FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho
Allah SWT, karena tanpa Rhmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Drs. Pengindon Sembiring sekalu dosen pengampu
kewarganegaraan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data data dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang individu dan masyarakat.Mungkin
dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka
dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Suhu dan kelembaban memiliki pengaruh yang signifikan pada sapi perah.
Sapi perah adalah hewan yang peka terhadap perubahan lingkungan, terutama
suhu dan kelembaban. Ketidaksesuaian kondisi lingkungan dapat
menyebabkan stres pada sapi perah, yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi kesehatan dan produktivitas mereka. Suhu lingkungan yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan stres panas pada sapi perah. Ketika suhu
melebihi ambang batas yang nyaman bagi sapi, mereka mulai mengalami
kesulitan dalam mengatur suhu tubuh mereka sendiri. Ini dapat menyebabkan
peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut jantung, dan peningkatan
produksi panas internal. Sapi perah akan mencoba mengurangi suhu tubuh
mereka dengan cara mengeluarkan panas melalui pernapasan dan keringat.
Namun, jika suhu lingkungan terlalu tinggi, mekanisme ini mungkin tidak
cukup efektif, dan sapi perah dapat mengalami dehidrasi, kelelahan panas, dan
penurunan produksi susu.
Untuk mengatasi pengaruh suhu dan kelembaban pada sapi perah, penting
untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan sejuk. Ini dapat mencakup
penggunaan sistem pendingin, ventilasi yang baik, penyediaan air yang cukup,
dan perlindungan dari sinar matahari langsung. Selain itu, pemilihan waktu
pemberian pakan dan manajemen nutrisi yang tepat juga dapat membantu
mengurangi dampak suhu dan kelembaban pada sapi perah.
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu (oC) Panas laten (W) Panas sensible Total panas (W)
(W)
4,44 278,4 766,6 1.055
10,00 322,4 674,0 996
15,56 392,7 556,8 949
21,11 410,3 498,2 908
26,67 556,8 293,1 849
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kenaikan suhu kandang akan
menurunkan total panas yang diproduksi oleh sapi perah. Kondisi ini
menunjukkan bahwa ternak (sapi perah) akan mempertahankan panas
tubuhnya sesuai dengan keadaan suhu lingkungannya. Perolehan panas dari
luar tubuh (heat gain) akan menambah beban panas bagi ternak, bila suhu
udara lebih tinggi dari suhu nyaman. Sebaliknya, akan terjadi kehilangan
panas tubuh (heat loss) apabila suhu udara lebih rendah dari suhu nyaman.
Perolehan dan penambahan panas tubuh ternak dapat terjadi secara sensible
melalui mekanisme radiasi, konduksi dan konveksi. Pada saat suhu udara
lebih tinggi dari suhu nyaman ternak, jalur utama pelepasan panas hewan
terjadi melalui mekanisme evaporative heat loss dengan jalan melakukan
pertukaran panas melalui permukaan kulit (sweating) atau melalui pertukaran
panas di sepanjang saluran pernapasan (panting) (Purwanto, 1993) dan
sebagian melalui feses dan urin (McDowell, 1972).
2.5. Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah FH
Distribusi suhu dan kelembaban udara (RH) pada kandang sapi perah FH
dipengaruhi oleh luas dan tinggi bangunan, jumlah ternak, suhu lingkungan,
sistem ventilasi, radiasi matahari, peralatan peternakan, kecepatan angin,
pergerakan udara di sekitar bangunan. Pada bangunan pertanian (greenhouse),
faktor desain yang sangat menentukan distribusi suhu dan kelembaban udara
adalah dimensi bangunan, posisi dinding atau atap ventilasi, sudut pembukaan
ventilasi, jumlah span dan sebagainya (Boutet, 1987). Pertukaran udara dalam
kandang sapi perah dipengaruhi oleh besarnya suhu lingkungan, produksi panas
hewan, kelembaban, konsentrasi gas dalam kandang, jenis bahan atap bangunan,
pindah panas dari lantai, sistem dan luasan ventilasi, luas dan tinggi bangunan
kandang (Hellickson dan Walker, 1983).
Pindah panas pada kandang sapi perah dapat terjadi secara radiasi,
konveksi maupun konduksi (Wathes dan Charles, 1994) yang mengakibatkan
adanya distribusi suhu dalam kandang. Pindah panas secara radiasi dipengaruhi
oleh besarnya radiasi matahari atau bahan, kecepatan angin dan suhu lingkungan.
Pindah panas pada bahan bangunan kandang dipengaruhi oleh konduktivitas
bahan, tebal bahan dan waktu, sedangkan secara konveksi sangat dipengaruhi oleh
suhu lingkungan, kecepatan angin, waktu dan luasan daerah konveksi.
BAB III
3.2.1. Alat-alat
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, kita mengamati suhu dan kelembaban di
pagi hari, siang hari, dan sore hari. Dari kegiatan tersebut Kami
mendapatkan suhu rata- rata 28,7℃ dan kelembaban rata-rata 49,6 %,
dan ITH rata-rata 780,06 sedangkan jika kita dibandingkan dengan
teori yang menyatakan suhu nyaman ternak perah antara 5 - 25 ℃ dan
kelembaban 55%, ITH suhu nyaman di bawah 72, maka bisa
dinyatakan data yang kami peroleh bukan merupakan suhu nyaman
bagi ternak perah dan jika sapi perah ditempatkan pada kandang
dengan suhu, kelembaban, dan ITH tersebut maka sapi akan
mengalami stres ringan yang dapat mempengaruhi ternak perah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu suhu, kelembaban, dan
ITH yang kami peroleh pada saat pengamatan bukan merupakan suhu nyaman
bagi ternak perah dan bisa dinyatakan ternak mengalami stres ringan.
5.2. Saran