Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASAS-ASAS DIDAKTIF PENJAS MI (Prinsip – Prinsip)

Dosen Pengampu: Nurkholidin, M.Pd.

DI SUSUN OLEH:

1. Kharisma Cahya Agoestin (1986232045)


2. M. Misbahul Amin (1986232072)
3. Susi Lestari (1986232061)

Mata Kuliah : Metodologi Pembelajaran Penjas MI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADARASAH IBTIDA’IYAH


YAYASAN SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) NURUL HUDA OKU TIMUR
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji semoga tetap terpanjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah
memberikan rahmat karunia-Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya .

kami menyadari bahwa makalah ini tentunya masih sangat jauh dari kesempurnan yang
semestinya. Karena pengetahuan kami yang sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat
berharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah-makalah yang lain.

Belitang, Maret 2021

Pe
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang
manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar
dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan
(aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai
pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga
menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip – prinsip dalam mengajar?
2. Bagaimana gaya – gaya dalam mengajar
3. Bagaimana asas –asas didaktik pendididkan jasmani?
C. Tujuan
Dalam menyelesaikan suhubungan dengan persoalan tersebut di atas dapat kita selesaiakn
dengan :
1. untuk mengetahui bagaimanakah prinsip –prinsip dalam megajar.
2. untuk mengetahui gaya –gaya dalam mengajar
3. untuk mengetahui bagaimana asas –asas didaktik pendididkan jasmani
BAB II
PEMBAHASAN

A. PRINSIP – PRINSIP DALAM MENGAJAR

1. Kompetensi guru

Pada prinsipnya guru harus memiliki tiga kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi

penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam cara belajar mengajar.

a. Kompetensi Kepribadian
Semua pendidik, seyogyanya guru mempunyai kepribadian yang harmonis atau keseimbanga

antar aspek jasmani, aspek jiwa dan aspek rohani yang lebih dalam aspek budi, yang

berhubungan dengan keyakinan dan falsafah hidupnya.

b. Kompetensi Penguasaan Atas Bahan

Seorang guru harus mengerti dengan baik materi yang akan diajarkan, baik pemahaman

detailnya maupun aplikasinya. Hal ini sangat diperlukan dalam menguraikan ilmu pengetahuan,

pemahaman, keterampilan-keterampilan dan apasaja yang harus ditampilkan pada anak didiknya

dalam bentuk komponen-komponen atau informasi-informasi yang sesungguhnya dalam bidang

ilmu yang bersangkutan.

c. Kompetensi Dalam Cara Belajar Mengajar

Guru juga sangat dituntut terampil dalam mengajar, yang secara global meliputi perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Ia harus mampu menyusun setiap program, mulai dari memilih

perlengkapan yang cocok, pembagian waktu yang tepat, metode mengajar yang sesuai, hingga

keseluruhan kegiatan tersusun dengan baik.

2. Aspek-aspek psikologi dalam mengajar

a. Mengarahkan dan membimbing belajar


Pendidik harus senantiasa harus menunjukkan kepada anak manusia yang masih muda ini

tentang kepantingannya dengan segala variasi dan perubahan-perubahan yang progresif, tujuan

mereka belajar harus digaris bawahi dengan tebal dan jelas, mereka diperlihatkan jalan dan arah

serta perlengkapan menuju tujuan yang sedang dikejar.

b. Motivasi

Guru harus mampu memberikan dorongan moral yang baik dlam proses pembelajaran.

c. Sikap

Pendidik-pendidik disekolah adalah manusia yang berkepribadian utuh dan baik, pendukung

nilai-nilai yang diajarkannya dengan cara menjadi nyata bagi anak didiknya.

d. Teknik

Teknik yang dipilih harus sesuai dengan materi yang sedang disampaikan dan keadaan siswanya

keciali pendekatan secara psikis.

e. Mengenal dan mengusahakan terbentuknya pribadi yang baik

Guru yang tajam pengamatannya akan segera mengetahui tingkat intelegensi anak didiknya,

ketajaman pikirannya, sikapnya, minatnya dan segala aspek kepribadiannya

B. GAYA – GAYA DALAM BELAJAR

Spektrum gaya mengajar dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa pembelajaran merupakan

interaksi antara guru dan murid dan pelaksanaan pembagian tanggung jawab. Metode yang ada

dalam spektrum gaya mengajar ada 11 yaitu:

- Gaya komando (the command style)

- Gaya latihan (the practice style)

- Gaya resiprokal (the reciprocal style)

- Gaya inklusi (the inclusion style) 

- Gaya uji mandiri (the self check style)


- Gaya penemuan terbimbing (guided discovery)

- Gaya penemuan tunggal (convergent discovery)

- Gaya penemuan beragam ( divergent production)

- Gaya program individu (individual program)

- Gaya inisiasi siswa (learner initiated)

- Gaya pengajaran mandiri (self teaching)

Dari 11 gaya mengajar Mosston tersebut ada 4 macam gaya mengajar yang sering digunakan dan

dapat dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Gaya tersebut adalah:

1. Gaya komando (The Command Style) 

Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua

tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya

dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun

pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala

perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat

antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang diberikan guru,

akan mengawali setiap gerakan peserta didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan

contoh dari guru.Gaya komando sangat sesuai untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik

dan teknik dasar. 

2. Gaya latihan atau penugasan (The Practice Style)

Pada awalnya guru menggunakan gaya komando, namun dalam tahap tertentu memberi tugas

kepada siswa dan dalam melaksanakan tugas tersebut siswa boleh mengambil keputusan sendiri.

Perubahan harus diadakan dengan cara pengalihan keputusan yang spesifik dari guru kepada

peserta didik/siswa dalam 9 (sembilan) kategori pelaksanaan, yang terdiri dari: (1) sikap (2)

lokasi (3) urutan tugas (4) waktu untuk mengawali tugas (5) irama dan kecepatan (6) waktu

untuk mengakhiri tugas (7) interval; (8) pakaian dan penampilan dan (9) inisiatif pertanyaan

sebagai klarifikasi. 
Guru berperan dalam membuat keputusan dalam perencanaan dan evaluasi. Guru bertindak

sebagai penyusun rencana dan mempresentasikan rencana tersebut kepada peserta didik/siswa.

Pada saat pelaksanaan, peserta didik/siswa mempunyai kesempatan untuk belajar

mengimplementasikan berdasarkan sembilan kategori tersebut dan guru tidak memberi komando

dalam aktivitas siswa. Sedangkan pada tahap evaluasi, guru melakukan observasi/pengamatan

terhadap kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik/siswa secara individu. Gaya latihan

sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar.

3. Gaya resiprokal (The Reciprocal Style)

Pada gaya resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu (dibagi

menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai pelaku, dan sebagai

observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok pelaku, sedangkan guru

sebagai fasilitator. Kelompok siswa yang bertindak sebagai observer mengamati

tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi

(pengamatan) yang telah disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan

dari kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh peserta

didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya mengevaluasi aktivitas temannya,

diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang benar, karena setiap siswa akan

berperan sebagai observer (pengamat), maka mereka akan berupaya untuk menguasai konsep

geraknya yang benar. Untuk pelaksanaan gaya resiprokal, siswa terlebih dahulu harus

mempelajari teknik dasar, dan gaya resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik

lanjutan.

4. Gaya inklusi (The Inclusion Style)

Pada gaya inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan, sedangkan

peserta didik/siswa menentukan pilihan terhadap kelompok kegiatan dalam pelaksanaan dan

evaluasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan rencana

kegiatan yang akan dilakukan, dan menetapkan pembagian level, atau kelompok kegiatan atas

dasar kemampuan peserta didik/siswa yang terkait dengan tingkat berat dan kesulitan aktivitas
yang akan dilakukan. Level 1 merupakan level yang paling mudah, level 2 lebih sulit dari pada

level 1, level 3 lebih sulit dari pada level 2 dan seterusnya. Disamping menetapkan pembuatan

level, guru juga menetapkan criteria kemampuan pada tiap levelnya. Selanjutnya siswa secara

bebas boleh memilih aktivitas pada level yang mereka anggap sesuai dengan kemampuannya

(siswa) sendiri.Dan siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan dirinya atas dasar

lembar kriteria kemampuan yang telah dibuat oleh guru dan mengambil keputusan untuk

berpindah level yang ada diatasnya (yang lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi, siswa

terlebih dahulu harus pernah melakukan pembelajaran teknik dasar.

C . ASAS – ASAS DIDAKTIK PENJAS

Pengertian Didaktik

Didaktik berasa dari bahasa Yunani, yaitu didasko asal kata didaskein atau pembelajaran yang

berarti perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan baru pada orang lain.

Didaktikus berarti pandai mengajar, sedangkan didaktika berarti gaya mengajar. Didaktika dapat

dibagi atas didaktik umum dan didaktik khusus.

Didaktik umum memberikan prinsip-prinsip yang umum yang berhubungan dengan penyajian

bahan pelajaran agar siswa dapat menguasai sesuatu bahan pelajaran. Prinsip-prinsip ini berlaku

bagi semua mata pelajaran . sebagai contoh tentang masalah minat, peragaan, motivasi, dan

sebagainya. Hal ini berlaku bagi semua mata pelajaran.

Sedangkan didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan mata pelajaran tertentu

dimana prinsip didaktik umum digunakan.

Sebagaimana diketahui bahwa setiap mata pelajaran memiliki ciri khasnya tersendiri yang

menjadikannya berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Beberapa ahli pendidikan sering

mengungkapkan prinsip-prinsip atau asas-asas cara menyampaikan pelajaran dan umumnya

mencakup asas motivasi, aktivitas, individualitas, peragaan, apersepsi, sosialiasasi (kerjasama),

pengulangan dan evaluasi.


Asas-Asas Didaktik Pendidikan Jasmani

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan. Perilaku itu terjadi karena ada dorongan-dorongan dari apa yang difikirkan, dipercayai,

dan dirasakan oleh pelaku belajar. Dorongan-dorongan inilah yang disebut motivasi. Dapat

dikatakan pula bahwa motivasi merupakan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

melakukan suatu perbuatan.

Dalam hubungannya dengan didaktik, seorang guru perlu memperhatikan siswa agar mau belajar

dengan penuh makna. Oleh karena itu, perlu diusahakan oleh guru untuk mempengaruhi

siswanya, sehingga dalam diri siswa timbul suatu alasan, suatu motif untuk belajar seperti apa

yang diharapkan oleh guru tersebut. Motivasi belajar selalu berhubungan dengan tujuan pelajaran

yang jelas dan penting untuk dilaksanakan karena akan memenuhi harapan, cita-cita dan

kebutuhannya. Oleh karena itu, agar siswa mau belajar tentang apa yang diajarkan, maka perlu

menghubungkan bahan pelajaran itu dengan kebutuhan minat siswa yang bersangkutan.

Usaha untuk membangkitkan motivasi belajar pada diri dapat ditempuh dengan berbagai cara

pendekatan, antara lainnya dengan memberi angka, hadiah, sering memberikan ulangan, pujian,

dan lainnya. Para siswa di sekolah merupakan suatu kelompok manusia yang mempunyai minat

dan kebutuhan yang kompleks dan beragam. Untuk menghadapi kondisi itu, maka perlu

mengenal karakteristik para siswanya, sehingga guru dapat mengembangkan suatu cara untuk

membangkitkan motivasi siswa untuk belajar sesuai dengan individu/siswa dan kelasnya.

Contoh penerapan asas motivasi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah

sebagai berikut:

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegunaan pelajaran, misalnya permainan bola voli bagi

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial para siswa.


Menjelaskan struktur bahan pelajaran, seperti misalnya prinsip-prinsip permainan bola voli,

teknik-teknik permainan bola voli, formasi dan kombinasi permainan bola voli serta

menunjukkan kedudukan bagian-bagian dari struktur yang akan dipelajari.

Mendemonstrasikan setiap konsep gerak yang menjadi bahan pelajaran, sehingga para siswa

tertarik untuk melakukannya. Sudah tentu cara mendemontrasikan konsep gerak itu harus benar

dan menarik seperti penggunaan gambar-gambar yang menarik yang akan membangkitkan rasa

ingin tahu siswa.

Mengadakan kegiatan latihan yang bervariasi, tidak monoton sehingga siswa tidak menjadi

bosan dalam mengikuti latihan.

Memuji setiap gerakan siswa yang benar dan memberi pengarahan yang sungguh-sungguh bila

terdapat kelemahan para siswa dalam melakukan gerakan.

Mengadakan kompetisi diantara para siswa dan perlu dijaga agar dalam kompetisi itu harus dapat

menimbulkan persaingan sehat dalam belajar.

Menggunakan hukuman dan ganjaran secara bijaksana, sehingga tindakan itu tidak berakibat

negatif terhadap proses belaja siswa.

Menilai keterampilan siswa secara wajar dan adil.

Menciptkan iklim latihan yang menyenangkan. Misalnya menampung dan menanggapi setiap

pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari siswa serta menghargai setiap pendapat yang diajukan

siswa dan memberi tugas-tugas kepada siswa baik yang pandai maupun belum sepenuhnya dapat

bermain bola voli.

Tentunya masih ada banyak lagi cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dan setiap

situasi pembelajaran akan berlainan cara pendekatannya.

Asas Aktivitas

Asas aktivitas adalah asas untuk mengaktifkan fisik dan psikis siswa yang sedang belajar. Asas

ini sangat penting dalam mengajar pendidikan jasmani. Tujuan yang diharapkan adalah untuk

menguasai keterampilan gerak melalui latihan atau perbuatan yang nyata secara berulang-ulang.

Sebagai contoh ketika siswa belajar melempar, maka ia harus aktif melakukan gerak lempar, dan
bukan dilakukan lewat penjelasan secara lisan. Yang lebih utama adalah dominasi pada konsep

berfikir yang berkaitan dengan bagaimana cara melempar. Lewat pelakuan secara langsung,

maka akan terbentuk kemampuan yang berkembang secara bertahap.

Contoh penerapan asas aktivitas dalam belajar pendidikan jasmani di persekolahan dengan

materi bola kaki dapat dilakukan seperti di bawah ini:

Sebelum memulai pelajaran, sebaiknya guru menanyakan lebih dulu siapa yang telah mengetahui

dan menguasai gerak menendang dengan menggunakan punggung kaki. Langkah berikutnya

adalah memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan secara rinci dan mendemonstrasikan

secara langsung di depan kelas.

Kemudian beri kesempatan pada siswa lainnya untuk menanggapi penjelasan dan demonstrasi

pas bawah bola voli dari rekan itu.

Mengadakan diskusi bagaimana melakukan pas bawah bola voli yang benar dan diakhiri dengan

demonstrasi atau peragaan tentang cara melakukan pass yang sebenarnya.

Selama penjelasan dan demonstrasi itu diusahakan agar seluruh siswa dapat endengarkan,

melihat, bertanya secara baik. Untuk itu perlu formasi-formasi terntentu dalam mengatur posisi

siswa.

Menugaskan bebagai kegiatan belajar pass bawah bola voli, sehiongga seluruh siswa

mendapatkan kesempatan yang sama.

Memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa yang pasif sehingga mereka timbul keinginan

untuk berbuat seperti rekan-rekannya yang aktif.

Menghindari kemungkinan cedera, sehingga para siswa aman dan terjamin keselamatannya.

Mengoreksi kelemahan dan gerakan pass bawah siswa secara benar, sehingga siswa merasakan

manfaat dari pembetulan tersebut.

Menyusun berbagai kegiatan yang menarik minat siswa, misalnya variasi gerakan yang

memungkinkan siswa senantiasa aktif bergerak.

Menghubungkan bahan pelajaran dan alat-alat yang sesuai dengan kemampuan siswa.
Dari uraian tersebut diatas, maka metode yang tepat untuk menerapkan asas aktifitas adalah

metode diskusi, tanya jawab, tugas, dan metode praktek. Selain itu tidak tertutup kemungkinan

untuk menerapkan metode diskoversi atau metode penemuan masalah.

Asas Individualitas

Kelas atau sekolah merupakan tempat berkumpulnya siswa yang mempunyai latar belakang

kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang berbeda-beda. Dengan ada keragaman

latar belakang siswa itu, maka dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani perlu

menerapkan asas individualitas. Artinya guru dalam menyampaikan bahan pelajaran pendidikan

jasmani sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan individu siswa.

Hal ini memungkinkan setiap individu/siswa maju menurut kemampuannya masing-masing.

Dalam pembelajaran klasikal tentunya sulit untuk menerapkan asas ini, karena adanya

keterbatasan waktu, baiya, tenaga, alat dan lainnya. Namun demikian sebagai guru harus

berusaha seoptimal mungkin untuk mengembangkan kemampuan setiap siswa sesuai dengan

potensi-potensi dan kecepatan masing-masing siswa.

Contoh penerapan asas individualitas dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmnai adalah:

Guru mengelompokkan siswa dengan kemampuan kondisi fisiknya, dan jenis kelaminnya.

Selanjutnya memberikan tugas-tugas kelompok berdasarkan karakteristik kelompoknya.

Guru memberikan tugas tambahan bagi siswa yang memiliki kemampuan yang menonjol dalam

bidang pelajaran yang dipelajari. Tentunya tugas-tugas itu berbeda m,utu dan kualitasnya serta

tidak bersifat hafalan.

Guru memberikan pengarahan agar setiap tugas cepat diselesaikan, agar tugas-tugas baru dapat

dikerjakan lagi. Bagi siswa yang dapat menyelesaikan tugas yang baik akan mendapatkan

penghargaan dalam bentuk nilai tertentu.

Guru mengadakan semacam pemusatan latihan bagi siswa yang masih rendah keterampilan dan

geraknya, sehingga mereka dapat mengejar ketertinggalannya.

Asas Peragaan
Asas peragaan ini memungkinkan siswa lebih cepat memahami suatu konep gerak yang

diajarkan. Oleh karena siswa dapat melihat dan mengamati konsep gerak itu secara konkret atau

langsung. Bentuk pergaan dapat bersifat langsung, misalnya siswa dibawa untuk melihat suatu

pertandingan oleharaga tertentu yang sesuai dengan bahan pelajaran yang sedang diajarkan.

Jadi siswa dapat mengamati langsung konsep-konsep gerak dan teknis operasionalnya di

lapangan secara nyata, sehingga akan menjadi suatu pengalaman yang berharga bagi siswa yang

bersangkutan.

Selain peragaan secara langsung dapat juga melalui gambar, bagan foto, film, dan lainnya.

Contoh penerapan asas peragaan dalam proses belajar pendidikan jasmani adalah sebagai

berikut:

guru mengadakan demonstrasi pertandingan suatu cabang olahraga yang relevan dengan bahan

pelajaran yang sedang dipelajari. Siswa ditugaskan untuk mengamati dan mencatat segala

peristiwa pertandingan, mungkin dengan tugas-tugas kelompok serta aspek-aspek tugas yang

beragam sesuai dengan minat belajar siswa. Setiap kelompok menyajikan hasil pengamatannya

dan mendiskusikan dengan kelompok lainnya. Disini tampak bahwa asas didaktik yang ada

memang saling berkaitan dengan penerapannya.

Guru menggunakan macam-macam alat peraga, seperti gambar pemain sepakbola yang sedang

menendang bola ke arah gawang, keseluruhan maupun gambar kaki yang sedang menendang itu

terlihat jelas.

Guru memperagakan konsep gerak yang benar sesuai dengan gambar yang ada, sesuai dengan

materi ajar yang sedang dipelajari.

Guru menampilkan tayangan gambar lewat media yang disiapkan, sehingga seluruh proses gerak

menendang dapat terlihat baik secara lambat maupun sempurna.

Asas Apersepsi

Asas apersepsi berhubungan dengan cara menyampaikan pelajaran, yaitu menghubungkan

dengan apa yang telah dikuasai siswa. Yang dimaksud dengan apersepsi adalah menyatukan dan
mengasimilasikan suatu pengamatan berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan

demikian dapat memahami dan dapat menafsirkannya.

Untuk memahami sampai sejauh mana bahan pelajaran yang akan diajarkan sudah dimiliki atau

dikuasai siswa, guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan mengenai bahan pelajaran itu. Dari

jawabn-jawaban tersebut dapat diketahui sampai dimana taraf penguasaan mereka. Taraf

penguasaan siswa itulah yang akan dijadikan dasar untuk memulai bahan pelajaran yang baru.

Contoh penerapan asas apersepsi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dengan

materi berguling ke depan (senam lantai) adalah sebagai berikut:

pertama, ketika guru memulai pelajaran lebih dulu bertanya siapa diantara siswa yang dapat

memasukkan bola basket ke dalam ring. Selanjutnya guru menugaskan kepada siswa untuk

memasukkan bola ke ring basket dari jarak tertentu.

Guru mengamati cara-cara siswa mulai dari cara memegang bola, melempar ke sasaran, dan

bagaimana pantulan atau jalan bola setelah dilemparkan ke ring basket tersebut.

Dari hasil pengamatannya, guru itu dapat mengambil keputusan taraf keterampilan siswa dalam

memasukkan bola ke ring basket. Dari taraf itu pelajaran bola basket khsususnya memasukkan

bola ke dalam ring basket dimulai.

Guru mengajar keterampilan memasukkan bola masket mulai dari geraka yang mudah meningkat

sampai gerakan yang sulit. Misalnya pengaturan jarak, penggunaan bola yang sesudai dengan

kemampuan siswa dan lainnya.

Asas Sosialisasi dan Kerjasama

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli pendidikan ternyata asas ini dangat

bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar secara kuantitatif maupun dalam hal mutunya. Asas

ini dapat meningkatkan motivasi belajar menyadari kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri

peserta yang bekerja sama, dan masalah belajar dapat dipecahkan bersama oleh kemompok yang

bekerja sama dalam proses belajarnya.


Disamping itu hubungan interpersonal di lingkungan anggota kelompok akan terjalin secara baik,

terutama bila masing-masing anggota kelompok itu aktif memberikan sumbangan fikirannya

untuk memecahkan secara bersama-sama masalah yang dihadapi kelompok tersebut.

Keputusan kelompok identik dengan keputusan anggotanya dan ini mengandung arti bahwa

segala keputusan kelompok sudah disetujui dan diterima oleh para anggotanya. Apabila suatu

kelas menjadi suatu kelompok belajar yang utuh, dapat diharapkan bahwa hasil belajar kelas

tersebut mutunya baik.

Contoh penerapan asas sosialisasi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah:

guru menjelaskan bahwa pada hari libur yang akan datang, sekolah akan mengadakan

pertandingan antar kelas untuk mengisi kegiatan ektrakurikuler. Cabang-cabang yang akan

dipertandingkan adalah bola voli, senam dan kesegaran jasmani.

Guru mengarahkan agar siswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu, baik sebagai peserta

pertanidngan maupun sebagai penitian pertandingan. Dan partisipasi siswa akan mendapatkan

nilai tertentu.

Guru membimbing para siswa untuk membentuk kelompok-kelompok kerja dan merumuskan

bersama, program kerja yang akan mereka laksanakan. Kelompok kerja itu mendiskusikan

berbagai masalah menyangkut program kerja itu. Hasil kerja dilaporkan kepada guru. Guru

memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk bekerja secara mandiri, kecuali bila ternyata

ada masalah yang sulit dipecahkan oleh para siswa, baru guru memberikan bimbingannya.

Guru memberikan kemudahan-kemudahan, khususnya yang menyangkut dengan fasilitas, biaya

penyelenggaraan, ijin orangtua, dan lainnya. Guru pun senantiasa memantau hasil kerja para

siswa.

