Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum 1 Ilmu Tilik dan Tingkah Laku Ternak

PENGENALAN BAGIAN-BAGIAN TUBUH TERNAK

Oleh:
NAMA : HARI SETIAWAN
NIM : L1A118172
KELAS :D
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : MUHAMMAD ADNAN R. A.
ANGGOTA : 1. LA ODE USMAN
2. YULI ANTI
3. MUH. SOFYAN. M
4. IKSAN
5. IRSAN SAPUTU
6. ASTRIANA
7. M. SYAIKRULLAH

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN KONSULTASI

NO Hari/Tanggal Materi Konsultasi Paraf


1

Kendari, Oktober 2019


Menyetujui
Dosen Praktikum,

Muhammad Adnan R. A.
Nim: L1A117058
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sapi Bali berasal dari banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi

berabad- abad lalu. Beberapa sinonim sapi Bali yaitu Bos javanicus, Bos banteng dan

Bos sondaicus (Hardjosubroto dan Astuti, 1993). Sapi Bali telah mengalami penjinakan

(domestikasi) yang telah berlangsung sejak dahulu kala dan sekarang banyak

diternakkan oleh peternak khususnya peternakan rakyat. Sapi Bali berkerabat dengan

banteng maka bentuk fisik sapi Bali menyerupai banteng khususnya pada warna kulit,

sedangkan apabila dibandingkan dengan ukuran tubuh sapi Bali lebih kecil

dibandingkan banteng. Sapi Bali menyebar dan berkembang hampir ke seluruh pelosok

nusantara. Penyebaran sapi Bali di luar Pulau Bali yaitu ke Sulawesi Selatan pada

tahun 1920 dan 1927, ke Lombok pada abad ke-19, ke Pulau Timor pada tahun 1912

dan 1920. Selanjutnya sapi Bali berkembang sampai ke Malaysia, Philipina dan

Ausatralia bagian Utara. Sapi Bali juga pernah diintroduksi ke Australia antara 1827--

1849 (Tonra, 2010).

Ayam arab adalah ayam tipe ringan dengan rataan bobot badan dewasa

yang relatif rendah baik untuk jantan maupun betinanya, namun mempunyai

keunggulan dibandingkan dengan ayam lainnya, yaitu mempunyai produksi telur

per tahun sebanyak 280 butir dengan ukuran dan warna telur yang sesuai dengan

selera konsumen. ayam arab mempunyai karakteristik yang mirip dengan ayam

buras tetapi mempunyai kemampuan produksi telur yang menyamai ayam ras dan

lebih tahan terhadap penyakit dan perubahan iklim.

Ciri lain ayam arab adalah pejantannya pada umur 1 minggu sudah

tumbuh jengger, dan betina induk tidak memiliki sifat mengeram, produksi

telurnya tinggi, mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 gram.
Dari penampilan tubuhnya, tinggi Ayam arab dewasa mencapai 35 cm dengan

bobot 1,5-2 kg. Kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi.

Ayam ini berbulu tebal. Bulu di sekitar leher berwarna kuning dan putih

kehitaman. Warna bulu badannya putih bertotol-totol hitam.

Berdasarkan uraian diatas maka perlunya dilakukan praktikum keragaan

bagian-bagian tubuh ternak untuk menambah wawasan mengenai sifat kuantitatif

dan kualitatif.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan praktikum ini adalah:

1.2.1 untuk mengetahui bagian-bagian tubuh pada sapi.

1.2.2 untuk mengetahui bagian-bagian tubuh pada ayam.

1.3 Manfaat

Manfaat dilakukan praktikum ini adalah:

1.3.1 dapat mengetahui nama bagian-bagian tubuh pada sapi dan ayam.

1.2.2 dapat mengaplikasikan kepada masyarakat mengenai bagian-bagian tubuh


pada sapi dan ayam.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Ayam Arab

Ayam arab dilihat dari asal bahasanya cenderung berasal dari daerah

semenanjung arab. Akan tetapi kebenaran yang memastikan asal ayam arab yang

sesuai dengan literatur yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah belum

didapat. Tetapi berdasarkan fakta dilapangan ternyata bahwa ayam arab dipercaya

mampu bertelur banyak, jika dibandingkan dengan ayam kampung (Suwarno,

2013).

Ayam arab (Gallus turcicus) berasal dari ayam hutan dan merupakan salah

satu ayam buras yang sudah beradaptasi di Indonesia dan mampu bereproduksi

dengan kandungan pakan bernutrisi rendah. Ayam arab lebih menguntungkan

dibandingkan dengan ayam kampung, karena ayam kampung hanya mampu

memproduksi telur 39-130 butir per tahun, sedangkan ayam arab bila

dibudidayakan secara intensif setiap tahun dapat bertelur hingga 280 butir

(Binawati, 2008).

2.2 Sifat Kuantitatif

Sifat kuantitatif adalah sifat yang harus diukur dengan cara perhitungan

tertentu karena antarkelas fenotipe sangat kecil dan dikontrol oleh banyak

pasangan gen yang aksinya bersifat aditif (Noor, 2008). Sifat-sifat kuantitatif

sangat dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan. Sifat-sifat kuantitatif yang penting

adalah yang ada hubungannya dengan produksi yang bernilai ekonomis, misalnya

bobot badan, bobot tetas, produksi telur dan umur bertelur pertama. Sifat-sifat

kuantitatif selain dipengaruhi oleh genotipnya juga dipengaruhi oleh lingkungan,


serta interaksi genotip dengan lingkungan. Sifat-sifat tersebut dapat dijadikan

parameter pertumbuhan (Maihamdi, 2016).

Sifat-sifat kuantitatif yang penting untuk penentuan morfologi pada ayam

diantaranya adalah bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh ayam. Penampilan sifat-

sifat kuantitatif ini, selain dipengaruhi faktor genetik juga dipengaruhi oleh

lingkungan (Andrianto dkk, 2015).

Potensi genetik sifat-sifat kuantitatif ternak dapat diketahui melalui

estimasi parameter genetik sifat-sifat tersebut ber-dasarkan catatan performan

individu. Parameter yang mencirikan potensi genetik ternak adalah nilai

heritabilitas (Mu’in, 2008).

2.3 Ukuran-Ukuran Tubuh Ayam

Ayam arab merupakan ayam petelur unggul yang digolongkan ke dalam

ayam tipe ringan dengan bobot badan umur 52 minggu mencapai 2.035,60±115,7

g pada jantan dan 1.324,70±106,47 g pada betina (Nataamijaya et al., 2003).

Variabel yang diamati dan diukur antara lain ukuran-ukuran tubuh

[meliputi lingkar dada (X1), panjang badan (X2), panjang femur (X3), panjang

tibia (X4), panjang shank (X5), dan lingkar shank (X6), bobot badan, produksi

telur dan tingkat mortalitas. Data ukuran tubuh diukur menggunakan pita ukur,

bobot badan menggunakan timbangan. Data yang diperoleh dianalisis secara

deskriptif (Rajab, 2012).

Analisis komponen utama menyatakan bahwa penciri ukuran tubuh pada

ayam arab adalah panjang sayap dan tinggi jengger. Penciri ukuran tubuh pada

ayam arab adalah panjang sayap dan tinggi jengger yang berhubungan dengan

arah seleksinya sebagai ayam petelur unggul (Kurniawati, 2008).


2.4 Sapi Bali

Sapi Bali merupakan salah satu bangsa sapi asli di Indonesia yang merupakan

hasil domestikasi langsung dari Banteng liar (Martojo, 2003). Sapi Bali dikembangkan,

dimanfaatkan dan dilestarikan sebagai sumberdaya ternak asli yang mempunyai ciri

khas tertentu dan mempunyai kemampuan untuk berkembang dengan baik pada

berbagai lingkungan yang ada di Indonesia. Sapi bali juga memiliki performa produksi

yang cukup bervariasi dan kemampuan reproduksi yang tetap tinggi. Sehingga,

sumberdaya genetik sapi Bali merupakan salah satu aset nasional yang merupakan

plasma nutfah yang perlu dipertahankan keberadaannya dan dimanfaatkan secara

lestari sebab memiliki keunggulan yang spesifik. Sapi Bali juga telah masuk dalam aset

dunia yang tercatat dalam list FAO sebagai salah satu bangsa sapi yang ada di dunia

(Gunawan. 2014).
III. METODEOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Oktober 2019 pukul 04.00

WITA sampai selesai, bertempat di kandang sapi Laboratorium Ternak

ruminaansia, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan pada ayam arab dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No Alat Kegunaan
1. Alat tulis Untuk mencatat data pengamatan
2. Kamera Untuk dokumentasi

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan pada ayam arab ini

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan


No. Nama Bahan Kegunaan
1. Sapi bali Sebagai Objek Pengamatan
3.2. Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalm praktikum keragaan ukuran-ukuran tubuh

ayam arab adalah:

1. Bobot badan : Bobot badan didapatkan dari hasil penimbangan

dengan mengunakan timbangan analitik

2. Lingkar dada : Lingkar dada didapatkan dari hasil pengukuran

dengan meteran

3. Panjang paruh : Panjang paruh didapatkan dari hasil pengukuran

dengan meteran
4. Panjang sayap : Panjang paruh didapatkan dari hasil pengukuran

dengan meteran

5. Panjang shank : Panjang shank didapatkan dari hasil pengukuran

dengan meteran

6. Panjang badan : Panjang badan didapatkan dari hasil pengukuran

dengan meteran

7. Lingkar kepala : Lingkar kepala didapatkan dari hasil pengukuran

dengan meteran

1 3

6
Gambar Rangka Proses Pengukuran

Sumber :Murbandini, 2012

Keterangan :1. Lingkar kepala, 2.Panjang paruh, 3.panjang sayap, 4.Panjang

badan, 5.Lingkar dada, 6.Panjang shank, 7.Berat badan.

3.3. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang terdiri dari nilai

rataan (X̄), simpanan baku (S), koefisien (KK), dari bobot badan dan ukuran-

ukuran tubuh berdasarkan steel dan torrie (1995).

√(X1−X)2
𝑆= n−1

∑ 𝑥𝑖
𝑥̅ = 𝑛

𝑆
KK=𝑋 × 100%

Keterangan:

𝑥̅ = Rata-rata

S = Simpangan baku

KK = Koefisien keragaman
X1 = Ukuran ke i

n = Jumlah ayam yang diamati


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Ayam Arab

Hasil pengamatan praktikum keragaan ukuran-ukuran tubuh ayam arab

disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1.Keragaan Ukuran-Ukuran Tubuh Ayam Arab

Karakteristik
Ukuran
BB LD PP PS PSh PB LK

X̄ 1391,8 26 13,6 13,6 7,8 20,4 12

S 290,59 1,41 0,00 1,14 0,84 2,52 0,71

KK 20,88 5,44 0,00 8,38 10,73 12,30 5,89

Keterangan:

BB = Bobot Badan

LD = Lingkar Dada

PB = Panjang Badan

PS = Panjang sayap

PSh = Panjang Shank

LK = Lingkar kepala

PP = Panjang Paruh

(1) (2) (3) (4) (5)


(6) (7)

Gambar 4.1. Proses penimbangan dan pengukuran tubuh ayam: (1) Bobot Badan,

(2)Panjang Badan, (3)Lingkar Dada, (4) panjang sayap, (5) panjang

paruh, (6) lingkar kepala (7) shank,.Sumber (Dokumentasi Pribadi

dan Murbandini, 2012).

Berdasarkan Tabel 4.1. hasil pengamatan yang diperoleh pada keragaan

ayam arab didapatkan rataan bobot badan 1391,8 ± 290,56 dengan koefisien

keragaman 20,88%. Hal ini sesuai dengan pendapat Nataamijaya dkk (2003) yang

menyatakan bahwa bobot badan umur 52 minggu mencapai 2.035,60g±115,7g

pada jantan dan 1.324,70g±106,47g pada betina. Pertambahan bobot badan

dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dikonsumsi dan kualitas dari ransum.

Rendahnya bobot badan disebabkan oleh konsumsi ransum yang rendah/sedikit

sehingga kebutuhan nutrisi bagi tubuh ayam belum tercukupi. Salah satu faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu pemberian dan jumlah konsumsi ransum

(Yulma dkk, 2014).

Rataan lingkar dada 26 ± 1,41 dengan koefisien keragaman 5,44%. Rataan

panjang paruh 13,6 ± 0,00 dengan koefisien keragaman 0,00% atau 100%, artinya

panjang rataan paruh antara ayam arab jantan dan ayam arab betina relatif sama.

Rataan panjang badan 20,4 ± 2,52 dengan koefisien keragaman 12,30%. Rataan

lingkar kepala 12 ± 0,71 dengan koefisien keragaman 5,89%.


