• Orientasi Pelaku
Orientasi ini mengemukakan bahwa sumber motivasi
terletak pada diri individu yang bersangkutan. Jadi, motivasi
merupakan bentuk kecenderungan pribadi atau “trait”
seseorang.
• Orientasi Situasional/ Lingkungan
Pandangan ini mengemukakan bahwa kecenderungan pribadi
saja tidak cukup memotivasi individu. Sebaliknya lingkunganlah
yang memberikan peluang serta memupuk motivasi individu. Jika
lingkungan tidak cukup menunjang, betapapun besarnya intensitas
motivasi individu, ia tidak akan termotivasi untuk melakukan
tindakannya.
• Orientasi Interaksional
Pandangan interaksional berpendapat bahwa motivasi
terbentuk karena adanya kombinasi faktor pelaku (participant)
dan faktor lingkungan (situational).
Teori motif dan motivasi
Klasifikasi yang paling populer membagi motivasi menjadi dua bentuk yaitu:
Motivasi intrinsik (motivasi yang berasal dari dalam diri) merupakan dorongan
atau kehendak yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang, semakin kuat
motivasi intrinsik yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan ia
memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan (Gunarsa, 2004).
Motivasi ekstrinsik (motivasi yang berasal dari luar) merupakan segala sesuatu
yang diperoleh melalui pengamatan sendiri, ataupun melalui saran, anjuran atau
dorongan dari orang lain (Gunarsa, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Kondisi dan faktor yang mempengaruhi motivasi dalam pendidikan
jasmani dan olahraga adalah:
Sehat fisik dan mental.
Lingkungan yang sehat dan menyenangkan.
Fasilitas lapangan dan alat yang baik untuk latihan.
Olahraga yang disesuaikan dengan bakat dan naluri.
Olahraga yang disesuaikan dengan bakat dan naluri.
Menggunakan audio-visual.
Metode mengajar.
Menumbuhkan dan menanamkam motivasi kepada atlet perlu memperhatikan
hal-hal berikut:
Diri individu atau atlet yang meliputi unsur-unsur kemampuan fisik,
kebiasaan, sikap, dan sistem nilai yang dianut, pengalaman sukses dan gagal,
latar belakang sosial-budaya, tingkat kedewasaan yang harus diperhitungkan
oleh pelatih. Keadaan awal individu seharusnya menjadi dasar dalam usaha
menanamkan dan mengarahkan motivasi.
Lingkungan pembinaan, latihan, pertandingan, hendaknya dapat
menimbulkan rangsangan-rangsangan terhadap persepsi atlet, harapan dan
cita-cita dalam latihan dan pertandingan, serta rasa puas terhadap aktivitas
olahraga yang ditekuninya.
Ketika latihan atau dalam pertandingan perlu diciptakan suasana yang
memungkinkan atlet menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan latihan,
penerimaan petunjuk pelatih, serta metode latihan latihan yang
menimbulkan gairah.
Teknik-teknik meningkatkan motivasi
Teknik untuk meningkatkan motivasi beberapa dikenal sebagai, (1) teknik
verbal, (2) tingkah laku, (3) insentif, (4) supertisi, (5) citra mental.
Teknik verbal dapat dilakukan dengan cara:
pembicaraan pembangkit semangat,
pendekatan individu,
diskusi.
Teknik tingkah laku (behavioral). Keberhasilan atlet dalam latihan atau
pertandingan menuntut sikap tertentu, seperti jujur, sportif, tekun, kreatif,
dinamis, dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas-tugas dan latihan.
Teknik insentif. Teknik ini adalah dengan pemberian
hadiah berupa materi atau lainnya.
Supertisi. supertisi adalah kepercayaan akan sesuatu
yang secara logis atau ilmiah kurang diterima, namun
dianggap membawa keberuntungan dalam
berkompetisi
Citra mental. Citra mental dimaksudkan melatih atlet
membuat gerakan-gerakan yang benar melalui
imajinasi.
Stress, Arousal dan Kecemasan
Pengukuran fisik
Sejumlah pakar mencoba menemukan teknik pengukuran kecemasan
melalui gejala-gejala fisik tertentu seperti tekanan darah, denyut
nadi, dan sebagainya.
Pengukuran Perilaku
Pengukuran kecemasan melalui perilaku memiliki kelemahan antara lain:) tiap
atlet memiliki ciri perilaku khusus yang terkait dengan kecemasan, b) tiap
pelatih memiliki persepsi individual akan perilaku kecemasan, c) sekalipun
dasar pertimbangan pengukuran adalah perubahan pola komunikasi dan
perilaku, tiap pelatih memiliki standar pribadi akan perubahan tersebut
yang dapat digolongkan sebagai indikator cemas.
Pengukuran Psikologis
Pengukuran psikologis biasanya dilakukan melalui evaluasi psikologis yang
berisi sejumlah butir kuesioner yang harus dijawab oleh atlet. Hasil skor
kuesioner tersebut diharapkan dapat menggambarkan derajat kecemasan
atlet.
e) Sumber Kecemasan
Sumber kecemasan dapat dibedakan atas dua macam yaitu: (1) Sumber kecemasan dari
dalam diri, (2) sumber kecemasan dari luar diri.