Sebelum pelaksanaan pertandingan, guru mengumpulkan siswa untuk memberikan kesempatan

pada kelompok untuk melaporkan segala persiapan yang telah mereka lakukan. Mengontrol

tugas-tugas setiap kelompok, hambatan yang dihadapi siswa, bila dianggap perlu guru

memberikan tanggapan atau saran tentang hal yang masih belum siap yang mungkin

mengacaukan pelaksanaan pertandingan.


Selama pertandingan berlangsung guru dan siswa selalu berinteraksi, terutama bila terjadi

masalah-masalah yang sulit dipecahkan oleh para siswa. Disamping itu guru memantau terus

segala tugas dan pelaksanaan pertandingan sehingga siswa yang melaksanakan pertandingan

merasa diperhatikan tentunya asa motivasi, aktivitas, lainnya terlibat semua dalam hal itu.

Setelah acara pertandingan selesai, setiap kelompok kerja melaporkan segala yang telah

diselesaikan. Guru memberikan kesan-kesan baik yang positif maupun yang negatif serta

memberikan nilai terhadap hasil kerja kelompok yang baik dapat dilihat dari kejelasan tujuan,

rencana dan masalah, setiap anggota memberikan kerja, adanya rasa tanggung jawab dari anggita

kepada kelompoknya, adanya pemimpin kelompok yang kreatif. Metode yang sering digunakan

dalam menerapkan asas ini adalah metode pemecahan masalah.

Asas Pengulangan

Dalam mengajarkan keterampilan gerak, guru hendaknya sering mengadakan pengulangan

terhadap bentuk keterampilan gerak yang diajarkan, agar bentuk keterampilan gerak itu dikuasai

dan dimiliki secara menetap dalam diri siswa.

Contoh penerapan asas pengulangan dalam proses pendidikan jasmani adalah:

Guru menugaskan kepada siswa agar melakukan setiap gerakan yang telah dipelajari, misalnya

siswa melakukan teknik pass bola voli sambil berpasangan sebanyak 10 kali atau lebih.

Guru mengulang pelajaran-pelajaran yang terdahulu secara berkala, misalnya mengadakan

ulangan setelah 4 teknik gerak diajarkan kepada siswa.

Asas Evaluasi

Asas evaluasi sangat penting dalam setiap proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Evaluasi

berguna untuk memperoleh gambaran tentang kemajuan hasil belajar siswa, untuk memperbaiki

dan menyempurnakan program pembelajaran, untuk mendorong siswa giat belajar, untuk acuan

perumusan tujuan.

Evaluasi sangat erat kaitannya dengan tujuan karena dengan evaluasi dapat diketahui apakah

tujuan itu dapat atau telah tercapai oleh siswa.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengajar adalah suatu proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajaran

merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri. Secara global

mengajar bias dibedakan menjadi: 1) Mengajar menurut faham lama: Guru senantiasa

aktif menyampaikan dan memompakan informasi/fakta-fakta agar dikuasai siswa,

siswa sendiri hanya menerima/pasif. 2) Mengajar menurut faham baru: Guru sebagai

pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, materi, metode dan alat dengan

siswa, siswa harus aktif. 

Prinsip-prinsip Mengajar: kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,

kompetensi penguasaan atas bahan, kompetensi dalam cara belajar mengajar. Aspek-

aspek psikologi dalam mengajar meliputi mengarahkan dan membimbing belajar,

motivasi, sikap, teknik, dan mengenal dan mengusahakan terbentuknya pribadi yang

baik
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Badan Standar Nasional Pendidikan Standar Isi Menengah Atas/Madrasah

Aliyah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dwiyogo,D, Wasis. 2007. Sistem Penyusunan Bahan Ajar. Malang: Wineka Media.

Dwiyogo,D, Wasis. 2007. Pengembangan Kurikulum Penjas & Olahraga. Malang: Wineka

Media.

Muhibbin Syah, 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan baru, Bandung, Remaja

RosdaKarya.(sumber : www.ut.ac.id) 

Mustaqim. . Psikologi Pendidikan. Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai