Disusun Oleh :
1. Septian Dwi Bagaskara (17230174)
2. Fahmi Ulumuddin (17230175)
3. Friki Adna Amrulloh (17230176)
4. M. Ishom Khoirul M. (17230177)
5. M. Ariagita Pradana (17230178)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama
dengan judul “Pengertian Lathian dan Melatih”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Latihan menurut Bompa (1994:2), adalah proses dimana seorang atlet dipersiapkan
untuk performa tertinggi melalui pengembangan rencana sistematis latihan yang
memanfaatkan pengetahuan yang luas yang dikumpulkan dari berbagai disiplin ilmu.
Budiwanto (2012:16) menjelaskan bahwa “latihan adalah proses melakukan kegiatan
olahraga yang dilakukan berdasarkan program latihan yang disusun secara sistematis,
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atlet dalam upaya mencapai prestasi yang
semaksimal mungkin, terutama dilaksanakan untuk persiapan menghadapi suatu
pertandingan”. Harsono (1988:101) menyatakan latihan adalah “proses yang sistematis dari
berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian
menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”. Sedangkan menurut Ambarukmi dkk
(2007:1) “latihan adalah proses sistematis untuk menyempurnakan kualitas kinerja atlet
berupa kebugaran, ketrampilan dan kapasitas energi”.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa latihan adalah kegiatan
olahraga yang terprogram dan sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga
membentuk manusia yang utuh dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan/keterampilan
dan meningkatkan kesegaran atau kebugaran jasmani untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Secara umum dalam olahraga prestasi, tujuan latihan adalah untuk meningkatkan
kemampuan seorang atlet baik dalam aspek fisik, teknik, taktik & strategi, serta mental untuk
mencapai prestasi optimal
Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN LATIHAN
Seseorang yang melakukan suatu aktivitas secara teratur, terencana, berulang-ulang
dengan kian hari semakin berat beban kerjanya sering dinyatakan bahwa orang tersebut
sedang melakukan latihan. Hal ini didasarkan pada pengertian training yang dijelaskan oleh
Harsono (1988:101) bahwa “Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja,
yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban
latihan/pekerjaannya.” Kemudian Giriwijoyo (1992:78) menjelaskan sebagai berikut:
Latihan ialah upaya sadar yang dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk
meningkatkan kemampuan fungsional raga yang sesuai dengan tuntutan penampilan cabang
olahraga itu, untuk dapat menampilkan mutu tinggi cabang olahraga itu baik pada aspek
kemampuan dasar (latihan fisik) maupun pada aspek kemampuan keterampilannya (latihan
teknik).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu
proses pemberdayaan diri melalui suatu aktivitas yang sistematis, berulang-ulang, dan kian
hari kian menambah beban tugasnya.
Prinsip-prinsip Latihan
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kemampuan
dan prestasi atlet adalah penerapan prinsip-prinsip latihan dalam pelaksanaan program
latihan. Hal ini disebabkan prinsip-prinsip latihan merupakan faktor yang mendasar dan perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan suatu program latihan. Harsono (1991:83) menyatakan:
Agar prestasi dapat meningkat, latihan harus berpedoman pada teori dan prinsip
latihan. Tanpa berpedoman pada teori dan prinsip latihan yang benar, latihan seringkali
menjurus ke praktek mala-latih (mal-practice) dan latihan yang tidak sistematis-metodis
sehingga peningkatan prestasi sukar dicapai.
Norma-Norma Pembebanan
Norma-norma pembebanan latihan meliputi volume, intensitas, interval dan densitas.
Adapun pembahasan mengenai norma-norma pembebanan adalah sebagai berikut:
a. Volume
Dalam suatu latihan biasanya berisi drill-drill atau bentuk-bentuk latihan. Isi latihan
atau banyaknya tugas yang harus diselesaikan ini disebut volume latihan. Tentang hal ini oleh
Chu (1989:13) dijelaskan, “Volume is the total work performed is single work at session or
cycle”. Sedangkan mengenai pentingnya volume latihan oleh Bompa (1993:57) dikatakan,
“As an athlete approaches the stage of high performance, the overall volume training
becomes more important”. Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap latihan harus memperhatikan
volume latihan selain dari intensitas latihannya.
b. Intensitas
Intensitas latihan oleh Moeloek (1984:12) dijelaskan, “Intensitas latihan menyatakan
beratnya latihan”. Kemudian Chu (1989:13) menyatakan, “Intensity is effort involved in
performing a given task”. Jadi intensitas latihan adalah besarnya beban latihan yang harus
diselesaikan dalam waktu tertentu.
Untuk mengetahui suatu intensitas latihan atau pekerjaan adalah dengan mengukur denyut
jantungnya. Cara mengukur intensitas ini oleh Harsono (1988:115) dijelaskan, “Intensitas
latihan dapat diukur dengan berbagai cara, diantaranya mengukur denyut jantung (heart
rate)”. Selanjutnya Katch dan McArdle yang dikutip oleh Harsono (1988:116)
menjelaskan:
Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut jantung/nadi dengan
rumus: denyut nadi maksimum (DNM) = 220 – umur (dalam tahun). Jadi seseorang yang
berumur 20 tahun, DNM-nya = 220 – 20 = 200.
Takaran intensitas latihan
a. Untuk olahraga prestasi: antara 80%-90% dari DNM. Jadi bagi atlet yang berumur 20
tahun tersebut takaran intensitas yang harus dicapainya dalam latihan adalah 80%-90% dari
200 = 160 sampai dengan 180 denyut nadi/menit.
b. Untuk olahraga kesehatan: antara 70%-85% daari DNM. Jadi untuk orang yang
berumur 40 tahun yang berolahraga menjaga kesehatan dan kondisi fisik, takaran intensitas
latihannya sebaiknya adalah 70%-85% kali (220 – 40), sama dengan 126 s/d 153 denyut
nadi/menit. Angka-angka 160 s/d 180 denyut nadi/menit dan 126 s/d 153 denyut nadi/menit
menunjukan bahwa atlet yang berumur 20 tahun dan orang yang berumur 40 tahun tersebut
berlatih dalam training sensitive zone, atau secara singkat biasanya disebut training zone.
Lamanya berlatih di dalam training zone:
a. Untuk olahraga prestasi: 45 – 120 menit
b. Untuk olahraga kesehatan: 20 – 30 menit
c. Interval
Masa pulih atau recovery dari setiap penyelesaian suatu tugas adalah hal yang perlu
diperhatikan karena menyangkut kesiapan tubuh umumnya dan otot-otot khususnya untuk
menerima beban tugas berikutnya. Mengenai masa pulih ini, Brittenham yang diterjemahkan
oleh Soepadmo (1996:12) menjelaskan sebagai berikut:
Adaptasi fisik terjadi pada saat istirahat, karena pada waktu itu tubuh membangun
persiapan untuk gerakan berikutnya. Maka istirahat yang cukup akan memberikan hasil yang
maksimal. Jika anda terlalu giat berlatih dan tidak memberikan kesempatan tubuh beristirahat
diantara tiap sesi latihan, maka anda akan mengalami kelelahan atau bahkan kemunduran.
d. Densitas
Densitas merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekerapan latihan
dan merupakan frekuensi latihan yang dilakukan, diselingi waktu istirahat atau bisa disebut
pula dengan kepadatan latihan, seperti 3 set @ 25RM Squat = 75 kali, jadi kepadatannya
adalah 75 kali Squat.
2. PENGERTIAN MELATIH
Melatih adalah coaching yang sering digunakan untuk menggambarkan aktivitas atau
latihan yang bermakna luas. Jadi melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk
membantu orang lain (atlet) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahanya
mencapai tujuan tertentu. Melalui latihan, atlet berusaha keras mempersiapkan dirinya untuk
mencapai target tertentu. Dengan kata lain, bahwa intervensi latihan, atlet dipacu untuk
memperbaiki sistem organisme tubuhnya, perbaikan fungsinya secara optimal dalam rangka
mencapai performa yang baik serta keunggulan dalam cabang olahraganya.
