Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SUHU DAN LINGKUNGAN OLAHRAGA


DOSEN PENGAMPU: RICES JATRA S.Pd., M,Pd

DISUSUN OLEH:
Disusun Oleh:
Kelompok 1
1.Fikri Julio Pratama (196610746)
2.Apridon Kurniawan (196610708)
3.Andre Eha Nusa (196610748)
4.Wawan (196610782)
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat tuhan yang maha esa karena dengan
rahmat,kurnia,serta taufik dan hidayah-nya kami dapat menyusun makalah tentang suhu dan
lingkungan olahraga meskipun masih banyak kekurangan dalam penulisan didalamnya

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
ataupun pengetahuan tentang suhu dan lingkungan olahraga kami sadar bahwa makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun diri berbagai pihak sehingga kedepannya kami bisa
membuat makalah dengan baik dan benar.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................

1.3 TUJUAN PENULISAN..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................

2.1 PENGANTURAN SUHU TUBUH................................................................

2.2 MEKANISME PENGATURAN SUHU TUBUH..........................................

2.3 AKLIMATISASI TUBUH..............................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................

3.2 SARAN...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada kehidupan sehari-hari kita selalu mengatakan tentang suhu dan


lingkungan,memang sebenarnya bahwa di kehidupan ini suhu dan lingkungan sangat
mempengaruhi.Maka dari itu suhu dan lingkungan mempunyai tempat tersendiri didalam
ruang pembahasan dalam mata kuliah Fisiologi Olahraga. Suhu dan lingkungan merupakan
hal yang harus dikuasai bagi praktisi olahraga seperti mahasiswa olahraga, guru olahraga,
pelatih, atlet maupun pembina olahraga. Pada saat berolahraga baik itu bertujuan untuk
latihan ataupun bertanding pada suhu dan lingkungan tertentu akan memberikan efek tertentu
pula, agar kapasitas kerja tubuh bisa maksimal, dan paling penting bisa terhindar dari
berbagai cedera yang mungkin saja terjadi sebagai akibat suhu yang ekstrem.

kita lihat dalam olahraga kompetisi,seringkali terjadi situasi dan kondisi yang berbeda
antara tempat latihan dengan tempat pertandingan. Misalnya suatu tim atau kontingen yang
sedang dipersiapkan dalam suatu pemusatan latihan (training centre) berada pada daerah
dataran rendah, kecendrungan memiliki suhu (temperatur) lingkungan yang tinggi (panas).
Disamping itu juga memiliki kadar kadar oksigen yang cukup padat sehingga untuk memulai
aktifitas latihan tubuh dengan cepat panas, dan tidak menyulitkan untuk proses bernapas.
Sementara itu, pada saat bertanding, atlet yang berada di tempat dataran tinggi kecendrungan
memiliki tingkat suhu (temperatur) lingkungan yang rendah (dingin), serta kadar oksigen
yang rendah. Kondisi ini bisa berakibat atlet lambat panas, kecendrungan kaku, dan sulit
bernapas, sehingga prestasi maksimal sulit dicapai. oleh karena itu sebagai seorang olahraga
baik itu mahasiswa, pelatih, guru dan praktisi olahraga, harus memiliki pengetahuan tentang
bagaimana mengatasi situasi yang berbeda antara tempat latihan dengantempat latihan dan
bertanding, agar performa seorang atlet atau olahragawan dapat dipertahankan dimanapun
dan apapun suhu dan lingkungan yang dihadapi.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.Apa pengertian suhu tubuh?

2.Bagaimana mekanisme pengaturan suhu tubuh?

3.Apa itu aklimatisasi tubuh?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.Untuk mengetahui pengertian suhu tubuh

2.Untuk mengetahui mekanisme pengaturan suhu tubuh

3.Untuk mengetahui tentang aklimatisasi tubuh


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SUHU TUBUH


Sebelum kita mendefinisikan suhu tubuh sebaiknya terlebih dulu kita ketahui dahulu
apa pengertian suhu, suhu adalah besaran termo dinamika yang menunjukkan besarnya
energi kinetik translasi rata-rata dalam sistem gas.
Suhu juga didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem,
suhu diukur menggunakan termometer.
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
termometer yang dapat dibagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain:normal,
hipertermi, hipotermi, dan febris. Didalam yang difenisi lain suhu tubuh adalah perbedaan
antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah yang kelingkungan luar.
Tubuh kita dilengkapi oleh sistem peringatan (warning system). Sistem ini bekerja secara
otomatis, salah satu sistem dalam tubuh tersebut adalah sistem yang mengatur tubuh selalu
dalam kondisi normal. Misalnya, apabila kita berkeringat, bahwa itu pertanda suhu didalam
tubuh kita (core temperature) tinggi, dan harus diturunkan dengan berbagai cara. Sebaliknya
apabila tubuh kita mengigil itu pertanda bahwa suhu didalam tubuh kita turun dan harus
segera di naikkan.
Macam-macam suhu tubuh
1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36-37,5°C
3. Fibres, suhu tubuh antara 37,5°C - 40°C
4. Hipertermi, bila suhu tubuh antara 40°C

2.2. MEKANISME PENGATURAN SUHU TUBUH


Lingkungan panas atau dingin sangat mempengaruhi terhadap suhu tubuh dan juga
disebabkan oleh berbagai infeksi maupun serangan berbagai kuman penyakit pada tubuh, dan
bisa juga akibat dari melakukan aktivitas.
Dengan adanya sistem pengatur suhu tubuh yang terjadi di otak (hipotalamus), yang
selalu mengatur suhu tubuh agar suhunya tidak terlalu tinggi dan rendah. Dan sistem ini
dikenal dengan istilah "ternal regulatory centre" yang artinya pengaturan suhu tubuh.
Bagian yang terlibat dalam mekanisme pengaturan suhu tubuh adalah sebagai
berikut:
1. Penerima suhu tubuh (themal receptor).
Organ ini berfungsi sebagai penerima suhu panas maupun dingin yang berasal dari
lingkungan maupun dari darah. Organ ini terletak pada otak yang akan menerima suhu dari
darah, dan di kulit sebagai penerima terpaan suhu dari lingkungan.
2. Efektor Suhu (thermal effector).
Adalah organ sasaran yang menerima signal dari pusat pengatur suhu tubuh agar
melaksanakan berbagai reaksi dalam usaha untuk menurunkan maupun menaikkan suhu
tubuh. Misalnya kita berdiri ditempat yang dingin, maka suhu lingkungan yang dingin
menjadi turun, sehingga kulit sebagai receptor Perifer mengirimkan signal ke hipotalamus
mengirimkan signal ke otot sebagai efektor untuk bereaksi dengan cara menggigil. Otot yang
menggigil tersebut untuk menaikkan panas tubuh yang sempat turun.
3. Pusat Pengaturan Suhu (thermal regulator center)
Pusat Pengatur suhu tubuh ini terletak pada hipotalamus di otak. Fungsi hitopalamus
sebagai pusat kontrol suhu, hampir sama dengan pengatur suhu thermostat dirumah. Pusat
pengatur suhu tubuh ini berfungsi mengolah data yang masuk yang berasal dari receptor,
selanjutnya akan mengirimkan kembali signal ke efektor untuk melaksanakan berbagai
upaya agar suhu tubuh bisa dikembalikan ke kondisi normal.

2.3 AKLIMATISASI TUBUH

Aklimatisasi adalah proses tubuh dalam menyesuaikan diri secara bertahap perubahan
lingkungan seperti perubahan temperatur, kelembaban, derajat keasaman, (pH), atau
photoperiodisme (perubahan panjang waktu siang dan malam). Dalam definisi yang lain
aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu
organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Namun pada dasarny
akedua definisi tersebut memiliki tujuan dan maksud yang sama. Kemampuan aklimatisasi
seseorang memungkinkan seseorang untuk tetap memiliki performa yang baik, dilingkungan
yang berbeda.
Proses aklimatisasi dapat diterapkan pada banyak hal, seperti pada pendakian
gunung.Hal ini biasanya biasanya dilakukan apabila seseorang ingin melakukan pendakian
pada gunung yang cukup tinggi, hingga ribuan kilometer diatas permukaan laut.Contoh
Mt.everest yang perlu diperhatikan dan disesuaikan yaitu suhu dan kadar oksigen di udara
karena pada dataran tinggi suhu lingkungan bisa jauh lebih rendah, demikian pula dengan
kadar oksigennya yang menyebabkan tubuh harus memproduksi lebih banyak sel darah
merah atau eritrosit.Contoh lain dari aklimatisasi ditemukan pada tanaman budi daya dan
teknik kultur jaringan, tanaman yang masih berada didalam botol steril akan disiapkan untuk
dipindahkan ke lingkungan aslinya, yaitu di tanah terbuka dengan kondisi lingkungan yang
lebih tidak terkontrol.
a.Aklimatisasi Panas
Aklimatisasi panas melibatkan penyesuaian fisiologis yang memungkinkan kita untuk
bekerja lebih nyaman dalam panas.Mempromosikan pelatihan fisik tingkat tinggi
aklimatisasi panas bahkan jika sesi pelatihan tidak dilakukan di lingkungan
panas.Aklimatisasi panas meningkat dipromosikan oleh latihan fisik tampaknya dirangsang
oleh jumlah besar panas yang dihasilkan selama sesi pelatihan.Hal ini menyebabkan
peningkatan suhu kulit dan tubuh dalam suatu kulit suhu tubuh dibandingkan dengan yang
dihadapi ketika bekerja di lingkungan panas.Contoh lain dari aklimatisasi adalah penelitian
dampak dari aklimatisasi panas untuk meningkatkan kinerja atletik di lingkungan panas dan
dingin oleh para peneliti fisiologi manusia di university of oregon.Peneliti melakukan tes
latihan pada 12 pesepeda yang sangat terlatih 10 laki-laki dan dua perempuan sebelum dan
sesudah program aklimatisasi 10 hari panas. Peserta menjalani tes psikologis dan kinerja di
bawah kondisi panas dan dingin. Sebuah kelompok kontrol yang terpisah dari delapan
pengendara sepeda yang sangat terlatih menjalani tes dan mengikuti rezim latihan yang sama
dalam lingkungan yang dingin.Data menyimpulkan bahwa paparan panas aklimatisasi
memberikan manfaat yang cukup ergogenic dalam kondisi dingin, di samping manfaat
kinerja yang diharapkan dalam lingkungan yang panas. Studi ini adalah yang pertama untuk
mengevaluasi dampak dari aklimatisasi panas pada kinerja aerobik dalam kondisi dingin.
Temuan kami dapat memiliki dampak yang signivikan dalam dunia olahrag akompetiti,” kata
Santiago lorenzo,seorang peneliti yang melakukan pekerjaan sebagai bagian dari disertasinya
di University Of Oregon.Dia sekarang menyelesaikan pelatihan post-doktoral di Institut
untuk latihan dan kedokteran lingkungan (Universitas TexasSouthWestern Medical Center)
di Texas Dallas Kesehatan Presbyterian Hospital.
Studi ini menemukan peningkatan kinerja sekitar 7 persen setelah 10 eksposur panas
aklimatisasi.”dalam hal bersepeda kompetiti, 7 persen adalah peningkatan yang sangat besar
dan bisa berarti bahwa pesepeda bisa menggunakan pendekatan ini untuk meningkatkan
kinerja mereka dalam kondisi cuaca dingin”, ujar Lorenzo.Namun, paparan panas harus di
samping rejimen pelatihan atlet normal.
Aklimatisasi panas meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengendalikan suhu
tubuh, meningkatkan berkeringat dan meningkatkan aliran darah melalui kulit, dan
memperluas volume darah memungkinkan jantung untuk memompa darah. lebih banyak
untuk otot,organ dan kulit yang diperlukan.
Tubuh manusia sangat mudah beradaptasi dengan panas, dan kelembaban yang
sesuai, penyesuaian fisiologis utama akan dialakukan oleh seorang atlet terlatih dalam waktu
10 hingga 14 hari dimulainya pelatihan panas.Sebagian besar atlet akan mencapai
aklimatisasi sekitar 75% (didevinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan sampai 75%
dan tingka tatas mereka) dalam waktu lima hari ekposur mereka ke iklim yang lebih
hangat.Program panas yang paling sukses akan mengikuti pelatihan progresi:Pelatihan
volume dan intensitas pelatihan pada awalnya berkurang pada pajanan pertama atlet terhadap
lingkungan yang panas.kedua volume dan intensitas yang meningkat sebagai atlet mulai
beradaptasi.Massatubuh, tingkat hidrasi, dan indikator fisik lainnya harus dipantau melalui
tahap pelatihan panas. Sangat hati-hati untuk memastikan hidrasi yang tepat atlet harus
dipertahankan.

-Hal-hal yang mengganggu suhu tubuh


Hal-hal yang sering mengganggu suhu tubuh diantaranya disebabkan oleh:
1.Demam:mekanisme pengeluaran panas tidak mampu mengimbangi produksi panas.Demam
terjadi karena perubahan set point hipotalamus.
2.Kelelahan akibat panas: terjadi apabila dia voresis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebih.
3.Hipertermia: peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidak mampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas.
4.Heat stroke: terpapar oleh panas dalam jangka yang cukup lama.
5.Hipotermia: pengeluaran panas akibat terpapar suhu dingin.Kita dapat mengukur suhu
tubuh pada tempat-tempat berikut:
a.ketiak/axillae; termometer didiamkan selama 10-15 menit
b.anus/dubur/rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
c.Mulut/oral: thermometer didiamkan selama 2-3 menit

b. Aklimatisasi Dingin
Tubuh manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan
temperatur luar tidak melebihi 35% untuk kondisi dingin.Perbedaan suhu di dalam dengan
suhu di luar tempat kerja tidak boleh melebihi 5⁰C.Tubuh akan mengalami aklimatisasi bila
suhu lingkungan berada di bawah suhu nyaman bekerja. Aklimatisasi merupakanpenyesuaian
fisiologis tubuh terhadap suatu lingkungan baru. Tubuh yang terpapar suhu dingin akan
kehilangan panas dalam tubuhnya yang ditandai dengan menggigil.
Aklimatisasi pada suhu dingin ditandai dengan adanya penurunan suhu di bagian
rectal dan esophageal. Apabila produksi panas cukup mampu mempertahankan suhu tubuh
maka terjadi adaptasi metabolik. Adaptasi metabolic merupakan peningkatan terhadap
respon termogenik dengan peningkatan dan penurunan progresif dalam produksi panas
hingga mencapai tingkat metabolism yang sama karena pengulangan paparan dingin. Apabila
produksi panas dalam tubuh tidak mampu mempertahankan suhu tubuh maka akan terjadi
adaptasi insulative. Adaptasi insultive yaitu peningkatan aliran darah otot untuk meretribusi
panas tubuh menuju kulit sehingga mengalami peningkatan vasokontriksi perifer pada kulit.
Hal tersebut bertujuan untuk dapat meningkatkan isolasi jaringan permukaan tubuh.
Aklimatisasi pada suhu dingin paling cepat terjadi selama dua minggu dengan paparan 20⁰C
kurang dari satu hari yang dipengaruhi dengan kondisi fisik yang baik dan kemampuan
aklimatisasi tubuh.Paparan berulang akan meningkatkan toleransi terhadap dingin. Apabila
pekerja tidak mampu beradaptasi dengan suhu dingin dengan mengalami penurunan suhu
tubuh mencapai di bawah 85⁰F maka kemampuan hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh
hilang dan akan mengganggu walaupun setelahnya suhu tubuh hanya turun 94⁰F.

-Dampak Suhu Dingin terhadap Tubuh Manusia


Pekerja dapat berisiko memliki gangguan kesehatan akibat terkena bahaya dari
lingkungan kerja yang ditekuninya. Salah satu bahayanya yaitu suhu dingin dikerja. Saat
suhu lingkungan menjadi rendah akan dapat mengurangi otot, kekakuan sendi dan
menimbulkan ketidak nyamanan yang kecelakaan kerja akan lebih sering terjadi. Hal
tersebut dikarenakan penurunan suhu inti tubuh akibat dari vasokontriksi pada kulit yang
tidak mampu mengeluarkan panas secara maksimal.penurunan suhu tubuh dibagi menjadi 4
yaitu normal (36,1-37⁰C), hipotermia ringan (35,1-36⁰C), hipotermia sedang (32,2-35⁰C)
dan hipotermia berat (32,1-23,9⁰C) Pada lingkungan dengan suhu rendah,tubuh akan
bereaksi dan menimbulkan keluhan-keluhan subjektif seiring dengan semakin menurunnya
suhu tubuh.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Suhu dan lingkungan olahraga berpengaruh terhadap performa tubuh pada saat
melakukan aktifitas olahraga. Suhu lingkungan yang terlalu rendah (10 o+1 oC) dan terlalu
tinggi (37 oC).

3.2. SARAN

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

FOX, . 1988. The Physiological Bhasis of Physical Education and Atheletics. New York :
W.B Saunders Company.

Nawawi,Umar, . 2007. Diktat Fisiologi Olahraga. Padang. Universitas Negeri Padang

Sahara, Sayuti; 2003. Konsep Rangkuman dan Penjelasan : The Physiological Bhasis of
Physical Education and Atheletics, Padang. Pasca Sarjana UNP

Anda mungkin juga menyukai