Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum II Dasar Genetika Ternak

PENGAMATAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF AYAM KAMPUNG

(Gallus domesticus)

Oleh
NAMA : NUR FIANTI
KELAS :A
KELOMPOK : IV
ASISTEN : UCI MALINDA

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia kaya akan keanekargaman hayati (biodoversity).

Keanekaragaman tanaman dan hewan merupakan sumber dari keanekaragaman

biologis yang menjadi bahan dasra pengembangan pangan dan pertanian bagi

petani dan pemulia bahan dasar pengembangan pangan dan pertanian bagi petani

dan pemulia dimasa yang akan dating. Banyakanya keanekaragaman tanaman dan

hewan ternak yang sudah beradaptasi secara lokal menjamin keselamatan petani

dan pemulia dalam meghadapi kondisi iklim Indonesia.


Ayam kampung merupakan plasma nutfah Indonesia yang mempunyai

potensi untuk dikembangkan karena memiliki daya adaptasi tinggi. Ayam

kampung mempunyai peranan penting dalam membangun peternakan, terutama

untuk penyediaan daging yang rasa dan tekstur yang khas.


Ayam kampung umunya masyarakat Indonesia masih di pelihara secara

tradisional, sistem pemeliharaan ayam kampung juga masih terbilang tradisional.

Kebutuhan ayan kampung jika dilihat dari tingkat kesukaan ayam kampung pada

akhir-akhir ini sangat meningkat, selain mempunyai kualitas daging yang baik,

ayam kampung juga banyak digemari masyarakat juga karena memiliki telur yang

mengandung zat-zat nutrisi didalamnya. Namun sulit untuk memperoleh bibit

yang baik dengan produktivitas yang tinggi, ditambah dengan adanya penyakit

musiman seperti ND (New disease). Sehingga populasi ayam kampung akan

semakin menurun.
Karakterirasi sumber daya genetik sangat penting dilakukan untuk

memperoleh bibit yang baik dengan produktivitas yang tinggi, juga mampu

mempertahanakan kemurnian dan pelestarian sumber daya genetik. Tahapan

karakterisasi meliputi sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Oleh karena itu maka
perlu dilakukan praktikum mengenai sifat kuantitatif dan kualitatif ayam

kampung.
I.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum pengamatan kuantitatif dan kualitatif

ayam kampung adalah :


1. Untuk mengetahui sifat kuantitatif ayam kampung,
2. Untuk mengetahui sifat kualitatif ayam kampung.
I.3. Manfaat
Manfaat dilakukannya praktikum pengamatan kuantitatif dan kualitatif

ayam kampung adalah :


1. Dapat mengetahui sifat kuantitatif ayam kampung,
2. Dapat mengetahui sifat kualitatif ayam kampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang telah dipelihara dan

dikembangakan oleh masyarakat, terutama yang tinggal dipelosok-pelosok

pedesaan. Ayam-ayam tersebut telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan

pemeliharaan yang sederhana. Ternak unggas seperti ayam dipelihara untuk

diambil daging dan telurnya (Suliswanto dan Susanto, 2013).


Ayam kampung merupakan plasma nutfah yang mempunyai potensi

untuk dikembangkan karena memiliki daya adaptasi tinggi. Ayam kampung

mempunyai perananan penting dalam pembangunan peternakan, terutama untuk

penyediaan daging yang mempunyai rasa dan tekstur yang khas dengan

penyediaan telur yang masih kurang (Melviyanti dkk., 2013).


II.2. Sifat Kualitatif Ayam Kampung
Tahapan karakteristik genetik eksternal merupakan cara dasar untuk

menetukan jenis ternak yang diwariskan pada generasi berikutnya. Karakteristik

genetik eksternal yang diamatai meliputi sifat kualitatif seperti warna bulu, bentuk

jengger dan warna kulit kaki/ shank (Yuliza, 2009).


Sifat kualitatif adalah sifat yang tampak dan tidak dapat diukur dengan

satuan ukuran tertentu. Sifat-sifat tersebut meliputi sifat fisik individu termasuk

bagian-bagian tubuh seperti jaringan atau organ tubuh dan perilaku yangn secara

fisiologis diatur oleh gen-gen yang terdapat didalam kromosom. Ciri-ciri sifat

kualitatif dapat dijadikan patokan untuk penentuan suatu bangsa ayam. Beberapa

sifat kualitatif penting dan merupakan ciri-ciri khas suatu bangsa diantaranya

adalah warna bulu, warna kerabang, warna shank dan juga bentuk jengger

(Budipurwanto, 2006 ).
Jengger ayam pada umumnya berwarna merah dan bervariasi abu-abu

terang sampai biru gelap. Warna merah pada jengger ayam karena umumnya pada

bagian epidermis kulitnya banyak terdapat pembuluh darah. Pertumbuhan jengger

pada ayam jantan merupakan salah satu karakter maskulinisasi oleh aktivitas

androgen yang menonjol dan paling mudah di amati. Sedangkan warna jengger

pada betina sering dikaitkan dengan produktivitas. Warna bulu ayam dipengaruhi

oleh adanya pigmen melanoblast yang dibentuk saat awal embrio sekitar 8 jam

inkubasi. Pada ayam terdapat warna dan pola warna bulu. Keragaman warna bulu
pada banyak situasi bergantung pada letak bulu ditubuh ayam. Pola warna bulu

adalah hasil interaksi genetik serta adanya pengaruh dari hormon kelamin jantan

dan betina. Warna cakar kuning dipengaruhi oleh adanya pigmen karotenoid pada

epidermis dan tidak adanya pigmen melanin. Warna cakar hitam dipengaruhi oleh

adanya pigmen melanin pada epidermis. Bila kedua pigmen tersebut tidak ada

maka cakar berwarna putih (Elfawati dkk,. 2013).


II.3. Sifat Kuantitatif Ayam Kampung

Sifat kuantitatif dari seekor ternak sangat penting untuk diketahui

sehingga memudahkan dalam mendug produktivitas dari seekor ternak. Sifat

kuantitatif dipengaruhi oleh faktor lingkungan, genetik, terutama ketersediaan

pakan dan system pemeliharaan (Sangadji, 2007).

Sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat di ukur, sifat kuatitatif

dipengaruhi oleh banyak pasangan gen dan sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan. Sifat kuantitatif yang di ukur adalah panjang tarsometatarsus, panjang

tibia, panjang femur, tinggi jengger, jarak tulang pubis, bobot badan dan lain-lain

(Yuliza, 2009).

Sifat kuantitatif umumnya dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor

lingkuan, serta umumnya mempunyai kaitan erat dengan sifat ekonomis seekor

ternak seperti produktivitas dan reproduktivitasnya. Sifat kuantitatif ayam

kampung adalah karakteristik ukuran tubuh, bobot badan, produksi telur dan

mortalitas. Bobot badan ayam kampung dewasa yang dipelihara secara tradisional

mencapai 1.4 1.6 kg. namun bila dibandingkan ayam lokal lain yang dipelihara

secara intensif bobot badanya dapat mencapai 2.3 kg (Rajab, 2012).


Bentuk tubuh ayam kampung di Indonesia dapat dibedakan dari ukuran

panjang sayap dan tinggi jengger. Pemeliharaan secara intensif dapat

menghasilkan ayam kampung yang mempunyai rataan bobot badan jantan 1.815

353 g dan betina 1.382 290 g. Perbaikan tata laksana ayam kampung

menghasilkan bobot badan umur lima bulan meningkat dari 625 g menjadi 677 g

(Candrawati, 2007).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


III.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Sabtu, Tanggal 26 November

2016, di Kandang Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo,

Kendari.
III.2.Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum pengamatan kuantitatif dan

kualitatif ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 1.


Tabel 1. Alat dan Kegunaan

No. Alat Kegunaan


1 Timbangan Untuk menimbang berat ayam
2 Pita ukur Untuk mengukur ayam
3 Alat Tulis Untuk mencatat hasil praktikum
4 Camera Untuk dokumentasi saat praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan kuantitatif dan

kualitatif ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 2.

Table 2. Bahan dan Kegunaan

No. Bahan Kegunaan


1 Ayam Kampung Sebagai bahan pengamatan

III.3.Prosedur Praktikum
Prosedur dalam praktikum pengamatan kuantitatif dan kualitatif tayam

kampung yaitu sebagai berikut:


1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Mengamati sifat kuantitatif (panjang badan, rentang sayap, kedalaman dada,

lingkar dada, panjang paha, pibia, panjang shank, panjang ceker, panjang

kepala, panjang paruh dan bobot badan) ayam kampung,


3. Mengamati sifat kualitatif (warna bulu, warna dan jenis jengger, dan warna

shank) ayam kampung,


4. Menulis hasil pengamatan,
5. Membuat laporan sementara.
III.4.Variabel Praktikum
III.4.1.Sifat Kuantitatif Telur Ayam Kampung
Gambar 1. Bobot ayam kampung Gambar 2. Panjang badan ayam
kampung

Gambar 3. Rentang sayap ayam Gambar 4. Panjang kepala ayam


kampung kampung

Gambar 5. Panjang paha ayam Gambar 6. Panjang shank ayam


kampung kampung

Gambar 7. Lingkar dada ayam Gambar 8. Panjang ceker ayam


kampung kampung
III.4.2.Sifat Kualitatif Ayam Kampung
Gambar 9. Warna ayam kampung Gambar 10. Warna shank ayam
kampung

Gambar 11. Warna jengger ayam


kampung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan sifat kualitatif dan kuantitatif ayam kampung dapat

dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Sifat kualitatif pada ayam kampung


Jantan Betina
No Karakteristik Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(n) (%) (n) (%)
1 Warna Jengger
- Merah 4 100,00 22 100,00
2 Bentuk Jengger
- Ros 4 100,00 14 63,64
- Tunggal 0 0,00 8 36,36
3 Warna Paruh
- Hitam 1 25,00 14 63,64
- Kuning 3 75,00 8 36,36
4 Warna Bulu
- Berwarna 3 75,00 0 0,00
- Tidak Berwarna 1 25,00 22 109,09
5 Kerli Bulu
- Tidak Ada 1 25,00 22 100,00
- Keemasan 3 75,00 0 0,00
6 Corak Bulu
- Polos 1 25,00 22 100,00
- Columbian 3 75,00 0 0,00
7 Warna Shank
- Hitam 0 0,00 7 31,82
- Putih 1 25,00 0 0,00
- Abu-abu 0 0,00 3 13,64
- Kuning 3 75,00 11 50,00
- Kuning Hitam 0 0,00 1 4,55
8 Pial
- Panjang 2 50,00 2 9,09
- Pendek 2 50,00 20 90,91

Tabel 4. Sifat kuantitatif pada ayam kampung


No Karakteristik Rataan KV/KK (%)
1 Bobot Badan 1664,04 424,48 25,51
2 Panjang Badan 19,31 2,46 12,75
3 Lingkar Dada 31,15 3,20 10,26
4 Kedalaman Dada 16,02 2,13 13,29
5 Panjang Sayap 14,94 3,04 20,35
6 Panjang Tibia 12,56 1,50 11,94
7 Panjang Paha 12,60 1,50 19,50
8 Panjang Shank 8,81 1,55 17,64
9 Panjang Cakar 5,41 1,07 19,87
10 Panjang Kepala 6,35 1,21 19,11
11 Panjang Paruh 2,08 0,40 19,42

IV.2. Pembahasan
Bedasarkan hasil pengamatan pada tabel 3, jumlah pengamatan pada

saat praktikum berjumlah 26 ekor. Ayam jantan sebanyak 4 ekor dan 22 ekor ayam

betina. Untuk ayam jantan semua bentuk jengger ros. Sedangkan pada ayam

betina 14 ekor bentuk ros dan 8 ekor bentuk tunggal semuanya berwarna merah.

Pertumbuhan jengger pada ayam jantan merupakan salah satu karakter

maskulinisasi oleh aktivitas androgen yang menonjol dan paling mudah di amati.

Sedangkan warna jengger pada betina sering dikaitkan dengan produktivitas.

Warna jengger pada umumnya berwarna merah. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Elfawati dkk., (2013) bahwa jengger ayam pada umumnya berwarna merah dan

bervariasi abu-abu terang sampai biru gelap. Warna merah pada jengger ayam

karena umumnya pada bagian epidermis kulitnya banyak terdapat pembuluh

darah. Pertumbuhan jengger pada ayam jantan merupakan salah satu karakter

maskulinisasi oleh aktivitas androgen yang menonjol dan paling mudah di amati.

Sedangkan warna jengger pada betina sering dikaitkan dengan produktivitas.

Waran bulu pada ayam kampung jantan 3 berwarna dan 1 ekor tidak

berwarna. Sedangkan pada ayam kampung bbetina semuanya tidak berwarna.

Warna bulu ayam ini dipengaruhi oleh adanya pigmen melanoblast yang dibentuk

saat awal embrio sekitar 8 jam inkubasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Elfawati dkk., (2013) bahwa warna bulu ayam dipengaruhi oleh adanya pigmen

melanoblast yang dibentuk saat awal embrio sekitar 8 jam inkubasi. Pada ayam

terdapat warna dan pola warna bulu.

Warna shank pada ayam jantan 3 ekor berwarna kuning dan 1 ekor

berwarna putih. Sedangkan pada ayam kampung betina 11 ekor berwarna kuning,

7 ekor warna hitam, 3 ekor warna abu-abu dan 1 ekor kuning hitam. Warna cakar
kuning dipengaruhi oleh adanya pigmen karotenoid pada epidermis dan tidak

adanya pigmen melanin. Warna cakar hitam dipengaruhi oleh adanya pigmen

melanin pada epidermis. Bila kedua pigmen tersebut tidak ada maka cakar

berwarna putih (Elfawati dkk,. 2013).

Berdasarkan hasil praktikum pada tabel 4, didapatkan bobot badan

ayam kampung dengan rata-rata 1664,04 424,48, panjang badan 19,31 2,46,

lingkar dada 31,15 3,20, kedalaman dada 16,02 2,13, panjang sayap 14,94

3,04, panjang tibia 12,56 1,50, panjang paha 12,60 1,50, panjang shank 8,81

1,55, panjang cakar 5,41 1,07, panjang kepala 6,35 1,21, serta panjang paruh

2,08 0,40.

Perbedaan pada ayam kampung ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, gen

dan manajemen pemeliharaan yang baik. Hal ini sesuai dengan slah satu cirri

ayam kampung adalah sifat genetiknya tidak seragam.

V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dari praktikum pengamatan kualitatif dan kuantitatif

ayam kampung dapat disimpulkan bahwa :

1. Sifat kaulitatif ayam kampug meliputi warna bulu, warna dan jenis jengger,

dan warna shank. Pengamatan terhadap 4 ekor ayam jantan 3 ekor berwarna

dan 1 ekor yang tidak berwarna. Bentuk jengger semuanya ros dan warna

jengger semuanya merah. Warna paruh 3 ekor kuning dan 1 ekor hitam.

Pada ayam betina yang berjumlah 22 ekor, 14 ekor jengger ros dan 8 ekor

jengger tunggal dengan warna jengger semuanya merah. Warna bulu


semuanya tidak berwarna. Warna shank 7 ekor hitam, 3 ekor abu-abu, 11

ekor kuning dan 1 ekor kuning hitam.


2. Sifat kuantitatif ayam kampung meliputi bobot badan, panjang telur, lebar

telur dan indeks telur. Pengamatan terhadap 26 ekor ayam kampung

diperoleh rata-rata berat badan ayam kampung 1664,04424,48, panjang

badan 19.31 2.46, lingkar dada 31,15 3.20, kedalaman dada 16,02 2,13,

panjang sayap 14,94 3,04, panjang tibia 12, 56 1,50, panjang paha 12,60

1,50, panjang shank 8,81 1,55, panjang cakar 5,41 1, 07, panjang

kepala 6,35 1,21 dan panjang paruh 2,08 0,40.


V.2. Saran
Saran saya pada praktikum ini sebaiknya praktikan lebih aktif dalam

melakukan praktikum agar bisa menentukan sifat kuantitatif dan kualitatif ayam

kampung.

DAFTAR PUSTAKA

Budipurwanto T., 2006. Studi Tentang Fenotip Ayam Buras Berdasarkan Sifat
Kuantitatif dan Kualitatif. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Ternak.
Universitas Diponegoro

Candrawati V.Y., 2007. Studi Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung, Ayam
Sentul, dan Ayam Wareng Tanggerang Melalui Analisis Komponen
Utama. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor

Elfawati dkk., 2013. Studi Frekuensi Sifat Kualitatif Ayam Kampung di Desa
Menaming Kecamatan Rambah Kabupaaten Rokan Hulu Provinsi Riau.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Vateriner

Melviyanti dkk., 2013. Penggunaan Pakan Fungsional Mengandung Omega 3,


Probiotik dan Isolat Antihistamin N3 Terahadap Bobot dan Indeks Telur
Ayam Kampung . Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2)

Rajab dkk., 2012. Sifat Kuantitatif Ayam Kampung Lokal pada Pemeliharaan
Tradisional. Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman 2(2)
Sangadji M., 2007. Studi Fenotipik Ayam Merawang di Peternakan Aneka
Tanaman Ternak Terjalin (AT3) Saklat Kecamatan Tenjo Kabupaten
Bogor Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor

Yuliza E., 2009. Penampilan Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Ayam Kampung di
Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai