Dalam kurva hasil penelitian Still ditunjukkan bahwa tidak lebih dari 5% populasi
manusia berhasil mendaki kurva keberhasilan, sedang selebihnya lebih banyak
mengikuti kurva kegagalan, terutama setelah melewati usia antara 25 hingga 35 tahun.
Yang menarik, menurut dugaan Still, kurva kegagalan dalam pertumbuhan fisik
menunjukkan bahwa perkembangan fisik manusia dewasa ini semakin berkurang.
Sebabnya, manusia modern sekarang dihadapkan pada rendahnya melakukan latihan
fisik, di samping karena terlalu banyak makan, minum, dan merokok; sehingga mereka
merosot kondisinya setelah usia 30 tahunan. Demikian juga dalam hal pertumbuhan
dan perkembangan psikologis, yang menunjukkan kurva kegagalan dalam hal
prestasinya. Ciri-ciri perkembangan mental menunjukkan puncak prestasi pada tahap
perkembangan yang berbeda.
Secara biologis, manusia dirancang untuk menjadi mahluk yang aktif. Meskipun
perubahan dalam jaman dan peradaban telah menyebabkan penurunan dalam jumlah
aktivitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dasar yang berkaitan
dengan kehidupan, sebenarnya tubuh manusia tidaklah berubah. Karenanya, manusia
harus tetap menyadari bahwa dalam hal kesehatan tubuhnya, dasar biologisnya
menuntut dan mengakui pentingnya aktivitas fisik yang keras dalam hidupnya. Jika
tidak, kesehatan, produktivitas, serta efektivitas hidupnya akan menurun drastis. Dalam
hal itulah pendidikan jasmani yang baik di sekolah dan di masa-masa berikut dalam
hidupnya dipandang amat penting dalam menjaga kemampuan bilogis manusia.
Dipandang dari sudut ini, pendidikan jasmani terikat dekat pada kekuatan mental,
emosional, sosial, dan spiritual manusia.
Studi dalam ilmu-ilmu psikologi mempunyai implikasi untuk para guru pendidikan
jasmani, terutama dalam wilayah atau sub-disiplin ilmu teori belajar, teori pembelajaran
gerak, perkembangan kepribadian, serta sikap. Kesemua sub-disiplin itu, memberikan
pemahaman yang lebih luas dalam hal bagaimana anak belajar, dan yang terpenting
upaya apa yang harus dipertimbangkan guru dikaitkan dengan menciptakan lingkungan
belajar yang memungkinkan anak belajar.
Kata psikologi berasal dari kata-kata Yunani psyche, yang berarti jiwa atau roh,
dan logos, yang berarti ilmu. Diartikan secara populer, psikologi adalah ilmu jiwa atau
ilmu pikiran. Para ahli psikologi mempelajari hakikat manusia secara ilmiah, dan untuk
memahami alam pikiran manusia, termasuk anak, termasuk ciri-ciri manusia ketika
belajar. Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada
penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap
kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalanya melalui teori gerak dan teori belajar
gerak, maka memungkinkan guru lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu
disediakan untuk memungkinkan anak belajar secara efektif.
Jika dahulu para guru penjas lebih bersandar pada teori belajar behaviorisme,
yang lebih melihat proses pembelajaran dari perubahan perilaku anak, maka dewasa ini
sudah diakui adanya keharusan untuk memahami tentang apa yang terjadi di dalam diri
anak ketika mempelajari keterampilan gerak, yang ditunjang oleh berkembangan teori
belajar kognitivisme.