Rataan panjang shank 7,8 ± 0,84 dengan koefisien keragaman 10,73%. Hal

ini sesuai tidak sesuai dengan pendapat Sulandari et al. (2007), yang menyatakan

bahwa panjang tarsometatarsus atau shank pada ayam arab adalah sebesar 8,08

cm pada jantan dan 7,70 cm pada betina.

Rataan panjang sayap 13,6 ± 1,14 dengan koefisien keragaman 8,38%.

Menurut Kurniawati (2008) sayap dapat mengindikasikan produksi telur ayam.

Sayap yang panjang dapat mengindikasikan bahwa ayam dapat memproduksi telur

dalam jumlah yang tinggi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Keragaan ayam arab didapatkan rataan bobot badan 1391,8 ± 290,56 dengan

koefisien keragaman 20,88%. Hal ini sesuai dengan pendapat Nataamijaya

dkk (2003) yang menyatakan bahwa bobot badan umur 52 minggu


mencapai 2.035,60g±115,7g pada jantan dan 1.324,70g±106,47g pada

betina.

2. Rataan lingkar dada 26 ± 1,41 dengan koefisien keragaman 5,44%. Rataan

panjang paruh 13,6 ± 0,00 dengan koefisien keragaman 0,00% atau 100%,

artinya panjang rataan paruh antara ayam arab jantan dan ayam arab betina

relatif sama. Rataan panjang badan 20,4 ± 2,52 dengan koefisien keragaman

12,30%. Rataan lingkar kepala 12 ± 0,71 dengan koefisien keragaman

5,89%.

3. Rataan panjang shank 7,8 ± 0,84 dengan koefisien keragaman 10,73%. Hal

ini sesuai tidak sesuai dengan pendapat Sulandari et al. (2007), yang

menyatakan bahwa panjang tarsometatarsus atau shank pada ayam arab

adalah sebesar 8,08 cm pada jantan dan 7,70 cm pada betina. Rataan

panjang sayap 13,6 ± 1,14 dengan koefisien keragaman 8,38%.

5.2. Saran

Saran saya sebaiknya dalam proses praktikum jumlah asisten harus

disesuaikan dengan jumlah kelompok praktikan agar proses praktikum bisa lebih

berjalan dengan baik dan terarah. Dan kepada praktikan agar tidak banyak

barmain-main saat langsungnya proses praktikum seperti, pengambilan gambar

tanpa diperintahkan asisten.

DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, L., dkk. 2015. Sifat-Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Ayam Ketawa Di

Kota Kendari. Jurnal ITRO, Vol.1(4).

Binawati, K. 2008. Pengaruh lanskeptur terhadap kualitas telur ayam Arab.

Journal of Science, Vol.1(2).

Kurniawati, A. 2008. Ukuran Dan Bentuk Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung

Dan Ayam Pelung Berdasarkan Analisis Komponen Utama. Program Studi

Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Maihamid, R. 2016. Keragaman Ukuran Tubuh Ayam Kampung dan

Hubungannya dengan Bobot Badan Di Desa Koto Perambahan

Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Skripsi. Program Studi

Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau:

Pekanbaru.

Mu’in, M. A. 2008. Heritabilitas Beberapa Ukuran Tubuh Ayam Kampung.

Jurnal Ilmu Peternakan, Vol.3(1).

Nataamijaya. A. G., dkk. 2003. Performans dan karakteristik tiga galur ayam

lokal (Pelung, Arab, dan Sentul). Prosiding Seminar Nasional Teknologi

Peternakan dan Veteriner 2003. Hal: 353-359.

Noor, R.R. 2008. Genetika Ternak. Penebar Swadaya: Jakarta.

Rajab, B. 2012. Sifat kuantitatif Ayam Kampung Lokal Pada Pemeliharaan

Tradisional. Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman, Vol.2(2).


Yulma, Y. E., dkk. 2014. Performans Ayam Broiler Yang Diberi Ransum

Mengandung Rumput Laut Gracilaria verrucosa Terfermentasi (A

Performance Broilers Were Given Rations of Fermented Containing

Seaweed Gracilaria verrucosa). Jurnal Animal Agriculture Journal,

Vol.3(2).

Yunna, M. H., dkk. 2014. Kuantitas dan Kualitas Telur Ayam Arab (Gallus

turcicus) silver dan gold. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, Vol.23(2).

Sarwono, B. 2004. Ayam Arab Petelur Unggul. Penebar Swadaya: Depok.

Sulandari, S., dkk. 2007. Sumberdaya Genetik Ayam Lokal Indonesia.

Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat

Dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai