Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TERMOREGULASI

DISUSUSUN OLEH :
NAMA: NETA SUSYANTI
NIM : PO7124322007

MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita

DOSEN PENGAMPU :
UMI DAIMAH, S.SiT,M.Kes

TINGKAT II A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan
makalah Termoregulasi.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Termoregulasi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat.

Semoga makalah ini dapat dipaham bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan.

Muara Enim, Desember 2023

Penulis,

PAGE \* MERGEFORMAT iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
..........................................................................................................................
Error: Reference source not found

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................ 1

1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................3

1.3 TUJUAN................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4

2.1 Pengertian Termoregulasi........................................................................5

2.2 Ketidak Efektifan Termoregulasi............................................................5

2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Termoregulasi........................7

2.4 Mekanisme Hilangannya Panas pad BBL............................................... 9

2.5 Etiologi Terjadinnya Hipoterni................................................................11

2.6 Akibat yang di timbunlkan Oleh Hipotermi............................................12

2.7 Cara Mencegah Hipotermi.......................................................................13

2.8 Fungsi Termoregulasi..............................................................................14

2.9 Mekanisme...............................................................................................14

2.10 Peningkatan Suhu Tubuh.......................................................................15

PAGE \* MERGEFORMAT iv
BAB III PENUTUP.........................................................................................17

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................17

3.2 SARAN...................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

PAGE \* MERGEFORMAT iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu inti fisiologis tubuh


dengan menyeimbangkan produksi panas dengan kehilangan
panas. Individu yang sehat akan memiliki suhu inti tubuh 37 +/- 0,5°C (98,6
+/- 0,9°F), kisaran suhu yang diperlukan agar proses metabolisme tubuh
berfungsi dengan benar.

Termostat tubuh manusia adalah pusat termoregulasi hipotalamus,


yang lebih spesifiknya terletak di area preoptik hipotalamus. Pusat ini
menetapkan titik setel tubuh dan mengatur homeostatis suhu. Hipotalamus
berisi sensor suhu, yang menerima informasi melalui sel saraf yang disebut
termoreseptor. Tubuh memiliki termoreseptor perifer dan
sentral. Termoreseptor perifer terletak di kulit dan merasakan suhu
permukaan, sedangkan termoreseptor sentral ditemukan di organ dalam,
sumsum tulang belakang, dan hipotalamus dan merasakan suhu inti. Variasi
suhu tubuh mengaktifkan termoreseptor ini, yang menginformasikan area
preoptik hipotalamus. Area ini kemudian mengaktifkan mekanisme
pengaturan panas untuk menaikkan atau menurunkan suhu tubuh dan
mengembalikannya ke suhu semula.

Termoregulasi merupakan salah satu hal yang penting dalam


homeostatis. Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme
homeostatis yang mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang
dicapai dengan mempertahankan keseimbangan antara panas yang
dihasilkan dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan (Brooker, 2018).
Manusia adalah makhluk endotermik dimana suhu tubuhnya relatif konstan
terhadap perubahan suhu disekitarnya. Sistem termoregulasi diatur fisiologis
yang terintregasi dari respon sistem efferent dan sentral. Reseptor sensitif

PAGE \* MERGEFORMAT iv
suhu terdapat pada kulit dan membran mukosa yang selanjutnya akan
berintregasi menuju spinal cord dan berakhir di hipotalamus anterior yang
merupakan pusat control sistem termoregulasi (Fauzi, 2018).

Anestesi spinal merupakan salah satu cara untuk menghilangkan


sensasi motorik dengan jalan memasukkan obat anestesi ke ruang
subarakhnoid. Pada tindakan anestesi spinal terjadi blok pada sistem
simpatis sehingga terjadi vasodilatasi yang mengakibatkan perpindahan
panas dari kompartemen sentral ke perifer, hal ini yang akan menyebabkan
hipotermi. Selain itu salah satu efek dari obat anestesi yang dapat
menyebabkan hipotermia adalah terjadinya pergeseran threshold pada
termoregulasi sehingga tubuh lebih cepat merespon penurunan suhu yang
akan mengakibatkan hipotermi (Pramandu, 2018).

Pemeliharaan normotermia merupakan fungsi yang paling penting


dari sistem saraf autonom. Disfungsi sel dan jaringan dapat terjadi apabila
terjadi perubahan kecil suhu inti tubuh. Pada manusia, suhu inti tubuh dijaga
dalam suhu 36,5-37,5 ºC. Apabila terjadi perubahan suhu lingkungan tubuh
akan mempertahankan suhu dengan respon fisiologis dan juga perilaku.
Dalam satu jam pertama pemberian anestesi akan terjadi penurunan pada
suhu inti tubuh sebesar 0,5-1,5 ºC. Mekanisme penurunan suhu selama
anestesi adalah kehilangan panas pada kulit akibat dari proses radiasi,
konveksi, konduksi, dan juga evaporasi yang lebih lanjut menyebabkan
redistribusi dan penurunan laju metabolisme.

Hipotermi didefinisikan keadaan suhu inti yang kurang dari 35ºC


dan merupakan suatu faktor resiko independen terjadinya mortalitas setelah
trauma. Bila suhu kurang dari 36 ºC yang dipakai sebagai patokan maka
insiden hipotermia berkisar 50 – 70% dari 160 pasien yang menjalani
pembedahan (Hujjatulislam, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Mahalia
(2019) menemukan 2,5% pasien mengalami komplikasi setelah menjalani
anestesi. Salah satu komplikasi yang muncul setelah tindakan anestesi

PAGE \* MERGEFORMAT iv
adalah hipotermi (Setiyanti, 2019). Penelitian yang dilakukan oleh Harahap
(2018) menyebutkan angka kejadian hipotermi saat pasien di ruang
pemulihan sebanyak 113 orang (87,6%) dari 129 pasien yang menjalani
operasi baik pasca anestesi umum maupun anestesi regional.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengetian Termoregulasi
2. Ketidak Efektifan Termoregulasi
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Termoregulasi
4. Mekanisme Hilangannya Panas pad BBL
5. Etiologi Terjadinnya Hipoterni.
6. Akibat yang di timbunlkan Oleh Hipotermi
7. Cara Mencegah Hipotermi

1.3 MANFAAT

1. Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama


pendidikan.
2. Pembaca dapat memehami isi dari makalah.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Termoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan sistem otonomi saraf tubuh


yang vital untuk berespon terhadap dingin dan heat stress. Suhu tubuh
memiliki 2 komponen yaitu suhu inti tubuh dan suhu perifer tubuh. Suhu
inti tubuh diukur dari suhu trunkus dan kepala, sedangkan suhu perifer
tubuh diukur dari suhu ekstrimitas. Suhu inti tubuh cenderung lebih stabil
dan dalam kondisi lingkungan moderat suhu perifer lebih rendah 2-4
derajat dibanding suhu inti tubuh.16 Termoregulasi bekerja dengan
menjaga suhu inti tubuh dalam jarak 1-2 derajat dari 37oC untuk menjaga
sel berfungsi dengan normal. Panas diproduksi dan dihilangkan dari tubuh
supaya tubuh tetap berada dalam keadaan normotermia.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
Suhu inti tubuh merupakan cerminan dari total keseluruhan panas
dalam tubuh. Masukan panas harus seimbang dengan keluaran panas untuk
menjaga suhu inti tubuh tetap seimbang. Masukan panas berasal dari
lingkungan eksternal dan produksi panas internal. Pada kondisi normal,
lebih banyak energi panas dari yang dibutuhkan tubuh sehingga tubuh
memiliki mekanisme keluaran panas untuk menjaga suhu inti tubuh tetap
terjaga.

2.2 Ketidak Efektifan Termoregulasi

Termoregulasi tidak efektif adalah kemampuan untuk menjaga


keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat
mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal. (Soerjono,
2018). Menurut (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017) termoregulasi tidak
efektif adalah kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang
normal. Bayi dengan berat badan lahir rendah mengalami kesulitan
mempertahankan suhu tubuhnya. Persediaan karbohidrat sedikit,respon
terhadap asam amino gluconeogenesis kurang , kandungan lemak sedikit
dan metabolism lemak terganggu.

Abnormalitas ini masih ditambah dengan kurangnya persediaan


lemak coklat , suatu jaringan yang bertanggung jawab menghasilkan panas
pada neonatus. Pengaturan suhu lingkungan netral untuk bayi berat lahir
rendah pda prakteknya sulit dilakukan. Pertumbuhan yang lambat dapat
mencerminkan peningkatan gangguan oksigen relatif, dengan konumsi
kalori untuk produksi panas yang tetap tidak terlihat selama
mempertahankan suhu inti.(Anik Mayunani, 2018)

PAGE \* MERGEFORMAT iv
Etiologi Termoregulasi Tidak Efektif Adapun penyebab dari
termoregulasi tidak efektif adalah sebagai berikut:

a. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus


b. Fluktuasi suhu lingkungan
c. Proses penyakit (mis. Infeksi)
d. Proses penuaan
e. Dehidrasi
f. ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
g. Peningkatan kebutuhan oksigen
h. Perubahan laju metabolisme
i. Suhu lingkungan ekstrem
j. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
k. Berat badan ekstrem

Patofisiologi Termoregulasi Tidak Efektif

Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang


sempit, walaupun terkena suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh
diatur oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara produksi
panas dan kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas
metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi,
evaporasi, konduksi dan konveksi. (Irianto, n.d.)

Dampak Termoregulasi Tidak Efektif pada BBLR

a. Kekurangan oksigen ke dalam tubuh


b. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan bayi terganggu
c. Gangguan pembekuan pada darah sehingga megakibatkan perdarahan
d. Apnea (Anik Mayunani, 2019)

PAGE \* MERGEFORMAT iv
2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Termoregulasi

Setiap orang memiliki suhu tubuh berbeda, yang disebabkan oleh


proses metabolisme dan aktivitas yang dilakukan. Lantas, apakah ada batas
suhu tubuh normal pada manusia? Tentu saja, tapi hal itu juga bergantung
pada kondisi lingkungannya dan umurnya.
Dikutip buku berjudul Mewaspadai Virus Zika dan Virus Ganas
Lainnya Pada Wanita yang ditulis Sonia Prastika, suhu tubuh normal pada
bayi dan balita antara lain:
1. Umur 3 bulan: 37,4˚C
2. Umur 1 tahun: 37,6˚C
3. Umur 3 tahun: 37,2˚C
4. Umur 5 tahun: 37˚C
5. Umur 7 tahun: 36,8˚C
6. Sementara itu, suhu tubuh normal pada orang dewasa (remaja hingga
tua) rata-rata 36.5˚- 37.5˚ C.

Bisa dibilang suhu tubuh orang dewasa lebih rendah dibanding


bayi atau balita. Namun, bila sedang sangat aktif, suhu tubuh dapat lebih
tinggi dari normal.
Menurut Sodikin,dalam repository.ump.ac.id, tingkatan suhu tubuh
manusia yang tidak normal antara lain:
1. Keadaan kolaps (hipotermi): < 25˚C
2. Subnormal: < 35˚C
3. Pireksia: 37,8˚C - 39,5˚C (tinggi)
4. Hiperpireksia: > 39,5˚C

PAGE \* MERGEFORMAT iv
Faktor yang Menyebabkan Suhu Tubuh BerubahSuhu tubuh
manusia bisa berubah-ubah dengan cepat. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan perubahan suhu tubuh, di antaranya:
1. Demam
Demam adalah keadaan saat temperatur tubuh di atas normal (>37°C)
secara terus-menerus. Demam dapat disebabkan bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh.
Demam yang disebabkan sengatan matahari dan demam maligna bahkan
dapat mencapai suhu 40,5°C.

2. Kecepatan Metabolisme
Metabolisme sangat berpengaruh terhadap perubahan suhu
tubuh.Metabolisme secara otomatis akan meningkat saat suhu tubuh
menurun, dan begitu juga sebaliknya.
Salah satu yang mempengaruhi kecepatan metabolisme adalah aktivitas
fisik.

