Anda di halaman 1dari 9

FISIOLOGI OLAHRAGA

PENGUKURAN AMBANG BATAS ANAEROBIK

Dosen Pengampu : Dr. Farida Mulyaningsih M.Kes

Oleh:

Niko Ardiansah

20601241055

PJKR A

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Daya tahan anaerobik adalah proses pemenuhan kebutuhan tenaga di dalam tubuh
untuk memanfaatkan glikogen agar menjadi sumber tenaga tanpa bantuan oksigen dari luar.
Oleh karena itu daya tahan anaerobic tidak seperti daya tahan anaerob, yaitu merupakan
proses pemenuhan kebutuhan anaero yang tidak memerlukan bantuan oksigen dari luar tubuh
manusia, sedangkan kemampuan anaerobic itu sendiri dapat diartikan sebagai kecepatan
maksimal dengan kerja yang dilakukan menggunakan sumber energi anaerobic.

Pendapat lain menyatakan bahwa anaerobic berarti bekerja tanpa menggunakan oksigen
dan hal ini terjadi ketika keperluan tubuh akan anaero tibatiba meningkat ( Joko Purwanto,
2004: 40).

Menurut Sukadiyanto (2011: 61) anaerobic adalah aktivitas yang tidak memerlukan
bantuan oksigen. Daya tahan anaerobik dibagi menjadi dua, yaitu:

(a) Daya tahan anaerobik laktit adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi beban
latihan dengan intensitas maksimal dalam jangka waktu 10 detik sampai 120 detik

(b) Daya tahan anaerobik alaktik adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi beban
latihan dengan intensitas maksimal dalam jangka waktu kurang dari 10 detik.

Menurut Hendratno (2013: 2) daya tahan anaerobic adalah bentuk ketahanan olahragawan
melakukan aktivitas tanpa menggunakan oksigen, tubuh dapat mempertahankan tingkat
intensitas tertentu hanya untuk waktu singkat.
Menurut Janssen (1989) ambang batas anaerobic (ABA), adalah intensitas, misalnya
kecepatan lari tertinggi yang dapat dipertahankan untuk suatu periode waktu yang lama.
Menurut pendapat Sujarwo (2012:4) kemampuan anaerobic adalah kecepatan maksimal
dimana kerja dapat dilakukan dengan sumber energy anaerobic. Kemampuan dan kecepatan
anaerobic ditentukan oleh faktor-faktor berikut: (a) jenis serabut otot cepat; (b) koordinasi
saraf; (c) faktor biomekanika; dan (d) kekuatan otot.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Alat-alat
1. Metronom
2. Bangku tinggi 40 cm
3. Stopwacth

B. Pelaksanaan
1. Orang coba diukur berat badan, diukur DN selama satu menit
2. Orang coba melakukan pemanasan secukupnya
3. Melakukan naik turun bangku selama 1,5 menit dengan mengikuti irama, tinggi bangku
dapat disesuaikan dengan tinggi badan orang coba.
4. Naik turun bangku dimulai dari irama 72 X/menit (naik turun bangku 18 kali) setelah
melakukan aktivitas selama 1,5. Kemudian berhenti diambil denyut nadi satu menit dengan
metode 10 denyut. Tidak ada waktu untuk istirahat. Selanjutnya irama metronom dinaikan
08 dst sampai orang coba tidak mampu lagi.

Keterangan :
Beban yang dibebankan kepada orang coba sebagai berikut :
Misal orang coba dengan berat badan 60 kg. Naik turun bangku 18 kali/menit dengan tingi
bangku 40 cm, besarnya intensitas kerja adalah : 60 kg X 0,4 m X 18/menit = 432 kgm/menit
(70 watt)
C. Hasil Pengukuran

1) Nama Orang Coba : Niko Ardiansah


2) Umur : 20 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki – laki
4) Tinggiu Badan/Berat Badan : 167 cm/ 50 kg
5) Tinggi Bangku : 40 cm
6) Denyut Nadi Istirahat (awal) : 90 / menit
7) Irama Metronom Irama Langkah Denyut Nadi
72 27 4,85

80 30 4,41

88 33 3,75

96 36 3,48

104 39 3,45

112 42 3,70

120 45 ...

126 48 ...

132 51 ...

138 54 ...

144 57 ...

152 60 ...

160 63 ...

... ... ...

... ... ...


8) Denyut nadi pada waktu defleksi = 3,45 detik/10 denyut

9) Beban Kerja terakhir = BB x Tinggi Bangku ( Irama Langkah x ) kgm/menit

= 50 kg x 0,4 m ( ) kgm/menit

= 520 kgm/menit ( 84,99 watt )


10) Mengukur DN = 60 x ( )

= 173,91 DN
11) Masukkan data di atas ke grafik :
D. Landasan Teori
Conconi mengemukakan hasil penelitiannya bahwa ambang anaerobik dapat juga
ditentukan melalui pengamatan denyut nadi selama pemberian beban kerja seperti yang
dikutip oleh Janssen (1989). Conconi memanfaatkan hubungan yang ada antara intensitas
latihan dengan denyut nadi. Pada awal latihan denyut nadi bertambah sejalan dengan
penambahan beban tetapi pada beban tertentu denyut nadi tidak linier lagi dengan
intensitas beban, titik ini disebut titik defleksi denyut nadi.
lntensitas latihan yang cocok dengan titik ini adalah aktivitas maksimum yang
dapat dilakukan dengan pasokan energi aerobik. Titik defleksi ini menunjukan bahwa
pada denyut nadi tertentu dan intensitas tertentu terjadi perpindahan pasokan energi dari
aerobik ke anaerobik. Di dalam latihan sehari-hari denyut nadi sering dipakai untuk
menentukan intensitas latihan, karena dari sini ditemukan hubungan yang linier antara
denyut nadi pada satu sisi dan intensitas latihan pada sisi lainnya Jika intesitas latihan
ditingkatkan diatas intesitas titik defleksi, maka kadar asam laktat akan meningkat
dengan cepat.
Wasserman (1993), orang pertama yang mengemukakan konsep ambang rangsang
anaerobik. Ambang. anaerobik adalah bila kadar asam laktat sudah mencapai 4mMol.
Jadi intensitas latihan pada titik defleksi ini merupakan intensitas latihan pada nilai
ambang anaerobik. Metode Conconi ini disebut sebagai metode penentuan kadar asam
laktat tanpa sampel darah.
Pada proses latihan yang lama dan sistem tubuh sudah beradaptasi pada hasil
latihan, maka akan menampakan hasil dengan menunjukkan pargeseran kekanan dan
kurva titik defleksinya.yang menunjukan bahwa waktu semakin lama dan intensitas
semakin bertambah saat pergeseran titik defleksi dan apabila seseorang sudah tidak
melakukan latihan lagi maka kurva titik defleksinya akan bergeser ke kiri yang berarti
bahwa waktunya semakin cepat dan intensitasnya semakin rendah pada saat terjadinya
titik defleksi. Jadi untuk mengetahui perubahan adaptasi dari suatu latihan dapat
diketahui dengan mengukur denyut nadinya.
BAB III
PENUTUP
A. Pembahasan
Sebelum melakukan tes ambang batas anaerobic saya mengukur denyut nadi
selama 1 menit dan didapatkan hasil 90/menit. Setelah itu melakukan tes naik turun
bangku setinggi 40 cm selama satu setengah menit dengan irama metronom yang
berbeda-beda yaitu (72, 80, 88, 96, 104, 112) Bpm. Dari setiap melakukan sekali
percobaan dihitung denyut nadi dengan metode 10 denyut dan didapatkan hasil waktu.
Pada irama metronom 112 Bpm hasil dari hitungan denyut nadi sudah menunjukan
adanya Defleksi. Akhirnya bisa saya ambil kesimpulan dimana titik Defleksi saya berada
pada 39 langkah.
Adanya hubungan antara aktivitas fisik dan denyut nadi, pada intensitas yang
sangat intensif denyut nadi dan intensitas tak berjalan paralel, bahwa denyut nadi
berdefleksi pada intensitas yang lebih tinggi. Dengan kata lain, intensitas dapat
ditingkatkan tetapi kenaikan denyut nadi tertinggal pada titik tertentu. Titik ini adalah
titik defleksi denyut nadi.
Intensitas latihan yang sesuai dengan titik defleksi denyut nadi adalah aktivitas
maksimum yang dapat dilakukan dengan pasok energi aerobik. Misalnya seseorang atau
atlet kecepatan berlari atau bersepeda, terjadinya bergeser dari sistem penyediaan energi
yang aerobik ke energi yang sebagian besar anaerobik. Bila mengetahui dengan tepat
menempatkan titik defleksi denyut nadi, atlet tanpa mengalami kehabisan tenaga secara
prematur. Kecepatan maksimum yang sesuai dengan titik defleksi denyut nadi, yang
dapat dipertahankan selama periode waktu yang panjang, saat energi dipasok seluruhnya
secara aerobik. Jika kecepatan ditingkatkan, penimbunan asam laktat akan meningkat,
dalam kondisi ini sistem penyediaan energi aerobik tak lagi memadai, sistem anaerobik
dimanfaatkan, yang mengakibatkan peningkatan akumulasi laktat, sehingga tingginya
dirasakan tingkat kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Rumbiyanto. 2019. Pengaruh Metode Latihan Daya Tahan Terhadap Peningkatan VO2
Max dan Daya Tahan Anaerobik Atlet Gulat Putra Pelatnas Sea Games. Disertasi.
Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Rifki, Muhamad sazeli. 2011. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Pulih Asal ( Recovery).
Laporan Penellitian. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Padang.
Akbar, Muhammad Yobbie. Kemampuan Daya Tahan Anaerobik dan Daya Tahan Aerobik
Pemain Hoki Putra Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai