Oleh:
NAMA : HARI SETIAWAN
NIM : L1A118172
KELAS :D
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : MUHAMMAD ADNAN R. A.
ANGGOTA : 1. LA ODE USMAN
2. YULI ANTI
3. MUH. SOFYAN. M
4. IKSAN
5. IRSAN SAPUTU
6. ASTRIANA
7. M. SYAIKRULLAH
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN KONSULTASI
Muhammad Adnan R. A.
Nim: L1A117058
I. PENDAHULUAN
Sapi Bali berasal dari banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi
berabad- abad lalu. Beberapa sinonim sapi Bali yaitu Bos javanicus, Bos banteng dan
Bos sondaicus (Hardjosubroto dan Astuti, 1993). Sapi Bali telah mengalami penjinakan
(domestikasi) yang telah berlangsung sejak dahulu kala dan sekarang banyak
diternakkan oleh peternak khususnya peternakan rakyat. Sapi Bali berkerabat dengan
banteng maka bentuk fisik sapi Bali menyerupai banteng khususnya pada warna kulit,
sedangkan apabila dibandingkan dengan ukuran tubuh sapi Bali lebih kecil
dibandingkan banteng. Sapi Bali menyebar dan berkembang hampir ke seluruh pelosok
nusantara. Penyebaran sapi Bali di luar Pulau Bali yaitu ke Sulawesi Selatan pada
tahun 1920 dan 1927, ke Lombok pada abad ke-19, ke Pulau Timor pada tahun 1912
dan 1920. Selanjutnya sapi Bali berkembang sampai ke Malaysia, Philipina dan
Ausatralia bagian Utara. Sapi Bali juga pernah diintroduksi ke Australia antara 1827--
Ayam arab adalah ayam tipe ringan dengan rataan bobot badan dewasa
yang relatif rendah baik untuk jantan maupun betinanya, namun mempunyai
per tahun sebanyak 280 butir dengan ukuran dan warna telur yang sesuai dengan
selera konsumen. ayam arab mempunyai karakteristik yang mirip dengan ayam
buras tetapi mempunyai kemampuan produksi telur yang menyamai ayam ras dan
Ciri lain ayam arab adalah pejantannya pada umur 1 minggu sudah
tumbuh jengger, dan betina induk tidak memiliki sifat mengeram, produksi
telurnya tinggi, mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 gram.
Dari penampilan tubuhnya, tinggi Ayam arab dewasa mencapai 35 cm dengan
bobot 1,5-2 kg. Kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi.
Ayam ini berbulu tebal. Bulu di sekitar leher berwarna kuning dan putih
dan kualitatif.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.3.1 dapat mengetahui nama bagian-bagian tubuh pada sapi dan ayam.
Ayam arab dilihat dari asal bahasanya cenderung berasal dari daerah
semenanjung arab. Akan tetapi kebenaran yang memastikan asal ayam arab yang
sesuai dengan literatur yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah belum
didapat. Tetapi berdasarkan fakta dilapangan ternyata bahwa ayam arab dipercaya
2013).
Ayam arab (Gallus turcicus) berasal dari ayam hutan dan merupakan salah
satu ayam buras yang sudah beradaptasi di Indonesia dan mampu bereproduksi
memproduksi telur 39-130 butir per tahun, sedangkan ayam arab bila
dibudidayakan secara intensif setiap tahun dapat bertelur hingga 280 butir
(Binawati, 2008).
Sifat kuantitatif adalah sifat yang harus diukur dengan cara perhitungan
tertentu karena antarkelas fenotipe sangat kecil dan dikontrol oleh banyak
pasangan gen yang aksinya bersifat aditif (Noor, 2008). Sifat-sifat kuantitatif
adalah yang ada hubungannya dengan produksi yang bernilai ekonomis, misalnya
bobot badan, bobot tetas, produksi telur dan umur bertelur pertama. Sifat-sifat
diantaranya adalah bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh ayam. Penampilan sifat-
sifat kuantitatif ini, selain dipengaruhi faktor genetik juga dipengaruhi oleh
ayam tipe ringan dengan bobot badan umur 52 minggu mencapai 2.035,60±115,7
[meliputi lingkar dada (X1), panjang badan (X2), panjang femur (X3), panjang
tibia (X4), panjang shank (X5), dan lingkar shank (X6), bobot badan, produksi
telur dan tingkat mortalitas. Data ukuran tubuh diukur menggunakan pita ukur,
ayam arab adalah panjang sayap dan tinggi jengger. Penciri ukuran tubuh pada
ayam arab adalah panjang sayap dan tinggi jengger yang berhubungan dengan
Sapi Bali merupakan salah satu bangsa sapi asli di Indonesia yang merupakan
hasil domestikasi langsung dari Banteng liar (Martojo, 2003). Sapi Bali dikembangkan,
dimanfaatkan dan dilestarikan sebagai sumberdaya ternak asli yang mempunyai ciri
khas tertentu dan mempunyai kemampuan untuk berkembang dengan baik pada
berbagai lingkungan yang ada di Indonesia. Sapi bali juga memiliki performa produksi
yang cukup bervariasi dan kemampuan reproduksi yang tetap tinggi. Sehingga,
sumberdaya genetik sapi Bali merupakan salah satu aset nasional yang merupakan
lestari sebab memiliki keunggulan yang spesifik. Sapi Bali juga telah masuk dalam aset
dunia yang tercatat dalam list FAO sebagai salah satu bangsa sapi yang ada di dunia
(Gunawan. 2014).
III. METODEOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Oktober 2019 pukul 04.00
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan pada ayam arab dapat
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan pada ayam arab ini
dengan meteran
dengan meteran
4. Panjang sayap : Panjang paruh didapatkan dari hasil pengukuran
dengan meteran
dengan meteran
dengan meteran
dengan meteran
1 3
6
Gambar Rangka Proses Pengukuran
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang terdiri dari nilai
rataan (X̄), simpanan baku (S), koefisien (KK), dari bobot badan dan ukuran-
√(X1−X)2
𝑆= n−1
∑ 𝑥𝑖
𝑥̅ = 𝑛
𝑆
KK=𝑋 × 100%
Keterangan:
𝑥̅ = Rata-rata
S = Simpangan baku
KK = Koefisien keragaman
X1 = Ukuran ke i
Karakteristik
Ukuran
BB LD PP PS PSh PB LK
Keterangan:
BB = Bobot Badan
LD = Lingkar Dada
PB = Panjang Badan
PS = Panjang sayap
LK = Lingkar kepala
PP = Panjang Paruh
Gambar 4.1. Proses penimbangan dan pengukuran tubuh ayam: (1) Bobot Badan,
ayam arab didapatkan rataan bobot badan 1391,8 ± 290,56 dengan koefisien
keragaman 20,88%. Hal ini sesuai dengan pendapat Nataamijaya dkk (2003) yang
dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dikonsumsi dan kualitas dari ransum.
sehingga kebutuhan nutrisi bagi tubuh ayam belum tercukupi. Salah satu faktor
panjang paruh 13,6 ± 0,00 dengan koefisien keragaman 0,00% atau 100%, artinya
panjang rataan paruh antara ayam arab jantan dan ayam arab betina relatif sama.
Rataan panjang badan 20,4 ± 2,52 dengan koefisien keragaman 12,30%. Rataan
ini sesuai tidak sesuai dengan pendapat Sulandari et al. (2007), yang menyatakan
bahwa panjang tarsometatarsus atau shank pada ayam arab adalah sebesar 8,08
Sayap yang panjang dapat mengindikasikan bahwa ayam dapat memproduksi telur
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Keragaan ayam arab didapatkan rataan bobot badan 1391,8 ± 290,56 dengan
betina.
panjang paruh 13,6 ± 0,00 dengan koefisien keragaman 0,00% atau 100%,
artinya panjang rataan paruh antara ayam arab jantan dan ayam arab betina
relatif sama. Rataan panjang badan 20,4 ± 2,52 dengan koefisien keragaman
5,89%.
3. Rataan panjang shank 7,8 ± 0,84 dengan koefisien keragaman 10,73%. Hal
ini sesuai tidak sesuai dengan pendapat Sulandari et al. (2007), yang
adalah sebesar 8,08 cm pada jantan dan 7,70 cm pada betina. Rataan
5.2. Saran
disesuaikan dengan jumlah kelompok praktikan agar proses praktikum bisa lebih
berjalan dengan baik dan terarah. Dan kepada praktikan agar tidak banyak
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, L., dkk. 2015. Sifat-Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Ayam Ketawa Di
Kurniawati, A. 2008. Ukuran Dan Bentuk Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung
Pekanbaru.
Nataamijaya. A. G., dkk. 2003. Performans dan karakteristik tiga galur ayam
Vol.3(2).
Yunna, M. H., dkk. 2014. Kuantitas dan Kualitas Telur Ayam Arab (Gallus
Indonesia: Jakarta.