3. Rangsangan Saraf
Umumnya, rangsangan saraf simpatis dipengaruhi oleh kondisi stres
yang dapat meningkatkan produksi epinefrin dan norepinefrin sehingga
dapat meningkatkan metabolisme tubuh.

4. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan atau growth hormon dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme hingga 15% yang mengakibatkan panas tubuh
jadi meningkat.

5. Hormon Kelamin
Pada perempuan, pengeluaran hormon progesterone saat masa ovulasi
dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6°C.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
Sementara pada pria, hormon ini dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme sekitar 10% yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

6. Hormon Tiroid
Hormon tiroid berfungsi untuk meningkatkan reaksi kimia di tubuh
yang menyebabkan kadar tiroksin meningkat.
Hal ini dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% dan
dapat meningkatkan suhu tubuh.

2.4 Mekanisme Hilangannya Panas pada BBL

Hipotermia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar


penyebab hipotermia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI) :

a. Kerusakan hipotalamus

b. Berat badan ekstrem

c. Kekurangan lemak subkutan

d. Terpapar suhu lingkungan rendah.

e. Malnutrisi

f. Pemakaian pakaian tipis

PAGE \* MERGEFORMAT iv
g. Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)

h. Penurunan laju metabolisme

i. Efek agen farmakologis

Menurut Noordiati (2019) hipotermia pada bayi baru lahir juga disebabkan
karena bayi kehilangan panas. Mekanisme kehilangan panas pada bayi
terdiri dari konduksi,konveksi, radiasi, dan evaporasi.

a. Konduksi adalah kehilangan panas pada tubuh melalui kontak


langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja,
timbangan, tempat tidur yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh
bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.

b. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi


terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas.

c. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban


pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini
merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga
terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu
cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.

d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan


di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena
benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi walaupun
tidak bersentuhan secara langsung.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
2.5 Etiologi Terjadinnya Hipotermi.

Hipotermia adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh


lebih cepat kehilangan panas dibandingkan panas yang dihasilkan. Kondisi
ini menyebabkan suhu tubuh menjadi sangat rendah. Suhu tubuh normal
adalah 37 derajat Celcius, sementara ketika kamu mengalami hipotermia,
suhu tubuh akan berada di bawah 35 derajat celcius.
Ketika kamu mengalami hipotermia, hal ini bisa memengaruhi
fungsi dari jantung, sistem saraf, dan organ lainnya sehingga mereka tidak
berfungsi dengan baik. Jika tidak segera diatasi, hipotermia dapat
menyebabkan kegagalan fungsi jantung total dan sistem pernapasan.

Penyebab Hipotermia
Seperti disebutkan sebelumnya, hipotermia terjadi akibat tubuh
kehilangan panas lebih cepat dibandingkan tubuh memproduksi panas.
Biasanya, kondisi ini disebabkan akibat paparan cuaca atau air dingin yang
terlalu lama tanpa pakaian yang lengkap untuk menahan kondisi dingin.
Hipotermia bisa menjadi parah ketika kamu berada di beberapa kondisi,
seperti:
1. Berada terlalu lama di tempat dingin.
2. Jatuh ke kolam air dingin dalam waktu lama.
3. Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu yang cukup lama.
4. Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah, terutama pada bayi dan
lansia.
5. Mengenakan pakaian yang terlalu tipis saat cuaca sedang dingin.
6. Faktor Risiko Hipotermia.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
Beberapa faktor risiko hipotermia, antara lain:
1. Beraktivitas terlalu lama di tempat yang dingin, seperti mendaki
gunung atau berenang.
2. Mengonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang. Kedua
kebiasaan tersebut bisa menyebabkan pembuluh darah melebar,
sehingga tubuh akan melepaskan panas yang tinggi dari permukaan
kulit.
3. Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan.
4. Pengaruh penyakit tertentu yang memengaruhi pengendali suhu tubuh,
seperti anoreksia nervosa, stroke, dan hipotiroidisme.
5. Penyakit yang memengaruhi memori, misalnya penyakit Alzheimer,
karena tidak sadar sedang kedinginan atau tidak paham apa yang harus
dilakukan.
6. Usia bayi dan manula, akibat kemampuan mengendalikan temperatur
tubuh yang belum sempurna pada bayi dan menurun pada manula.
7. Mengalami dehidrasi di tempat yang dingin.
8. Mengidap stroke atau malnutrisi.
9. Mengonsumsi beberapa jenis obat-obatan, seperti antidepresan.

2.6 Akibat yang di timbulkan Oleh Hipotermi

Hipotermia yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi,


antara lain:
1. Frostbite, yaitu cedera pada kulit dan jaringan di bawahnya karena
membeku
2. Chilblains, yaitu peradangan pembuluh darah kecil dan saraf pada
kulit
3. Trench foot, yaitu rusaknya pembuluh darah dan saraf pada kaki
akibat terlalu lama terendam air
4. Gangrene, yaitu kematian jaringan tubuh
5. Kematian

PAGE \* MERGEFORMAT iv
2.7 Cara Mencegah Hipotermi

Beberapa upaya pencegahan hipotermia, antara lain:


1. Berpakaian yang tepat saat musim dingin.
2. Ganti baju basah dengan baju kering sesegera mungkin.
3. Keluar dari air dingin secepatnya.
4. Konsumsi kalori dan cairan yang cukup.
5. Aktif bergerak saat kamu merasa dingin saat berkegiatan atau ketika
berada di dalam rumah.
6. Melakukan pengawasan suhu ruangan dan tubuh secara berkala pada
lansia dan anak kecil.

Adapun ada Beberapa penanganan yang dapat dilakukan, antara lain:


Sebelum pertolongan medis tiba:
1. Segera lepas dan ganti baju yang basah dengan yang kering.
2. Gunakan beberapa lapis selimut atau jaket untuk menghangatkan
tubuh.
3. Berikan minuman hangat yang tidak mengandung kafein.
4. Berikan kompres hangat di beberapa bagian tubuh.
5. Hindari paparan angin dan udara.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
6. Pindahkan ke area yang dekat dengan sumber panas dan dapat berbagi
panas tubuh.
7. Hindari penggunaan panas secara langsung, seperti air panas atau alas
penghangat.
8. Perhatikan kondisi kesehatan pengidap hipotermia, seperti kondisi
pernapasan hingga kesadarannya.
9. Setelah pertolongan medis tiba:
10. Menghangatkan saluran pernapasan pengidap dengan memberikan
oksigen yang sudah dihangatkan melalui masker dan selang.
11. Memberikan infus berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
12. Mengalirkan larutan yang hangat untuk melewati dan menghangatkan
beberapa organ tubuh, misalnya sekitar paru-paru atau rongga perut.
13. Mengeluarkan dan menghangatkan darah pengidap, lalu kembali
mengalirkannya ke dalam tubuhnya, dengan menggunakan mesin
pintas jantung dan paru (CPB) atau mesin hemodialisis.

2.8 Fungsi Termoregulasi


Termoregulasi adalah proses homeostatis yang mempertahankan
suhu internal tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan kondisi
eksternal. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang ketat (antara
36,5 hingga 37,5°C) memungkinkan enzim dan respons imun tubuh
mempertahankan fungsi yang tepat.

2.9 Mekanisme
Mekanisme termoregulasi melibatkan penginderaan aferen, kendali
pusat, dan respons eferen. Termoreseptor perifer dan sentral merasakan
peningkatan atau penurunan suhu tubuh dan mengirimkan informasi ini ke
hipotalamus. Tubuh kemudian merespons dengan berbagai mekanisme
untuk menghilangkan atau menghasilkan panas berdasarkan kebutuhan
tubuh. Respon fisiologis dan perilaku terhadap aktivasi termoreseptor
adalah sebagai berikut.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
2.10 Peningkatan Suhu Tubuh
Tubuh merespons dengan membuang panas melalui:

Mengaktifkan serat kolinergik simpatik yang mempersarafi


kelenjar keringat, menyebabkan peningkatan keringat dan peningkatan
kehilangan panas
Menghambat aktivitas simpatis di pembuluh darah kulit,
menyebabkan darah dialihkan ke kulit dan peningkatan kehilangan
panasPenurunan pelepasan katekolamin dari kelenjar adrenal dan hormon
tiroid dari hipotalamus, menyebabkan penurunan laju metabolisme.
Perubahan perilaku antara lain mengurangi gerakan, mengambil
posisi tubuh terbuka, melepas pakaian, dan mengurangi nafsu makan

a. Penurunan Suhu Tubuh


Tubuh merespons dengan menghasilkan panas melalui:
Mengaktifkan sistem saraf simpatis yang menyebabkan
vasokonstriksi arteriol kulit, menyebabkan darah melewati kulit dan
menyebabkan penurunan kehilangan panas. Selain itu, kelenjar adrenal
akan melepaskan katekolamin (epinefrin, norepinefrin), yang
menyebabkan peningkatan laju metabolisme dan produksi panas.
Piloereksi (merinding) juga terjadi, menyebabkan terperangkapnya
panas.Melepaskan hormon tiroid dari hipotalamus menyebabkan
peningkatan laju metabolisme dan produksi panas selanjutnya.
Mengaktifkan pusat motorik primer di hipotalamus posterior
menyebabkan kontraksi otot rangka dan menggigil, yang menyebabkan
peningkatan produksi panas.Termogenesis tidak menggigil
menggunakan jaringan adiposa coklat (BAT) dalam enam bulan
pertama kehidupan.Perubahan perilaku meliputi peningkatan gerakan,
posisi tubuh tertutup, penambahan pakaian, dan peningkatan nafsu

PAGE \* MERGEFORMAT iv
makan.Metode hilangnya panas dari kulit ke lingkungan luar terjadi
melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.

b. Radiasi
Kehilangan panas melalui radiasi terjadi dalam bentuk sinar infra
merah dan menyumbang sekitar 60% dari total kehilangan panas
tubuh. Ketika suhu tubuh melebihi suhu sekitar, panas yang
dipancarkan dari tubuh dalam jumlah yang lebih besar daripada yang
dipancarkan ke tubuh.

c. Konduksi dan Konveksi


Kehilangan panas melalui konduksi terjadi melalui udara (kira-kira
15%) atau melalui kontak langsung dengan benda padat (kira-kira 3%).
Setelah panas dialirkan ke udara, maka panas tersebut terbawa oleh
arus udara (konveksi). Konveksi dalam jumlah kecil hampir selalu
terjadi, dengan 15% kehilangan panas melalui udara yang mencakup
konduksi dan konveksi.

d. Penguapan
Kehilangan panas melalui penguapan keringat diatur oleh jumlah
dan kecepatan keringat dan menyumbang sekitar 22% dari total
kehilangan panas tubuh. 0,58 kilokalori panas hilang untuk setiap gram
air yang diuapkan. Bahkan ketika tidak berkeringat, air masih
menguap dari kulit dan paru-paru dengan kecepatan 600 hingga 700
mL/hari, menyebabkan hilangnya panas secara terus-menerus

PAGE \* MERGEFORMAT iv
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu intemal agar berada di dalam kisaran yang dapat
ditolelir. Prinsip termogenesis Menggigil, berarti menggunakan kontraksi
otot untuk membebaskan panas. Sebagai respon terhadap penurunan suhu,
sistem saraf mengaktifkan unit-unit motorik kelompok otot rangka
antagonistik, sehingga terjadi gerakan menggigil vang menghasilkan
panas. Pada termogenesis non menggigl. mula-mula sistem enzim untuk
metabolisme lemak diaktifkan di seluruh tubuh, sehingga lemak dibongkar
dioksidasi untuk memproduksi panas, ini merupakan suatu adaptasi untuk
memproduksi panas dengan cepat.
Konsep dari termoregulasi meliputi konsep endotermik,
ektotermik, poikilotermik.homeotermik dan heterotermik. Ada tiga tipe sel
yang sensitif terhadap suhu, yaitu :
1. Reseptor panas, yaitu sel-sel yang meningkatkan aktivitasnya jika
suhu hipotalamus meningkat tetapi suhu kulit tidak
mempengaruhinya.
2. Reseplor dingin, yarlu sel-sel yang meningkalkan mualannya jika
suhu hipolalamus menurun dan tetap tidak terpengaruh oleh suhu di
kulit.
3. Reseptor campuran, yaitu sel-sel yang memperlihatkan respon
terhadap peningkatan suhu kulit, tetapi juga selanjutnya akan
meningkatkan muatannya jika hipotalamus menjadi Danas.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
3.1 Saran
Bedasarkan dari hasil makalah di atas maka penulis menyarankan
kepada pembaca, agar pembaca dapat memahami dan megerti proses
terjadinya respirasi pada hewan dan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2019. Termoregulast.hatp://elchawasitin.blogspot.com/2019/09/ makalab-
Fiafologi-bewan-materi him| diakses 2 November 2021.

Firda Nofitasari dkk (2019) Penerapan Kompres Hangat Untuk Menurunkan


Hipertermia Pada Anak Dengan Demam Typoid. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan

Linawati Novikasari dkk (2019) Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan


Kompres Hangat Dan Water Tepid Sponge Di Rumah Sakit Dkt Tk
Iv 02.07.04 Bandar Lampung. Holistik Jurnal Kesehatan

Mahdiyah, D., & RAHMAN, R. T. A. (2015). Perbedaan Efektifitas Kompres


Hangat Basah Dan Plester Kompres Terhadap Penuruan Suhu
Tubuh Anak Demam Typhoid. DINAMIKA KESEHATAN
JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN, 6(1), 35-47

Penerapan Asuhan Keperawatan Demam Berdarah Dengue dalam Pemenuhan


Kebutuhan Termoregulasi, (2 Desember 2020),. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada
hhttps://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH. Di akses pada
tanggal 10 Januari 2024. Link : https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=+TERMOREGULASI&btnG=

Perdana Nursari,Dkk. Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Bayi Ny Dn Umur 2


Hari Dengan Berat Badan Lahir Rendah Sesuai Masa Kehamilan
Di Ruang Obstetri Rsup Dr Kariadi Semarang (Semarang,23
Februari 2023). Di akses pada tanggal 10 Januari 2024. Link :
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=+TERMOREGULASI+kebidanan&oq=

PAGE \* MERGEFORMAT iv
Pujiarto (2018) Gambaran Penerapan Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Pada Pasien Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan Panca
Bhakti Lampung.

Pujiarto (2018) Gambaran Penerapan Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan


Suhu Tubuh Pada Pasien Demam Tifoid Di Ruang Nuri Rumah
Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan
Panca Bhakti Lampung

Purnama Dhani, Putri Melati.Pengabdian Masyarakat Penyuluhan Tentang


Manfaat Melakukan Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan
Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir Di Kecamatan Batunadua Kota
Padangsidimpuan (Tahun 2019) Di akses pada tanggal 10 Januari
2024.Link:https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=+TERMOREGULASI+kebidanan&oq=

Rahayu Sutanti, Dkk.Studi Kasus Perubahan Termoregulasi Bblr Dalam


Perawatan Metode Kanguru Di Ruang Nicu Rs Siti Khodijah
Muhammadiyah Cabang Sepanjang,(Makasar Desember 2020)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada hhttps://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSH.Di akses pada tanggal 10 Januari 2024. Link :
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=+TERMOREGULASI+kebidanan&oq=
+TERMOREGULASI+kebid

Suardi Zurimi (2019) Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Dalam Pemenuhan


Ketidakefektifan Termoregulasi Pada Pasien Demam Typoid.
GLOBAL HEALTH SCIENCE.

PAGE \* MERGEFORMAT iv
Suardi Zurimi (2019) Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Dalam Pemenuhan
Ketidakefektifan Termoregulasi Pada Pasien Demam Typoid Di
Rsud Dr. P.P. Magretti Saumlaki. Global Health Science

Wardiyah, A., Setiawati dan Romayati, U. (2019). Perbandingan Efektifitas


Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam Di Ruang
Alamanda RSUD Dr . H . Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2015. Holistik Jurnal Kesehatan. 10(1): 36-44.

PAGE \* MERGEFORMAT iv

Anda mungkin juga menyukai