Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH


Disusun dan diajukan untuk memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Dasar
Dosen Pengampu: Annisa Rahmania,S.Kep,Ners,M.kep

Disusun Oleh : Kelompok 6


1. Ayu Niara Kaiwa (20021004)
2. Helmalia (20021016)
3. Luk Luil Maknun (20021018)
4. Tiara (20021028)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebutuhan
Keseimbangan Suhu Tubuh’’dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk mememnuhi tugas Keperawatan Dasar. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang “Kebutuhan Keseimbangan
Suhu Tubuh’’dengan tepat waktu. bagi para pembaca dan juga penulis.
Penyusun Mengucapkan terima kasih kepada Ibu selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Dasar. Penyusun juga menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang,19 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.4 Tujuan Masalah............................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik................................................. 3
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik...................................................... 4
2.3 Manfaat Komunikasi Terapeutik.................................................... 5
2.4 Prinsip Komunikasi Terapeutik...................................................... 5

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 6
3.2 Saran ................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang
biasanya terjadi karena infeksi, kondisi dimana otak mematok suhu di atas
setting normal yaitu diatas 38°C. Namun demikian, panas yang
sesungguhnya adalah bila suhu >38,5°C. Hipertermia juga dapat
didefinisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi. Umumnya,
manusia akan mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh.
Namun, pada keadaan tertentu, suhu dapat meningkat dengan cepat hingga
infeksi yang masuk, tubuh akan mengeluarkan sejumlah panas ke kulit tibuh.
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terjadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit), penyakit aitoimun, keganasan,
ataupun obat-obatan (Surinah, 2009).
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu
tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah
pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area
preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang
dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik
mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan
menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui
dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter
& Perry, 2005).
Hasil penelitian Tri Redjeki (2002), dirumah sakit umum Tidar
Magelang mengemukakkan bahwa kompres hangat lebih banyak
menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kompres air dingin, karena
akan terjadi vasokontruksi pembuluh darah, pasien menjadi menggigil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan konsep keseimbangan suhu tubuh?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh?
3. Keseimbangan suhu tubuh?

1.3 Tujuan penulisan


Penulis menyusun makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang
keseimbangan suhu tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suhu


Suhu adalah besaran yang menyatakan panas atau dinginnya tubuh
seseorang. Suhu merupakan salah satu faktor pendukung yang paling
mumpuni di dalam segala hal, suhu sangat berpengaruh bagi aktivitas
manusia dan bahkan tubuh manusia sendiri memerlukan suhu optimum
untuk beraktifitas.
Suhu badan adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
proses badan dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan eksternal.
Produksi panas - Kehilangan panas = Suhu badan.
Suhu tubuh manusia adalah konstan yaitu 36,89° C dan naik turunnya
berkisar antara 36,11° C sampai 37,22° C. Perbedaan hariannya kira-kira
satu derajat, tingkat terendah dicapai pada pagi hari dan titik tertinggi antara
pukul lima dan tujuh petang.

2.2 Macam-macam Suhu Tubuh


a) Suhu inti (core temperature).
Yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial,
toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya
dipertahankan relatif konstan sekitar 37°C/+ 1° F kecuali bila
seseorang mengalami demam. Suhu normal rata-rata secara umum
adalah 98,00 sampai 98.6° F (36,7-37° C) bila diukur per oral, dan ±
1°F atau 0,6° C lebih tinggi bila diukur per rekta. Tempat pengukuran
suhu inti yang paling efektif yaitu rektum, membran timpani, esofagus,
arteri pulmonal, kandung kemih, rektal

b) Suhu permukaan (surface temperature).


Yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak.
Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20° C sampai 40° C.
Tempat pengukuran suhu permukaan yang paling efektif yaitu kulit,
aksila, oral.

2.3 Organ Pengatur suhu Tubuh


Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus, hipotalamus ini
dikenal sebagai termostat yang berada di bawah otak. Terdapat dua
hipotalamus, yaitu hipotalamus anterior yang berfungsi mengatur
pembuangan panas dan hipotalamus posterior yang berfungsi mengatur
upaya penyimpanan panas. Saraf-saraf yang terdapat pada bagian preoptik
hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior memperoleh dua sinyal,
yaitu:
1. berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor
panas/dingin,
2. berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian hipotalamus itu
sendiri.

Termostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan


untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai di bawah
atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai impuls untuk
menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas.
1. Termoreseptor perifer
Termoreseptor yang terletak dalam kulit, mendeteksi perubahan suhu
kulit dan membran mukosa tertentu serta mentransmisi informasi
tersebut ke hipotalamus.
2. Termoreseptor sentral
Termoreseptor ini terletak di antara hipotalamus anterior, medula
spinalis, organ abdomen, dan struktur internal lainnya juga
mendeteksi perubahan suhu darah.

2.4 Produksi Panas


Perubahan aktivitas otot merupakan kontrol produksi panas utama dan
menurunkan suhu inti. Pada suhu panas, tubuh akan mengurangi gerakan
otot, sedang pada suhu dingin. akan terjadi stimulasi pada gerakan otot yang
disebut dengan menggigil. Produksi panas dapat dipengaruhi oleh sebagai
berikut.
1. Suhu lingkungan.
2. Produksi suhu karena makanan. Makan makanan yang kaya protein
akan menghasilkan peningkatan produksi panas.
3. Aktivitas otot. Aktivitas otot akan meningkatkan kontraksi otot.
Selama bergerak atau berolahraga atau menggigil akan menstimulasi
peningkatan metabolisme
4. Kontrol asupan makanan. Pengaturan asupan makanan dapat
dipengaruhi oleh hormon leptin yang terdapat pada jaringan lemak.
Hormon ini akan merangsang hipotalamus untuk mengurangi asupan
makanan dengan menghambat pelepasan neuropeptida yang
merangsang makan. Hormon leptin penting untuk kontrol jangka
panjang. Sementara kontrol jangka pendek diatur oleh bermacam-
macam sinyal seperti hormon insulin, suhu tubuh, jumlah makanan
yang berada di gastrointestinal
5. Kelebihan berat badan dan obesitas. Penurunan kalori dari asupan
makanan akan menurunkan kecepatan metabolisme sehingga dapat
menurunkan kehilangan berat badan, sebaliknya dengan berolahraga
akan mengatur set poin penurunan penyimpanan lemak.
6. Gangguan konsumsi makan. Anoreksia nervosa adalah keadaan
patologis akibat takut berat badan bertambah sehingga mengurangi
jumlah makan. Keadaan ini akan mengakibatkan penurunan tekanan
darah, turunnya suhu tubuh, dan perubahan sekresi hormon dan dalam
keadaan tertentu dapat menyebabkan kematian.
7. Tinggi, berat, dan luas permukaan tubuh.
8. Jenis kelamin dan umur.
9. Kondisi emosional

2.5 Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit


Hipotermi adalah suhu tubuh di bawah 36,5oC. Bayi baru lahir rentan
berisiko mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35-35,5ºC dalam 15-30
menit karena kecerobohan perawatan di ruang bersalin.
Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi
sempurna,untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas dari
tubuh bayi karena bayi beresiko mengalami hipotermi. Bayi baru lahir tidak
dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri sehingga dengan cepat terjadi
kehilangan panas apabila tidak segera dicegah bayi dengan hipotermi sangat
rentan terhadap kesakitan dan kematian. Mekanisme kehilangan panas bayi
baru lahir terjadi melalui :
a) Evaporasi
Evaporasi adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh bayi.
Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan pada permukaan
tubuh bayi. Kehilangan panas tubuh melalui penguapan dari kulit
tubuh yang basah ke udara, karen bayi baru lahir diselimuti oleh
air/cairan ketuban/amnion. Proses ini terjadi apabila Bayi Baru Lahir
tidak segera dikeringkan setelah lahir.

b) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dan benda atau permukaan yang temperaturnya lebih
rendah. Misalnya bayi ditempatkan langsung pada meja, perlak,
timbangan, atau bahkan di tempat dengan permukaan yang terbuat
dari logam.

c) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh bayi
terpapar udara atau lingkungan bertemperatur dingin. Kehilangan
panas badan bayi melalui aliran udara sekitar bayi yang lebih dingin.
Misalnya, bayi dilahirkan di kamar yang pintu dan jendela terbuka,
ada kipas/AC yang dihidupkan.

d) Radiasi
Radiasi adalah pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih dingin
di dekat tubuh bayi. Kehilangan panas badan bayi melalui
pemancaran/radiasi dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar bayi yang
lebih dingin. Misalnya, suhu kamar bayi/kamar bersalin di bawah
25ºC,
terutama jika dinding kamarnya lebih dingin karena bahannya dari
keramik/marmer. (Wahyuni, Sari, 2012:5-)

2.6 Termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat
ditolelir. Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior
terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas,
yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi
dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan
biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


1. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang
relatif konstan. masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi
dengan cepat. Suhu tubuh bayi dapat berespons secara drastis
terhadap perubahan suhu lingkungan

2. Olaraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan
metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat
meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
3. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih
besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat
dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar
progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat di bawah kadar
batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi.
Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang
sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan
berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena
kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi
dan vasokontriksi.
a) Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%.
Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.

b) Hormon tiroid. Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas


hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan
kadar tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme menjadi
50-100% di atas normal.

c) Hormon kelamin. Hormon kelamin pria dapat meningkatkan


kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan
normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada
perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi daripada laki-laki
karena pengeluaran hormon progesteron pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6° C di atas suhu basal.

4. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5" C sampai 1° C selama
periode 24 jam. Bagaimana pun, suhu merupakan irama stabil pada
manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul satu dan
empat dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul
18.00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui,
pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam
hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran
itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai
usia. Penelitian menunjukkan puncak suhu tubuh adalah dini hari
pada lansia.
5. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.

6. Lingkungan
Lingkungan memengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi
suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh
akan naik. Jika klien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu
tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan
pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering
dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka
kurang efisien.

7. Kecepatan metabolisme basal


Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda Hal ini
memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi
berbeda pula.

8. Rangsangan saraf simpatis


Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan
metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Di samping itu, rangsangan
saraf simpatis dapat mencegah lemak cokelat (brown fat) yang
tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh
metabolisme lemak cokelat adalah produksi panas. Umumnya,
rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stres individu yang
menyebabkan peningkatan produksi epinefrin dan norepinefrin yang
meningkatkan metabolisme.

9. Demam (peradangan).
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10° C.

10. Status gizi.


Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20-30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat
makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan
demikian, orang yang mengalami malnutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan
lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia
karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak
menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan
yang lain.

11. Gangguan organ.


Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus,
dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami
gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi
infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit
berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu

12. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya
panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang
lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi
suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan
lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan
panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil
melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot.
Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi
(kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan
konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien.
Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk
keseimbangan suhu tubuh.

13. Irama diurnal.


Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah
manusia yang tidur pada malam hari dan bangun sepanjang siang
terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal malam.

14. Jenis kelamin.


Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi
daripada wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi siklus haid. Pada
saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat bangun meningkat
0,3-0,5° C.
2.8 Perubahan Suhu
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal memengaruhi set point
hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang
berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan. produksi panas minimal.
Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut.
Sifat perubahan tersebut memengaruhi masalah klinis yang dialami klien.
1. Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme pengeluaran
panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran
kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu
tubuh abnormal. Demam sebenarnya merupakan akibat dari
perubahan set point hipotalamus. Demam adalah peningkatan suhu
tubuh karena pengaturan ulang termostat di hipotalamus. Suhu tubuh
selalu diusahakan untuk dipertahankan Pada umumnya, demam
disebabkan oleh infeksi dan stres. Demam adalah temperatur tubuh di
atas batas normal.

2. Kelelahan akibat panas


Kelelehan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih. Hal
ini disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan
gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan
akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke
lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan
cairan dan elektrolit.

3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Menurut Molton (2005) respons tubuh terhadap hipertermia seperti
demam dan terjadinya peningkatan aliran darah ke otak dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan
tekanan intrakranial sering menyebabkan kematian. . Untuk itu, perlu
sekali dilakukan kontrol terhadap peningkatan suhu untuk
menghindari peningkatan tekanan intrakranial dan perluasan area
iskemik.
4. Heatstoke
5. Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut Heatstoke. Kedaruratan yang berbahaya dengan
angka mortalitas yang tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih
sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular,
hipotiroidisme, diabetes, atau alkoholik. Orang yang juga termasuk
berisiko adalah orang yang mengonsumsi obat yang menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (misalnya fenotiasin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-
adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja
yang berat (misal atlet, pekerja konstruksi, dan petani). Tanda dan
gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus,
mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda
yang paling utama dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan
kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit
sangat berat dan malfungsi hipotalamus.

6. Panas yang hebat (heat exhaustion)


Dapat menyebabkan kolaps karena hipotensi, akibat (1) penurunan
volume plasma darah akibat semakin besarnya volume pengeluaran
keringat, sehingga akan menurunkan CO jantung dan (2) dilatasi
berlebih pada pembuluh darah kulit sehingga menurunkan resistensi
perifer.

7. Hipotermia
Pengeluaran panas paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui
pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak
sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan
metabolik dan kebutuhan tubuh terhadap oksigen.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai