Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebutuhan
Keseimbangan Suhu Tubuh’’dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk mememnuhi tugas Keperawatan Dasar. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang “Kebutuhan Keseimbangan
Suhu Tubuh’’dengan tepat waktu. bagi para pembaca dan juga penulis.
Penyusun Mengucapkan terima kasih kepada Ibu selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Dasar. Penyusun juga menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.4 Tujuan Masalah............................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik................................................. 3
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik...................................................... 4
2.3 Manfaat Komunikasi Terapeutik.................................................... 5
2.4 Prinsip Komunikasi Terapeutik...................................................... 5
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 6
3.2 Saran ................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
b) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dan benda atau permukaan yang temperaturnya lebih
rendah. Misalnya bayi ditempatkan langsung pada meja, perlak,
timbangan, atau bahkan di tempat dengan permukaan yang terbuat
dari logam.
c) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh bayi
terpapar udara atau lingkungan bertemperatur dingin. Kehilangan
panas badan bayi melalui aliran udara sekitar bayi yang lebih dingin.
Misalnya, bayi dilahirkan di kamar yang pintu dan jendela terbuka,
ada kipas/AC yang dihidupkan.
d) Radiasi
Radiasi adalah pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih dingin
di dekat tubuh bayi. Kehilangan panas badan bayi melalui
pemancaran/radiasi dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar bayi yang
lebih dingin. Misalnya, suhu kamar bayi/kamar bersalin di bawah
25ºC,
terutama jika dinding kamarnya lebih dingin karena bahannya dari
keramik/marmer. (Wahyuni, Sari, 2012:5-)
2.6 Termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat
ditolelir. Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior
terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas,
yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi
dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan
biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.
2. Olaraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan
metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat
meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
3. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih
besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat
dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar
progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat di bawah kadar
batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi.
Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang
sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan
berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena
kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi
dan vasokontriksi.
a) Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%.
Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5" C sampai 1° C selama
periode 24 jam. Bagaimana pun, suhu merupakan irama stabil pada
manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul satu dan
empat dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul
18.00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui,
pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam
hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran
itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai
usia. Penelitian menunjukkan puncak suhu tubuh adalah dini hari
pada lansia.
5. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.
6. Lingkungan
Lingkungan memengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi
suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh
akan naik. Jika klien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu
tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan
pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering
dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka
kurang efisien.
9. Demam (peradangan).
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10° C.
12. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya
panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang
lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi
suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan
lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan
panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil
melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot.
Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi
(kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan
konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien.
Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk
keseimbangan suhu tubuh.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Menurut Molton (2005) respons tubuh terhadap hipertermia seperti
demam dan terjadinya peningkatan aliran darah ke otak dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan
tekanan intrakranial sering menyebabkan kematian. . Untuk itu, perlu
sekali dilakukan kontrol terhadap peningkatan suhu untuk
menghindari peningkatan tekanan intrakranial dan perluasan area
iskemik.
4. Heatstoke
5. Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut Heatstoke. Kedaruratan yang berbahaya dengan
angka mortalitas yang tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih
sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular,
hipotiroidisme, diabetes, atau alkoholik. Orang yang juga termasuk
berisiko adalah orang yang mengonsumsi obat yang menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (misalnya fenotiasin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-
adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja
yang berat (misal atlet, pekerja konstruksi, dan petani). Tanda dan
gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus,
mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda
yang paling utama dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan
kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit
sangat berat dan malfungsi hipotalamus.
7. Hipotermia
Pengeluaran panas paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui
pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak
sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan
metabolik dan kebutuhan tubuh terhadap oksigen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan