Anda di halaman 1dari 9

RESUME

LANDASAN ILMIAH PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA


“ANALISIS LANDASAN ILMIAH PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA SECARA
SOSIOLOGIS DAN KULTURAL”

Dosen Pengampu :
Dr. Emral, M.Pd
Dr. Adnan Fardi, M. Pd

OLEH :
KEMAL HIDAYATULLAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA S2


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN
2021
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari dari sejumlah landasan
dan asas-asas tertentu.Landasan dan asasa tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan
pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Beberapa
diantara landasan pendididkan tersebut adalah landsan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang
sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian dari sistem pendidikan secara
keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani keterampilan
berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui
aktivitas jasmani dan olahraga. Mahendra (2015, hlm. 12) mengemukakan bahwa definisi dari
pendidikan jasmani adalah “pendidikan jasmani dapat diartikan dengan berbagai ungkapan dan
kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan
jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia”. Jadi berdasarkan
pengertian diatas bahwa pendidikan jasmani dapat mengembangkan kemampuan mental dan
emosional anak pada saat pembelajaran penjas dan penjas hanya memanfaatkan alat fisik untuk
mengembangkan keutuhan manusia dan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.

Pengertian pendidikan jasmani sering disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang
mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia, kesegaran jasmani kegiatan fisik,
dan pengembangan keterampilan. Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan
menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. Walaupun memang benar aktivitas fisik
itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka
kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogik. Mahendra (2015, hlm. 40)
mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani adalah prosess pendidikan tentang dan melalui
aktivitas jasmani, permainan dan olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.

Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput
masa depan.Kajian berbagai landasan-landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang
tepat tentang pendidikan.Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta menerapkan asas-
asas pendidikan yang tepat pola, akan memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan
menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Pendidikan merupakan kegiatan seorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam
membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan.Kegiatan bantua
dalam pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan, dan dapat pula berupa kegiatan
pendidikan seperti bimbingan, pengajaran atau dan atau latihan.
Berkenaan dengan ini perlu dicatat bahwa sebagai suatu kegiatan yang didasari pendidikan
mengandung dua dimensi, yaitu dimensi berpikir dan dimensi bertindak.Karena itu, dalam
pendidikan akan terdapat momen berpikir tentang pendidikan dan momem bertindak atau
melaksanakan pendidikan (mendidik).
Contohnya, sebelum melaksanakan pembelajaran, guru tentunya berpikir terlebh dahulu
mengenai tujuan apa yang seharusnya apa yang seharusnya dicapai para siswa melalui
pembelajran yang akan dilaksanakan, materi apa yang akan dipelarjari metode dan alat apa yang
akan digunakan dala pembelajaran, apa tolak ukur keberhasilannya, alat evaluasi.Secara umum,
guru membuat rencana mengajar (momen berpikir).
Misi utama pokok bahasan landasan-landasan pendidikan dalam pendidikan tenaga
kependidikan tidak tertuju kepada pengembangan aspek ketrampilan khusus mengenai
pendidikan sesuai spesialisasi jurusan atau program pendidikan, yaitu berkenan denagan
berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang harus dipilih dan diadopsi oleh
calon pendidik sehingga menjadi cara pandang dan bersikap dalam rangka melaksanakan
peranannya sebagi pendidikan dikemudian hari.
Berbagai asumsi pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh seseorang, sekelompok
orang, atau lembaga pendidikan akan berfungsi dasar rujukan konseptual dalam rangka
pendidikan yang dilaksanaknnya.Secara umum, dapat dikatakan bahwa fungsi
landasan pendidikan adalah memberikan dasar pijakan atau titik tolak bagi seseorang,
sekelompok orang atau lembaga dalam rangka praktik pendidikan.
Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak
manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini,
misalnya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih memahami
tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar secara efektif.
Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses pembelajaran
penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi(information processing
theory) diungkap bahwa idealnya pembelajaran gerak adalah sebuah proses pengambilan
keputusan, yang secara hirarkis akan selalu melalui tiga tahapan yang tetap, yaitu tahap
mengidentifikasi stimulus tahap memilih respons, dan tahap memprogram respons. Jika pada
proses pembelajaran siswa diberi kesempatan dan didorong untuk terus-menerus meningkatkan
kemampuan pengambilan keputusannya, maka secara pasti kemampuannya tersebut terlatih,
karena masing-masing perangkat yang berhubungan dengan ketiga tahapan pengambilan
keputusan itupun kemampuannya semakin meningkat pula.
Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi.
Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk
menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial yang dapat
dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas di antaranya adalah kepemimpinan, karakter
moral, dan daya juang.
Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam
kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainnya, termasuk
sekelompok orang dengan kelompok lainnya. Di sisi lain, sosiologi berhubungan juga dengan
ilmu yang menaruh perhatian pada lembaga-lembaga sosial seperti agama, keluarga, pemerintah,
pendidikan, dan rekreasi. Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang berkepentingan dalam
mengembangkan struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang dicirikan oleh adanya
kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial.
Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjas sesungguhnya adalah seorang
sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-prinsip umum sosiologi, agar mampu memanfaatkan
proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui penjas.
Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang mengerti sosiologi dalam konteks kependidikan
akan mampu mengembangkan minimal tiga fungsi. (1) pengaruh pendidikan pada institusi sosial
dan pengaruh kehidupan kelompok pada individu, seperti bagaimana sekolah berpengaruh
kepribadian atau perilaku individu; (2) hubungan manusia yang beroperasi di sekolah yang
melibatkan siswa, orang tua, dan guru dan bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian dan
perilaku individu; dan (3) hubungan sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat,
misalnya pengaruh dari pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.

Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi.
Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk
menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial yang dapat
dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas di antaranya adalah kepemimpinan,
karakter moral, dan daya juang.
Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam
kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainnya, termasuk
sekelompok orang dengan kelompok lainnyadan struktur sosialnya. Di sisi lain, sosiologi
berhubungan juga dengan ilmu yang menaruh perhatian pada lembaga-lembaga sosial seperti
agama, keluarga, pemerintah, pendidikan, dan rekreasi. Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang
berkepentingan dalam mengembangkan struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang dicirikan
oleh adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh
pengikutnya:
1. Paham Individualisme
Dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing
boleh berbuat apa saja menurut keinginannya masing-masing, asalkan tidak mengganggu
keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan
kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk
mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling
berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam bersaing dengan
yang kuat sajalah yang dapat eksis.
2. Paham Kolektivisme
Memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota
masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya.
3. Paham Integralistik
Dalam masyarakat yang menganut paham integralistik; masing-masing anggota
masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Masyarakat integralistik mnempatkan manusia tidak secara individualis melainkan dalam
konteks strukturnya manusia adalah pribadi, namun juga merupakan relasi. Kepentingan
masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat:
 kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat.
 kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat.
 negara melindungi warga negaranya.
 selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.
Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia
orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.Sosiologis dijadikan salah satu
landasan pendidikan nasional karena, perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa
telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat
kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek. Berbagai upaya pemerintah telah
dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam
hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah
(umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun
jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran).
Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan
interaksi manusia, baik individu maupun kelompok (masyarakat) dengan persekolahan
(pendidikan) dan begitu pun sebaliknya, hubungan antara persekolahan (pendidikan) dengan
manusia, sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia
dengan pendidikan.
Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma
kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk terciptanya kehidupan
bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya
menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh
masing-masing anggota masyarakat. Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjas
sesungguhnya adalah seorang sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-prinsip umum sosiologi,
agar mampu memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat
dikembangkan melalui penjas. Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang mengerti sosiologi
dalam konteks kependidikan akan mampu mengembangkan minimal tiga fungsi: 
1. Pengaruh pendidikan pada institusi sosial dan pengaruh kehidupan kelompok pada
individu, seperti bagaimana sekolah berpengaruh kepribadian atau perilaku individu; 
2. Hubungan manusia yang beroperasi di sekolah yang melibatkan siswa, orang tua, dan guru
dan bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu; dan 
3. Hubungan sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat, misalnya pengaruh
dari pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.

Landasan pendidikan kutural ini berangkat dari asumsi yang mengatakan bahwa ada
keterkaitan antara kebudayaan dengan pendidikan.kebudayaan sebagaimana halnya sistem sosial
yang berlaku dimasyarakat,merupakan sebuah kondisi yang esensial untuk perkembangan dan
kehidupan masyarakat. Kebudayaan dengan pendidikan memiliki keterkaitan karena kebudayaan
menjadi sebuah kondisi belajar, kebudayaan memiliki daya dorong yang kuat, serta memberikan
rangsangan tertentu.
Landasan kultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber dari
norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan
berbudaya suatu bangsa kita harus memusatkan perhatian kita pada berbagai dimensi.
 Kebudayaan dapat dipahami sebagai strategi manusia dalam menghadapi lingkungannya,
dan.
 Kebudayaan merupakan suatu sistem dan terkait dengan sistem sosial. Kebudayaan dari
satu pihak mengkondisikan suatu sistem sosial dalam arti ikut serta membentuk atau
mengarahkan, tetapi juga dikondisikan oleh sistem sosial.
Dengan memperhatikan berbagai dimensi kebudayaan tersebut di atas dapat dikemukakan,
bahwa landasan kultural pendidikan di Indonesia haruslah mampu memberi jawaban terhadap
masalah berikut:
1. Semangat kekeluargaan dalam rumusan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan
pendidikan.
2. Rule of law dalam masyarakat yang berbudasya kekeluargaan dan kebersamaan.
3. Apa yang menjadi “etos” masyarakat Indonesia dalam kaitan waktu, alam, dan kerja,
serta kebiasaan masyarakat Indonesia yang menjadi “etos” sesuai dengan budaya
Pancasila; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras tangguh bertanggung jawab, mandiri, cerdas
dan terampil, sehat jasmani dan rohani.
4. Cara bagaimana masyarakat menafsirkan dirinya, sejarahnya, dan tujuan-tujuannya.
Dapat dilihat dari kondisi social budaya , pendidikan masa lampau Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi tiga tonggak sejarah, yaitu:
 Pendidikan Tradisional , yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara yang
dipengaruhi oleh agama-agama besar di dunia Hindu, Budha, Islam dan Nasrani (katolik
dan protestan).
 Pendidikan kolonial Barat, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara yang
dipengaruhi oleh pemerintahan kolonial barat, terutama kolonial Belanda.
 Pendidikan kolonial Jepang, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara yang
dipengaruhi oleh pemerintahan kolnial Jepang dalam zaman perang dunia II. 
Kondisi social budaya dari ketiga tonggak sejarah pendidikan tersebut mempunyai
implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikannya dalam hal tujuan pendidikan, kurikulum isi
pendidikan, metode pendidikan, dan pengelolaannya, dan kesempatan pendidikan. Kultural
sebagai salah satu landasan system pendidikan nasional bisa dilakukan dengan cara pelestarian
dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai
wujud dari kebineka tunggal ika-an masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah
dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia
sebagai sisi ketunggal-ika-an.
DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan, (Edisi Kesembilan). Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2002. Filsafat Pendidikan. Jakarta : Gaya Media Pratama
Redja, Mudyarhardjo. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Noor, Syam Muhammad. 1986. Filsafat Penidikan dan Dasar Filfasat Kependidikan Pancasila.
Surabaya : Usaha Nasional
Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Zuhairini. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai