahap ejakulasi dan gerakan setelah kawin. Untuk pembuahan telur angsa memiliki
persamaan dengan unggas lainnya dalam hal ini sehingga tidak ada yang
membedakan dalam dasar pembuahan kuning telur oleh sel spermatozoa.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ashton, C. dan M. Ashton. 2005. Chinese Geese - one of the most popular breeds
of domestication goose. http://www.ashtonwaterfowl.net. [6-08-2019].
Bartlett, T. 1995. Ducks and Geese “A Guide to Management”. The Crowood Press.
Marlborough.
Blakely, James and David H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Buckland, R. dan G. Guy. 1999. Goose production systems. http://www.fao.com.
[6-08-2019].
Lorenz, K. 1951. Comperative Studies on the Beheviour of Anatinae. Agricultural
Magazine 57:PP. 157-182.
Nowland, W. dan G. Bolla. 2005. Agfact A5.0.2 - Part E, 6th edtion. New South
Wales Department of Primary Industries. New South Wales.
http://www.agric.nsw.gov.au. [6-08-2019].
Suprijatna, E., Atmomarsono, U., dan Kartasudjana, R. 2008. Ilmu dasar ternak
unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yaman, M. Aman. 2010. Ayam kampung Unggul 6 minggu panen. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Yuwanta, T. 1999. Goose production in Indonesia and Asia. http://www.fao.com.
[6-08-2019].
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Yuwanta, T. 2008. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.