Anda di halaman 1dari 26

GANGGUAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH AKIBAT

PATOLOGIS SEBAGAI SISTEM TUBUH

Di Susun Oleh ;

Vina Rahmadani [202013012]

PRODI D-3 KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNG PINANG

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
2
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atas berkat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan Kebutuhan Keseimbangan Suhu
Tubuh Akibat Patologis Sebagai Sistem Tubuh” pada mata kuliah Keperawatan Medical
Bedah” di Politeknik Kesehatan Denpasar ini tepat pada waktunya.

Makalah ini telah kami susun berkat bantuan dan partisipasidari berbagai pihak
sehingga dapat terselesaikan.Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penyusun, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca,
sehingga kami dapat menyempurnakan makalah iniuntuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan agar bisa lebih baik lagi.

“Om Santih, Santih, Santih, Om”

Denpasar,19 September 2019


Penyusun,

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan
dasar manusia menurut Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis (oksigenasi, cairan,
nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, isitirahat, dan seks), keamanan dan
keselamatan, cinta dan rasa memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter &
Perry,).
Walaupun manusia memiliki kebutuhan yang sifatnya beranekaragam
(heterogen), akan tetapi setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan dasar yang
sama. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia menyesuaikan diri dengan
prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir
lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya (Hidayat). Menurut Potter
and Perry, selama hidup yang dialami manusia, kebutuhan dasar manusia seorang
individu mungkin tidak terpenuhi, terpenuhi sebagian, atau terpenuhi seluruhnya.
Seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan
seseorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang
yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi
manusia. Kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dan dipertahankan oleh manusia
salah satunya adalah kebutuhan fisiologis yang mencakup termoregulasi
(temperatur).
Tubuh manusia dapat berfungsi secara normal hanya dalam rentang temperatur
yang terbatas atau sempit yaitu 370C (98,60F) ± 10C. Temperatur tubuh di luar
rentang ini dapat menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti
kerusakan otak atau bahkan kematian. Secara sementara tubuh dapat mengatur
temperatur melalui mekanisme tertentu. Terpajan pada panas yang berkepanjangan
dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan meningkatkan kebutuhan oksigen

5
jaringan. Pemajanan pada panas yang lama dan berlebihan juga mempunyai efek
fisiologis yang khusus salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
atau demam.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami menyusun materi dari berbagai
sumber untuk membantu mempermudah dalam memahami materi tersebut, sehingga
kami mudah memahami dan mengaplikasikannya dalam praktik dilapangan. Dalam
hal ini kami membahas dari proses anamnesis sampai pada proses evaluasi yang
harus dilalui bagi mereka yang harus melaksanakan intervensi keperawatan atau
membantu pasien untuk mengatasi gangguan yang dialaminya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1) Bagaimana konsep dasar keseimbangan suhu tubuh?
2) Apa contoh gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh?
3) Apa sajakah masalah keperawatan pada pasien dengan hipertermi dan
hipotermi?
4) Bagaimana tindakan keperawatan pada gangguan pemenuhan keseimbangan
suhu tubuh?
5) Bagaimana melaksanakan evaluasi kebutuhan keseimbangan suhu tubuh?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui konsep dasar keseimbangan suhu tubuh.
2) Untuk mengetahui contoh gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh.
3) Untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien dengan hipertermi dan
hipotermi.

6
4) Untuk mengetahui tindakan keperawatan pada gangguan pemenuhan
keseimbangan suhu tubuh.
5) Untuk mengetahui bagaimana melaksanakan evaluasi kebutuhan
keseimbangan suhu tubuh.

1.4 Manfaat
Selain tujuan, adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1) Makalah ini secara praktis diharapkan dapat meyumbangkan pemikiran
terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan gangguan kebutuhan
keseimbangan suhu tubuh.
2) Hasil makalah ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang konsep dasar gangguan
keseimbangan suhu tubuh, contoh gangguan kebutuhan keseimbangan suhu
tubuh, masalah keperawatan pada pasien dengan hipertermi dan hipotermi,
tindakan keperawatan pada gangguan pemenuhan keseimbangan suhu tubuh,
dan bagaimana melaksanakan evaluasi kebutuhan keseimbangan suhu tubuh.

7
BAB II

PEMBAHASA

2.1 Konsep Dasar Keseimbangan Suhu Tubuh


A. Pengertian
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi dengan
panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh normal berkisar 36,5 0C-
37,20C. Regulasi keseimbangan suhu tubuh diatur oleh:
1) Neural (Hipothalamus)
Hipotalamus adalah pusat integrasi utama untuk memelihara
keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotalamus berfungsi sebagai
termostat tubuh. Dengan demikian hipotalamus sebagai pusat integrasi
termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai
bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang
sangat rumit dalam mekanisme penambahan dan pengurangan suhu sesuai
dengan keperluan untuk mengoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari
patokan normal.
Hipotalamus terus menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan
suhu inti melalui reseptor-reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang
disebut termoreseptor. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di seluruh
tubuh dan menyalurkan informasi mengenai perubahan suhu permukaan ke
hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di
hipotalamus itu sendiri serta di susunan saraf pusat dan organ abdomen
(Sherwood). Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah
sekecil 0.01ºC. Tingkat respon hipotalamus terhadap penyimpangan suhu
tubuh disesuaikan secara cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau
dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal
(Sherwood).
Pada hipotalamus diketahui terdapat 2 pusat pengaturan suhu. Regio
posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks-refleks
yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior
8
yang diaktifkan oleh rasa hangat memicu refleks-refleks yang memperantarai
pengurangan/pengeluaran panas (Ganong). Pemberian kompres hangat
memberikan sinyal ke hipotalamus menyebabkan terjadinya vasodilatasi. Hal
ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit
meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh
sehingga mencapai keadaan normal kembali.
2) Sistem Vaskular
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh berubah :
a. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat :
1. Vasodilatasi disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih
banyak.
2. Pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas
melalui evaporasi.
3. Penurunan pembentukan panas disebabkan oleh beberapa mekanisme
pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil
dihambat dengan kuat.
b. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun :
1. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh terjadi karena rangsangan pada
pusat simpatis hipotalamus posterior.
2. Piloereksi : rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang
melekat pada folikel rambut berdiri.
3. Peningkatan pembentukan panas terjadi karena sistem metabolisme
meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat
rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

B. Produksi Panas Tubuh


Panas yang diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme, yang
merupakan reaksi kimia pada semua sel tubuh. Makanan merupakan sumber
bahan bakar yang utama bagi metabolisme. Termoregulasi membutuhkan fungsi

9
normal dari proses produksi panas. Reaksi kimia seluler membutuhkan energi
untuk membentuk adenosine trifosfot (ATP). Jumlah energi yang digunakan
untuk metabolisme adalah laju metabolik. Aktifitas yang memerlukan tambahan
reaksi kimia meningkatkan laju metabolik. Bila metabolisme meningkat, panas
tambahan akan diproduksi. Ketika metabolisme menurun panas yang diproduksi
lebih sedikit. Selama istirahat, panas diproduksi melalui:
1) Metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi suhu tubuh
saat istirahat. Jumlah rata rata laju metabolik basal (BMR) bergantung
pada luas permukaan tubuh. Hormon tiroid juga mempengaruhi BMR.
Dengan cara meningkatkan pemecahan glukosa dan lemak tubuh,
hormon tiroid meningkatkan laju reaksi kimia pada hampir seluruh sel
tubuh. Bila hormon tiroid disekresi dalam jumlah besar, BMR dapat
meningkat 100% diatas normal. Tidak adanya hormon tiroid dapat
mengurangi setengah jumlah BMR, yang menyebabkan penurunan
produksi panas.
2) Gerakan volunter seperti aktivitas otot selama latihan, membutuhkan
tambahan energi. Laju metabolik dapat meningkat diatas 2000 kali
normal. Produksi panas dapat meningkat diatas 50 kali normal.
3) Menggigil merupakan respon tubuh involunter terhadap suhu yang
berbeda dalam tubuh. Gerakan otot skeletal selama menggigil
membutuhkan energi yang signifikan menggigil dapat meningkatkan
produksi panas 4 sampai 5 kali lebih besar dari normal.

C. Kehilangan Panas Tubuh


1) Radiasi
Perpindahan panas tubuh ke objek sekitarnya tanpa persentuhan.
2) Konduksi
Proses ini terjadi ketika tubuh bersentuhan secara langsung dengan objek
atau permukaan yang basah. Air dapat menghilangkan panas pada tubuh 25
kali lebih cepat ketimbang angin.

