Anda di halaman 1dari 16

PEMBINAAN DISIPLIN DAN SIKAP PERCAYA DIRI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Olahraga

Disusun oleh :

Kelompok 7

Khoerudin 172191178
Dede Abdul Aziz 172191180
Penjas 3E

PENDIDIKAN JASMANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2020

1
KATA PENGATAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik.

Makalah ini berjudul “Pembinaan Disiplin Dan Sikap Percaya Diri” yang
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Olahraga, dan
menambah wawasan bagi pembaca.

Makalah ini tersusun atas kerjasama dosen pengampu dan mendapat


dukungan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu penulis ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berjasa
membantu penyusunan makalah ini.

Penulis sangat menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik materi maupun sistematikanya. Sehubungan dengan itu, kritik
dan saran sangatlah berharga bagi penulis untuk perbaikan makalah berikutnya.
Akhirnya penulis sampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan makalah ini, dan mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Tasikmalaya, 20 maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3. Maksud dan Tujuan............................................................................................. 2
1.4. Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
2.1. Pengertian Disiplin.............................................................................................. 3
2.2. Peran Pelatih Dalam Menanamkan Disiplin ....................................................... 3
2.3. Cara Menanamkan Kedisiplinan ......................................................................... 3
2.8.1. Cara mendisiplinkan otoriter ....................................................................... 3
2.8.2. Cara mendisiplinkan yang permisisf ........................................................... 4
2.8.3. Cara mendisiplinkan demokratis ................................................................. 4
2.4. Pengertian Self Confidence (Percaya Diri) ......................................................... 5
2.5. Aspek-Aspek Percaya Diri .................................................................................. 6
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya percaya diri ............................ 7
2.6.1. Faktor Internal ............................................................................................. 7
2.6.2. Faktor Eksternal .......................................................................................... 8
2.7. Sikap-sikap seseorang yang tidak percaya diri ................................................... 9
2.8. Akibat Sikap Percaya Diri Berlebih (over confidence) ..................................... 10
BAB III ............................................................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Di dunia olahragawan banyak sekali atlet-atlet yang memiliki segudang
prestasi, namun setiap atlet yang berprestasi belum tentu memiliki attitude yang
baik, insdisiplin atau kurang disiplin merupakan salah satu factor terjadinya bad
attitude yang memang terjadi karena individu tersebut menyepelekan hal ini.
Banyak Cabor membutuhkan atlet dengan sejuta kemampuan keterampilan agar
berprestasi, namun tidak banyak pelatih yang menginginkan atlet yang dilatihnya
memiliki bad attitude salah satu nya kurang disiplin.

Memang selain disiplin berpengaruh terhadap prestasi seseorang, sikap


percaya diri yang timbul karena dirinya telah banyak mendapat banyak
penghargaan di cabor yang dia tekuni secara tidak langsung apabila dalam dirinya
tidak dapat mengontrol sikap percaya diri nya sehingga berubah menjadi sikap
percaya diri berlebih makan hal ini sangat membahayakan bagi diri atlet sendiri
dan bagi tim, salah satu contoh nya atlet tersebut akan menganggap orang lain
berada dibawah kemampuan yang dia miliki.

Maka dari itu didalam makalah ini akan mengulas secara singkat mengenai
pembinaan disiplin dan percaya diri, sebagai salah satu bacaan yang bermanfaat
bagi semua kalangan.

Makalah ini tersusun salah satunya adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Psikologi Olahraga, yang membahas mengenai disiplin dan
sikap percaya diri, semoga memberi wawasan bagi pembaca juga sebagai salah
satu referensi.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas perlu dilakukan
perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu disiplin ?

1
2

2. Apa saja jenis –jenis disiplin ?


3. Bagaimana peran dan cara seorang pelatih dalam menanamkan disiplin ?
4. Apa itu sikap percaya diri ?
5. Apa saja akibat dari sikap kurang percaya diri ?
6. Apa saja akibat dari sikap percaya diri berlebih ?

1.3.Maksud dan Tujuan


Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu disiplin


2. Untuk mengetahui apa saja jenis –jenis disiplin
3. Untuk mengetahui bagaimana peran dan cara seorang pelatih dalam
menanamkan disiplin
4. Untuk mengetahui apa itu sikap percaya diri
5. Untuk mengetahui apa saja akibat dari sikap kurang percaya diri
6. Untuk mengetahui apa saja akibat dari sikap percaya diri berlebih.

1.4.Manfaat
Manfaat yang dapat di perolehdaripembuatan makalah ini oleh kami
diantaranya:

1. Pembaca dapat menambah wawasan tentang apa dan bagaimana melatih


disiplin.
2. Pembaca dapat menambah wawasan tentang sikap percaya diri.
3. Menjadi salah satu referense psikologi olahraga.
4. Kami menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab karena adanya tugas
pembuatan makalah ini.
5. Para calon guru pendidikan jasmani mempunyai bekal masa depan setelah
lulus dari perguruan tinggi negeri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Disiplin


Menurut Hasibuan (2002), “Pengertian disiplin menurut Hasibuan adalah
suatu sikap menghormati dan menghargai suatu peraturan yang berlaku, baik
secara tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak
menolak untuk menerima sanksi-sanksi apabila dia melanggar tugas dan
wewenang yang diberikan kepadanya”.

Fathoni (2006), berpendapat bahwa “ Pengertian kedisiplinan menurut


Fathoni bila mana pegawai selalu datang dan pulang pada tepat waktu yang
ditentukan oleh kepala manejer, pimpinan dari masing-masing instansi”.

Sementara Depdiknas (2001), “Pengertian disiplin menurut Depdiknas


adalah suatu sikap konsisten dalam melakukan sesuatu. Menurut pandangan ini
disiplin sebagai suatu konsistem dalam melakukan sesuatu. Menurut pandangan
ini disiplin sebagai sikap yang taat terhadap sesuatu aturan yang menjadi
kesepakatan atau telah menjadi ketentuan”.

2.2. Peran Pelatih Dalam Menanamkan Disiplin


Pelatih dalam menanamkan disiplin atletnya memegang peranan yang
sangat penting dalam mencapai prestasi maksimal. Pelatih memiliki kebebasan
dan bertanggungjawab untuk menetapkan mana yang baik bagi tim. Pelatih tidak
mengabaikan kebebasan atlet, bebas untuk menerima atau menolak. Hal inilah
yang merupakan penilaian terhadap profesi pelatih.

2.3. Cara Menanamkan Kedisiplinan


Terdapat tiga cara untuk menanamkan kedisiplinan (Hurlock, 2003:93-94),
diantaranya yaitu:

2.8.1. Cara mendisiplinkan otoriter


Peraturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan
menandai semua jenis disiplin yang otorier. Tekniknya mencakup
hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit
atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tanda-tanda
penghargaan lainnya bila anak memenuhi stansar yang diharapkan.

3
4

Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku anak


yang wajar hingga yang kaku yang tidak memberi kebebasan bertindak,
kecuali8 yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Disiplin otoriter
selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk
hukuman, terutama hukuman badan.

Dalam kajian-kajian terhadap anak yang belum masuk sekolah


dalam tahun 1970-an, Baumrind menemukan bahwa anak-anak yang orang
tuanya otoriter cenderung suka bertengkar dan mudah marah, sedangkan
anak-anak yang orang tuanya permisif sering sekali suka memperturutkan
dorongan hati, galak, rendah kepercayaan dirinya dan rendah prestasinya.

Tetapi anak-anak yang orang tuanya otoriatif paling mantap


bersikap, mudah bekerjasama, mengandalkan diri sendiri, penuh tenaga,
bersahabat dan berorientasi prestasi (Gottman, 2003:18).

2.8.2. Cara mendisiplinkan yang permisisf


Disiplin permisif sebetulnya berarti sedikit berdisiplin dan tidak
berdisiplin Biasanya disiplin permisisf tidak membimbing ke pola perilaku
yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Bagi
kebanyakan orang tua, displin premisisf merupakan protes terhadap
disiplin yang kaku dan keras pada masa kanak-kanak mereka sendiri.
Dalam hal seperti ini, anak sering tidak diberi batasan-batasan atau
kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka diizinkan
untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka
sendiri. Artinya, pendidikan permisisf tidak begitu menuntut juga tidak
menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya, karena yakin bahwa anak-
anaknya seharusnya berkembang sesuai dengan kecenderungan
alamiahnya (Shapiro, 2001:28).

2.8.3. Cara mendisiplinkan demokratis


Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan
penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu
5

diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin


daripada aspek hukumnya.

Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan,


dengan penekakan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak
pernah keras dan biasanya berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya
digunakan bila terdapat bukti bahwa anak-anak secara sadar menolak
melakukan apa yang diharapkan dari mereka. Bila perilaku anak
memenuhi standar yang diharapkan, orang tua atau pendidik yang
demokratis akan menghargainya dengan pujian atau pernyataan
persetujuan yang lain.

2.4. Pengertian Self Confidence (Percaya Diri)


Beberapa pendapat mengenai pengertian percaya diri, dibawah ini uraian
dari para ahli mengenai percaya diri;

Menurut Sigmund Freud, kepercayaan diri adalah sesuatu tingkatan rasa


sugesti tertentu yang berkembang dalam diri seseorang sehingga merasa yakin
dalam berbuat sesuatu.

Menurut Lauster (2002), kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau


keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya
tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan
dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang
lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan
diri sendiri.

Menurut Angelis (2003), percaya diri berawal dari tekad pada diri sendiri,
untuk melakukan segalanya yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup.
Percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri, sehingga mampu menghadapi
tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa percaya


diri (self confidence) merupakan adanya sikap individu yakin akan
6

kemampuannya sendiri untuk bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkannya


sebagai suatu perasaan yang yakin pada tindakannya, bertanggung jawab terhadap
tindakannya dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Orang yang memiliki
kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri: toleransi, tidak memerlukan dukungan
orang lain dalam setiap mengambil keputusan atau mengerjakan tugas, selalu
bersikap optimis dan dinamis, gembira, serta memiliki dorongan prestasi yang
kuat.

Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, tetapi ada
proses tertentu di dalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya
diri itu. Rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses :

Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan


yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan


melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan
memanfaatkan kelebihan-kelebihannya tersebut. Rasa percaya diri tidak muncul
begitu saja pada diri seseorang, tetapi ada proses tertentu di dalam pribadinya
sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri itu.

Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan


yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit
menyesuaikan diri.

Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan


menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

2.5. Dampak Positif Percaya Diri


Kepercayaan diri akan memberikan suatu dampak kepada diri individu. Hal ini
dijelaskan oleh Weinberg dan Gould (Setiadarma, 2000) bahwa rasa percaya diri
memberikan dampak- dampak positif pada hal-hal berikut ini :

a. Emosi, individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih
mudah mengendalikan dirinya di dalam suatu keadaan yang menekan.
7

b. Konsentrasi, seorang individu akan lebih mudah memusatkan perhatiannya


pada hal tertentu tanpa rasa terlalu khawatir.
c. Sasaran, individu cenderung mengarahkan pada sasaran yang cukup
menantang, karenanya ia juga akan mendorong dirinya untuk berupaya
labih baik.
d. Usaha, individu tidak mudah patah semangat atau frustrasi dalam berupaya
meraih cita- citanya dan cenderung tetap berusaha kuat secara optimal
sampai usahanya berhasil.
e. Strategi, individu mampu mengembangkan berbagai strategi untuk
memperoleh hasil usahanya.
f. Momentum, seorang individu akan menjadi lebih tenang, ulet, tidak
mudah patah semangat, terus berusaha, mengembangkan dan membuka
peluang bagi dirinya.

Tanpa memiliki rasa percaya diri secara penuh seorang atlet tidak akan dapat
mencapai prestasi tinggi, karena ada hubungan antara motif berprestasi dan
percaya diri. Percaya diri adalah rasa percaya bahwa ia sanggup dan mampu untuk
mencapai prestasi tertentu; apabila prestasinya sudah tinggi maka individu yang
bersangkutan akan lebih percaya diri (Setyobroto, 2002).

Kurang percaya diri tidak akan menunjang tercapainya prestasi yang tinggi.
Kurang percaya diri berarti juga meragukan kemampuan diri sendiri, dan ini jelas
merupakan bibit ketegangan, khususnya pada waktu menghadapi pertandingan
melawan pemain yang seimbang kekuatannya, sehingga ketegangan pada waktu
bertanding tersebut merupakan bibit kekalahan.

2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya percaya diri


Kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal:

2.6.1. Faktor Internal


Yang termasuk dalam faktor internal yaitu :
8

a. Konsep Diri
Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali
dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan
suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya
sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya
mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai
rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.

b. Harga Diri
Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang
yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara
rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan
dengan individu lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi
cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya
bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana
menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempuyai harga
diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya
terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.

c. Kondisi fisik
Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan
diri. Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga
diri dan percaya diri seseorang.

d. Pengalaman hidup
Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang
mengecewakan, yang paling sering menjadi sumber timbulnya rasa
rendah diri. Lebih-lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki
rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.

2.6.2. Faktor Eksternal


Yang termasuk dalam faktor internal yaitu :
9

a. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.
Tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu
merasa di bawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu
yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri
dan tidak perlu bergantung pada individu lain.

b. Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan kemandirian
serta rasa percaya diri. Rasa percaya diri dapat muncul dengan
melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan
rasa bangga didapat karena mampu mengembangkan kemampuan
diri.

c. Lingkungan
Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan
masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan
keluarga seperti anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan
baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi.
Begitu juga dengan lingkungan masyarakat. Semakin bisa
memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka harga diri
semakin berkembang.

2.7. Sikap-sikap seseorang yang tidak percaya diri


a. Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan
secara sungguh sungguh.
b. Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (mengambang)
c. Mudah frustrasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
d. Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
e. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab
(tidak optimal).
f. Canggung dalam menghadapi orang
10

g. Tidak bias mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan


mendengarkan yang meyakinkan
h. Sering memiliki harapan yang tidak realistis
i. Terlalu perfeksionis
j. Terlalu sensitif (perasa)

2.8. Akibat Sikap Percaya Diri Berlebih (over confidence)


Dikutip dari journal psikologi universitas diponegoro (Fitri
Yulianto & Fuad Nashori) berjudul kepercayaan diri dan prestasi atlet
taekwondo DIY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kepercayaan diri terhadap prestasi atlet Tae Kwon Do.
Dua atlet mempunyai kepercayaan diri yang sangat rendah atau sekitar 3.7
persen, tiga atlet mempunyai kepercayaan diri yang rendah atau sekitar 5,6
persen, 11 atlet mempunyai kepercayaan diri yang sedang atau sekitar 20.4
persen, 36 atlet mempunyai kepercayaan diri yang tinggi atau sebesar 66.7
persen. Selanjutnya hanya dua atlet saja yang mempunyai kepercayaan diri
yang sangat tinggi atau sekitar 3.7 persen. Dari data di atas dapat dilihat
mayoritas atlet Tae Kwon Do yang meraih prestasi dalam KEJURDA
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi yaitu sebanyak 36 atlet atau 66,7
persen.

Adanya andil kepercayaan diri tersebut bagi terciptanya pencapaian


prestasi atlet Tae Kwon Do sejalan dengan realitas yang berkembang
dewasa ini, yaitu prestasi olahraga tidak semata- mata dipengaruhi oleh
fisik saja melainkan psikis dan lingkungan. Bamister (Wirawan, 1999)
menjelaskan bahwa batas-batas sirkulasi dan faal pada latihan otot penting,
namun faktor psikologi di luar lingkup faallah yang bakal membedakan
kalah atau menang dan yang akan menentukan bagaimana seorang atlet
dapat mendekatkan diri pada batas puncak penampilan.

Selain itu penelitian Hartanti dkk (2004) tentang aspek psikologis


dan pencapaian prestasi atlet nasional Indonesia yang membuktikan bahwa
kepercayaan diri merupakan salah satu aspek psikologis yang
mempengaruhi prestasi atlet. Setyobroto (2002) mengungkapkan bahwa
tanpa memiliki penuh rasa percaya diri sendiri atlet tidak akan dapat
mencapai prestasi tinggi, karena ada hubungan antara motif berprestasi
dan percaya diri. Percaya diri adalah rasa percaya bahwa ia sanggup dan
mampu untuk mencapai prestasi tertentu; apabila prestasinya sudah tinggi
maka individu yang bersangkutan akan lebih percaya diri.
11

Kurang percaya diri tidak akan menunjang tercapainya prestasi


yang tinggi. Kurang percaya diri berarti juga meragukan kemampuan diri
sendiri, dan ini jelas merupakan bibit ketegangan, khususnya pada waktu
menghadapi pertandingan melawan pemain yang seimbang kekuatannya,
sehingga ketegangan pada waktu bertanding tersebut merupakan bibit
kekalahan.

Kurang percaya diri merupakan penghambat untuk dapat


berprestasi tinggi, pada waktu mengalami sedikit kegagalan atlet sudah
merasa kurang mampu atas kemampuannya, sehingga mudah putus asa
dan apabila dituntut untuk berprestasi lebih tinggi akan mengalami
frustrasi. Over confidence atau percaya diri yang berlebihan terjadi karena
atlet menilai kemampuannya sendiri melebihi kemampuan yang
sebenarnya di miliki. Hal ini erat hubungannya dengan sifat- sifat
kepribadian atlet yang bersangkutan (Setyobroto, 2002).

Over confidance dapat menimbulkan akibat yang kurang


menguntungkan, karena sering menganggap enteng lawan dan sering
merasa tidak terkalahkan. Sebaliknya pada waktu atlet yang bersangkutan
menghadapi kenyataan bahwa ia dapat dikalahkan oleh lawan yang
diperkirakan di bawah kelasnya, maka atlet yang bersangkutan akan
mudah mengalami frustrasi.

Selain akibat di atas, beberapa sumber berpendapat mengenai


akibat dari percaya diri berlebih,diantaranya :

1. Tertutup dari masukan-masukan orang lain


2. Lebih rentan terhadap kesalahan
3. Menjadikan diri tidak mengintrosfeksi diri.
4. Menganggap lawan enteng
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Disiplin sangat penting dalam segala aspek, pembinaan terhadap disiplin
perlu diterapkan dalam segala bidang, keterampilan dan prestasi selalu ada untuk
semua individu yang selalu berusaha dan memiliki peluang, maka dalam segala
sesuatu selalu tanamkan disiplin, karena kebaikan yang seseorang lakukan itu
bukan untuk dinikmati orang lain melainkan diri sendiri. Sampai pencapaian
prestasi tertinggi tetap jaga disiplin.

Bergitu pula dengan kurang percaya diri tidak akan menunjang tercapainya
prestasi yang tinggi. Kurang percaya diri berarti juga meragukan kemampuan diri
sendiri, dan ini jelas merupakan bibit ketegangan, khususnya pada waktu
menghadapi pertandingan melawan pemain yang seimbang kekuatannya, sehingga
ketegangan pada waktu bertanding tersebut merupakan bibit kekalahan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Yulianto Fitri, & Fuad Nashori (2006) Kepercayaan Diri Dan Prestasi
Atlet Tae Kwon Do Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Diponegoro. DIY

Juliya, Zs. 2014. Hubungan Antara Kedisiplinan Menjalankan Sholat


Tahajud Dengan Kecerdasan Emosional Santri Di Pondok Pesantren Jawaahirul
Hiikmah Iii Besuki Kabupaten Tulungagung. Skripsi. Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Rifky, Muhammad. 2014. Tugas Kompetensi Kepelatihan.


Https://Www.Academia.Edu/14633885/Tugas_Kompetensi_Kepelatihan_Univers
itas_Negeri_Yogyakarta. (13 Maret 2020).

Supriyadi (2016). Psikologi. Universitas Udayana Denpasar. Bali

iii

Anda mungkin juga menyukai