DI SUSUN OLEH:
Alhamdulillah segala puji semoga tetap terpanjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah
memberikan rahmat karunia-Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya .
kami menyadari bahwa makalah ini tentunya masih sangat jauh dari kesempurnan yang
semestinya. Karena pengetahuan kami yang sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat
berharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah-makalah yang lain.
Pe
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang
manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar
dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan
(aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai
pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga
menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip – prinsip dalam mengajar?
2. Bagaimana gaya – gaya dalam mengajar
3. Bagaimana asas –asas didaktik pendididkan jasmani?
C. Tujuan
Dalam menyelesaikan suhubungan dengan persoalan tersebut di atas dapat kita selesaiakn
dengan :
1. untuk mengetahui bagaimanakah prinsip –prinsip dalam megajar.
2. untuk mengetahui gaya –gaya dalam mengajar
3. untuk mengetahui bagaimana asas –asas didaktik pendididkan jasmani
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kompetensi guru
Pada prinsipnya guru harus memiliki tiga kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi
a. Kompetensi Kepribadian
Semua pendidik, seyogyanya guru mempunyai kepribadian yang harmonis atau keseimbanga
antar aspek jasmani, aspek jiwa dan aspek rohani yang lebih dalam aspek budi, yang
Seorang guru harus mengerti dengan baik materi yang akan diajarkan, baik pemahaman
detailnya maupun aplikasinya. Hal ini sangat diperlukan dalam menguraikan ilmu pengetahuan,
pemahaman, keterampilan-keterampilan dan apasaja yang harus ditampilkan pada anak didiknya
Guru juga sangat dituntut terampil dalam mengajar, yang secara global meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Ia harus mampu menyusun setiap program, mulai dari memilih
perlengkapan yang cocok, pembagian waktu yang tepat, metode mengajar yang sesuai, hingga
tentang kepantingannya dengan segala variasi dan perubahan-perubahan yang progresif, tujuan
mereka belajar harus digaris bawahi dengan tebal dan jelas, mereka diperlihatkan jalan dan arah
b. Motivasi
Guru harus mampu memberikan dorongan moral yang baik dlam proses pembelajaran.
c. Sikap
Pendidik-pendidik disekolah adalah manusia yang berkepribadian utuh dan baik, pendukung
nilai-nilai yang diajarkannya dengan cara menjadi nyata bagi anak didiknya.
d. Teknik
Teknik yang dipilih harus sesuai dengan materi yang sedang disampaikan dan keadaan siswanya
Guru yang tajam pengamatannya akan segera mengetahui tingkat intelegensi anak didiknya,
interaksi antara guru dan murid dan pelaksanaan pembagian tanggung jawab. Metode yang ada
Dari 11 gaya mengajar Mosston tersebut ada 4 macam gaya mengajar yang sering digunakan dan
Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua
tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya
dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun
pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala
perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat
antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang diberikan guru,
akan mengawali setiap gerakan peserta didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan
contoh dari guru.Gaya komando sangat sesuai untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik
Pada awalnya guru menggunakan gaya komando, namun dalam tahap tertentu memberi tugas
kepada siswa dan dalam melaksanakan tugas tersebut siswa boleh mengambil keputusan sendiri.
Perubahan harus diadakan dengan cara pengalihan keputusan yang spesifik dari guru kepada
peserta didik/siswa dalam 9 (sembilan) kategori pelaksanaan, yang terdiri dari: (1) sikap (2)
lokasi (3) urutan tugas (4) waktu untuk mengawali tugas (5) irama dan kecepatan (6) waktu
untuk mengakhiri tugas (7) interval; (8) pakaian dan penampilan dan (9) inisiatif pertanyaan
sebagai klarifikasi.
Guru berperan dalam membuat keputusan dalam perencanaan dan evaluasi. Guru bertindak
sebagai penyusun rencana dan mempresentasikan rencana tersebut kepada peserta didik/siswa.
mengimplementasikan berdasarkan sembilan kategori tersebut dan guru tidak memberi komando
dalam aktivitas siswa. Sedangkan pada tahap evaluasi, guru melakukan observasi/pengamatan
terhadap kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik/siswa secara individu. Gaya latihan
Pada gaya resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu (dibagi
menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai pelaku, dan sebagai
observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok pelaku, sedangkan guru
tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi
(pengamatan) yang telah disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan
dari kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh peserta
diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang benar, karena setiap siswa akan
berperan sebagai observer (pengamat), maka mereka akan berupaya untuk menguasai konsep
geraknya yang benar. Untuk pelaksanaan gaya resiprokal, siswa terlebih dahulu harus
mempelajari teknik dasar, dan gaya resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik
lanjutan.
Pada gaya inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan, sedangkan
peserta didik/siswa menentukan pilihan terhadap kelompok kegiatan dalam pelaksanaan dan
kegiatan yang akan dilakukan, dan menetapkan pembagian level, atau kelompok kegiatan atas
dasar kemampuan peserta didik/siswa yang terkait dengan tingkat berat dan kesulitan aktivitas
yang akan dilakukan. Level 1 merupakan level yang paling mudah, level 2 lebih sulit dari pada
level 1, level 3 lebih sulit dari pada level 2 dan seterusnya. Disamping menetapkan pembuatan
level, guru juga menetapkan criteria kemampuan pada tiap levelnya. Selanjutnya siswa secara
bebas boleh memilih aktivitas pada level yang mereka anggap sesuai dengan kemampuannya
(siswa) sendiri.Dan siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan dirinya atas dasar
lembar kriteria kemampuan yang telah dibuat oleh guru dan mengambil keputusan untuk
berpindah level yang ada diatasnya (yang lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi, siswa
Pengertian Didaktik
Didaktik berasa dari bahasa Yunani, yaitu didasko asal kata didaskein atau pembelajaran yang
berarti perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan baru pada orang lain.
Didaktikus berarti pandai mengajar, sedangkan didaktika berarti gaya mengajar. Didaktika dapat
Didaktik umum memberikan prinsip-prinsip yang umum yang berhubungan dengan penyajian
bahan pelajaran agar siswa dapat menguasai sesuatu bahan pelajaran. Prinsip-prinsip ini berlaku
bagi semua mata pelajaran . sebagai contoh tentang masalah minat, peragaan, motivasi, dan
Sedangkan didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan mata pelajaran tertentu
Sebagaimana diketahui bahwa setiap mata pelajaran memiliki ciri khasnya tersendiri yang
menjadikannya berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Beberapa ahli pendidikan sering
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan. Perilaku itu terjadi karena ada dorongan-dorongan dari apa yang difikirkan, dipercayai,
dan dirasakan oleh pelaku belajar. Dorongan-dorongan inilah yang disebut motivasi. Dapat
dikatakan pula bahwa motivasi merupakan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
Dalam hubungannya dengan didaktik, seorang guru perlu memperhatikan siswa agar mau belajar
dengan penuh makna. Oleh karena itu, perlu diusahakan oleh guru untuk mempengaruhi
siswanya, sehingga dalam diri siswa timbul suatu alasan, suatu motif untuk belajar seperti apa
yang diharapkan oleh guru tersebut. Motivasi belajar selalu berhubungan dengan tujuan pelajaran
yang jelas dan penting untuk dilaksanakan karena akan memenuhi harapan, cita-cita dan
kebutuhannya. Oleh karena itu, agar siswa mau belajar tentang apa yang diajarkan, maka perlu
menghubungkan bahan pelajaran itu dengan kebutuhan minat siswa yang bersangkutan.
Usaha untuk membangkitkan motivasi belajar pada diri dapat ditempuh dengan berbagai cara
pendekatan, antara lainnya dengan memberi angka, hadiah, sering memberikan ulangan, pujian,
dan lainnya. Para siswa di sekolah merupakan suatu kelompok manusia yang mempunyai minat
dan kebutuhan yang kompleks dan beragam. Untuk menghadapi kondisi itu, maka perlu
mengenal karakteristik para siswanya, sehingga guru dapat mengembangkan suatu cara untuk
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar sesuai dengan individu/siswa dan kelasnya.
Contoh penerapan asas motivasi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah
sebagai berikut:
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegunaan pelajaran, misalnya permainan bola voli bagi
teknik-teknik permainan bola voli, formasi dan kombinasi permainan bola voli serta
Mendemonstrasikan setiap konsep gerak yang menjadi bahan pelajaran, sehingga para siswa
tertarik untuk melakukannya. Sudah tentu cara mendemontrasikan konsep gerak itu harus benar
dan menarik seperti penggunaan gambar-gambar yang menarik yang akan membangkitkan rasa
Mengadakan kegiatan latihan yang bervariasi, tidak monoton sehingga siswa tidak menjadi
Memuji setiap gerakan siswa yang benar dan memberi pengarahan yang sungguh-sungguh bila
Mengadakan kompetisi diantara para siswa dan perlu dijaga agar dalam kompetisi itu harus dapat
Menggunakan hukuman dan ganjaran secara bijaksana, sehingga tindakan itu tidak berakibat
Menciptkan iklim latihan yang menyenangkan. Misalnya menampung dan menanggapi setiap
pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari siswa serta menghargai setiap pendapat yang diajukan
siswa dan memberi tugas-tugas kepada siswa baik yang pandai maupun belum sepenuhnya dapat
Tentunya masih ada banyak lagi cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dan setiap
Asas Aktivitas
Asas aktivitas adalah asas untuk mengaktifkan fisik dan psikis siswa yang sedang belajar. Asas
ini sangat penting dalam mengajar pendidikan jasmani. Tujuan yang diharapkan adalah untuk
menguasai keterampilan gerak melalui latihan atau perbuatan yang nyata secara berulang-ulang.
Sebagai contoh ketika siswa belajar melempar, maka ia harus aktif melakukan gerak lempar, dan
bukan dilakukan lewat penjelasan secara lisan. Yang lebih utama adalah dominasi pada konsep
berfikir yang berkaitan dengan bagaimana cara melempar. Lewat pelakuan secara langsung,
Contoh penerapan asas aktivitas dalam belajar pendidikan jasmani di persekolahan dengan
Sebelum memulai pelajaran, sebaiknya guru menanyakan lebih dulu siapa yang telah mengetahui
dan menguasai gerak menendang dengan menggunakan punggung kaki. Langkah berikutnya
adalah memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan secara rinci dan mendemonstrasikan
Kemudian beri kesempatan pada siswa lainnya untuk menanggapi penjelasan dan demonstrasi
Mengadakan diskusi bagaimana melakukan pas bawah bola voli yang benar dan diakhiri dengan
Selama penjelasan dan demonstrasi itu diusahakan agar seluruh siswa dapat endengarkan,
melihat, bertanya secara baik. Untuk itu perlu formasi-formasi terntentu dalam mengatur posisi
siswa.
Menugaskan bebagai kegiatan belajar pass bawah bola voli, sehiongga seluruh siswa
Memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa yang pasif sehingga mereka timbul keinginan
Menghindari kemungkinan cedera, sehingga para siswa aman dan terjamin keselamatannya.
Mengoreksi kelemahan dan gerakan pass bawah siswa secara benar, sehingga siswa merasakan
Menyusun berbagai kegiatan yang menarik minat siswa, misalnya variasi gerakan yang
Menghubungkan bahan pelajaran dan alat-alat yang sesuai dengan kemampuan siswa.
Dari uraian tersebut diatas, maka metode yang tepat untuk menerapkan asas aktifitas adalah
metode diskusi, tanya jawab, tugas, dan metode praktek. Selain itu tidak tertutup kemungkinan
Asas Individualitas
Kelas atau sekolah merupakan tempat berkumpulnya siswa yang mempunyai latar belakang
kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang berbeda-beda. Dengan ada keragaman
latar belakang siswa itu, maka dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani perlu
menerapkan asas individualitas. Artinya guru dalam menyampaikan bahan pelajaran pendidikan
Dalam pembelajaran klasikal tentunya sulit untuk menerapkan asas ini, karena adanya
keterbatasan waktu, baiya, tenaga, alat dan lainnya. Namun demikian sebagai guru harus
berusaha seoptimal mungkin untuk mengembangkan kemampuan setiap siswa sesuai dengan
Contoh penerapan asas individualitas dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmnai adalah:
Guru mengelompokkan siswa dengan kemampuan kondisi fisiknya, dan jenis kelaminnya.
Guru memberikan tugas tambahan bagi siswa yang memiliki kemampuan yang menonjol dalam
bidang pelajaran yang dipelajari. Tentunya tugas-tugas itu berbeda m,utu dan kualitasnya serta
Guru memberikan pengarahan agar setiap tugas cepat diselesaikan, agar tugas-tugas baru dapat
dikerjakan lagi. Bagi siswa yang dapat menyelesaikan tugas yang baik akan mendapatkan
Guru mengadakan semacam pemusatan latihan bagi siswa yang masih rendah keterampilan dan
Asas Peragaan
Asas peragaan ini memungkinkan siswa lebih cepat memahami suatu konep gerak yang
diajarkan. Oleh karena siswa dapat melihat dan mengamati konsep gerak itu secara konkret atau
langsung. Bentuk pergaan dapat bersifat langsung, misalnya siswa dibawa untuk melihat suatu
pertandingan oleharaga tertentu yang sesuai dengan bahan pelajaran yang sedang diajarkan.
Jadi siswa dapat mengamati langsung konsep-konsep gerak dan teknis operasionalnya di
lapangan secara nyata, sehingga akan menjadi suatu pengalaman yang berharga bagi siswa yang
bersangkutan.
Selain peragaan secara langsung dapat juga melalui gambar, bagan foto, film, dan lainnya.
Contoh penerapan asas peragaan dalam proses belajar pendidikan jasmani adalah sebagai
berikut:
guru mengadakan demonstrasi pertandingan suatu cabang olahraga yang relevan dengan bahan
pelajaran yang sedang dipelajari. Siswa ditugaskan untuk mengamati dan mencatat segala
peristiwa pertandingan, mungkin dengan tugas-tugas kelompok serta aspek-aspek tugas yang
beragam sesuai dengan minat belajar siswa. Setiap kelompok menyajikan hasil pengamatannya
dan mendiskusikan dengan kelompok lainnya. Disini tampak bahwa asas didaktik yang ada
Guru menggunakan macam-macam alat peraga, seperti gambar pemain sepakbola yang sedang
menendang bola ke arah gawang, keseluruhan maupun gambar kaki yang sedang menendang itu
terlihat jelas.
Guru memperagakan konsep gerak yang benar sesuai dengan gambar yang ada, sesuai dengan
Guru menampilkan tayangan gambar lewat media yang disiapkan, sehingga seluruh proses gerak
Asas Apersepsi
dengan apa yang telah dikuasai siswa. Yang dimaksud dengan apersepsi adalah menyatukan dan
mengasimilasikan suatu pengamatan berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan
Untuk memahami sampai sejauh mana bahan pelajaran yang akan diajarkan sudah dimiliki atau
dikuasai siswa, guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan mengenai bahan pelajaran itu. Dari
jawabn-jawaban tersebut dapat diketahui sampai dimana taraf penguasaan mereka. Taraf
penguasaan siswa itulah yang akan dijadikan dasar untuk memulai bahan pelajaran yang baru.
Contoh penerapan asas apersepsi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dengan
pertama, ketika guru memulai pelajaran lebih dulu bertanya siapa diantara siswa yang dapat
memasukkan bola basket ke dalam ring. Selanjutnya guru menugaskan kepada siswa untuk
Guru mengamati cara-cara siswa mulai dari cara memegang bola, melempar ke sasaran, dan
bagaimana pantulan atau jalan bola setelah dilemparkan ke ring basket tersebut.
Dari hasil pengamatannya, guru itu dapat mengambil keputusan taraf keterampilan siswa dalam
memasukkan bola ke ring basket. Dari taraf itu pelajaran bola basket khsususnya memasukkan
Guru mengajar keterampilan memasukkan bola masket mulai dari geraka yang mudah meningkat
sampai gerakan yang sulit. Misalnya pengaturan jarak, penggunaan bola yang sesudai dengan
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli pendidikan ternyata asas ini dangat
bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar secara kuantitatif maupun dalam hal mutunya. Asas
ini dapat meningkatkan motivasi belajar menyadari kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri
peserta yang bekerja sama, dan masalah belajar dapat dipecahkan bersama oleh kemompok yang
terutama bila masing-masing anggota kelompok itu aktif memberikan sumbangan fikirannya
Keputusan kelompok identik dengan keputusan anggotanya dan ini mengandung arti bahwa
segala keputusan kelompok sudah disetujui dan diterima oleh para anggotanya. Apabila suatu
kelas menjadi suatu kelompok belajar yang utuh, dapat diharapkan bahwa hasil belajar kelas
Contoh penerapan asas sosialisasi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah:
guru menjelaskan bahwa pada hari libur yang akan datang, sekolah akan mengadakan
pertandingan antar kelas untuk mengisi kegiatan ektrakurikuler. Cabang-cabang yang akan
Guru mengarahkan agar siswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu, baik sebagai peserta
pertanidngan maupun sebagai penitian pertandingan. Dan partisipasi siswa akan mendapatkan
nilai tertentu.
Guru membimbing para siswa untuk membentuk kelompok-kelompok kerja dan merumuskan
bersama, program kerja yang akan mereka laksanakan. Kelompok kerja itu mendiskusikan
berbagai masalah menyangkut program kerja itu. Hasil kerja dilaporkan kepada guru. Guru
memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk bekerja secara mandiri, kecuali bila ternyata
ada masalah yang sulit dipecahkan oleh para siswa, baru guru memberikan bimbingannya.
penyelenggaraan, ijin orangtua, dan lainnya. Guru pun senantiasa memantau hasil kerja para
siswa.
pada kelompok untuk melaporkan segala persiapan yang telah mereka lakukan. Mengontrol
tugas-tugas setiap kelompok, hambatan yang dihadapi siswa, bila dianggap perlu guru
memberikan tanggapan atau saran tentang hal yang masih belum siap yang mungkin
masalah-masalah yang sulit dipecahkan oleh para siswa. Disamping itu guru memantau terus
segala tugas dan pelaksanaan pertandingan sehingga siswa yang melaksanakan pertandingan
merasa diperhatikan tentunya asa motivasi, aktivitas, lainnya terlibat semua dalam hal itu.
Setelah acara pertandingan selesai, setiap kelompok kerja melaporkan segala yang telah
diselesaikan. Guru memberikan kesan-kesan baik yang positif maupun yang negatif serta
memberikan nilai terhadap hasil kerja kelompok yang baik dapat dilihat dari kejelasan tujuan,
rencana dan masalah, setiap anggota memberikan kerja, adanya rasa tanggung jawab dari anggita
kepada kelompoknya, adanya pemimpin kelompok yang kreatif. Metode yang sering digunakan
Asas Pengulangan
terhadap bentuk keterampilan gerak yang diajarkan, agar bentuk keterampilan gerak itu dikuasai
Guru menugaskan kepada siswa agar melakukan setiap gerakan yang telah dipelajari, misalnya
siswa melakukan teknik pass bola voli sambil berpasangan sebanyak 10 kali atau lebih.
Asas Evaluasi
Asas evaluasi sangat penting dalam setiap proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Evaluasi
berguna untuk memperoleh gambaran tentang kemajuan hasil belajar siswa, untuk memperbaiki
dan menyempurnakan program pembelajaran, untuk mendorong siswa giat belajar, untuk acuan
perumusan tujuan.
Evaluasi sangat erat kaitannya dengan tujuan karena dengan evaluasi dapat diketahui apakah
PENUTUP
A. Kesimpulan
merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri. Secara global
mengajar bias dibedakan menjadi: 1) Mengajar menurut faham lama: Guru senantiasa
siswa sendiri hanya menerima/pasif. 2) Mengajar menurut faham baru: Guru sebagai
pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, materi, metode dan alat dengan
kompetensi penguasaan atas bahan, kompetensi dalam cara belajar mengajar. Aspek-
motivasi, sikap, teknik, dan mengenal dan mengusahakan terbentuknya pribadi yang
baik
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Badan Standar Nasional Pendidikan Standar Isi Menengah Atas/Madrasah
Dwiyogo,D, Wasis. 2007. Sistem Penyusunan Bahan Ajar. Malang: Wineka Media.
Dwiyogo,D, Wasis. 2007. Pengembangan Kurikulum Penjas & Olahraga. Malang: Wineka
Media.
Muhibbin Syah, 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan baru, Bandung, Remaja
RosdaKarya.(sumber : www.ut.ac.id)