Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi Olahraga merupakan salah satu cabang dari psikologi sosial
terapan yang berfokus pada bidang olahraga. Penerapan psikologi ke
dalam bidang olahraga ini untuk membantu agar bakat olahraga yang ada
dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya
hambatan dan faktor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata
lain, tujuan umum dari psikologi olahraga yaitu untuk membantu
seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari
sebelumnya.
Akan

tetapi,

meningkatnya

stres

dalam

pertandingan

dapat

menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik fisik maupun psikis,


sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat menjadi
tegang, denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil
pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan
ini seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan
terbaiknya.
Oleh karena itu Psikologi olahraga memiliki peran yang cukup
signifikan dalam meningkatkan motivasi atlet agar dapat berprestasi
secara optimal baik ketika latihan, ataupun berlangsungnya suatu
pertandingan. Selain itu juga agar atlet berpikir tentang mengapa mereka
berolahraga dan apa yang ingin mereka capai. Sekali tujuannya diketahui,

latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan


tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan psikologi olahraga?
1.2.2 Apakah hubungan psikologi dengan olahraga?
1.2.3 Apakah peran psikologi dalam bidang olahraga?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menganalisis apa yang dimaksud dengan psikologi olahraga
1.3.2 Menganalisis hubungan psikologi dengan olahraga
1.3.3 Menganalisis peran psikologi dalam bidang olahraga

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi Olahraga


Psikologi olahraga merupakan hasil perkembangan dari psikologi
umum. Menurut Khonstman (1951) yang dikutip Herman Subarjah
(2000:1), kajian dari psikologi yaitu tingkah laku manusia dalam keadaan
tertentu. Misalnya manusia dalam keadaan panik dipelajari dalam
psikologi massa, atau manusia dalam melakukan proses produksi
dipelajari dalam psikologi industri. Seiring dengan perkembangan waktu
dan kebutuhan terhadap psikologi dalam bidang olahraga, maka
dikembangkan pula psikologi olahraga.
Definisi atau pengertian dari psikologi olahraga dapat dilihat dari
pendapat beberapa tokoh. Batasan dan pengertian psikologi olahraga,
yang dikemukakan oleh John D. Lawther, seorang guru besar pendidikan
jasmani dari Pensylvania State University yaitu psikologi olahraga adalah
studi tentang tingkah laku manusia dalam situasi olahraga. Kajian dari
psikologi olahraga fokus pada belajar, performa, dan penilaian terhadap
pelaku maupun penonton. Weinberg and gould (1999) mengartikan
psikologi olahraga sebagai studi khusus mengenai manusia dan
perilakunya dalam aktivitas olahraga dan latihan (ICSSPE, sport and
exercise psikologi, hal. 161 bar.3). Ilmu pengetahuan yang menerapkan
prinsip-prinsip psikologi didalam situasi/lingkungan olahraga, dengan
tujuan

meningkatkan

penampilan/prestasi

seseorang

dalam

suatu

kegiatan olahraga (Cox, 2002). Pemahaman tentang perilaku manusia


secara kejiwaan di dalam situasi/lingkungan olahraga dan kegiatan
jasmani lainnya (Horn, 1992). Psikologi olahraga berhubungan dengan

pengamatan

terhadap

peristiwa-peristiwa

di

lingkungan

olahraga,

deskripsi suatu gejala/peristiwa, penjelasan mengenai faktor-faktor yang


mempengaruhi suatu peristiwa secara sistematis, meramalkan suatu
peristiwa atau akibat daripada suatu peristiwa yang dilandasi penjelasan
yang sistematis dan terpercaya, serta

pengendalian peristiwa atau

kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (Anshel et al., 1991). Psikologi


olahraga berusaha untuk mengaplikasikan fakta-fakta kejiwaan serta
prinsip-prinsip pembelajaran, penampilan, dan perilaku manusia yang
terkait dengan lingkungan olahraga. Seorang pelatih olahraga, misalnya,
harus menaruh perhatian terhadap manfaat faktor-faktor kejiwaan, emosi,
dan sosial; dan bukan hanya terhadap faktor fisik saja (Fuoss &
Troppmann, 1981).
Pada dasarnya, psikologi olahraga merupakan pemahaman mengenai
perilaku seseorang dalam kegiatan yang ada hubungannya dengan
olahraga. Perilaku atlet/pelatih/wasit termasuk lingkungan olahraganya
sendiri saling mempengaruhi..Jadi, psikologi olahraga dapat diartikan
sebagai psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga, yang meliputi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap atlet
dan faktor-faktor di luar atlet yang dapat mempengaruhi penampilan atlet
tersebut.
Aplikasi psikologi olahraga yang tepat dan benar dapat meningkatkan
prestasi olahraga maupun fungsi yang berkaitan dengan aspek sosiopsikologis seseorang. Psikologi olahraga telah menjadi sub-disiplin ilmu
yang diakui pengaruh dan manfaatnya di dalam usaha peningkatan
prestasi olahraga di banyak negara di dunia.
2.1.1 Ruang Lingkup Psikologi Olahraga

Sama halnya seperti psikologi, psikologi olahraga juga memiliki


ruang lingkup tersendiri. Ruang lingkup tersebut antara lain dalam
bidang industri olahraga, psikologi olahraga memegang peranan
yang cukup signifikan. Dalam olahraga prestasi, peran psikolog
olahraga dominan dalam mendongkrak prestasi para atlet. Misalnya
dalam peningkatan motivasi, menghilangkan kecemasan, stress.
Psikolog olahraga juga berperan dalam proses penyembuhan
emotional disorders yang kerap di alami oleh para atlet profesional
seperti anorexia, penggunaan obat terlarang, agresifitas, persoalan
atlet dengan lingkungan keluarga, penonton, fans.
Bidang lain yang menjadi wilayah kerja psikologi olahraga adalah
dalam konteks pelatihan. Di Eropa maupun Amerika, psikolog
olahraga sudah terlibat dalam proses pelatihan para atlet. Seorang
psikolog

menjadi

partner

bagi

para

pelatih

dalam

rangka

menciptakan metode pelatihan yang efektif.


Bidang pendidikan juga termasuk dalam bidang psikologi
olahraga. Dalam hal ini, psikolog olahraga banyak yang terjun
langsung memberi pelatihan bagi pelatih dalam pemahaman
terhadap

manusia

untuk

diimplementasikan

dalam

proses

pembimbingan atlet. Hal ini tidak hanya dilakukan dalam konteks


olahraga prestasi, psikologi olahraga juga berperan pengembangan
olahraga lain.
Bisa dikatakan saat ini, dunia olahraga profesional maupun
amatir sudah sangat tergantung pada kehadiran psikologi olahraga.
Pengembangan cabang ilmu ini tentu akan memberi kontribusi yang
semakin besar pada peningkatan kualitas atlet maupun cabang
olahraga itu sendiri di masa depan.

2.2 Hubungan Psikologi dengan Olahraga


Psikologi Olahraga terdiri dari tindakan dan perilaku manusia, di mana
komponen motorik, kognitif, dan afektif berperan kemudian menghasilkan
pola gerak yang berbeda. Psikologi olahraga mempelajari masalah
psikologis yang dihadapi seseorang dalam bidang olahraga. Kegiatan
olahraga diobservasi, dideskripsikan, dan dijelaskan secara sistematis
tentang berbagai faktor yang dapat mempengaruhi bidang olahraga
tersebut. Psikologi olahraga juga membantu memprediksi performa atlet
berdasarkan sikap dan perilaku yang ditunjukkan. Baik sebelum, selama,
dan sesudah pertandingan berlangsung, maupun di dalam keseharian
proses latihan yang dijalaninya.
Psikologi olahraga merupakan bagian penting di dalam keberhasilan
prestasi atlet. Karenanya diberikan perhatian yang besar pada pelatih dan
pembina olahraga. Selain kemampuan yang dimiliki oleh atlet, aspek fisik
dan mental juga berperan dalam sebuah pertandingan. Dalam sebuah
pertandingan faktor psikologis merupakan hal yang dianggap penting
dalam menentukan hasil dari pertandingan itu sendiri. Taylor (2009)
menjelaskan bahwa komponen motivasi dan kepercayaan diri lebih
berpengaruh pada tahap persiapan sebelum berlatih dan bertanding,
sedangkan

komponen

kekuatan/daya

tahan,

fokus,

dan

emosi

berpengaruh lebih besar pada performa saat latihan dan bertanding.


Motivasi. Pada kenyataannya, motivasi seseorang dalam menjalani
pertandingan tidak sama satu sama lain dan tidak sama dari waktu ke
waktu. Taylor (2009) juga menambahkan bahwa tanpa adanya motivasi
dalam

mencapai

prestasi,

maka

aspek

fisik,

teknik,

dan

rasa

kebersamaan dalam tim akan berkurang, yang juga akan berdampak


pada performa seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui

motivasi seperti apa yang kita miliki, apakah itu untuk menjadi juara,
mencari pengalaman, hanya sekedar mencari label anak basket, anak
bola, anak futsal, dsb, akan membantu kita mengatasi rasa lelah, sakit,
kemunduran, serta frustasi yang muncul dalam setiap latihan serta
pertandingan.
Kepercayaan diri. Memiliki kemampuan atau skill yang hebat tidak
langsung membuat kita menjadi individu yang terbaik. Tanpa memiliki
kepercayaan

diri,

individu

tidak

akan

mampu

menggunakan

kemampuannya secara maksimal. Seperti kemampuan mental lainnya,


kepercayaan diri tidak muncul dengan sendirinya. Dibutuhkan latihan
melalui persiapan pertandingan yang matang, kemampuan bangkit dari
kekalahan, serta dukungan dari lingkungan. Tentu saja tingginya frekuensi
perolehan kemenangan akan banyak meningkatkan kepercayaan diri.
Kekuatan atau Daya tahan. Setelah kompetisi berjalan, kekuatan atau
daya tahan merupakan kontributor utama. Tanpa memiliki daya tahan
yang prima, performa juga akan menurun dengan sendirinya. Dalam
berolahraga, menurut Taylor (2009), performa akan berada pada
puncaknya saat tubuh berada di antara kontinum tubuh sangat rileks
(seperti saat tidur) dan tubuh sangat tegang (saat ketakutan). Untuk
menggambarkannya dengan lebih mudah, maka istilah yang selama ini
kita dengar seperti istirahat dan tidur cukup memang berpengaruh secara
signifikan dalam persiapan berkompetisi.
Fokus. Fokus melibatkan kemampuan berkonsentrasi pada beberapa
hal, seperti 1.) konsentrasi pada hal yang membuat kita menampilkan
performa terbaik (contoh: mengingat kerasnya latihan yang selama ini
telah dijalani akan sia-sia jika kalah), 2.) mempertahankan konsentrasi
saat situasi pertandingan berubah (contoh: awalnya memimpin kemudian

lawan balik memimpin), dan 3.) tidak menghiraukan gangguan-gangguan


yang muncul di sekitar lapangan pertandingan (contoh: suara penonton).
Kemampuan untuk terus fokus setelah periode waktu yang panjang
merupakan hal penting dalam sebuah pertandingan.
Emosi. Olahraga mencakup beberapa ragam emosi. Inspirasi,
kebanggaan, kepuasan, kebahagiaan, ketakutan, frustrasi, kemarahan,
dan keputusasaan. Komponen emosi berada pada puncak karena
menurut Taylor (2009), emosi merupakan komponen yang akan
menentukan kemampuan individu untuk menampilkan performa yang
konsisten pada situasi yang paling sulit sekalipun. Emosi juga merupakan
kontributor utama pada kemampuan kita untuk menjadi pemimpin atau
menjadi anggota tim. Dengan menguasai kemampuan mengontrol emosi,
akan memfasilitasi penampilan individu dan tim untuk mencapai hasil
yang maksimal. Sebagai contoh, meskipun mengalami kelelahan dan
menurunnya fokus pada pertandingan, rasa semangat dan ketakutan
akan kekalahan mampu memberikan individu tambahan energi, stamina,
yang juga akan berpengaruh pada fokus dan meningkatnya performa.
Psikologi sosial dalam olahraga bukan hanya dimanfaatkan untuk para
atlet, pelatih, dan official, melainkan juga untuk mempelajari perilaku
penonton, bagaimana pengaruh penonton terhadap prestasi pemain, dan
lain-lain (Brawley & Martin, 1995). Inti dari penerapan psikologi sosial
dalam olahraga adalah bahwa ada hubungan erat antara fisiologi sensomotorik (psycho-physiology) dengan struktur dan dinamika kognitif
seseorang

(psikologi

kognitif)

sehingga

dengan

mempelajari

dan

mengintervensi kognisi, kita dapat meningkatkan prestasi (Zani&Rossi,


1991). Aspek psikologis yang berperan dalam bidang olahraga terutama
pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet tersebut bertanding.

Berikut beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul di


kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan
masa latihan, yaitu :
1. Berfikir Positif.
Berfikir positif perlu dibiasakan bukan hanya oleh atlit, tetapi
pelatihpun sangat perlu, dengan pembiasaan ini maka akan
berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri,
meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama.
2.

Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan
mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan
sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan.
Sasaran tersebut mulai dengan sasaran jangka panjang, menengah,
sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar
sasaran itu bermanfaat, yaitu:
a. Sasaran harus menantang.
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet
merasa tertantang untuk dapat mencapai sasaran tersebut.
b. Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi.
Atlet harus merasa bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat
tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi, atlet

merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya


akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah
untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras
karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
c. Sasaran harus meningkat.
Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran
tersebut makin lama makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika
atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun perlu dibiasakan
selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat
umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu
kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau sasaran
jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang
ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus
tercapainya, dan bagaimana pula cara mengukumya atau apa
ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik
pencapaian

sasaran

tersebut

agar

terlihat

jelas

arah

dan

peningkatannya.
3. Motivasi.
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu sebagai usaha untuk mencapai tujuan
tertentu, ditinjau dari fungsinya motivasi dapat dibedakan antara
motivasi yang berasal dari luar dan motivasi yang berasal dari dalam
diri. Motivasi yang baik tidak mendasarkan doronganya pada factor
ekstrinsik, tetapi motivasi yang sangat baik, kuat dan lebih lama
menetap adalah factor intrinsic yang mendasarkan pada keinginan
pribadi yang lebih mengutamakan pencapaian prestasi.

4. Emosi.
Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti senang,
sedih, marah cemas, rasa takut dan sebagainya, hal tersebut terdapat
pada seiap orang, akan tetapi yang perlu diperhatikan dalam hal ini
adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak
merugikan penampilan baik saat berlatih maupun dalam bertanding,
pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak emosi dari
pada para atlit yang dibinanya.
Gejolak

emosi

sangat

berpengaruh

pada

keseimbangan

psikofisiologis, apabila terganggu akan timbul ekspresi gemetar, sakit


perut, kejang otot maupun hal-hal lain yang bisa merubah penampilan
fisik. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya komunikasi yang baik
antara pelatih dengan atlit.
5. Kecemasan dan Ketegangan
Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan
kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan
orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan
tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia terjun ke
dalam pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan
optimal. Untuk itu, telah banyak diketahui berbagai teknik untuk
mengatasi

kecemasan

dan

ketegangan

yang

penggunaannya

tergantung dari macam kecemasannya.


Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan kecemasan,
khususnya dalam menghadapi pertandingan, dilakukan beberapa
teknik berikut ini :

a. Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan


yang menimbulkan kecemasan.
b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti
dalam pertandingan sesungguhnya.
c. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali
saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling
mengesankan.
d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan
alau pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu
tertentu.
e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang
secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh
sebagai hangat dan berat.
f. Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan
hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan
diafragma.
g. Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h. Berbincang-bincang, berada dalam situasi

sosial

(untuk

mengalihkan perhatian).
i. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk
melakukan sesuatu yang diperlukan saat itu.
j. Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
6. Kepercayaan Diri
Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu
faktor penentu suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau
hilangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan
mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya. Karena itu
sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya,
sepanjang ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki
pengalaman bertanding yang memadai.

Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya


sangat besar. Syarat untuk membangun kepercayaan diri adalah sikap
positif.

Memberitahu

pemain

di

mana

letak

kekuatan

dan

kelemahannya masing-masing. Buatkan program latihan untuk setiap


atlet dan bantu mereka untuk memasang target sesuai dengan
kemampuannya agar target dapat tercapai jika latihan dilakukan
dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam melakukan
penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif bahkan akan mengurangi
rasa percaya diri.
Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus (walaupun
kalah), tunjukkan penghargaan Anda sebagai pelatih. Jika pemain
mengalami kekalahan (apalagi tidak dengan bermain baik), hadapkan
ia pada kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana yang telah
dilakukannya secara benar dan mana yang salah, serta tunjukkan
bagaimana seharusnya. Menemui pemain yang baru saja mengalami
kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin dibandingkan dengan
menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.
7. Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya
antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal
kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan
atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet
merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka
terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan
atlet terhadap pelatih.

Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu


menyesuaikan teknik-teknik komunikasi dengan para atlet sambil
memperhatikan asas individual. Keterbukaan pelatih dalam hal
pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik,
asalkan dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi
pengertian tentang tujuan program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap
individu.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat
peraturan mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya
termasuk sanksi yang dikenakan jika terjadi pelanggaran terhadap
peraturan

yang

telah

dibuat

tersebut.

Jadi,

hindarilah

untuk

memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan


sebelumnya. Misalnya, seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan,
lalu dihukum oleh pelatih. Atlet tersebut bingung dan bertanya-tanya
mengapa ia dihukum karena ia tidak pernah dijelaskan sebelumnya
oleh pelatih bahwa dalam latihan dilarang minum minuman bersoda.
Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang sudah
dibuat, haruslah dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika seorang
atlet dihukum karena melanggar peraturan tertentu, maka jika ada atlet
lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat
hukuman

yang

sama.

Demikian

pula

jika

atlet

yang

sama

melakukannya lagi di kemudian hari.


Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap
objektif maksudnya adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau
fakta apa adanya tanpa menyangkutpautkan dengan hal lain. Jika
pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet datang terlambat
dalam latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya,

jangan dihubungkan dengan hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut


harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).
8. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran
seseorang tertuju kepada suatu obyek tententu dalam waktu tertentu.
Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat
melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting
peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi
atlet pada saat latihan, apalagi pertandingan, maka akan timbul
berbagai masalah.
Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat
terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan,
pukulan, tendangan & tembakan sehingga tidak mengenai sasaran.
Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah
dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan,
tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun
akan berkurang. Untuk menghindari keadaan tersebut, perlu dilakukan
latihan berkonsentrasi.
9. Evaluasi Diri
Evaluasi diri merupakan usaha atlet untuk mengenali keadaan yang
terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat
mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu
maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya ini
maka pemain dapat memasang target latihan maupun target
pertandingan dan cara mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk
mengevaluasi

hal-hal

yang

telah

dilakukannya,

sehingga

memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah


terulangnya penampilan buruk.
Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk
memiliki buku catatan harian mengenai latihan dan pertandingan.
Minta pemain untuk menuliskan kelemahan dan kelebihan diri sendiri,
baik dalam segi fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah jika
menurut Anda sebagai pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada
yang kurang.
Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur. Ajak atlet
untuk menuliskan di dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai
berikut:
Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam
latihan dan pertandingan.
Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau
pertandingan.
Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan
dihadapi dan strategi menghadapinya.
Hasil dan jalannya pertandingan.
Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi
buruk.
Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh setiap atlet.
Namun perlu diingat bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk
membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi bagian dan rahasia
pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet
mempunyai bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.

2.2.1 Imajeri Mental dan Visualisasi


Dalam tabloid bola edisi 9 maret 2004, petinju Vitaly Klitschko
dari Ukraina menyatakan hal berikut, Klitschko menjelaskan dalam
olahraga catur dapat diparalelkan dengan tinju, karena pada kedua
olahraga

tersebut,

strategilah

yang

sangat

menentukan

kemenangan. Pada olahraga tinju, pertarungan sudah dimulai jauh


hari sebelum naik ring. Menurut Klitschko juga, Kami harus
mempelajari

lawan

dan

mengetahui

kelemahannya

untuk

mengalahkannya. Kami memikirkan apa yang seharusnya dilakukan


jika

lawan

menggunakan

taktiknya.

Pernyataan

tersebut

menegaskan bahwa ia telah memikirkan apa yang seharusnya


dilakukan pada saat pertandingan, sebelum pertandingan tersebut
dimulai. Dalam hal ini Klitschko

telah melakukan latihan mental,

tepatnya visualisasi, ketika ia menggambarkan di dalam pikirannya


semua gerakan yang akan ia lakukan saat menghadapi lawan
tandingnya kelak.
Annie

Plessinger

(plato.stanford.edu/entries/mental-imagery)

merumuskan imajeri mental, juga disebut sebagai visualisasi atau


latihan mental (mental rehearsal), sebagai pengalaman yang
mewakili pengalaman perseptual namun dapat terjadi tanpa adanya
rangsangan

yang

sebenarnya

terhadap

indra

yang

relevan.

Singkatnya, jika kita melihat, mendengar, atau merasakan suatu aksi


atau rangsang tanpa adanya kegiatan dan latihan fisik apapun, maka
hal tersebut dikatakan menggunakan imajeri. Meskipun pembahsan
mengenai hal ini lebih banyak dititik beratkan pada imejeri yang
bersifat visual, namun dalam keadaan sebenarnya, kegiatan tersebut
juga meliputi pendengaran dan gerakan.

Peranan

dari

ketrampilan

imajeri

dan

visualisasi

juga

dikemukakan oleh David Yukelson (2004) dari Penn State University,


dalam artikel pendek dengan judul Teaching Athletes Visualization
and Mental Imagery Skills. Yukelson mengungkapkan bahwa atletatlet

andal

dunia

telah

mengembangkan

kemampuan

atau

ketrampilan imajeri atau ketrampilan mental yang dilatih setiap hari.


Menurut Yukelson, visualisasi (disebut juga imejeri), adalah teknik
latihan mental (mental rehearsal) yang melibatkan penggunaan
semua

pengindraan,

meliputi

pikiran,

perasaan,

emosi

dan

pengindraan, seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, maupun


hormon adrenalin yang menciptakan pengalaman dalam pikiran.
Bagian yang paling penting dari latihan visualisasi adalah
perasaan

subjektif

atau

personal

pada

diri

sendiri

untuk

menampilkan apa yang hendak dilakukan. Oleh karena itu, latihan


visualisasi juga erat kaitannya dengan kepercayaan diri, pemusatan
perhatian, serta kondisi wspada dan terkendali.
Menurut ahli psikologi olahraga terkenal, Terry Orlick (Dikutip
oleh David Yukelson), imajeri merujuk pada proses merasakan yang
sangat intens, seolah-olah perasaan tersebut merupakan keadaan
yang

sebenarnya.

Banyak

atlet

yang

menggunakan

latihan

keterampilan mental/visualisasi ini untuk menciptakan kepercayaan


diri serta menimbulkan perasaan siap dalam merencanakan strategistrategi bertanding dalam latihan-latihan rutin serta ketrampilan untuk
mempertahankan perasaan tenang dibawah tekananan, sehingga
emosi dapat dikendalikan secara konstruktif. Setiap orang memiliki
kemampuan untuk mempergunakan imajeri.
1. Manfaat Imajeri.

Kekuatan mental dalam bentuk imajeri maupun visualisasi yang


digunakan dalam olahraga, meliputi pula latihan mental terhadap
ketrampilan-ketrampilan
ketrampilan

melakukan

penampilan
servis

secara

pada

spesifik.

bulutangkis,

Misalnya,
ketrampilan

melakukan tembakan bebas pada pemain bola basket, dan pada


pemain sepak bola ketika melakukan tendangan penalty, atau pada
atlet voli ketika melakukan smes, yang pada hakikatnya dapat dilatih
dengan teknik viualisasi. Selain melatih ketrampilan spesifik tersebut,
visualisasi juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan berpikir
positif.
2. Berbagai Paham Dasar
Mekanisme latihan imajeri mental telah diteliti selama bertahuntahun dan dapat dijelaskan melalui sejumlah teori,yaitu :
Teori pertama dikemukakan oleh Carpenter pada tahun 1894,
disebut

sebagai

Psychoneuromuscular

Theory.

Teori

ini

mengemukakan bahwa latihan imajeri merupakan pengulangan


kembali pola-pola kegiatan motorik. Selanjutnya, kegiatan motorik
tersebut merupakan pengulangan dari latihan fisik.
Teori berikutnya adalah Symbolic-Learning Theory. Teori ini
berbeda dari teori sebelumnya dan mengemukakan bahwa imajeri
mental bekerja melalui kesempatan untuk melakukan latihan elemenelemen simbolik dari tugas motorik. Oleh karena itu, diduga bahwa
hasil belajar yang diperoleh dari imajeri sangat berkaitan erat dengan
belajar kognitif (cognitive learning).
Teori berikutnya disebut teori Arousal-Shift Activation. Teori ini
menyatakan bahwa latihan imajeri akan mencapai tingkat gejolak
emosi yang optimal untuk memperlihatkan tampilan spesifik. Fungsi
gejolak emosi adalah sebagai jalan untuk mempengaruhi otot
dengan menurunkan ambang sensori atlet saat melakukan suatu
penampilan.

Peter Lang (dalam Suinn, 1990) mengemukakan model yang


disebut sebagai informan processing model. Ia menduga bahwa
imajeri merupakan sesuatu yang terorganisasi dan konkret, yang
berada di dalam otak. Jadi bukan hanya sebagai suatu rangsang di
dalam kepala seseorang ketika ia memberikan respons. Sebab, pada
hakikatnya, terdapat dua bentuk kenyataan, yaitu adanya faktor yang
berhubungan dengan respons dan faktor yang berhubungan dengan
stimulus atau perangsangan. Hal yang terakhir inilah yang
merupakan isi dari rencana-rencana untuk diimajinasikan(Suinn,
1990).
Teori lain dikemukakan oleh Suinn, (1990) dikenal sebagai
model Visual Motor Behavior Rehearsal (VMBR). Model ini
menerangkan bahwa proses imajeri harus bersifat menyeluruh dan
merupakan penyatuan dari sejumlah pengalaman yang saling
berkaitan satu sama lain. Pengalaman tersebut mencakup kegiatan
penglihatan atau visual, pendengaran atau auditori, penciuman atau
olfaktori, peraba atau taktil, perasaan atau emosi, serta gerakan atau
kinestetik.

Suinn

menunjukkan

bahwa

ternyata

atlet

dapat

memberikan respons fisiologis melalui imajeri mental.


Teori atau model yang paling baru adalah Ahens Triple Code
Model. Menurut Ahsen, yang mengemukakan teori tersebut, ada tiga
kondisi fundamental sebagai syarat terjadinya imaji atau kesan.
Pertama, kesan tersebut harus terpusat pada munculnya sensasi
dalam arti yang sesungguhnya, seperti kejadian yang biasa dialami
di dalam realitas. Ini sama halnya dengan atribusi dari pengindraan,
hanya bedanya, kesannya bersifat internal. Kedua, muncul pola
respons somatik akibat dari kegiatan imajeri. Artinya, terjadi
perubahan psikofisiologis dalam badan saat sedang maupun setelah
melakukan imajeri. Ketiga, kesan yang dibentuk benar-benar

bermakna. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa setiap


kesan harus memiliki arti yang signifikan yang mungkin bersifat
subjektif atau dirasakan berbeda oleh setiap individu. Pada
kenyataanya, setiap orang mempunyai latar belakang perkembangan
unik, sehingga kesan internal dapat sangat berbeda pada setiap
individu, sekalipun rangsangan munculnya imejri sama.
3. Persiapan pada Atlet
Agar diperoleh latihan imajeri yang efektif pada atlet, maka
sebelum melakukan imajeri, perlu diperhatikan beberapa hal berikut.
1. Atlet harus berada dalam keadaan sepenuhnya relaks
2. Mengidentifikasi keterampilan khusus atau strategi yang
akan dilatih
3. Perhatian harus bersifat langsung, baik internal maupun
eksternal
4. Tentukan cara-cara gerakan yang ada kaitannya dengan
ketrampilan
4. Imajeri mental dan respons atlet
Survey yang telah dilakukan terhadap atlet elite dan para pelatih
mereka, untuk menentukan factor psikologis apa yang dirasakan
paling penting dalam rangka mempersiapkan diri mencapai prestasi
sebaik-baiknya dalam olahraga. Hasilnya menunjukkan bahwa
kegiatan visualisasi dan imajeri merupakan hal yang paling penting
dibandingkan topic lainnya. Visualisasi dan imajeri mencapai angka
9.13, kemudian disusul dengan konsentrasi dan perhatian pada
angka 8.96 dan manajemen stress sebagai yang paling rendah pada
angka 8.25/
2.3 Peran Psikologi dalam bidang olahraga
Meningkatnya stress dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet
bereaksi secara negative, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga
sangat berpengaruh terhadap penampilannya, akan sulit berkonsentrasi.

Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlit tidak dapat menampilkan


permainan terbaiknya. Sehingga para pelatihpun sangat menaruh minat
terhadap psikologi olahraga ini, khususnya dalam penegendalian emosi.
Disisi lain atlit dapat berfikir mengapa mereka berlatih dan apa yang ingin
mereka capai, hal ini tentu memerlukan pendekatan psikologis.
Psikologi olahraga dapat membantu atlet agar memiliki mental yang
tangguh. Mental yang tangguh, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan
didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam
membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari
bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda
dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat
dilakukan pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan "psikotes",
dengan bantuan psikometri. Gambaran psikologis seseorang tidak
menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga,
karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek
psikologis
(diuraikan

dapat

diperbaiki

kemudian)

yang

melalui

latihan

terencana

ketrampilan
dan

psikologis

sistematis,

yang

pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap


program tersebut.
Dalam persiapan melakukan pertandingan, setelah atlet dilatih baik
fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program latihan yang
tepat, maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan terjun ke dalam
pertandingan. Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat
menampilkan seluruh kemampuannya yang didapat dan latihan. Namun
seringkali pemain tampil di bawah form, artinya ia tidak dapat
menampilkan

seluruh

kemampuan

yang

dimilikinya

pada

saat

pertandingan. Untuk mengatasi hal itu, perlu diciptakan situasi yang

mendukung yang tercapainya prestasi optimal dan dilakukan persiapan


mental untuk menghadapi suatu pertandingan agar si atlet dapat
menampilkan seluruh kemampuannya, sehingga tercapailah prestasi
puncak.
Terdapat empat tahap penting dalam persiapan menuju pertandingan,
dan contohnya dalam pertandingan bulutangkis yaitu:
1. Sebelum Hari Pertandingan
a. Mengumpulkan data mengenai kekuatan dan kelemahan lawan. Jika
memungkinkan, putar rekaman pertandingannya. Kemudian susun
strategi untuk menghadapi lawan. Untuk pemain ganda, diskusikan
strategi tersebut dengan pasangannya.
b. Memantau kemajuan atlet, baik fisik maupun mentalnya dengan
memperhatikan bagaimana tingkat konsentrasinya, bagaimana
irama, timing, power, dan kelancaran menjalankan ketrampilannya
serta sikapnya terhadap latihan secara umum.
c. Memantau tingkat kecemasan atlet dengan melihat ekspresi
wajahnya apakah cerah atau murung: apakah sinar matanya letih
atau segar dan awas. Juga perhatikan suasana hati atlet, bagaimana
kualitas tidur dan makan, apakah ia mengalami faktor-faktor
psikosomatis seperti sakit perut, nyeri otot, sesak nafas, demam,
batuk, keringat dingin, dan sebagainya.
d. Pada saat tidak latihan, pastikan atlet tidak memikirkan mengenai
pertandingannya

24

jam

sehari.

Berikan

aktivitas

yang

menyenangkan bagi dirinya yang dapat memberikan suasana


gembira, sehingga ia bisa mengalihkan pikirannya sejenak dari
pertandingan.
e. Satu hari menjelang pertandingan, cukup latihan ringan saja dan
tidak perlu berada di lapangan terlalu lama. Pada malam hari

sebelum bertanding, tidurlah pada saat yang tepat, tidak perlu tidur
terlalu cepat. Sebelum tidur, lakukan latihan relaksasi dan visualisasi.
Jika pertandingan besok dilakukan pagi atau siang hari, siapkan alatalat perperlengkapan pertandingan, termasuk baju ganti dan
perlengkapan cadangan malam ini juga agar esok tidak terburu-buru.
Pastikan semua dalam keadaan baik.
2. Pada Hari Pertandingan
a. Bangun tidur pada saat yang tepat, malamnya harus tidur cukup dan
tidak berlebihan. Kemudian lakukan aktivitas rutin kebiasaan seharihari, seperti sembahyang, berdoa, stretching, sarapan (perhatikan
kapan harus makan dan apa yang harus dimakan), latihan relaksasi
dan visualisasi, memeriksa kembali perlengkapan pertandingan
termasuk cadangannya. Memulai hari dengan gembira, optimis, dan
berpikir positif.
b. Berangkat

ke

tempat

pertandingan

pada

saat

yang

tepat.

Perhitungkan jarak ke tempat pertandingan, bagaimana mencapai


tempat pertandingan, kemacetan dan sebagainya. Tidak perlu
berangkat terlalu cepat, namun jangan sampai terlambat, sehingga
tidak ada waktu untuk istirahat, penyesuaian dan pemanasan.
c. Di tempat pertandingan pelatih perlu mengenali atlet mana yang
senang berada didekat teman-temannya dan mana yang lebih suka
menyendiri. Pastikan di lapangan mana atlet yang akan bertanding.
Untuk mengetahui kondisi lapangan yang akan digunakan.
d. Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya meningkatkan level
`semangat' dan tetap berpikir positif. Pelatih dapat mengingatkan
strategi yang akan diterapkan secara sekilas. Lakukan stroke dengan

penuh

konsentrasi

yang

kemudian

dapat

dilanjutkan

dengan'visualisasi dan relaksasi.


3. Saat Bertanding
Saat bertanding, bukan saatnya untuk memikirkan teknik memukul
atau bagaimana harus melangkah. Itu semua sudah dilatih dalam
latihan dan sudah di visualisasikan. Sekarang saatnya mengulangulang yang sudah divisualisasikan, melakukannya sesuai dengan
situasi dan konsentrasi dengan jalannya pertandingan.
Anjurkan atlet untuk:
a. Memantau

dan

menyesuaikan

tingkat

kecemasan,

lakukan

relaksasi.
b. Pusatkan perhatian pada permainan yang sedang dijalani.
Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, atau yang mungkin
c.
d.
e.
f.

terjadi jangan dihiraukan.


Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif.
Jangan terlalu banyak menganalisa.
Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama lawan.
Menjalankan strategi yang telah disiapkan. Jangan diubah jika
strategi itu berjalan. Lakukan evaluasi singkat, jika strategi tidak
jalan, lakukan penyesuaian dengan alternatif strategi yang sudah

dipersiapkan.
g. Hindari hal-hal negatif seperti, menyalahkan diri sendiri secara
berlebihan, berbicara terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir
negatif,

meragukan

kemampuan

clan

menyerah

sebelum

pertandingan selesai.
h. Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa dan mengganti
apapun; biarkan berjalan demikian. Jangan mengendor jika sedang
leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu kasihan jika
lawan mendapat angka nol.

4. Setelah Hari Pertandingan


a. Mintalah atlet mencatat hal-hal posisitf maupun negatif yang dirasa
berpengaruh terhadap penampilannya dalam pertandingan tadi.
Bukan hanya yang bersifat teknik, taktik, clan strategi, tetapi juga
yang bersifat mental, bahkan hal-hal kecil lainnya. Catat hasil
b.

tersebut dalam buku evaluasi si atlet.


Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi. Apakah mencapai

sasaran.
c. Putuskan apakah perlu diadakan penyesuaian terhadap program
latihan.
d. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari penampilan
dalam pertandingan.
2.3.1 Manfaat Psikologi Olahraga dalam meningkatkan prestasi atlet
Manfaat psikologi olahraga dalam meningkatkan prestasi atlet
menurut Soedibyo Setyobroto (1995:3) sebagai berikut :
a. Manfaat pertama mempelajari psikologi olahraga adalah untuk
dapat menjelaskan dan memahami tingkahlaku atlet dan gejalagejala psikologik yang terjadi dalam olahraga pada umumnya; ini
sangat perlu karena tingkahlaku manusia yang tampak (dapat
dilihat) pada hakekatnya tidak terlepas dari sikap (attitude) yang
tidak tampak.

Sikap individu dipengaruhi oleh banyak faktor

psikologik seperti: sifat-sifat pribadi individu, motif-motif, oikiran,


perasaan, serta pengalaman, pengetahuan, hambatan yang
dialami dalam hidup, serta pengaruh-pengaruh lingkungan
lainnya.
b. Manfaat
olahraga,

kedua
yaitu

mempelajari
untuk

gejala

psikologik

dalam

dapat meramalkan atau membuat

prediksi dengan tepat kemungkinan-kemungkinan yang dapat


terjadi pada atlet, berkaitan dengan permasalahan psikologik.

Dengan membuat prediksi secara tepat, dapat ditentukan


program-program dan target sesuai keadaan dan kemampuan
atlet yang bersangkutan, serta dapat dihindarkan hal-hal yang
kurang menguntungkan perkembangan atlet. Misalnya dengan
memahami sifat-sifat dan kemampuan atlet dapat diramalkan
kemungkinan bakat yang ada pada diri atlet tersebut, sehingga
dapat diarahkan untuk menekuni cabang olahraga yang sesuai
dengan sifat-sifat dan kemampuannya.
c. Manfaat yang ketiga mempelajari gejala psikologik
olahraga,

yaitu

untuk

dalam

dapat mengontrol dan mengendalikan

gejala tingkah laku dalam olahraga dengan perlakuan-perlakuan


untuk menanggulangi hal-hal yang kurang menguntungkan, juga
dapat memberi perlakuan-perlakuan untuk mengembangkan
kemampuan dan segi-segi positif yang dimiliki atlet.

Misalnya

atlet yang dihinggapi rasa jemu berlatih (boredom) harus diberi


perlakuan khusus dengan variasi latihan yang menarik, kalau
atlet tersebut memiliki motif berprestasi tinggi, maka perlu sering
diberi kesempatan untuk berlomba, dan sebagainya.
Seorang pelatih harus memperhatikan unsur-unsur psikis, emosi, dan
sosial atlet, dan bukan semata-mata unsur fisik, teknik, taktik, dan strategi
permainan/pertandingan saja. Atlet adalah individu yang hidup dalam
lingkungan sosial yang memiliki keinginan, kebutuhan, dan perasaan yang
berbeda dengan orang-orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu berbagai
masalah psikologis dapat timbul pada diri atlet seperti mandek dalam
memecahkan masalah teknis, sering melakukan kesalahan di bawah
tekanan, sering berpikiran/ berperasaan negatif, dan apabila gangguan
pada satu masalah berlanjut ke masalah lainnya. Oleh karena itu pula,
banyak aspek mental yang perlu dikembangkan dan dilatih kepada atlet

seperti rasa percaya diri, komitmen, ketekunan, ketabahan, disiplin,


tanggung jawab, determinasi, motivasi, daya konsentrasi, rileksasi, dan
manajemen stres.
Tubuh dan pikiran merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,
suatu totalitas yang beroperasi atau bekerja sebagai suatu unit dengan
unsur-unsurnya
berpengaruh

yang

pada

saling

perasaan

mempengaruhi. Apa
dan

perilaku,

apa

yang

dipikirkan

yang

dirasakan

mempengaruhi pikiran dan perilaku, dan sebaliknya perilaku juga


berpengaruh pada pikiran dan perasaan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikologi olahraga merupakan pemahaman mengenai perilaku
seseorang dalam kegiatan yang ada hubungannya dengan olahraga.
Perilaku atlet/pelatih/wasit termasuk lingkungan olahraganya sendiri
saling mempengaruhi..Jadi, psikologi olahraga dapat diartikan sebagai
psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga, yang meliputi faktorfaktor yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap atlet dan
faktor-faktor di luar atlet yang dapat mempengaruhi penampilan atlet
tersebut.
Psikologi olahraga ini mempelajari perilaku-perilaku psikis pada atlet
atau pun supporter dalam olahraga, seperti motivasi, emosi, kecemasan
dalam bertanding dan banyak lagi.
Dalam psikologi mempelajari antara kaitan pikiran dan perilaku, maka
dari itu si atlet diberikan pikiran positif agar menghasilkan perilaku yang
positif juga dalam pertandingan.
Selain itu psikologi olahraga harus dapat memanajemen stress pada
atlet agar mereka tidak stress dalam pertandingan dan tidak mengalami
kejenuhan dalam pelatihan ataupun pertandingan. Itu lah fungsi dari
psikologi olahraga yang termasuk dalam kajian psikologi sosial terapan.
3.2 Saran

Perlunya psikolog olahraga dalam pekan olahraga atau olimpiade


olahraga untuk menangani para atlet sebagai konsultan atau penasehat.
Di Indonesia masih jarang sekali terdapat psikolog olahraga, karena
psikologi olahraga dapat memberikan motivasi, membantu dalam
kejenuhan pemain, mengelola stress para pemain, ketegangan para
pemain agar harapan pencapaian kemenangan besar untuk di dapat.

Daftar Pustaka
Hoedaya, Danu. 2007. Kajian Psikologi Olahraga dari perspektif disiplik
keilmuan. Jakarta : FPOK-UPI, (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19450
7311973031DANU_HOEDAYA/Kajian_Psi.Olahraga,_Makalah_2007.pdf,
diakses 5 oktober 2012, pukul 11:30)
Jono, Nova Ariyanto. 2009. Psikologi, Olahraga dan Prestasi, (Online),
(http://ruangpsikologi.com/psikologi-olahraga-dan-prestasi, diakses
pada 27 september 2012)
Juniatra, Tonang. Peran Psikologi Olahraga dan Psikologi Kepelatihan dalam
Olahraga,(Online),
(http://tonangjuniarta.blogspot.com/2008/11/peran-psikologiolahraga-dan-psikologi.html, diakses pada 2 oktober 2012)
PB PBSI, "Pedoman praktis bermain bulutangkis", (Online),
(http://www.bulutangkis.com/mod.php?
mod=userpage&menu=403&page_id=7, diakses pada 26
September 2012).
Real. 2009. Psikologi Olahraga. (Online),
(http://aszat.blogspot.com/2009/10/psikologi-olahraga.html, di akses
pada tanggal 5 oktober 2012).

Sarwono. Sarlito W. 2005. Psikologi sosial: psikologi kelompok dan psikologi


terapan. Jakarta : Balai Pustaka
Utomo, Guntur. 2007. Ruang Lingkup Psikologi Olahraga. (Online),
(http://psikologiolahraga.wordpress.com/2007/08/14/ruang-lingkuppsikologi-olahraga/, diakses pada 27 september 2012)
Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta : Gunung
Mulia. (online). (http://books.google.co.id/books?
id=w5QUcfaXwkMC&pg=PA107&lpg=PA107&dq=teori+psikologi+ol
ahraga&source=bl&ots=3UCj97RwH2&sig=qjC6U8RshpBseuFLSD6izlg8J0&hl=id&sa=X&ei=5wd4UOfbJo6rrAePy4CoDg&ved=0C
D8Q6AEwBg#v=onepage&q=teori%20psikologi
%20olahraga&f=false, diakses pada 15 oktober 2012)

PSIKOLOGI SOSIAL TERAPAN DALAM OLAHRAGA


Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial II yang dibimbing oleh
Ibu Nur Hasanah, S.Psi.,M.Psi.

Disusun oleh:
Sessy Chintara Mazavitri 115120300111021
Rini Yunita Utami

115120300111027

Ria Tikha Pangesti

115120300111035

Isna Khaula Shobrina

115120301111001

Reda Prestine Mei T.

115120301111027

Afifah Nur Hidayah

115120313111004

D.Psi.3
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2012

Anda mungkin juga menyukai