Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA

Dosen pembimbing : Dr.Ir.M Ashari,M.Si

Disusun oleh : SALSABILA (B1D020226)

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020/2021

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................3

1.1. Latar Belakang...............................................................................................................3

1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum...................................................................................4

1.2.1. Tujuan Praktikum.......................................................................................................4

1.2.2. Kegunaan Praktikum..................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................6

BAB III MATERI DAN METODE PRAKTIKUM.........................................................................8

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum......................................................................................8

3.2. Materi Praktikum.........................................................................................................8

3.2.1. Alat-alat Praktikum....................................................................................................8

3.2.2. Bahan Praktikum.......................................................................................................8

3.3. Metode Praktikum........................................................................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................12

4.1. Hasil Praktikum............................................................................................................14

4.2. Pembahasan Praktikum................................................................................................15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................21

5.1. Kesimpulan..................................................................................................................21

5.2. Saran...........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

LAMPIRAN..........................................................................................................................23

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sapi Bali merupakan sapi potong lokal asli Indonesia yang telah dijinakkan berabad-abad yang
lalu. Pengembangan sapi Bali, selain pakan dan manajemen pemeliharaan faktor yang perlu
diperhatikan

adalah kondisi lingkungan yang nyaman (comfort zone) dengan batas maksimum dan minimum
temperatur serta kelembaban lingkungan pada thermo neutral zone agar berproduksi dengan
optimal. Heat tolerance adalah ketahanan ternak terhadap panas sekitarnya. Kondisi lingkungan
ekstrim akibat tingginya temperatur, radiasi matahari,kelembaban dan rendahnya kecepatan
angina dapat menyebabkan heat stress pada ternak.Heat stress akan menjadi masalah utama
dalam pemeliharaan ternak termasuk sapi Bali. Ternak yang tercekam panas akan direfleksikan
pada respon suhu tubuh dan frekuensi pernafasan (Monstma, 1984).Kondisi ini membua t ternak
mengalami gangguan fungsi fisiologi dan penurunan imunitas (Brown et al., 2005).

Selain itu peningkatan temperatur tubuh juga disebabkan oleh suhu lingkungan (Rahardja,
2010).Usaha ternak sapi potong di Indonesia sebagian besar masih merupakan usaha peternakan
rakyat yang dipelihara secara tradisional bersama tanaman pangan. Pemeliharaannya dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu pemeliharaan sebagai pembibitan dan pemeliharaan sapi
bakalan untuk digemukkan. Widiyaningrum (2005), menyatakan bahwa ciri-ciri pemeliharaan
dengan polatradisional yaitu kandang dekat bahkan menyatu dengan rumah dan produktivitas
rendah.

Iklim di Indonesia dalah Super Humid atau panas basah yaitu klimat yang ditandai dengan panas
yang konstan,hujan dan kelembaban yang terus menerus.Temperatur udara berkisar antara
21.11°C-37.77°C dengan kelembaban relative 55-100 persen.Suhu dan kelembaban udara yang
tinggi akan menyebabkan stress pada ternak sehingga suhu tubuh,respirasi dan denyut jantung
meningkat, serta konsumsi pakan menurun, akhirnya menyebabkan produktivitas ternak rendah.
Selain itu berbeda dengan factor lingkunganyang lain sepertipakan dan kesehatan,maka iklim
tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia.3

3
1.2 Tujuan dan kegunaan praktikum

1.1.1 Tujuan praktikum

PENENTUAN UMUR TERNAK DAN STATUS FAALI

Acara 1. Penentuan umur ternak

untuk mempelajari perubahan gigi dan cara penentuan umur berdasarkan keadaan gigi.

Acara 2. Penentuan Frekuensi Respirasi

Mempelajari fungsi respirasi pada ternak potong sapi, serta untuk melatih keterampilan dalam
mengukur frekuensi respirasi

Acara 3. Penentuan Denyut Jantung/Denyut Nadi

Mempelajari dan menghitung jumlah denyut jantung pada setiap ternak dalam waktu permenit.

STRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK

Acara 1. Pengukuran Bagian- Bagian (Dimensi) Tubuh

untuk mengenal berbagai dimensi vital tubuh sapi dan kegunaannya serta untuk menentukan bobot badan
dengan menggunakan rumus- rumus yang ada.

Acara 2. Penimbangan Ternak

Untuk mengetahui bobot badan dengan estimasi pita ukur

4
1.1.2 Kegunaan praktikum

BAGIAN I. PENENTUAN UMUR TERNAK DAN STATUS FAALI

Acara 1. Penentuan umur ternak

Mahasiswa dapat mempelajari perubahan gigi dan cara penentuan umur berdasarkan keadaan gigi.

Acara 2. Penentuan Frekuensi Respirasi

Mempelajari fungsi respirasi pada ternak potong sapi, serta untuk melatih keterampilan dalam mengukur
frekuensi respirasi

Acara 3. Penentuan Denyut Jantung/Denyut Nadi

Mempelajari dan menghitung jumlah denyut jantung pada setiap ternak dalam waktu permenit.

BAGIAN II. STRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK

Acara 1. Pengukuran Bagian- Bagian (Dimensi) Tubuh

untuk mengenal berbagai dimensi vital tubuh sapi dan kegunaannya serta untuk menentukan bobot badan
dengan menggunakan rumus- rumus yang ada.

Acara 2. Penimbangan Ternak

Untuk mengetahui bobot badan dengan estimasi pita ukur

5
BAB 2

PUSTAKA

Umur ternak secara mutlak hanya dapat diketahui dari pengamatan atau catatan mengenai tanggal
lahirnya. Tetapi dalam keadaan tidak tersedianya catatan dimaksud,dapat dilakukan pendekatan dengan
melihat pergantian dan perubahan gigi seri.Gigi seri ternak Sapi hanya terdapat pada rahang bawah dan
sudah tumbuh sejak lahir. Pada umur tertentu gigi tersebut akan tanggal secara bertahap sepasang demi

sepasang berganti dengan gigi baru.

Pertumbuhan gigi dapat dibedakan dalam 3 fase :

1. Fase gigi susu; yaitu gigi yang tumbuh semenjak lahir sampai berganti dengan

gigi yang baru.

2. Fase pergantian gigi (gigi tetap) ; yaitu dari awal pergantian sampai selesai

pergantian gigi susu (rampas).

3. Fase keausan; yaitu gigi tetap yang mengalami keausan

Proses pergantian gigi berlangsung sebagai berikut: pada awalnya dua buah gigi

dalam (Gd) lepas, kemudian disusul dua buah gigi tengah dalam (Gtd), selanjutnya gigi

seri tengah luar (Gtl), yang terakhir adalah gigi sudut (GS).

Suhu tubuh ternak pada dasarnya merupakan panas yang beredar melalui aliran darah dalam seluruh
jaringan tubuh. Eckert et al. (1988) menyebutkan, suhu tubuh ternak tergantung pada jumlah panas
(kalori) per unit masa jaringan,kapasitas panas jaringan berkisar antara 0° hingga +40°C setara dengan 1,0
kalori per derajat celcius per gram. Menurut ebster dan Wilson (1980), yang dimaksud suhu tubuh (true
body temperature) adalah suhu darah yang meninggalkan jantung

Respirasi (pernafasan) diketahui memiliki beberapa fungsi penting bagi tubuh ternak. Selain fungsi
utamanya untuk mengambil oksigen dari lingkungan bagi kepentingan metabolisme dan reaksi-reaksi

6
penting di dalam tubuh dan untuk membuang zat sisa pembakaran berupa karbondioksida dari tubuh,
sistem respirasi juga berfungsi untuk membuang/melepaskan panas tertimbun di dalam tubuh yang
merupakan hasil peningkatan aktifitas metabolisme. Adapun peningkatannya aktifitas metabolisme di
dalam tubuh dapat terjadi akibat adanya rangsangan dalam proses pertumbuhan atau produksi ternak dan
sebagai respon terhadap peningkatan aktifitas organ dan keadaan lingkungan.

Bersamaan dengan pengukuran frekuensi respirasi, setelah itu lakukanlah pengukuran denyut nadi pada
materi/ hewan percobaan yang sama. Alat yang digunakan stetoskop dan jam untuk mengukur waktu
pengamatan.Pengukuran dilakukan dengan penekanan pada arteri femoralis sebelah medial bahu kiri.
Penekanan arteri tersebut dapat dilaksanakan menggunakan keempat ujung jari tangan kiri.. Dapat
dilakukan menggunakan stetoscop pada daerah kostal (dada) sebelah kiri, di belakang skapula distal
(bawah). Sebelumnya perlu dicari lokasi sekitar dada yang suara detaknya paling keras. Frekuensi denyut
jantung dihitung dalam 1 menit, diulang 3 kali.

Untuk mengetahui sejauh mana daya tahan panas seekor sapi. Sesungguhnya toleransi panas yang
sebenarnya dari ternak sulit ditentukan, baik langsung maupun tidak langsung . Namun salah satu cara
yang bisa digunakan untuk mengukur toleransi panas, ialah melihat tinggi rendahnya reaksi organ yang
dianggap paling mudah berubah akibat perubahan suhu lingkungan yakni organ pernafasan dan pengatur
suhu tubuh.

7
BAB 3

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat praktikum

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah selasa,2 november 2021. Bertempat di
tiching fams universitas mataram,lingsar,Lombok barat.

3.2 Materi praktikum

Alat-alat praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam melakukan praktikum adalah :

1. Thermometer
2. Pita ukur
3. Countercheck
4. Tebel pencatatan data

Bahan praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

1 ekor sapi bali

3.3 Metode praktikum

Acara 1

Metode dan pelaksanaan

Praktikum dilakukan dengan metode pengamatan langsung, yaitu dengan memeriksa

serta meraba keadaan gigi. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai

berikut:

1) Sapi dimasukkan ke kandang jepit, diusahakan agar keadaannya tenang dan

tidak menjadi gelisah sehingga mempermudah pemeriksaan

8
2) Kuasailah bagian kepala sapi dengan melingkarkan sebelah lengan tangan pada

muka sapi, sekaligus cengkramlah kedua rahang bawah sapi sampai mulut sapi

ternganga sehingga giginya tampak. Agar gigi sapi lebih jelas terlihat, bukalah

bibir bawahnya.

3) Periksa dan rabalah permukaan gigi serinya hingga jelas terlihat dan terasa

keadaannya.

4) Perhatikan petunjuk 1 – 6 pada gambar di atas untuk mengkonfirmasi hasil

pemeriksaan saudara.

Acara 2

Metode praktikum

Praktikum dilaksanakan menggunakan metode percobaan dengan pengukuran

langsung melalui rektum (suhu rektal) terhadap beberapa perlakuan berupa jenis

kelamin, umur, variasi suhu lingkungan. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya

adalah sebagai berikut:

a. Hewan-hewan pengamatan terlebih dahulu diidentifikasi dalam hal jenis/bangsa,

jenis kelamin, umur, berat badan, kondisi tubuh.

b. Hewan dikendalikan/diperlakukan agar tetap tenang, tidak gelisah, sehingga

pengukuran suhu tubuhnya dapat dilakukan dengan baik ; jika tersedia kandang

jepit maka sebaiknya, (khusus untuk sapi) dimasukkan ke kandang jepit untuk

memudahkan pengamatan.

9
c. Pengukuran suhu tubuh hewan dilakukan per rektal. Dalam hal ini, termometer

harus disiapkan terlebih dahulu dengan cara dikibas-kibas untuk menurunkan

permukaan air raksanya sampai angka terendah, kemudian ujung termometer

dicelupakan kedalam pelicin (vaselin). Masukkan ujung termometer ke dalam

rektum selama 2 - 3 menit, perhatikan letak ujung termometer masuk ke dalam

mukosa rektum. Selanjutnya, bacalah suhu yang ditunjukknan termometer dengan

melihat posisi permukaan air raksanya. (Pengukuran dilakukan pada pagi dan

siang/sore hari) dan diulang sebanyak 3 kali pengamatan.

d. Data yang diperoleh dari tiap pengamatan dikelompokkan menurut jenis kelamin,

umur ternak, dan perbedaan suhu lingkungan tempat pengamatan. Kemudian

lakukan analisis data menggunakan analisis statistik sederhana.

Acara 3

Metode praktikum

Praktikum dapat dilaksanakan dengan metode percobaan melalui pengamatan langsung

terhadap variabel-variabel jenis kelamin, umur ternak, dan variasi suhu lingkungan.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut:

a. Hewan-hewan pengamatan terlebih dahulu diidentifikasi dalam hal jenis/bangsa,

jenis kelamin, umur, berat badan, dan kondisi tubuh.

b. Hewan dikendalikan/diperlakukan agar tetap tenang, tidak gelisah, sehingga

pengukuran frekuensi respirasinya dapat dilakukan dengan baik, jika tersedia

kandang jepit maka sebaiknya (khusus untuk sapi), dimasukkan ke kandang jepit

10
untuk memudahkan pengamatan

c. Pengukuran frekuensi respirasi hewan dilakukan dengan cara mendekatkan

punggung telapak tangan di depan hidung ternak. Hitunglah dengusan nafas ternak

dalam 1 menit, ulangi lagi hingga menjadi 3 kali perhitungan.

d. Data yang diperoleh dari tiap pengamatan dikelompokan menurut jenis kelamin,

umur ternak, dan perbedaan suhu lingkungan tempat pengamatan. Kemudian

lakukan analisis data menggunakan anlisis statistik sederhana.

struktur bagian tubuh ternak

Acara 1. Pengukuran bagian- bagian (dimensi) tubuh

1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum

2. Mengukur bagian tubuh ternak menggunakan tongkat ukur yaitu panjang badan, tinggi gumba,
tinggi gumba, tinggi pinggul, dalam dada, panjang paha, dan lebar dada. Dan mencatat berapa hasil yang
diproleh

3. Sedangkan pita ukur digunakan untuk mengukur bagian tubuh ternak yaitu lingkar dada, lingkar
perut, lingkar flank, lingkar paha, lebar kepala, panjang kepala, panjang kepala, panjang metakarpal,
lingkar metakarpal, panjang metakarsal, lingkar metakarsal dan indek kepala.

Acara 2. Penimbangan ternak

Adapun metode yang digunakan adalah dengan mengukur lingkar dada menggunakan pita ukur dan
melihat bobot estimasinya di pita ukur tersebut.

11
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


4.1.1 IDENTITAS TERNAK

a. No. Ternak :-
b. Jenis Kelamin : jantan
c. Umur Ternak : 1-1 ½ tahun

4.2.2 DATA STATUS FAALI TERNAK

No. Parameter Ukuran 1 Ukuran 2 Ukuran 3 Rata-rata


1. Respirasi (kali/menit) 20 25 21 22
2. Denyut Nadi 40 43 40 41
(kali/menit)
3. Suhu tubuh 35,8 36,7 36,3 36,2

4.3.3 DATA LINGKUNGAN

No. Parameter Waktu mulai Waktu berakhir


pengukuran/pengamatan pengukuran/pengamatan
1 Temperatul Kandang (0C) 28 25
2 Kelembaban Kandang(%) 60% 70%

Pengamatan eksterior

1.Kepala

 Tinggi dan dahi panjang


 Telinga sedang dan lebar
 Tanduk sedang dan panjang
12
 Gigi putih dan bersih
 Moncong lebar

2.Badan

 Tubuh besar
 Terdapat garis belut di bagian punggung
 Tinggi
 Kotor
 Pantat berwarna putih

3. Kaki

 Kaki kotor
 Kaki berwarnah putih
 Bagian tulang metatarsal dan metarkapala kotor

4.warna bulu

 Sawo matang kemerahan


 Bulu pada kaki yang berada di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih
 Warna buluh putih juga terdapat pada bagian belakanf pada sapi
 Bagian bahu warna bulu terlihat lebuh gelap/kecoklatan

4. Keaktifan
 Konsumsi pakan aktif
 Lincah

6.jumlah gigi

 Terdapat 2 gigi lebar,sehingga dapat disimpulkan bahwa sapi berUsia 1- 1 ½ tahun.

13
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan

NO Bagian tubuh Ternak 1 Ternak 2 Ternak 3 Rata-rata

1 Panjang badan 97 98 97,5 97,5

2 Panjang kepala 30 30 30 30

3 Panjang metakarpala 34 34 34 34

4 Panjang metarkarsal 47 47 47 47

5 Lebar paha 48 47 48 47,6

6 Lebar kepala 13 13 13 13

7 Lebar dada 25 25,5 25,5 25,3

8 Lebar pinggul 23 23 23 23

9 Tinggi gumba 103 102,5 103 102,8

10 Tinggi punggung 101 100,8 101 100,9

11 Tinggi pinggul 106 103,7 103,8 104,5

12 Lingkar dada 124 124 124 124

13 Lingkar perut 147 146,5 145 341,8

14 Lingkar flank 133,7 130 130 307,0

15 Lingkar paha 47,7 48 47,9 47,8

16 Lingkar metacarpal 17 16,2 16,2 16,4

17 Lingkar metakarsal 15 18,2 19 17,4

18 Dalam dada 50 50 50 50

19 Indeks kepala 0,50 0,50 0,50 0,50

14
Pembahasan

BAGIAN 1 MENENTUKAN UMUR DAN STATUS FAALI PADA TERNAK


1. Menentukan umur pada ternak
Ternak potong merupakan ternak yang dipelihara dengan tujuan pemeliharaan
untuk menghasilkan daging. Sedangkan ternak kerja merupakan ternak yang
dimanfaatkan tenaganya untuk kepentingan umat manusia. Sapi bali adalah salah satu
sapi lokal yang berasal dari keturunan banteng (Bos Sondaicus) yang dapat dijadikan
sebagai penghasil daging dan ternak kerja atau disebut dengan tipe ternak Dwiguna.
Umur pada ternak sapi secara pasti dapat diketahui dengan cara melihat catatan
(recording) pemeliharaan. Namun, pada saat tidak tersedianya recording untuk melihat
umur ternak yang dipelihara, ada pendekatan ilmiah yang bisa kita gunakan untuk
menentukan umur pada ternak sapi. Pendekatan ilmiah ini dapat menentukan umur pada
sapi, tetapi tidak seakurat dari penentuan umur berdasarkan recording pemeliharaan.
Dalam pendekatan ilmiah ini ada beberapa metode yang lazim dilakukan, antara lain:
dengan melihat pergantian gigi, dan jumlah cincin tanduk.
Ternak ruminansia merupakan ternak yang melakukan proses mamahbiak atau
ruminasi dan memiliki lambung ganda yaitu rumen,reticulum,omasum dan abomasums.
Pada ternak sapi, mampunyai jumlah gigi keseluruhan yaitu 32 buah yang terdiri dari 8
Buah incisors (gigi seri), 12 Buah gigi graham tidak tetap (Premolar) dan 12 buah gigi
graham tetap (molar). Ternak sapi tidak memiliki gigi seri pada bagian rahang atasnya
dan tidak memiliki gigi taring. Berikut ini rumus gigi ternak sapi dan beberapa ternak
ruminansia lainnya:
½ rahang atas I0 C0 PM3 M3
½ rahang bawah I4 C0 PM3 M3

Dalam penentuan umur ternak sapi dengan melihat pertumbuhan gigi, gigi yang
akan digunakan sebagai parameter adalah gigi seri (Incisors). Ternak sapi yang belum
mengalami pergantian gigi susu maka umur ternak sapi antara 1-1,5 tahun. Apabila ada
sepasang gigi lebar maka umur ternak sapi antara 1,5 – 2 tahun. Apabila ada 2 pasang
15
gigi lebar maka umur ternak sapi antara 2-2,5 tahun. Apabila ada 3 pasang gigi lebar
maka umur ternak sapi antara 2,5-3,5 tahun. Sedangkan apabila semua gigi susu berganti
dengan gigi lebar (gigi tetap), maka umur ternak sapi antara 3,5-4,5 tahun. Sedangkan
jika gigi seri tetap ternak ruminansia sudah terlihat aus maka diperkirakan umur ternak
sapi > 9 tahun. Pada penetuan umur dengan melihat pergantian gigi, sering terjadi kesalah
pahaman dalam membedakan gigi ternak sapi yang masih berumur 1-1,5 tahun dengan
gigi ternak sapi yang umurnya > 9 tahun, karena ukuran gigi pada masing-masing umur
tersebut agak merata. Gigi ternak sapi yang berumur lebih dari 9 tahun terlihat rata tetapi
agak jarang karena sudah aus dan rahang pada gigi ternak sapi umur lebih dari 9 tahun
agak semakin mengecil. Sedangkan pada ternak sapi yang masih berumur 1-1,5 tahun
gigi agak kecil tetapi sangat rapat dan rahangnya juga agak rata.

Jadi dapat disimpulkan berdasarkan jumlah gigi lebar yang terdapat pada sapi bali
yang digunakan untuk praktikum yaitu berjumlah 2 gigi lebar yang berarti umur dari sapi
𝟏
tersebut adalah sekitar 1 sampai 1 𝟐 tahun.

2. Menentukan frekuensi respirasi


Respirasi merupakan proses memasukan oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon
dioksida (CO2) kedalam tubuh hewan. Proses respirasi ini sangat penting sekali karena
proses metabolisme makanan membutuhkan O2 sebagai oksidator dalam pembentukan
energi dari bahan makanan. Selain itu, proses respirasi memiliki fungsi yang sangat
penting dalam menjaga keseimbangan panas yang ada didalam tubuh ternak, melalui CO2
yang dikeluarkan oleh ternak, dibawa partikel-partikel panas sehingga suhu tubuh ternak
menjadi stabil. Suhu lingkuangan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan respirasi pada
ternak semakin meningkat karena ternak harus menjaga kesetabilan suhu tubuhnya
dengan mempercepat proses respirasi pada suhu lingkungan yang tinggi, sedangkan pada
suhu rendah respirasi ternak agak lambat, hal ini bertujuan untuk menjaga agar panas
tubuh ternak tidak banyak terbuang melalui lingkungan.

16
Pada pengukuran frekuensi respirasi, jumlah dengusan ternak sapi itu dihitung
sebagai satu kali respirasi. Cara melakukannya adalah dengan menempatkan tangan
didepan hidung sapi dan menghitung jumlah dengusan ternak sapi selama satu menit.
Menurut Frandson (1992), frekwensi respirasi normal untuk ternak sapi adalah 24-42
kali/menit.Rata-rata hasil frekuensi respirasi pada sapi yang digunakan untuk praktikum
yaitu 26 kali/menit. Jadi rata-rata frekuensi respirasi ternak diantara kisaran normal hal
ini disebabkan pada saat pengukuran ternak dalam keadaan tenang.

3. Menentukan Frekuensi Denyut Nadi


Denyut nadi merupakan denyutan aliran darah didalam pembuluh nadi akibat dari
pemompaan darah keseluruh tubuh oleh paru-paru.Penentuan denyut nadi pada ternak
sapi dapat dilakukan pada arteri femoralis yang terletak pada bagian medial bahu kiri dan
pada arteri caudali pada pangkal ekor. Frekuensi denyut nadi merupakan jumlah denyutan
nadi dalam persatuan waktu tertentu. Ternak yang umurnya masih muda memiliki
denyutan nadi yang lebih frekuen dari pada ternak pada umur yang lebih tua. Denyutan
nadi juga dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya suhu lingkungan. Semakin tinggi suhu
lingkungan maka denyutan nadi semakin cepat dan semakin rendah suhu lingkungan
maka denyutan nadi semakin rendah pula. Proses meningkatnya denyutan nadi pada saat
suhu lingkungan tinggi disebabkan karena aliran darah semakin cepat keseluruh tubuh
untuk membawa O2 untuk mendinginkan tubuh dan membawa CO2 yang mengandung
panas tubuh ternak untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Pada pengukuran denyut nadi, diperoleh rata-rata hasil pengukuran pada sapi bali
yang digunakan untuk praktikum yaitu 40 kali/menit. Jadi rata-rata frekuensi respirasi
ternak diantara kisaran normal hal ini disebabkan pada saat pengukuran ternak dalam
keadaan tenang.

4. Pengamatan Eksterior Ternak


Pada pengamatan eksterior ternak sapi bali jantanyang dilakukan. Hasil
pengamatan secara umum menunjukan warna bulu sapi bali betina sawo matang ; pantat

17
dan kaki sapi bali berwarna putih, dan pada punggung ada garis belut berwarna hitam,
secara umum sapi bali yang diamati memiliki kesehatan yang baik dan mata bersinar.

BAGIAN IISTRUKTUR TUBUH TERNAK DAN MENENTUKAN BOBOT BADAN


1. Pengukuran bagian-bagian tubuh ternak
Dalam pengukuran bagian-bagian tubuh ternak sapi bali, ada beberapa bagian tubuh
yang akan diukur:

A. Panjang Badan, adalah jarak antar ujung sendi bahu (tulang skapula) dan ujung
bungkul (tulang duduk). Diukur menggunakan tongkat ukur (mistar Ukur).

B. Tinggi Gumba, adalah ukuran tinggi dari ternak bersangkutan. Diukur menggunakan
tongkat ukur dari bagian tertinggi gumba ke tanah mengikuti garis tegak lurus.

C. Dalam dada, adalah jarak antara puncak gumba dan tepi bagian bawah dada.
Diukur menggunakan tongkat ukur dari puncak gumba sampai tepi bagian bawah dada
mengikuti garis tegak lurus.

D. Tinggi Punggung, jarak lurus dari titik tertinggi punggung yaitu pada rusuk ke 12
sampai kedasar mengikuti garis tegak lurus, menggunakan tongkat ukur.

E. Tinggi Pinggul (kemudi), adalah ukuran tinggi tubuh bagian belakang. Diukur
menggunakan tongkat ukur dari titik tertinggi pinggul (tulang lumbalis 5) sampai ke
dasar (tanah) mengikuti garis tegak lurus.

F. Lingkar dada, adalah ukuran yang menyatakan besarnya tubuh ternak bersangkutan.
Diukur menggunakan pita ukur mengikuti lingkaran dada tepat di belakang bahu
melewati gumba; pada sapi berponok tepat di belakang ponok.

G. Lingkar Perut, adalah ukuran yang menyatakan besarnya perut ternak


bersangkutan. Diukur menggunakan pita ukur mengikuti lingkaran perut tepat di antara
rusuk ke 12 dan 13.

18
H. Lingkar Flank, adalah ukuran yang menyatakan besarnya lingkar flank ternak
bersangkutan. Diukur menggunakan pita ukur mengikuti lingkaran flank tepat di
belakang tulang lumbalis 5.

I. Panjang Paha, adalah jarak lurus dari persendian tulang metakarsal sampai dengan
tulang lumbalis 5 (pada titik tertinggi pinggul), diukur menggunakan tongkat ukur.

J. Lingkar Paha, adalah ukuran yang menyatakan besarnya paha ternak, diukur
menggunakan pita ukur mengikuti lingkar paha, tepat ditengah-tengah tulang tibia.

K. Lebar Kepala, adalah jarak antara pipi kiri dan pipi kanan tepat di atas mata
ternak, diukur menggunakan pita ukur.

L. Panjang Kepala, adalah jarak lurus dari titik tertinggi kepala sampai ke moncong
ternak.

M. Lebar Dada adalah jarak terpendek antara bagian lateral scapula (tulang bahu )
kiri dan kanan dinyatakan dalam sentimeter (Cm). Diukur menggunakan jangka 9 sorong
mengikuti garis horizontal antara tepi luar persendian bahu kiri dan kanan.

N. Panjang Metakarpal, adalah jarak lurus antara persendian bahu dan persendian
teracak (digiti), diukur menggunakan pita ukur.

O. Lingkar Metakarpal, adalah ukuran yang menyatakan besarnya lingkar metakarpal


ternak bersangkuan, diukur dengan melingkarkan pita ukur persis ditengah-tengah tulang
canon, menggunakan pita ukur.

P. Lebar Pinggul (Kemudi), adalah jarak antara tepi sendi paha kiri dan kanan.
Diukur menggunakan tongkat ukur (jangka sorong) mengikuti garis horizontal tegak
lurus dari tepi luar persendian paha kiri dan kanan.

Q. Panjang Metatarsal, adalah jarak lurus antara persendian paha dan persendian teracak
(digiti), diukur menggunakan pita ukur.

19
R. Lingkar Metatarsal, adalah ukuran yang menyatakan besarnya lingkar metatarsal
ternak bersangkutan, diukur dengan melingkarkan pita ukur persis ditengah-tengah tulang
canon, menggunakan pita ukur.

S. Indeks Kepala, merupakan perbandingan antara lebar kepala dengan panjang kepala
ternak bersangkutan.

2. Penentuan bobot badan ternak

Mengetahui bobot badan ternak sapi potong adalah hal yang sagat penting untuk
diketahui guna melihat kebutuhan pakan ataupun kesehatan ternak. Penimbangan
merupakan hal yang paling tepat dalam mengetahui bobot badan ternak, tetapi bobot
badan ternak juga dapat diperkirakan atau diduga dengan cara mengukur bagian-bagian
tubuh ternak atau disebut dengan cara manual. Bagian-bagian ukuran tubuh ternak yang
dapat digunakan dalam menduga bobot badan yaitu lingkar dada, tinggi pundak, panjang
badan, dalam dada serta tinggi dan lebar kemudi atau pinggul.

Pendugaan bobot tubuh ternak dengan menggunakan rumus :

( LD + 22 )2
Rumus schrooel: BB =
10

( 25,3 + 22 )2
=
10
= 112,4

LD2 − PB
Rumus winter : BB =
10,840
640,0− 97,5
=
10,840
=50,04

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil praktikum diatas dapat disimpilkan bahwa:

1. Untuk menentukan umur ternak dapat di lakukan dengan cara:


 Melihat jumlah gigi yang lebar pada ternak tersebut
 Melihat cincin pada tanduk
2. Menentukan bobot badan ternak sapi dapat di lakukan dengan menggunakan timbangan
maupun dengan rumus berdasarkan pengukuran ukuran tubuh tertentu.
3. Keadaan eksterior ternak sapi potong yang tidak bermasalah seperti mata
bersinar,hidung tidak ingusan dan dapat di simpulkan bahwa sapi yang di amati dalam
kondisi yang sehat dan tidak ada cacat tertentu.

5.2 Saran
1. Dalam melakukan praktikum diharapkan dalam keadaan berhati-hati dan tenang agar sapi
tidak setres
2. Diharpkan melengkapi alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum agar praktikum
berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Peternakan Provinsi DIY.

Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

21
Sugeng, Y. B. 2000. Ternak Potong dan Kerja. Edisi I. CV. Swadaya : Jakarta

Susetyo. 1997. Performance Tubuh Ternak. Jakarta: Cv.Yasaguna

Timan.2003. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis.

Akoso,T. B. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisus: Yogyakarta

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press

Hasanudi. 1997

LAMPIRAN

22
23

Anda mungkin juga menyukai