Oleh sebab itu, pelatih olahraga sering dianggap sebagai orang yang serba tabu.
Sebagai pelatih diharapkan selalu tampil dengan prima. sebagai organisator, pelatih harus
cekatan mendisain program latihan yang baik, cermat dan sistematis. Oglive dan Tutko
(1966); menjelaskan : ” …… The success of the coach may well depend on his ability to
satisfy the complex and varied needs and axpectations of his players”. (Toward Better
Coaching, 1980)
.
3. TAHAPAN SEORANG PELATIH MENCETAK ATLET BERPRESTASI
Dalam kajian psikologi, motivasi adalah konstruk psikologi yang menjadi dorongan untuk
terjadinya suatu perilaku atau tindakan, termasuk tindakan-tindakan atau perilaku-perilaku
dalam olah raga. Motivasi adalah proses internal dalam diri manusia yang mengarahkan
terciptanya perilaku yang bertujuan (Smith, Sarason, & Sarason,. 1982).
Apabila pengertian motivasi tersebut diterapkan dalam bidang prestasi maka kemudian
dapat didefinisikan pengertian motivasi atlit untuk mencapai prestasi puncak. Motivasi atlit
untuk mencapai prestasi puncak adalah dorongan yang menggerakkan seorang atlit untuk
melakukan upaya-upaya untuk mencapai prestasi puncak.
Terciptanya motivasi merupakan hasil dari proses interaksi kondisi internal dalam diri
seseorang (kebutuhan-kebutuhan yang meminta untuk dipenuhi) dan tujuan eksternal yang
menjadi sebab seseorang melaksanakan suatu tindakan. Dalam konteks ini, motivasi menjadi
dasar yang kuat bagi segala daya upaya yang berjalan secara konsisten untuk mencapai suatu
tujuan, termasuk prestasi puncak dalam olah raga.
Dalam dunia olah raga beprestasi, hubungan itu digambarkan sebagai berikut:
Pengembangan Motivasi Atlit untuk Mencapai Prestasi Puncak
2. Teori Motivasi Internal dan Eksternal
Motivasi internal adalah motivasi yang dipuaskan melalui penguatan internal dalam diri
seseorang (internal reinforcer). Ini berarti bahwa motivasi internal tidak bergantung pada
tujuan-tujuan di luar diri individu atau siswa, misalnya atlit tergerak untuk berprestasi karena
terdorong ingin mengembangkan diri menjadi atlit yang mampu mencapai keunggulan atletik
dalam dirinya
Motivasi eksternal dipuaskan melalui penguatan eksternal di luar diri seseorang (eksternal
reinforcer). Ini berarti bahwa motivasi eksternal bergantung pada tujuan-tujuan di luar diri
individu atau atlit, misalnya atlit giat berlatih karena ingin dipuji oleh pelatih atau ingin
mendapat hadiah bonus dari manajemen klub.
Secara khusus pengembangan motivasi internal dalam diri atlit dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Menstimulasi perhatian atlit terkait program pelatihan yang diiikuti.
Ini dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan pendahuluan sebelum latihan tentang
manfaat-manfaat yang diperoleh selama mengikuti pelatihan bagi para atlit. Motivasi
intrinsik akan berkembang dalam diri para atlit apabila mereka akan memperoleh manfaat
suatu latihan dan itu akan membantu mereka mencapai prestasi puncak pasca pelatihan.
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Sumber
http://fppsi.um.ac.id/?p=1522
https://coach94.wordpress.com/2008/06/25/apa-melatih-itu/
http://mynewilmukepelatihandasar.blogspot.com/2015/07/pengertian-latihan.html