10
3) Konveksi
Proses dimana panas tubuh hilang terbawa oleh hembusan angin (udara) atau
air yang bersentuhan langsung dengan kulit.
4) Evaporasi
Ketika keringat pada kulit atau pakaian Anda yang basah menguap, maka
pada saat itu Anda sedang kehilangan panas tubuh. Proses ini
menggambarkan kehilangan panas tubuh melalui perubahan cairan menjadi
gas, atau yang disebut dengan evaporative heat loss.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh diantaranya:
1) Usia
a. Bayi: mekanisme kontrol suhu masih imatur 30% bayi kehilangan suhu
melalui kepala.
b. Lansia: terjadi kemunduran sistem kontrol suhu (vasomotor, penurunan
jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat, dan penurunan
metabolisme), sehingga sensitif terhadap suhu yang ekstrem.
2) Olah raga dapat meningkatkan metabolisme, sehingga produksi panas
meningkat.
3) Hormon: berbanding lurus dengan jumlah progesterone.
4) Stres: aktivasi hormonal dan saraf dapat meningkatkan suhu tubuh.
5) Suhu lingkungan.

2.2 Contoh Gangguan Keseimbangan Suhu Tubuh


A. Pengertian
Demam diartikan suhu tubuh diatas 37,20C. Demam terjadi karena pelepasan
tirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh tirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil
reaksi immunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi.

11
B. Jenis-jenis Demam
1) Demam septik: suhu tubuh meningkat tinggi sekali disertai menggigil, dan
berkeringat terutama pada malam hari.
2) Demam remiten: panas naik turun tapi tidak pernah normal.
3) Demam intermiten: suhu naik-turun (turun sampai normal).
4) Demam kontinyu: demam tinggi terus menerus (turun tidak lebih dari 10C.
Demam tinggi sekali = hiperpireksia.
5) Demam siklik: demam beberapa hari kemudian turun beberapa hari,
kemudian demam kembali.

C. Penyebab Demam
1) Infeksi, bisa disebabkan karena infeksi virus, bakteri, atau parasit
2) Toksemia disebabkan karena efek samping dari penggunaan obat yang
berlebihan
3) Keganasan
4) Reaksi terhadap obat
5) Gangguan pada pusat regulasi suhu

D. Proses Demam pada Infeksi


Dalam evolusi kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu sistem
pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan peninggian suhu badan
memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem pertahanan tubuh.
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya
telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi immunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik
dengan interleukin-1. Di dalam hypothalamus zat ini (pirogen) merangsang
pelepasan asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis
prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia. Hal tersebut
mengakibatkan “thermostat” meningkat.
Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya
vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan pasien merasa

12
demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas
metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dank arena
kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah pada
seorang pasien.

E. Pengkajian pada Pasien Demam


1) Inspeksi dan palpasi kulit untuk mengetahui suhu, kelembapan, dan turgor.
2) Inspeksi kondisi mukosa mulut untuk adanya penebalan, lesi, dan penurunan
saliva.
3) Tanyakan apakah klien mengalami sakit kepala, mialgia, menggigil, mual,
kelemahan, kelelahan, kehilangan selera makan, atau fotofobia.
4) Catat muntah dan diare.
5) Observasi perubahan perilaku seperti bingung, disorientasi, dan kegelisahan.
6) Tempat: ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh.
Suhu inti dari arteri paru, esofagus, dan kandung kemih digunakan untuk
perawatan intensif. Pengukuran ini membutuhkan peralatan yang dipasang
invasif secara terus menerus dalam rongga atau organ tubuh. Tempat yang
paling sering digunakan untuk pengukuran suhu ini juga invasif tetapi dapat
digunakan secara intermiten. Termasuk membaran timpani, mulut, rektum,
dan aksila. Lapisan termometer noninfasif yang disiapkan secara kimia juga
dapat digunakan pada kulit. Tempat pengukuran seperti oral, rektal, aksila,
dan kulit mengandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran
panas dari darah dialirkan ke alat termometer.
7) Termometer: Ada tiga jenis termometer yang dapat digunakan untuk
menentukan suhu tubuh yaitu air raksa kaca, elektronik, dan sekali pakai.
a) Termometer air raksa-kaca
Termometer terbuat dari kaca yang pada salah satu ujungnya ditutup
dan ujung lainnya dengan pentol berisi air raksa. Ujung termometer oral
langsung, sehingga memungkinkan pentol/ujung lebih banyak terpapar
pada pembuluh darah di dalam mulut.

13
b) Termometer elektronik
Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga baterai yang
dapat diisi ulang, kabel kawat yang tipis, dan alas yang memproses suhu
dibungkus dengan kantung plastik sekali pakai.
c) Termometer sekali pakai
Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal berbentuk strip
kecil yang terbuat dari plastik dengan sensor suhu pada salah satu
ujungnya. Digunakan untuk suhu oral dan aksila, terutama pada anak-
anak. Dipakai dengan cara yang sama dengan termometer aksila dan
digunakan hanya sekali.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pasien demam, yaitu:


1) Cara timbul demam: tiba-tiba biasanya karena virus
2) Lama demam
3) Sifat harian demam
4) Tinggi demam
5) Keluhan serta gejala lain yang menyertai demam

F. Pemeriksaan Penunjang Demam


Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui apakah demam disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus.

G. Pemeriksaan Serologi
Ig M: terbentuk atas respon terhadap infeksi bakteri dan virus (serangan I)
Ig G: jumlah meningkat jika terjadi serangan ulangan bakteri dan virus
Ig A: terdapat pada saluran cerna, saluran nafas, saluran kemih, air susu, air
mata
Ig E: terbentuk sebagai respon terhadap alergen

14
H. Pathway

Agen infeksius Dehidrasi

Mediator inflamasi

Monosit/makrofag Tubuh kehilangan cairan

Sitokin pirogen

Mempengaruhi hipothalamus penurunan cairan intrasel

Anterior

Demam

Mk: Mk:
intoleransiaktivi nutrisikurang
darikebutuha

15
2.3 Masalah Keperawatan pada Pasien dengan Hipertermi dan Hipotermi
A. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh meningkat dia atas rentang normal tubuh
Penyebab:
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif: -
Objektif:
1) Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor:
Subjektif: -
Objektif:
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
B. Hipotermia
Definisi: Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh
Penyebab:
1) Kerusakan hipotalamus
2) Konsumsi alcohol
3) Berat badan extrem
4) Kekurangan lemak subkutan
5) Terpapar suhu lingkungan rendah

16
6) Malnutrisi
7) Pemakaian pakaian tipis
8) Penurunan laju metabolisme
9) Tidak beraktivitas
10) Transfer panas (mis. Konveksi, konduksi, evaporasi, radiasi)
11) Trauma
12) Proses penuaan
13) Efek agen farmakologis
14) Kurang terpapar informasi tentang
hipotermia Gejala dan tanda mayor
Subjektif: -
Objektif:
1) Kulit teraba dingin
2) Menggigil
3) Suhu tubuh dibawah normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif: -
Objektif:
1) Akrosianosis
2) Bradikardi
3) Dasar kuku sianotik
4) Hipoglikemia
5) Hipoksia
6) Pengisian kapiler >3 detik
7) Konsumsi oksigen meningkat
8) Ventilasi menurun
9) Piloereksi
10) Takikardia
11) Vasokonstriksi perifer
12) Kutis memorata (pada neonatus)

17
C. Termoregulasi Tidak Efektif
Definisi: Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
Penyebab:
1) Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2) Fluktuasi suhu lingkungan
3) Proses penyakit (mis. infeksi)
4) Proses penuaan
5) Dehidrasi
6) Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
7) Peningkatan kebutuhan oksigen
8) Perubahan laju metabolisme
9) Suhu lingkungan extrem
10) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11) Berat badan extrem
12) Efek agen farmakologis (mis. Sedasi)
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif: -
Objektif:
1) Kulit dingin/hangat
2) Menggigil
3) Suhu tubuh fluktuatif
Gejala dan tanda minor:
Subjektif: -
Objektif:
1) Piloereksi
2) Pengisian kapiler > 3 detik
3) Tekanan darah meningkat
4) Pucat
5) Frekuensi napas meningkat
6) Takikardia
7) Kejang
8) Kulit kemerahan

18
9) Dasar kuku sianotik

D. Risiko Termoregulasi Tidak Efektif


Definisi: Berisiko mengalami kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam
rentang normal.
Faktor risiko:
1) Cedera otak akut
2) Dehidrasi
3) Pakaian yg tidak sesuai untuk suhu lingkungan
4) Peningkatan area permukaan tubuh terhadap rasio berat badan
5) Kebutuhan oksigen meningkat
6) Perubahan laju metabolisme
7) Proses penyakit (mis. infeksi)
8) Suhu lingkungan extrem
9) Suplai lemak subkutan tidak memadai
10) Proses penuaan
11) Berat badan extrem
12) Efek agen farmakologis (mis.sedasi)

2.4 Tindakan Keperawatan pada Gangguan Pemenuhan Keseimbangan Suhu


Tubuh
A. Perawatan Pasien Demam
1)Tepid Sponge Bath
Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan
teknik seka.
2) Kompres hangat
Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain/handuk yang
telah di kompres-hangatcelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu. Manfaat kompres hangat adalah dapat memberikan
rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh dalam menangani kasus klien yang
mengalami pireksia.

19
3) Banyak minum
Minum air hangat akan membantu menurunkan panas tubuh dan
mengatasi dehidrasi karena demam. Minum 8 sampai 12 gelas air saat
demam juga akan membantu membuang racun dan zat sisa di dalam tubuh,
melancarkan peredaran darah dan mempercepat proses penyembuhan.
Minum air akan menggantikan cairan yang hilang dan mengganti mineral
yang keluar dari tubuh. Justru jika tidak minum, ini akan memperburuk
keadaan demam dan membuat tubuh terasa lebih panas. Jadi, selain minum
obat dan mengompres dengan air hangat, pastikan bahwa kita tidak kurang
minum saat demam karena minum air putih bisa membantu menurunkan
demam.
4) Kolaborasi antipiretik
Antipiretik adalah obat penurun panas. Obat-obat antipiretik juga
menekan gejala-gejala yang biasanya menyertai demam seperti mialgia,
kedinginan, nyeri kepala, dan lain-lain. Namun, pada kenaikan suhu yang
rendah atau sedang, tidak terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa
demam merupakan keadaan yang berbahaya atau bahwa terapi antipiretik
bermanfaat. Perintah pemberian antipiretik yang rutin, dapat mengaburkan
informasi klinis penting yang perlu dicari dengan mengikuti perjalanan suhu
tubuh apakah naik ataukah turun.
Antipiretik menyebabkan hipotalamus untuk mengesampingkan
peningkatan interleukin yang kerjanya menginduksi suhu tubuh. Tubuh
kemudian akan bekerja untuk menurunkan suhu tubuh dan hasilnya adalah
pengurangan demam. Obat-obat antipiretik tidak menghambat pembentukan
panas. Hilangnya panas terjadi dengan meningkatnya aliran darah ke perifer
dan pembentukan keringat. Efeknya ini bersifat sentral, tetapi tidak langsung
pada neuron hipotalamus. Cara menurunkan demam tinggi diduga dengan
menghambat pembentukan prostaglandin. Obat-obat yang memiliki efek
antipiretik adalah AINS (obat anti-inflamasi nonsteroid) seperti ibuprofen,
naproksen, dan ketoprofen.

20
B. SOP Memasang Cooler Blanket, Memasang Warmer Blanket, Memberikan
Obat Sesuai Program Terapi
1) Memasang Cooler Blanket
Pengertian:
Tindakan keperawatan yang digunakan untuk meredakan perdarahan dengan
cara mengkonstriksi pembuluh darah, meredakan inflamasi dengan
vasokonstriksi, dan meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan
konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan bekerja sebagai pencegah
iritasi.
Tujuan:
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Membantu mengurangi perdarahan
4. Membatasi peradangan
Indikasi:
1. Pasien yang suhunya tinggi
2. Pasien perdarahan hebat
3. Pasien yang kesakitan

Kontraindikasi:
1. Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena
mengurangi aliran ke luka terbuka.
2. Gangguan sirkulasi.
3. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan menyebabkan
kerusakan jaringan.
4. Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki
alergi terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi
(misalnya, eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang
spasme otot), yang dapat membahayakan jika orang tersebut
hipersensitif.
Persiapan Alat:
Alat
1. Bengkok

21
2. Kantong es
3. Sarung
pelindung Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Prosedur Tindakan
1. Tahap Prainteraksi
Kaji:
a. Kemampuan klien untuk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan
cedera. Kaji apakah klien menyadari rasa dingin serta dapat
membedakan suhu yang terlalu dingin untuk jaringan tubuh
b. Tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum klien. Klien yang sangat
muda, sangat tua, tidak sadar,atau yang lemah tidak dapat
menoleransi dingin dengan baik.
c. Area yang dikompres dengan memeriksa :
1) Perubahan integritas kulit, seperti adanya edema, memar,
kemerahan, lesi terbuka, adanya rabas, dan perdarahan.
2) Status sirkulasi (warna, suhu, dan sensasi). Jaringan yang terasa
dingin, berwarna pucat atau kebiruan, dan kurangnya sensasi atau
mati rasa mengindikasikan kerusakan sirkulasi.

22
d. Tingkat ketidaknyamanan dan rentang pergerakan sendi jika spasme
otot atau nyeri sedang dikompres.
e. Denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Faktor ini penting dikaji
sebelum kompres diberikan pada area tubuh yang luas.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menjelaskan
prosedur yang akan dilakukan.
b. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
c. Ajak pasien berdoa bersama sebelum melakukan tindakan
3. Tahap Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan es dicelupkan
dulu ke dalam air untuk menghilangkan ujung-ujungnya yang
runcing.
c. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua pertiga
kantong.
d. Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau memelintir
alat.
e. Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat sebauh
simpul pada sarung tangan di bagian ujung yang terbuka. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kebocoran cairan jika es meleleh.
f. Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran.
g. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika alat tersebut
belum dibungkus.
h. Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan menggunakan kasa
gulung, pengikat, atau handuk. Fiksasi dengan plester sesuai
kebutuhan.
i. Mencuci tangan di bawah ait mengalir
j. Memasang perlak dan alasnya
k. Mendekatkan alat dan bahan
l. Memakai sarung tangan

23
m. Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan dan hanya
pada jangka waktu yang telah ditentukan guna menghindari efek
yang mebahayakan dari kompres dingin yang berkepanjangan
n. Mengucap salam dengan pasien dan berpamitan
o. Membereskan alat-alat
p. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin
q. Mencuci tangan
4. Tahap Terminasi
Evaluasi
a. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan
b. Mengevaluasi kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan selimut
dingin/cooler blanket
Dokumentasi
a. Mencatat respon klien terhadap pemindahan yang telah dilakukan
b. Mencatat kenyamanan posisi pasien setelah dilakukan pemberian
selimut pendingin/cooler blanket

24
BAB III

SIMPULAN

3.1 Simpulan
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi dengan panas
yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh normal berkisar 36,50C-37,20C.
Regulasi keseimbangan suhu tubuh diatur oleh hipotalamus dan sistem vaskuler.
Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Reaksi
kimia seluler membutuhkan energi untuk membentuk adenosine trifosfot (ATP).
Jumlah energi yang digunakan untuk metabolisme adalah laju metabolik. Aktifitas
yang memerlukan tambahan reaksi kimia meningkatkan laju metabolik. Bila
metabolisme meningkat, panas tambahan akan diproduksi. Ketika metabolisme
menurun panas yang diproduksi lebih sedikit.
Panas tubuh akan mengalami perubahan tergantung kondisi, panas tubuh bisa
berubah apabila terjadi proses radiasi, konveksi, konduksi, serta evavorasi. Dalam
mengatasi permasalahan gangguan keseimbangan suhu tubuh dilakukan tepid
sponge bath, kompres hangat, banyak minum, kolaborasi antipiretik. Selanjutnya
setelah tindakan dilakukan, maka dapat dinilai keseimbangan suhu tubuh melalui
evaluasi yang dilakukan.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai
perawat dapat memahami tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan gangguan
keseimbangan suhu tubuh dalam rangka meningkatkan kemampuan pengembangan
dan peningkatan pelayanan kesehatan serta mempermudah mahasiswa untuk
memahaminya dan mengimplementasikannya. Disamping itu juga pemahaman
mahasiswa terhadap materi yang disajikan hendaknya dapat mempermudah langkah
nantinya dilapangan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F.2016.Buku Ajar Kedokteran. Jakarta:EGC

Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatana : Konsep, Proses, Dan
Praktik. Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.2016

Arthur C Guyton,MD.2015.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Edisi 3.Volume


4. Alih Bahasa: Dr.Petrus Andrianto.Jakarta: EGC.2015

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI

26

Anda mungkin juga menyukai