Anda di halaman 1dari 6

Arousal, Stress, Kecemasan

dalam Olahraga

A. PENDAHULUAN
Ilmu keolahragaan merupakan suatu disiplin ilmu yang tidak berdiri sendiri, saat ini
terdapat berbagai disiplin ilmu lain yang mendukung ilmu kelolahragaan, sehingga pada
akhirnya dapat menghasilkan manfaat yang cukup besar bagi kehidupan manusia, khususnya
dalam dunia olahraga dan kesehatan. Melalui ilmu keolahragaan seorang praktisi dan
akademisi olahraga dapat mengkaji kegiatan olahraga baik olahraga pendidikan, olahraga
rekreasi maupun olahraga prestasi secara mendasar dan menyeluruh dalam rangka
pencapaian tujuan dari masing-masing jenis olahraga yang dilakukan oleh suatu individu.
Dalam perkembangannya terdapat berbagai macam disiplin ilmu yang pendukung berdirinya
ilmu keolahragaan, di antaranya yaitu ilmu kesehatan, biomekanika, psikologi, sosiologi,
pedagogi, sejarah dan filsafat (Haag dalam Rohmansyah, 2017).
Psikologi olahraga adalah salah satu cabang ilmu yang relatif baru, yaitu merupakan
salah satu hasil perkembangan dari ilmu psikologi murni. Sejak akhir abab ke-19 para ahli
psikologi telah berusaha menerapkan hasil-hasil penelitian psikologi ke dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga pada akhirnya tumbuh dan berkembanglah apa yang disebut sebagai
psikologi terapan (applied psychology) di berbagai bidang, termasuk salah satunya adalah
dalam bidang olahraga (Rohmansyah, 2017).

B. PEMBAHASAN
Buku panduan praktis penyusunan program latihan yang disusun oleh Johansyah
Lubis (dalam Fikri, 2018) menunjukkan bahwa persiapan latihan psikologis juga digunakan
untuk menunjang prestasi atlet selain aspek fisik, teknik dan taktik. Hal ini menunjukkan
bahwa aspek psikologis tidak hanya dipandang sebelah mata dalam mencapai prestasi
olahraga. Beberapa keadaan psikologis yang terjadi pada olahragawan sangat kompleks.
1. Stress
Stres dapat terjadi pada berbagai bidang kehidupan, seperti dalam pendidikan, pekerjaan,
dalam hubungan sosial individu dengan orang-orang di sekitarnya maupun dalam dunia
olahraga. Sumber stres dapat berasal dari diri individu sendiri, lawan tanding dalam
perlombaan, tempat dan sarana perlombaan, dari keluarga maupun dari masyarakat
(Supriyanto, 2005).
a. Definisi stres
Sarafino (dalam Kartika, 2015) mendefinisikan stres adalah kondisi yang disebabkan
oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis,
psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah tekanan internal maupun eksternal
serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan.
b. Respon stres
Dalam berolahraga seseorang secara konstan akan bereaksi dengan kondisi stres,
apabila respons stresnya tidak sesuai dengan kebutuhan situasinya, maka yang terjadi
adalah kegagalan dalam mengatasi stres. Lama kuatnya respons stres ini tergantung
dari kondisi fisik dan mental dari orang yang bersangkutan.
Latif (dalam Supriyanto, 2005) menyatakan bahwa respons stres ditandai oleh adanya
reaksi perubahan internal dalam diri seseorang berupa:
- Peningkatan produksi adrenalin
- Ketegangan pada otot
- Pengaruh pasukan aliran darah ke tangan atau kaki
- Nafas makin cepat
- Peningkatan metabolisme tubuh
Selain itu terjadi juga kesiagaan mental berupa:
- Aktivitas otak meningkat
- Percepatan dalam mengambil keputusan
- Peningkatan kekuatan ingatan
- Fokus perhatian bertambah
c. Penyebab stres pada atlet
Menurut Supriyanto (2005) sumber stres pada atlet dapat berupa:
- Atlet sangat mengandalkan kemampuan teknisnya, apabila atlet hanya
mengandalkan kemampuan teknisnya akan mengalami kesulitan sewaktu
menghadapi situasi perlombaan yang kurang menguntungkan, misalnya
menghadapi lawan yang ulet dan cermat. (Penyebab stres dari dalam individu).
- Adanya pikiran negatif karena dicemooh atau dimarahi, apabila ada perasaan
seperti ini akan ada perasaan yang menekan dan menimbulkan frustrasi yang
mengganggu penampilannya. (Penyebab stres dari dalam individu).
- Pengaruh massa atau penonton, hal ini dapat berpengaruh positif maupun
berpengaruh negatif, misalnya berupa cemoohan terhadap atlet atau suatu bentuk
motivasi yang dapat membangkitkan semangat atau rasa percaya diri. (Penyebab
stres dari luar individu).
2. Kecemasan
Kejadian-kejadian yang penting sebelum, saat, dan akhir pertandingan dalam olahraga
sangat dipengaruhi oleh tingkatan kecemasan dan perilaku olahraga, baik atlet, maupun
pelatih. Perasaan cemas diakibatkan karena bayangan sebelum pertandingan dan saat
pertandingan, hal tersebut terjadi karena adanya tekanan-tekanan kejiwaan.
a. Definisi kecemasan
Menurut Leitenberg (dalam Fikri, 2018) anxiety merupakan kecenderungan belajar
untuk menanggapi kecemasan kognitif dan somatic terhadap situasi olahraga yang
kompetitif sebagai kelengkapan evaluasi kinerja atlet.

Kecemasan (anxiety) dalam psikologi didefinisikan sebagai perasaan campuran


berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab
khusus untuk ketakutan tersebut serta bersifat individual (Chaplin dalam Aziz, 2014).
b. Jenis-jenis kecemasan (Anxiety)
Menurut James Tangkudung dan Apta Mylsidayu (dalam Fikri, 2018) menjelaskan
bahwa kecemasan dibagi menjadi dua, yaitu:
- State anxiety
Keadaan emosional yang terjadi mendadak atau pada waktu tertentu yang
ditandai dengan kecemasan, takut, tegang, dan biasanya kecemasan ini terjadi
menjelang pertandingan. Kecemasan yang terjadi biasanya takut gagal dalam
pertandingan, takut akan akibat sosial atas kualitas prestasinya, takut cedera.
- Trait anxiety
Rasa cemas yang merupakan sifat pribadi atau bawaan (memiliki sifat pencemas).
Seorang atlet pada dasarnya memiliki sifat kecemasan maka manifestasi
kecemasannya akan berlebihan dan mendominasi aspek psikisnya. Hal ini akan
menjadi kendala yang serius bagi atlet untuk dapat berpenampilan baik.
c. Sumber kecemasan
James Tangkudung dan Apta Mylsidayu (dalam Fikri 2018) menjelaskan bahwa:
1) Sumber dari dalam
- Atlet terlalu terpaku pada kemampuan teknisnya. Akibatnya didominasi oleh
pikiran-pikiran yang terlalu membebani, seperti komitmen yang berlebihan
bahwa harus bermain sangat baik.
- Muncul pikiran-pikiran negatif, seperti ketakutan akan dicemooh oleh penonton
jika tidak memperlihatkan penampilan yang baik.
- Pikiran atlet akan sangat dipengaruhi oleh kepuasan yang secara subjektif
dirasakan di dalam dirinya. Pada atlet akan muncul perasaan khawatir akan tidak
mampu memenuhi keinginan pihak luar sehingga menimbulkan ketegangan baru.
2) Sumber dari luar
- Pengaruh massa
emosi massa sering berpengaruh besar terhadap penampilan atlet, terutama jika
pertandingan tersebut sangat ketat dan menegangkan. Atlet sepakbola yang
bertanding di lapangan biasa tingkat kecemasannya akan lebih kecil
dibandingkan dengan atlet yang bertanding di stadion Gelora Bung Karno dengan
jumlah penonton yang ribuan.
- Saingan-saingan lain yang bukan lawan tandingnya
- Pelatih yang memperlihatkan sikap tidak mau memahami bahwa telah berupaya
sebaik-baiknya
- Hal-hal non teknis seperti kondisi lapangan, cuaca yang tidak bersahabat, angin
yang bertiup kencang atau peralatan yang dirasa tidak memadai.
Hubungan kecemasan dengan olahraga
Selman Cutuk (dalam Fikri, 2018) menyatakan bahwa selain kapasitas fisik banyak
atlet top; terungkap bahwa dimensi psikologis tidak bisa diabaikan untuk meningkatkan
prestasi. Ketika diperhitungkan bahwa psikologi memiliki banyak kompetensi seperti
motivasi, fokus, penetapan tujuan, dan manajemen kecemasan. Dampak dari ketegangan
terhadap penampilan keterampilan gerak pada atlet antara lain menimbulkan kecemasan,
emosi, ketegangan pada otot, kelentukan, dan koordinasi.
Kepercayaan diri sangat berhubungan dengan konsistensi emosi positif, seperti
kegembiraan dan kebahagiaan, sedangkan kepercayaan diri yang rendah berhubungan
dengan emosi negatif seperti kecemasan, keraguan dan depresi. Hal ini sejalan dengan
penelitian Lane dalam Komaruddin (dalam Fikri, 2018) yaitu orang yang mengalami
kecemasan tingkat tinggi tanpa dibarengi rasa percaya diri mungkin akan mengalami
penurunan peforma. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kecemasan dengan
olahraga yang sering terjadi yaitu kecemasan yang dialami oleh atlet saat bertanding, hal
ini tentunya sisi negatif yang dapat mempengaruhi penampilan dan merugikan seorang
atlet (Fikri, 2018).
3. Kegairahan (Arousal)
Pencapaian prestasi puncak dalam dunia olahraga oleh seorang atlet tidak dapat
dipisahkan dengan kegiatan menagemen arousal yang baik, yaitu pengaturan kondisi
psikis dan fisik atlet dalam rangka mengerjakan atau memenangkan suatu pertandingan.
Tanpa managemen yang baik, arousal justru dapat merugikan atau menjadi sumber
kekalahan seorang atlet dalam suatu pertandingan olahraga.

Definisi arousal
Menurut Robert dan Daniel (dalam Rohmansyah, 2017) arousal adalah suatu gejala
yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas fisiologis dan psikologis dalam diri
seseorang.
Menurut Cox (dalam Rohmansyah, 2017) arousal adalah suatu fenomena aktivasi
berbagai organ tubuh yang terjadi pada seseorang yang dipengaruhi oleh keadaan
psikologis dan fisiologis. Dalam dunia olahraga, aktivitas psikologis yang dialami oleh
seorang atlet ketika menghadapi suatu pertandingan akan mempengaruhi aktivitas
fisiologis tubuhnya.
Cox (dalam Rohmansyah, 2017) menyatakan dalam suatu pertandingan terdapat
penonton sebagai faktor ekstern dan motivasi sebagai faktor intern yang akan
mempengaruhi atau mengakibatkan hypothalamus aktif, sehingga menyebabkan
beberapa bagian atau bahkan seluruh tubuh atlet melakukan aktivasi. Hal tersebut
dilakukan oleh tubuh secara otomatis dalam rangka menghadapi pertandingan yang
sedang dijalani atau dihadapi karena dirasa tubuh akan menghadapi ancaman.
Hypothalamus adalah bagian utama dari sistem neuro endokrin manusia yang terletak di
atas batang otak. Hypothalamus bertugas untuk mengontrol reaksi terhadap aktivasi
tubuh serta memiliki fungsi yang sangat penting dalam mengatur berbagai proses tubuh
sehingga dapat menghasilkan adrenalin. Seorang atlet akan merasakan jantung berdebar-
debar, otot terasa meledak-ledak, berkeringat, dan bergetar jika kadar adrenalin dalam
tubuh besar sehingga dapat menyebabkan seorang atlet merasa ingin kencing.

Teori arousal dengan performa dalam olahraga


Teori Drive Teori Inverted U

a. Teori drive
Teori ini menggambarkan sebuah garis lurus (linier) antara arousal dengan performa
atau penampilan. Teori drive seolah mengatakan bahwa adanya korelasi positif antara
arousal dengan peningkatan penampilan secara terus menerus. Weinberg (dalam
Rohmansyah, 2017) mengatakan “as an individual's arousal or state
anxietyincreases, so too does her performance” sebagai individu yang memiliki
gairah (arousal) atau keadaan kecemasannya meningkat, maka penampilan
(performance) juga ikut meningkat.
b. Teori inverted U
Teori U terbalik merupakan teori kedua yang muncul setelah teori drive. Menurut
teori ini, baik arousal tingkat rendah maupun arousal tingkat tinggi tidak akan
menghasilkan penampilan yang tinggi. Arousal pada tingkat sedang (moderat)
umumnya memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk mencapai penampilan
puncak (peak performance).

C. PENUTUP
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
arousal, stres, dan kecemasan berhubungan erat dengan pertandingan olahraga. Hal ini
tentunya menjadi sisi negatif yang dapat mempengaruhi penampilan dan merugikan
seorang atlet. Para pelaku olahraga seperti atlet, dan pelatih setidaknya harus mengetahui
teori yang berkaitan dengan arousal, stres, dan kecemasan dari luar maupun dalam
individu atlet. Sehingga dapat meminimalisir hal yang tidak diinginkan dan terjadi
peningkatan performance pada atlet.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, H. N. (2014). Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kecemasan
siswa dalam menghadapi ujian nasional (UN). (Skripsi). Universitas Maulana Malik
Ibrahim Malang. Malang, Indonesia. See discussions, stats, and author profiles for this
publication at: http://etheses.uin-malang.ac.id/785/6/10410189%20Bab%202.pdf
Fikri, A. (2018). Anxiety (kecemasan) dalam olahraga. (Naskah publikasi). Universitas Bina
Darma. Palembang, Indonesia. See discussions, stats, and author profiles for this
publication at: https://www.researchgate.net/publication/328744086
Kartika, C. D. (2015). Hubungan antara kecemasan emosi dengan stres akademik
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Skripsi).
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, Indonesia.
Rohmahsyah, N. A. (2017). Hubungan kegairahan (arousal) dengan performa olahraga.
Jendela Olahraga, 2(2).
Supriyanto, A. (2005). Stres dan pengaruhnya dalam renang. Jurnal Olahraga Prestasi, 1(2)
hal 161-175.

Anda mungkin juga menyukai