Anda di halaman 1dari 9

KEPRIBADIAN, DAN SIKAP ATLET

Sifat-Sifat Kepribadian
Prestasi yg tinggi tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dimulai
dengan menemukan bibit-bibit atlet berbakat,kemudian dibina melalui latihan-
latihan yang teratur, terarah, terencana dengan baik dengan penguasaan teknik-
teknik dan taktik yang setepat-tepatnya.

Sejak dari tahap persiapan sampai dengan proses pembinaan atlit,


disamping aspek fisik dan teknik, maka aspek psikologik juga tidak boleh
diabaikan dalam pembinaan atlet. Menurut bryant j. Cratty (1973),bekas presiden
NASPSA (North American society for Psychology in sport and Physical Activity),
sudah sejak pertengahan abad-20 studi psikologi mengenai olahraga meliputi
juga penelitian tentang kepribadian atlit.

Pada tahap pemilihan bibit atlet berbakat sudah tampak,bahwa prestasi


yang tinggi akan berhubungan dengan sifat-sifat kepribadian atlet ,dan untuk
cabang-cabang olahraga tertentu di butuhkan sifat-sifat tertentu.

Tidak semua atlet yang potensial cocok untuk dilatih menjadi peloncat
menara ,karena untuk olahraga ini dibutuhan beberapa sifat kejiwaan tertentu ;
Seperti keberanian, ketenangan, pemusatan pikiran ; dan koordinasi gerak yang
baik . Juga tidak semua atlet dapat di latih menjadi atlet penahan yang
baik,petinju yang baik,dsb.

Kepribadian tidak mudah tampak dan diketahui,karena kepribadian adalah


kesatuan kebulatan jiwa yang kompleksm,mengenai kepribadian atlet akan
tercermin dalam cita-cita ,watak,sikap,sifat-sifat , dan perbuatannya.dalam
upaya memahami kepribadian telah di kembangkan berbagai instrumen atau alat
untuk meneliti sifat-sifat dan sikap individu .dengan mengetahui sifat-sifat atlet
diharakan dapat lebih emahami kelebihan dan kekuangan dari atlet,sehingga
dapat di manfaat kan dalam upaya pembinaan atlet yang bersangkutan.

Sifat-sifat Atlet
Memahami sifat-sifat atlet merupakan salah satu cara untuk dapat
memahami kepribadian atlet, meskipun yang baru merupakan sebagian dari
aspek kepribadian nya. Menurut ANASTASI dalam bukunya ‘’psyhological testing
‘’ (1965) untuk mengetahui sifat-sifat kepribadian seseorang maka test
kepribadian sebagian besar mengukur hal-hal yan berhubungan dengan
penyesuaian emosional,hubungan sosial ,motivasi ,minat dan sikap.
Untuk mengukur kepribadian atlet,menurut brayan j. Cratty ,lebih di tujukan
lebihkan untuk menetahui;
1) Bagaimana perasaan atlet terhadap diri sendiri
2) Bagaimana sikap nya terhadap orang lain
3) Bagaimana atlet akan mereaksi dalam situasi-situasi krisis terentu.
Salah satu instruen atau alat test yan digunakan untuk mengukur sifat-sifat
kepribadian yang banyak di guanakan para ahli psikologi adalah ‘’The cattel 16
ersonality factor Inventory’’, atau dikenal dengan ‘’Cattel’s 16PF’’ . Instrumen
yang disusun cattle(1965)tersebut didasaran atas perbuatan multidemensional
untuk mengetahui profil seseorang, yaitu dengan mengukur sifat-sifat:
keterbukaan, intelegensi, sifat merendahan diri, ketenangan dan kelincahan,
kecenderungan berfikir dan merasa, mudah percaya atau curiga, konservatif atau
suka bereksperimen, relaks atau tegang, mudah terpengaruh perasaan atau
memiliki stabilitas emosional, kecerdikan dan ketelitian, sifat pemalu atau berani.
Tenang atau mudah kawatir, sifat tergantung pada kelompok atau sendiri.
Setiap pelatih perlu memahami kepribadian atlet yang dibinanya. Agar dapat
memberikan perlakuan yang setepat-tepatnya, misalnya memberi peringatan
atau hukuman terhadap atlet yang tidak dapat disamakan dengan atlet yang
eksravert.
Bruce C. Ogilvie (1972) melaporkan hasil studinya terhadap perenang kelompok
umur di california yang mengukuti program latihan menghadapi pertandinan.
Hasil studi untuk meneliti perubahan sifat-sifat kepribadian perenang laki-laki dan
perempuan umur 10-14 tahun dibanding atlet top umur 19 tahun menunjukkan
atlet top tersebut.
1. Self-controlnya lebih baik, lebih dapat menguasai diri.
2. Menjadi lebih bersifat terbuka, mudah bergaul dan lebih dapat
menyamarakkan suasana.
3. Kemampuan menolak kesemasan (anxiety) lebih tinggi secara meyakinkan.
4. Lebih mampu untuk menjaga diri sendiri.
5. Tampak lebih gembira dan bahagia dalam menghadapi suatu keadaan.
6. Kurang mementingkan diri sendiri dan lebih stabil.
Hasil penelitian Ogilvie yang lain,yaitu terhadap kepribadian atlet laki-laki,
menunjukkan bahwa sebagai kelompok top atlet (laki-laki) memiliki motifasi
untuk berprestasi yang tinggi, motifasi untuk menang, dan lebih agresif,
disamping itu mereka pada umunya dapat menguasai emosi dalam keadaan
penuh ketegangan, lebih dewasa dan tidak mudah gugup, memilki kepemimpinan
dan dapat berdiri sendiri.
Magnusson dan Endler(1977)mengemukakan bahwa faktor-faktor kognitif
merupakan determnian penting dari tingkah laku mesakipun faktor-faktor
emosional juga tidak boleh dabaikan. Sesuai pendapat tersebut, Morgan (1980)
menekankan bahwah proses interaksi maka untuk memahami kepribadian
seseorang harus diutamakan mngetahui persepsinnya dan hal-hal berhubungan
dengan koknisinya.
Persepsi individu menenal situasi sekitar mengandung suatu gambaran dan
juga penilaian individu terhadap sekitar, dan hal ini akan sangat besar pengaruh
nya terhadap sikap dan penampilan individu yang bersangkutan . individu akan
bersikap dan betindak sesuai dengan apa yang difikirkan dan sesuai dengan apa
yag digambarkan.
Mengenai sifat-sifat yang berhubungan dengan kemampuan akal atau kognisi
yang perlu dimiliki atlet dalam cabang-cabang olagraga tertentu ,minsalnya ;
pemusatan perhatian (daya konsetrasi), kemampuan koordinasi , ketelitian,
kecepatan reaksi, antisipasi, imajinasi ,dsb-nya.
Adapun sifat-sifat kepribadian yang berhubungan dengan aspek afektif-konatif
yang perlu miliki atlet dalam cabang-cabang olahraga tertentu , minsalnya ;
agresivitas, penguasaan diri, ketenangan , rasa keindahan ,kepercayaan diri,
keuletan ,keberanian, semanga juang, dsb-nya.
Memahami sifat-sifat atlet sesuai denga sifat-sifat kejiwaan yang perlu dimiliki
atlet untuk dapat mencapai prestasi tinggi adalah sangat penting ,karena denga
demikian sangat memudahkan dalam mencari atlet-atlet berbakat untuk cabang-
cabang olahraga tertentu .
Yang dirsebut bakat sebenarnya adalah kumpulan sifat-sifat kejiwan yang
cocok untuk cabang-cabang olahraga tertentu ,yaitu memungkinkan individu
yang memiliki sifat-sifat trsebut mencapai prestasi yang tinggi. Jadi bakat lebih
banyak merupakan variabel kondisional yang memungkinkan individu yang
bersangkutan mencapai prestasi setinggi-tingginnya dalam cabang olah raga
tertentu.

Penelitian Tentang Kepribadian


Penelitian tentang” personality traits” atau sifat kepribadian dalam
olahraga dilakukan untuk lebih memahami kepribadian atlet sehingga dapat
membuat prediksi kemungkinan tingkah laku dan penampilan atlet menghadapi
situasi tertentu dalam prtandingan. Penelitian semacam ini juga dilakuhkan utuk
mencari bibit-bibit atlet berbakat dalam cabang olahraga tertentu, sehingga
dapat dicapai prestasi setinggi-tingginya.
Sebagai ilustrasi pentingnya penelitan tentang kepribadian atlet, A. Graig
Fisher (1984) mengemukakan atlet yang memiliki sifat rasa harga dirinya rendah
akan mudah menyerah dan kalah, atlet yang bersangkutan tidak meyakinkan
dalam pertandingan. Atlet memiliki sifat sensitif, akan menunjukkan sifat mudah
cemas, sehingga menyebabkan buruk dalam penamplannya.
Lebih lanjut Graig Fisher mengemukakan bahwa dengan mengetahui
bagaimana atlet mengadakan respon dalam menghadapi berbagai situasi
prtandingan. Dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan program-
program perlakuan (pembinaan) dengan teknik-teknik yang tepat, seperti
biofeedback, latihan pengendalian rasa cemas, latihan untuk mengontrol
perhatian.
Sehubungan dengan masalah tersebut Morgan (1980 mengeukakan adanya dua
pandangan yang berbeda, yaitu :
1. Pandangan yang skeptis mengatakan bahwa studi tentang kepribadian,
khususnya tentang struktur kepribadian sangat kecil artinya untuk
memahami tingkah laku dalam hubungannya dengan penampilan atlet.
2. Pandangan yang yakin bahwa dengan mempelajari sifat-sifat kepribadian
dapat membuat prediksi bermacam hubungan antara kepribadian dengan
penampilan atlet.
Sebagaimana penulis kemukakan di muka, sifat-sifat kepribadian merupakan
variabel kondisional yang memungkinkan tercapainya pretasi yang tinggi dalam
salah satu cabang olahraga, sudah barang tentu proses belajar dari lingkungan
juga akan sangat lebih besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian
atlet. Tampa memahami hal tersebut, maka sering kali dipertentangkan antara
teori tentang sifat-sifat kepribadian atau teori tentang terjadinya proses belajar
dari lingkungan. Kedua teori tersebut seperti teori “dasar” (pembawan) dan
“ajar” (pendidikan) yang keduaya perlu dipahami oleh setiap pelatih.
Berbicara tentang penampilan atlet, disamping itu memahami sifat-sifat
kepribadian atlet kita perlu memahami juga keadaan sikap dan mental atlet,
karena sikap dan mental atlet tersebut akan sangan berpengaruh terhadap
penampilannya.

Sikap dan sifat-sifat kepribadian


Individu tidak hanya sekedar berbuat atau bertindak, tetapi apa yang
diperbuatnya sbagian besar dilakukan dengan sadar, dan kesadaran ini
merupakan salah satu faktor yang menentukan perbuatan.
Ternyata kesadaran melakukan sesuatu tindakan atau berbuatan tersebut
tidak hanya dilakukan sekali saja pada waktu itu, tetapi sering sekali diulangnya
lagi. Sebagian besar perbuatan manusia dilandasi oleh kesediaan psikologis
tertentu untuk mereaksi terhadap keadaan atau objek tertentu. Kesediaan
mereaksi terhadap objek tertentu tersebut disebut sikap atau attitude.
Setiap orang mempunyai suatu sisitem pikiran berdasarkan
pengalamannya, dan inilah yang mengatur segala proses perbuatannya. Jadi
seseorang berbuat sesuai dengan sistem pikirannya yang merupakan kesediaan
untuk mereaksi objek tertentu.
Edwards (1957) mengemukakan Trurstone yang menyatakan bahwa sikap
merupakan suatu tindakan afek (perasaan) yang bersifat positif atau negatif dan
berhubungan dengan suatu objek psikologis tertentu. Jadi menurut Thurtstone,
sikat terhadap objek tertentu selalu disertai perasaan senang atau tidak senang,
simpati atau antipati.
Menurut Raymond B. Cattel (1970) sebenarnya sikap bukanlah suatu
tindakan atau action, tetapi merupakan cara bertindak (course of action) dalam
situasi tertentu dalam menghadapi objek tertentu. Harvey dan Smith (1977)
menegaskan dalam definisinya bahwa sikap (attitude) adalah kesediaan untuk
merespon secara konstan dengan cara positif atau negatif terhadap objek atau
situasi tertentu.
Pendapat Cattel serta Harvey dan smith tersebut menunjukkan adanya
kesamaan pandangan bahwa sikap bukanlah action atau tindakan sendiri, tetapi
baru merupakan kesediaan. Ma’at (1982) menjelaskan bahwa berbagai persepsi
(visual, auditil, rasa) kemudian berproses melalui perhatian, pemahaman dan
keputusan, dan semua ini baru merupakan tingkah laku tersembunyi (covert)
yang kita kenal dalam sikap. Kemudian akan berproses lebih lanjut dan
terwujudlah bentuk tindakan yang tampak (overt) yang dapat diamati.
Pendapat lain diajukan oleh Kerlinger (1975) yang mengemukakan sikap
adalah pre-disposisi yang terorganisasi dalam berfikir, merasa, melakukan
(berperilaku) dan dalam melakukan tahapan terhadap suatu perintah atau objek
kognitif. Ini merupakan struktur keyakinan-keyakinan yang menetap, yang
menunjukkan kesediaan individu berperilaku selektif terhadap objek yang
berhubungan dengan sikapnya.
Dari membandingkan pendapat beberapa ahli tersebut dapatlah diajukan
sifat-sifat sikap sebagai berikut:
1. Sikap bukan pembawaan
2. Dapat berubah melalui pengalaman
3. Merupakan organisasi keyakinan-keyakinan
4. Merupakan kesiapan untuk mereaksi
5. Relatif bersifat tetap
6. Hanya cocok untuk situasi tertentu (dapat berubah)
7. Selalu berhubungan dengan objek atau subjek tertentu.
8. Merupakan penilaian dan penafsiran tingkahlaku
9. Berveriasi dalam kualitas dan intensitas
10.Mengandung komponen kognitif, afektif dan kognatif
Sesuai dengan sifat-sifat sikap tersebut, maka jelaslah bahwa,sikap yang dapat
berubah tersebut dapat dipengaruhi, dan dapat dibina untuk dikembangkan
dalam berbagai bidang, termasuk juga dalam bidang olahraga. Untuk menjadi
olahragawan yang baik maka sikap sikap tertentu perlu doi kembang kan, seperti
kerjasama, sportifitas,bersikap positif terhadap kekalaha yang dialami,
kebanggaan kelompok, tanggungh jawab terhadap kelompok. Sikap-sikap yang
diperlukan dalam olahraga dapat dijadikan sasaran pembinaan mental, melalui
team building.
Kerlinger (1975), membedakan pembedaan sikap (attitude) dengan traits
(sifat-sifat).diberikan contoh bahwa orang yang mempunyai sikap bermusuhan
dengan orang asing, mungkin hanya bermusuhan dengan orang asing saja, tetapi
mereka mempunyai trait pemusuhan akan dengan siapapun juga, setidak-
tidaknya ada potensi untuk bermusuhan tersebut. Ditegaskan lebih lanjut oleh
Kerlinggerbahwa trait mempunyai rujukan subjektif sedangkan sifat atau attitude
memounyai rujukan objektif.
Alderman (1974), menurut anderman seorang anak yang memperoleh skor
tinggi dalam selfconfidence ternyata tidak selalu mempunyai selfconfidence. Ini
dapat terrjadi, karena mungkin ia menunjukkan cofident khusus untuk cabang
sepak bola, tetapi tidak dalam situasi sosial atau dalam kelasnya.
Perkembangan sikap atlet dapat dipelajari dari dari kesediaan mereraksi
terhadap orang lain (coach,teman satu tim) terhadap situasi tertentu (latihan,
pertandingan dan keadaan kritis) sertya sikapnya terhadap diri sendiri (percaya
diri, persepsi diri).
menurut Richard H.Cox (1985), secara jujur dapat dikatakan bahwa sejak 1960
telah dipelajari kepribadian atlet dengan pendekatan dari “traid”,dan akhirnya
mejadi favorid dikalang ahli-ahli psikologi olahraga. Cox (1985) mengatakan
bahwa dalam mempelajari kepribadian atlet ada 3 pendekan teoritis yang utama,
yaitu:
1. Teori Psychodynamic
2. Teori traits
3. Teori social learning
Menurut teori trait atau “factor theory”, kepribadian dapat dilukiskan dengan
menyebutkan traits yang dimiliki oleh indifidu. Trait ini menunjukkan kesesuaian
dengan kesediaan bertindak dengan cara tertentu. Trait juga menujukkan sebagai
sifat-sifat stabil, menetap, serta konsisten terhadap fariasi-fariasi situsi yang
berbeda. Seseorang yang telah memopertontonkan trait atau kebutuhan
mencapai succes
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Allah menciptakan manusia dalam keadaan fitrah dengan dibekali beberapa


potensi yakni potensi yang ada dalam jasmani dan rohani. Bekal yang dimiliki
manusia pun tidak hanya berupa asupan positif saja, karena dalarn diri manusia
tercipta satu potensi yang diberi nama nafsu. Dan nafsu ini yang sering membawa
manusia lupa dan ingkar dengan fitrahnya sebagai hamba dan khalifah Allah di
bumi. Untuk itu manusia perlu mengembangkan potensi positif yang ada dalam
dirinya untuk mencapai fitrah tersebut.

Manusia merupakan makhluk pilihan Allah yang mengembangkan tugas ganda,


yaitu sebagai khalifäh Allah dan Abdullah (Abdi Allah). Untuk mengaktualisasikan
kedua tugas tersebut, manusia dibekali dengan sejumlah potensi didalam dirinya.
Potensi-potensi tersebut berupa ruh, nafs, akal, qalb, dan fitrah.[1]
Dalam pembahasan ini penulis akan berupaya mengupas dan menjelaskan
beberapa hal yang berhubungan dengan hakikat fitrah dan potensi manusia
menurut islam. Pertama penulis akan mencoba menjelaskan tentang manusia yang
mencakup bagian-bagiannya, hakekat fitrah manusia, komponen dasar fitrah
macam-macam fitrah, potensi manusia dan fitrah sebagai inner potensial

Semoga dengan adanya penjelasan tersebut kita menjadi paham tentang fitrah
dan potensi manusia dalam pendidikan islam. Terutama bagi penulis sendiri dan
orang yang membacanya agar menambah pemahaman dan hakekat fitrah dan
potensi dasar manusia, berikut penjelasannya
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
1. Latar belakang .........................................................................................................1

PEMBAHASAN
1. Sifat-sifat kepribadian ..............................................................................................2
2. Sifat-sifat atlet ..........................................................................................................2
3. Sikap Dan Sifat-Sifat Kepribadian .............................................................................5
MAKALAH PSIKOLOGI OLAHRAGA

Kepribadian, Sikap Dan Mental Atlet

Disusun oleh kelompok 7 :


1. Olan syafriyanto
2. M. Hidayat
3. Negil
4. Edo putra
Dosen pembimbing : Cundra Bahar, S.pd, M.pd

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

STKIP-M SUNGAI PENUH


TAHUN AJARAN
2017/2018

Anda mungkin juga menyukai