Anda di halaman 1dari 13

TERMOGULASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Fisiologi


Hewan

Dosen Pengampu: Roni Afriadi, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok IV

Apradina Marwani (0310212079)


Meliya Salsabilla (0310212050)
Nadia Bela Amanda (0310211016)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS


ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“TERMOGULASI” tepat pada waktunya. Serta tidak lupa pula sholawat berangkaikan
salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan
kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Roni
Afriadi, M.Pd selaku dosen mata kuliah Fisiologi Hewan. Selain itu, makalah ini juga
ditujukan untuk khayalak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi
yang semoga bermanfaat.
Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan maksimal yang saya miliki.
Namun, saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu saya sebagai penyusun
makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak terutama
dosen pembimbing yang membaca makalah ini yang saya harapkan agar dapat memberi
koreksi pada saya. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat diterima dengan
baik dan dapat bermanfaat terhadap para pembaca.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Medan, Mei 2023

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I ....................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................ 2

BAB II ...................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3

A. Pengertian Termogulasi ................................................................................................. 3

B. Klasifikasi dan Pengaturan Suhu ................................................................................... 4

C. Termogulasi Hewan Endoterm ...................................................................................... 5

D. Termogulasi Pada Beberapa Hewan ............................................................................. 6

BAB III .................................................................................................................................... 9

PENUTUP ............................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seringkali tanpa disadari kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari proses
biologi. Contohnya saja saat kedinginan tubuh akan menggigil dan memakai pakaian
hangat untuk memperoleh dan ketika kepanasan menggunakan kipas angin untuk
menghilangkan panas dalam tubuh. Manusia termasuk dalam kelompok homeotermis
atau makhluk hidup berdarah panas yang senantiasa mempertahankan suhu internal
tubuh dalam batas relatif konstan meskipun suhu lingkungan berubah-ubah. Selain
manusia, mamalia dan aves umumnya hewan yang hidup di darat bersifat homeoterms
sedangkan amphibia dan reptilia yang kebanyakan hidup di air bersifat poikiloterms.
Di dalam tubuh, panas diproduksi secara terus menerus akibat adanya aktivitas
metabolisme. Ketika penggunaan energi meningkat karena aktivitas fisik maka terjadi
penambahan panas. Dengan demikian, perubahan yang sangat besar dari suhu
lingkungan sangat mempengaruhi suhu tubuh yang pada akhirnya, akan
mempengaruhi sistem kerja enzim yang bekerja pada suhu dengan kisaran yang relatif
sempit. Agar suhu tubuh tetap relatif konstan, maka harus ada mekanisme untuk
menjaga suhu tubuh dalam batas-batas yang masih dapat diterima tanpa
memperhatikan kondisi lingkungan. Proses yang dikenal dengan termoregulasi.
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Termoregulasi bekerja untuk menyeimbangkan
perolehan panas dengan pelepasan panas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah yang diajukan pada
Makalah ini sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Termogulasi?
2. Apa saja klasifikasi dan pengaturan suhu dalam termogulasi?
3. Bagaimana cara termogulasi hewan endoterm?
4. Bagaimana cara termogulasi pada beberapa kelomppok hewan?

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari termogulasi
2. Untuk mengetahui klasifiikasi dan pengaturan suhu
3. Untuk mengetahui cara termoggulasi endoterm
4. Untuk mengetahui cara termogulasi pada beberapa hewan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Termogulasi
Termoregulasi merupakan proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur
suhu tubuhnya agar tetap konstan, paling tidak, supaya suhu tubuhnya tidak
mengalami perubahan yang terlalu besar. Persoalannya. tidak semua hewan mampu
mempertahankan suhu tubuh yang konstan Hewan yang mampu mempertahankan
suhu tubuhnya dinamakan homeoterm, sedangkan yang tidak mampu
mempertahankan suhu tubuh disebut poikiloterm. Pada bab ini, Anda dapat
mempelajari mekanisme termoregulasi yang dilakukan oleh hewan, baik homeoterm
maupun poikiloterm. Mekanisme termoregulasi yang dilakukan hewan adalah dengan
mengatur keseimbangan antara perolehan dan kehilangan/ pelepasan panas.
Habitat atau tempat hidup hewan terbagi tiga yaitu akuatis, terestrial, dan
aerial. Hewan yang hidup di habitat terestrial memiliki masalah yang akut terhadap
temperatur, karena adanya radiasi panas matahari yang dapat mencapai lebih dari
batas letal. Udara memiliki panas spesifik dan dapat mengalami peningkatan atau
kehilangan panas secara cepat. Setelah matahari terbenam, panas akan menurun
karena panas dari lingkungan hilang sehingga mungkin mencapai batas temperatur
rendah yang bersifat letal. Di gurun, suhu akan melebihi batas toleransi biologis dan
pasir akan mencapai suhu 70oC, sedangkan suhu udara berkisar 50oC. Di daerah
tropis dan subtropis, suhu dapat mencapai di bawah titik beku (-65oC sampai -50oC).
Hewan aerial seperti burung memiliki suatu batas toleransi termal yang lebih tinggi
(35-42oC) berkenaan dengan laju metabolismenya. Berdasarkan akutnya efek
temperatur pada hewan teresterial, maka diperlukan suatu sistem untuk mengatasi
masalah tersebut, yaitu termoregulasi. Termoregulasi adalah kemampuan hewan
untuk meregulasi atau mempertahankan temperatur tubuhnya. Termoregulasi berperan
sangat vital dalam menjaga homeostasis tubuh agar enzim, hormon dan lainnya
bekerja sebagaimana mestinya sehingga fisiologi berjalan normal.
Hewan yang tinggal di habitat akuatis tidak mengalami masalah dengan efek
termal akut seperti yang dialami oleh hewan terestrial. Air memiliki panas yang
spesifik dan dapat mengalami penurunan atau peningkatan secara lamban, sehingga
hanya memiliki efek yang kecil terhadap perubahan temperatur. Air memiliki
konduktivitas panas yang rendah dan akan mengalami pemanasan secara perlahan.

3
Oleh sebab itu, hewan akuatis menjaga suhu tubuhnya mendekati suhu lingkungan.

Gambar 1.1. Kisaran temperatur dari berbagai hewan


B. Klasifikasi Dan Pengaturan Suhu
Tidak ada cara yang sederhana yang dapat digunakan dalam
mengklasifikasikan hewan atas dasar respons terhadap suhu luar tubuhnya. Burung
dan mamalia mampu mempertahankan suhu tubuh di atas suhu habitat hidup mereka,
kelompok ini secara awam sering dikatakan sebagai 'hewan berdarah panas'.
Bagaimanapun juga penamaan ini tidak akurat dan dapat menimbulkan salah arti.
'Hewan berdarah dingin' tidak harus dingin dibandingkan dengan suhu tubuh
mamalia. Ikan tropis atau kadal hidup di gurun atau seekor serangga yang sedang
berjemur memiliki suhu tubuh yang dapat lebih tinggi daripada suhu tubuh mamalia.
Nyatanya mereka digolongkan sebagai hewan berdarah dingin. Lagi pula, beberapa
hewan mamalia dan burung mengalami periode torpor atau hibernasi, pada saat itu
suhu tubuh mereka dapat turun hingga mendekati titik beku air tanpa membahayakan
dirinya. Pada keadaan demikian rasanya janggal bila dikatakan mereka itu sebagai
hewan berdarah panas.
Penamaan lain terkait dengan keadaan di atas, yaitu homeoterm untuk hewan
berdarah panas dan poikiloterm untuk hewan berdarah dingin, sering pula dinyatakan
kurang tepat. Pengertian kata poikiloterm (Yunani: poikilo = dapat berubah) mengacu
pada keadaan suhu tubuh hewan kelompok tertentu yang berfluktuasi seirama dengan
lingkungannya. Suhu tubuh seekor ikan menyamai suhu air tempat hidupnya, sedang
suhu tubuh cacing tanah menyamai suhu tanah tempat jelajahnya. Bagaimanapun ikan

4
laut dalam, selama hidupnya berada di dalam air dengan suhu yang tidak berfluktuasi,
merupakan hewan yang memiliki suhu tubuh konstan. Jadi, apakah ikan ini dapat
digolongkan sebagai hewan homeoterm? Namun, telah disepakati bahwa hewan yang
tergolong homeoterm adalah burung dan mamalia. Kelompok hewan ini memiliki
suhu tubuh yang berfluktuasi beberapa derajat. Meskipun demikian, hewan tertentu
biasa melakukan hibernasi ('tidur' di musim dingin); suhu tubuh dapat turun hingga
mendekati 0°C. Manusia tidak mampu melakukan hal ini. Hewan homeoterm (burung
dan mamalia) tersebut biasanya akan mempertahankan suhu tubuh yang tinggi dan
tetap aktif pada suhu luar yang dingin maupun hangat. Sebaliknya, aktivitas hewan oii
kilo term menjadi berkurang pas suhu yang menurun.
Terdapat perbedaan antara kadal dengan burung dan mamalia dalam hal
kemampuan memproduksi panas metabolisme untuk mempertahankan suhu tubuh
sehingga kadal termasuk hewan ektoterm sedangkan burung dan mamalia dikatakan
endoterm. Namun, terdapat pula kekecualian pada mamalia tertentu; pada siang hari
di musim panas berlaku sebagai hewan 'berdarah panas', tatkala tidur di musim dingin
(salju) berada dalam keadaan hibernasi, berlaku sebagai hewan 'berdarah dingin'.
Hewan ektoterm adalah hewan yang bergantung pada sumber panas dari luar,
terutama radiasi matahari. Sedangkan endoterm adalah hewan yang mampu
mempertahankan suhu tubuh yang tinggi dengan produksi panas dari dalam. Hewan
endoterm dapat mempertahankan suhu tubuhnya lebih tinggi dari pada suhu
sekelilingnya pada musim dingin. Dalam keadaan istirahat laju metabolisme hewan
endoterm lima kali lebih besar daripada hewan ektoterm yang berukuran sama dan
pada suhu yang sama pula. Laju metabolisme kelompok ektoterm termasuk rendah.

C. Termogulasi Hewan Endoterm


Endoterm merupakan hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh,
sebagai hasil dari proses metabolisme sel tubuh. Suhu tubuh hewan endoterm
dipertahankan agar tetap konstan, walaupun suhu lingkung annya selalu berubah.
Hewan endoterm meliputi burung dan mamalia, sedangkan hewan lainnya
digolongkan sebagai ektoterm. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa ikan tuna
juga dapat mempertahankan suhu tubuhnya pada tingkat tertentu. Ikan tuna mampu
mempertahankan suhu yang tetap pada beberapa bagian tubuhnya, dan suhu tersebut
ber- beda secara nyata dengan suhu lingkungan luarnya. Memperhatikan uraian di
atas, burung dan mamalia dapat dinya- takan sebagai hewan endoterm sejati. Pada

5
hewan endoterm dapat kita temukan adanya variasi suhu tubuh yang cukup besar.
Sebagai contoh, platipus (mamalia monotremata, Ornithorhynchus) memiliki suhu
tubuh se- kitar 30° C, sedangkan suhu tubuh burung pelatuk dapat mencapai 42° C.
Cara mempertahankan suhu tubuh pada hewan ini pada dasarnya dilaku- kan dengan
menyeimbangkan pembentukan dan pelepasan panas. Apa- bila suhu tubuh terlalu
tinggi, hewan akan melepaskan kelebihan panas tubuh, dan apabila suhu terlalu
rendah, hewan akan meningkatkannya.
Produksi panas pada hewan endoterm terjadi melalui mekanisme sebagai
berikut:
1. Meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka (harus ada kontraksi otot,
antara lain dengan cara menggigil). Menggigil (shivering) merupakan gerakan yang
tidak teratur dan tidak mem- punyai tujuan pergerakan tertentu. Kontraksi otot dapat
terjadi se- cara sadar (misalnya dengan menggerakkan kaki/tangan) atau tanpa sadar
(dengan menggigil, misalnya saat dingin).
2. Mekanisme pembentukan panas yang bukan berasal dari proses menggigil.
a. Memetabolisme jaringan lemak cokelat.
b. Meningkatkan ekskresi hormon.
c. Menyerap radiasi panas matahari.
d. Menegakkan rambut atau bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat
diperkecil.
e. Mengurangi aliran darah je organ perifer dengan menyempitkan pembuluh darah.

D. Termoregulasi pada Beberapa Kelompok Hewan


1. Pentingnya Suhu Tubuh yang Stabil bagi Hewan

Suhu tubuh pada kebanyakan hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Ada
hewan yang dapat bertahan hidup pada suhu -2 °C, sementara hewan lainnya dapat
hidup pada suhu 50 °C, misalnya hewan yang hidup di gurun, bahkan ada hewan yang
dapat bertahan pada suhu yang lebih ekstrem lagi, contohnya beberapa cacing
Polychaeta yang hidup di palung laut dalam, pada suhu lebih dari 80 °C. Meskipun
demikian, untuk hidup secara normal, sebagian besar hewan memilih kisaran suhu
yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut. Sekalipun suhu tubuh kebanyakan
hewan dipengaruhi oleh lingkungan luarnya, kenyataan menunjukkan bahwa burung
dan mamalia dapat mengatur suhu tubuh mereka, bahkan mempertahankannya agar
tetap konstan, meskipun suhu lingkungan cksternal berubah-ubah.

6
Suhu tubuh yang konstan (tidak banyak berubah) sangat dibutuh- kan oleh
hewan karena beberapa alasan. Pertama, perubahan suhu dapat memengaruhi
konformasi protein dan aktivitas enzim. Apabila aktivitas enzim terganggu, reaksi
dalam sel pun akan terganggu. Dengan demikian, perubahan suhu dalam tubuh hewan
akan memengaruhi kecepatan reaksi metabolisme dalam sel. Kedua, perubahan suhu
tubuh berpengaruh terhadap energi kinetik yang dimiliki oleh setiap molekul zat
sehingga peningkatan suhu tubuh akan memberi peluang yang lebih besar kepada
berbagai partikel zat untuk saling bertumbukan. Hal ini mendorong terjadinya
berbagai reaksi penting dan mungkin meningkatkan kecepatannya. Jadi, peningkatan
suhu tubuh hewan dapat meningkatkan laju reaksi dalam sel.
Pengukuran peningkatan laju reaksi secara kuantitatif dapat dilakukan dengan
mengukur nilai Q Q ialah peningkatan laju reaksi/proses fisiologis yang terjadi untuk
setiap kenaikan suhu sebesar 10 °C. Q, meru- pakan perbandingan antara laju reaksi
(k) yang terjadi pada suhu (X + 10) C dan laju reaksi (k) pada suhu X °C. Pernyataan
ini dapat digambarkan dengan rumus berikut.
2. Poikiloterm dan Homeoterm

Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat


diklasifikasikan menjadi dua, yaitu poikiloterm dan homeoterm. Hewan poikiloterm
merupakan hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya
suhu lingkungan, sedangkan hewan homeoterm merupakan hewan yang suhu
tubuhnya selalu konstan/ tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat berubah.
Menurut konsep kuno, poikiloterm sama dengan hewan berdarah dingin,
sedangkan homeoterm sama dengan hewan berdarah panas. Namun, lebih baik kita
tidak lagi menggunakan istilah tersebut karena tidak tepat dan sering kali
menimbulkan kebingungan. Sebagai contoh, kadal dan mamalia yang hidup di gurun.
Kadal adalah hewan poikiloterm. sementara mamalia adalah hewan homeoterm. Suhu
tubuh hewan poikiloterm biasanya lebih rendah daripada suhu tubuh hewan
homeoterm Akan tetapi, pada saat tertentu ketika suhu lingkungan di gurun mencapai
50 °C, suhu tubuh kadal dapat menjadi lebih tinggi (misalnya 42 °C) daripada suhu
tubuh mamalia gurun, yang suhunya tetap sekitar 37 °C atau 38 °C. Dalam contoh
tersebut, sangat jelas bahwa penggunaan istilah hewan berdarah dingin dan panas
sama sekali tidak tepat. Coba kita renungkan, betapa membingungkan apabila kadal
dengan suhu tubuh 42 C dikatakan sebagai hewan berdarah dingin, sementara

7
mamalia yang suhu tubuhnya 37 °C atau 38 °C dikatakan sebagai hewan berdarah
panas. Oleh karena itu, lebih baik kita menggunakan istilah poikiloterm bagi "hewan
berdarah dingin" dan homeoterm bagi "hewan berdarah panas".
Hewan poikiloterm juga dapat disebut sebagai ektoterm karena suhu tubuhnya
ditentukan oleh suhu lingkungan eksternalnya, sementara homeoterm dapat disebut
endoterm karena suhu tubuhnya diatur oleh produksi panas yang terjadi dalam tubuh.
Sekalipun demikian, kita dapat menemukan adanya beberapa perkecualian, misalnya
pada insekta. Sebenarnya, insekta dikelompokkan sebagai hewan ektoterm, tetapi
ternyata ada beberapa insekta, misalnya lalat, yang dapat menghasilkan tambahan
panas tubuh dengan melakukan kontraksi otot. Dengan alasan itu, lalat dikatakan
bersifat endotermik sebagian.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Termoregulasi merupakan proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu
tubuhnya agar tetap konstan, paling tidak, supaya suhu tubuhnya tidak mengalami
perubahan yang terlalu besar. Persoalannya. tidak semua hewan mampu
mempertahankan suhu tubuh yang konstan Hewan yang mampu mempertahankan
suhu tubuhnya dinamakan homeoterm, sedangkan yang tidak mampu
mempertahankan suhu tubuh disebut poikiloterm.
Hewan ektoterm adalah hewan yang bergantung pada sumber panas dari luar,
terutama radiasi matahari. Sedangkan endoterm adalah hewan yang mampu
mempertahankan suhu tubuh yang tinggi dengan produksi panas dari dalam. Hewan
endoterm dapat mempertahankan suhu tubuhnya lebih tinggi dari pada suhu
sekelilingnya pada musim dingin.

9
DAFTAR PUSTAKA
Akin, J. A. (2011). Homeostatic Processes for Thermoregulation. Nature Education Knowledge,

3(10), 7.

Delfita R. 2019. Fisiologi Hewan Komparatif. Jakarta: Prenadamedia Group.

Goenarso, D & Suripto. (2019). Fisiologi Hewan. Tangerang: Universitas Terbuka.

Karya putra, 2012. fisiologi hewan : Thermoregulasi. Bali: Udayana Universitas Press.

Wiwi Isnaeni, 2019. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: PT. Kanisius.

10

Anda mungkin juga menyukai