Anda di halaman 1dari 34

Visi

Pada tahun 2025 menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang unggul dalam penguasaan
asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan neurosains melalui pendekatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

Pemenuhan Kebutuhan
Keseimbangan Suhu Tubuh

PROGRAM STUDI : :PROGRAM D III KEPERAWATAN


MATA KULIAH : :Keperawatan Dasar
DOSEN : Yuli Mulyanti Skp. M.Kes
BEBAN STUDI : :5 sks
KELAS : 1 REGULER B

ANGGOTA KELOMPOK 6
1. Septiah Lestari P3.73.20.1.19.071
2. Silmi Kaffah B P3.73.20.1.19.072
3. Siti Kamilah P3.73.20.1.19.073
4. Siti Ridhoah Savira P3.73.20.1.19.074
5. Yuni Eka Ramadhani P3.73.20.1.19.079

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
bimbingan-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Keperawatan Dasar yang
berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh”.
Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang konsep dasar suhu dan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan suhu, diajukan demi memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Dasar.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai konsep dasar suhu dan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan suhu.

Bekasi, februari 2020

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................................. i
Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian suhu tubuh ................................................................................................... 3
B. Fisiologi suhu tubuh ...................................................................................................... 3
C. pengaturan suhu termogulasi ........................................................................................ 4
D. Indikasi dan kontraindikasi pengukuran suhu tubuh .................................................... 9
E. Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh ................................................................................. 10
F. Faktor yang mempengaruhi pengukuran suhu tubuh .................................................. 12
G. Penerapan asuhan keperawatan untuk keseimbangan suhu tubuh .............................. 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................................. 30
B. Saran ............................................................................................................................ 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar manusia melakukan aktivitas pada lingkungan yang “normal”, yaitu
pada suhu sedang pada dataran yang tidak terlalu jauh di atas permukaan laut.
Dibandingkan dengan primata lain, manusia mempunyai kemampuan yang jauh lebih
besar untuk mentoleransi suhu panas, karena banyaknya kelenjar keringat serta tubuh
yang hanya berambut halus. Di dalam tubuh energi panas dihasilkan oleh jaringan aktif
terutama dalam otot, kemudian juga dalam alat keringat, lemak, tulang, jaringan ikat,
serta saraf. Energi panas yang dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui
sirkulasi darah, namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata.
Panas merupakan suatu bentukenergi. Panas dapat digunakan untuk menaikkan
suhu air sampai menghasilkan uap. Pada tubuh, panas yang dihasilkan melalui
metabolisme makanan, digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.Banyak factor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim dan
aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu
jaringan dalam relatif konstan.Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.Ada banyak faktor yang mempengaruhi
suhu tubuh.Suhu normal rata-rata bervariasi tergantung pada lokasi pengukuran.
Tempat pengukuran suhu (oral, rektal, aksila, membran timpani, arteri pulmoner)
merupakan salah satu faktor yang menentukan suhu tubuh klien.Pengukuran suhu tubuh
ditujukan untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata yang representative.Agar
suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi
panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan suhu tubuh?
2. Bagaimana fisiologi suhu tubuh?
3. Bagimana cara pengaturan suhu melalui termogulasi?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pengukuran suhu tubuh?

1
5. Dimana saja Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi pengukuran suhu tubuh?
7. Bagimana penerapan asuhan keperawatan untuk keseimbangan suhu tubuh?

C. Tujuan makalah
1. Mengetahui pengertian suhu tubuh
2. Dapat mengetahui fisiologi suhu tubuh.
3. Dapat mengetahui pengaturan suhu melalui termogulasi.
4. Dapat mengetahui indikasi dan kontraindikasi pengukuran suhu tubuh.
5. Dapat mengetahui Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh.
6. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi pengukuran suhu tubuh.
7. Dapat mengetahui penerapan asuhan keperawatan untuk keseimbangan suhu tubuh.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengeritan suhu
Suhu adalah sebuah sifat yang akhirnya mencapai nilai yang sama seperti nilai dari
sistem lain bila semua sistem ini dibuat bersentuhan. Konsep ini sesuai dengan pemikiran
sehari-hari mengenai suhu sebagai ukuran kepanasan atau kedinginan, karena sejauh
pengetahuan kita mengenai suhu adalah semua benda akan mempunyai kepanasan sama
setelah benda-benda tersebut bersentuhan cukup lama. Banyak sifat fisik yang dapat diukur
yang berubah seiring suhu yang kita tanggapi secara psikologis berubah, diantaranya suhu
udara, kelembaban dan parameter-parameter suhu lainnya. Sistem Instrumentasi yang
berbentuk akuisisi data telah dipergunakan secara luas dalam kegiatan perindustrian, karena
merupakan bagian dari proses kontrol.
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh
dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luas. Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu,
yaitu suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu dari tubuh bagian dalam dan besarnya
selalu dipertahankan konstan, sekitar ± 1ºF (± 0,6º C) dari hari ke hari, kecuali bila
seseorang mengalami demam. Sedangkan suhu kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik
dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bila dibentuk panas yang berlebihan di dalam
tubuh, suhu kulit akan meningkat. Sebaliknya, apabila tubuh mengalami kehilangan panas
yang besar maka suhu kulit akan menurun (Guyton & Hall, 2012).
Nilai suhu tubuh juga ditentukan oleh lokasi pengukuran, pengukuran suhu bertujuan
memperoleh nilai suhu jaringan dalam tubuh.Lokasi pengukuran untuk suhu inti yaitu
rektum, membran timpani, arteri temporalis, arteri pulmonalis, esophagus dan kandung
kemih.Lokasi pengukuran suhu permukaan yaitu kulit, oral dan aksila (Potter & Perry,
2005).

B. fisiologi suhu tubuh


Hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu di otak, mengendalikan suhu tubuh
dengan mengendalikan suhu darah.
Panas adalah produk metabolisme. Aktivitas otot dan kelenjar menghasilkan sebagian
besar panas tubuh. Ketika tubuh dingin, mengolahragakan otot akan menghangatkan tubuh.

3
Jika seseorang marah atau senang, kelenjar adrenal menjadi sangat aktif dan orang tersebut
menjadi merasa hangat. Proses pencernaan meningkatkan suhu tubuh. Dingin, syok, dan
obat-obatan tertentu menekan sistem saraf dan menurunkan produksi panas. Hipotalamus
merasakan perubahan ini dan melakukan penyesuaian yang tepat.

Tabel. 2.1 Gambaran Rute, Kisaran Suhu, Dan Waktu.


TABEL.2.1 Kisaran Suhu Normal
RUTE KISARAN SUHU WAKTU
Oral (Mulut) 35,5ºC-37,5ºC (95,9ºF-99,5ºF) 0,5-1,5 mnt
Rektal (Anus) 36,6ºC-38ºC (97,9ºF-100,4ºF) 0,5-1,5 mnt
Aksila (Ketiak) 34,7ºC-37,3ºC (94,5ºF-99,1ºF) 1-3 mnt
Timpanik(Saluranauditorius) 35,8ºC-38ºC (96,4ºF-100,4ºF) 1-2 dtk
Arteri temporalis* 35,8ºC-38ºC (96,4ºF-100,4ºF) 1-2 dtk

Gambar 2.1 Pengaturan Suhu (sumber: …., thn)

C. Pengaturan suhu termogulasi


Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu
tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan
pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis

4
dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu.
1. Kontrol Neural Dan Vaskular
Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh
sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Suhu yang nyaman adalah pada “set point” di
mana sistem panas beroperasi. Di rumah, turunnya suhu ruangan mengaktifkan perapian,
sebaliknya naiknya suhu mematikan perapian. Hipotalamus merasakan perubahan ringan
pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point, impuls akan
dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk
berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas.
Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan
pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior, merasakan suhu tubuh lebih rendah dari
set point, mekanisme konservasi panas bekerja.
Vasokonstriksiksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah ke kulit
dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter
dan getaran (menggigil) pada otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan
tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus
atau korda spinalis, yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan
yang serius pada kontrol suhu.
2. Produksi Panas
Panas diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme, yang merupakan reaksi kimia
pada semua sel tubuh. Makanan merupakan sumber bahan bakar yang utama bagi
metabolisme. Termoregulasi mcmbutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas.
Reaksi kimia seluler membutuhkan energi untuk membentuk adenosin trifosfat (ATP).
Jumlah energi yang digunakan untuk metabolisme adalah laju metabolik. Aktivitas yang
memerlukan tambahan reaksi kimia meningkatkan laju metabolik. Bila metabolisme
meningkat, panas tambahan akan diproduksi. Ketika metabolisme menurun, panas yang
diproduksi lebih sedikit. Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot polos,
getaran otot dan termogenesis tanpa menggigil.

5
a. Metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi tubuh saat istirahat. Jumlah
rata-rata laju metabolik basal (BMR) bergantung pada luas permukaan tubuh. Hormon
tiroid juga mempengaruhi BMR. Dengan cara meningkatkan pemecahan glukosa dan
lemak tubuh, hormon tiroid meningkatkan laju reaksi kimia pada hampir seluruh sel
tubuh. Bila hormon tiroid disekresi dalam jumlah besar, BMR dapat meningkat 100%
di atas normal. Tidak adanya hormon tiroid dapat mengurangi setengah jumlah BMR,
yang menyebabkan penurunan produksi panas. Stimulasi sistem saraf simpatis oleh
norepinefrin dan epinefrin juga dapat meningkatkan laju metabolik jaringan tubuh.
Mediator kimia ini menyebabkan glukosa darah turun, yang akan menstimulasi sel
untuk menghasilkan glukosa. Hormon seks pria, testosteron meningkatkan BMR. Pria
memiliki BMR yang lebih tinggi daripada wanita.
b. Gerakan volunter seperti aktivitas otot selama latihan, membutuhkan tambahan energi.
Laju metabolik dapat meningkat di atas 2000 kali normal. Produksi panas dapat
meningkat di atas 50 kali normal.
c. Menggigil merrupakan respons tubuh involunter terhadap suhu yang berbeda dalam
tubuh. Gerakan otot skelet selama menggigil membutuhkan energi yang signifikan.
Menggigil dapat meningkatkan produksi panas 4 sampai 5 kali lebih dari normal.
Panas diproduksi untuk mempertahankan suhu tubuh.
3. Mekanisme Kehilangan Panas
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan.Struktur kulit dan paparan
terhadap lingkungan secara konslan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi,
konduksi, konveksi, evaporasi dan diaforesis.
a. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan
objek lain tanpa keduanya bersentuhan (Thibodeau dan Patton, 1993). Panas berpindah
melalui gelombang elektromagnetik.Aliran darah dari organ internal inti membawa
panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan.Jumlah panas yang dibawa ke
permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh
hipotalamus.Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingin di
sekelilingnya.Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat.

6
Vasodilatasi perifer juga meningkatkan aliran darah ke kulit untuk memperluas
penyebaran yang ke luar.Vasokonstriksi perifer meminimalkan kehilangan panas ke
luar.Sampai 85% area permukaan tubuh manusia menyebarkan panas ke
lingkungan.Namun, bila lingkungan lebih hangat dari kulit, tubuh mengabsorbsi panas
melalui radiasi.
Perawat meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi dengan melepaskan
pakaian atau selimut.Posisi klien meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi (mis.
berdiri memanjakan area permukaan radiasi lebih besar dan berbaring pada posisi
janin, meminimalkan radiasi panas).Menutup tubuh dengan pakaian gelap dan rajutan
juga mengurangi jumlah kehilangan panas melalui radiasi.
b. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek Iain dengan kontak
langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang.
Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi
melalui benda padat, gas, dan cair.Konduksi normalnya menyebabkan sedikit
kehilangan panas.Perawat meningkatkan kehilangan panas konduktif ketika
memberikan kompres es atau memandikan klien dengan air dingin. Memberikan
beberapa lapis pakaian mengurangi kehilangan konduktif. Tubuh menambah panas
dengan konduksi ketika kontak dilakukan dengan material yang lebih hangat dari suhu
kulit.
c. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara.Panas dikonduksi
pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit.Arus
udara membawa udara hangat.Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan
panas konvektif meningkat.Kipas angin listrik meningkatkan kehilangan panas melalui
konveksi.Kehilangan panas konvektif meningkat ketika kulit lembab kontak dengan
udara yang bergerak ringan.
d. Evaporasi
Evaporasi adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang
menguap (Guyton, 1991). Tubuh secara kontinu kehilangan panas melalui

7
evaporasi.Kira-kira 600 sampai 900 ml sehari menguap dari kulit dan paru, yang
mengakibatkan kehilangan air dan panas.Kehilangan normal ini dipertimbangkan
kehilangan air tidak kasat mata dan tidak memainkan peran utama dalam pengaturan
suhu.
Dengan mengatur perspirasi atau berkeringat, tubuh meningkatkan kehilangan
panas evaporatif tambahan. Berjuta-juta kelenjar keringat yang terletak dalam dermis
kulit menyekresi keringat melalui duktus kecil pada permukaan kulit. Ketika suhu
tubuh meningkat, hipotalamus anterior mcmberi sinyal kelenjar keringat untuk
melepaskan keringat. Selama latihan dan stres emosi atau mental, berkeringat adalah
salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan
laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta
hidung dan faring kering.
e. Diaforesis
Diaforesis adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada
di bawah dermis kulit. Kelenjar menyekresi keringat, larutan berair yang mengandung
natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit.Kelenjar
dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat
mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan
panas. Suhu tubuh rendah menghambat sekresi kelenjar keringat.
Diaforesis kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara
tinggi. Individu yang tidak mempunyai kelenjar keringat kongenital atau yang
mempunyai penyakit kulit serius yang merusak diaforesis tidak dapat menoleransi
suhu hangat karena mereka tidak dapat mendinginkan diri mereka sendiri secara
adekuat.
4. Penurunan Suhu Tubuh
Suhu tubuh yang jauh di bawah normal disebut hipotermia. Dalam beberapa keadaan,
suhu tubuh sedikit dibawah normal mengindikasikan sesuatu yang diinginkan. Penurunan
suhu tubuh memperlambat metabolisme dan dengan demikian menurunkan kebutuhan
tubuh akan oksigen.

8
Tanda klinis hipotermia yaitu menggigil hebat (awalnya) merasa dingin dan
kedinginan, pucat, dingin, kulit seperti lilin, hipotensi, haluaran urine menurun, koordinasi
otot berkurang, disorientasi, dan mengantuk yang mengarah ke koma.

D. Indikasi dan kontraindikasi pengukuran suhu tubuh


1. Indikasi
Pada pasien baru, menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3x sehari (06.00,
12.00, 18.00) sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi
dokter. Bersamaan dengan pengukuran tanda-tanda vital.
2. Kontraindikasi
a. Pengukuran suhu oral
1) Klien tidak kooperatif
2) Bayi atau toodler
3) Tidak sadar
4) Dalam keadaan menggigil
5) Orang yang biasa bernapas dengan mulut
6) Pembedahan pada mulut
7) Klien tidak bias menutup mulut
b. Pengukuran suhu rektal
1) Diare
2) Pembedahan rektal
3) Clotting disorders
4) Hemoroid
c. Pengukuran suhu aksila
1) Pembedahan aksila
2) Inflamasi lokal daerah aksila
d. Pengukuran suhu membrane timpani
1) Pembedahan telinga/membrane timpani
2) Impaksi serumen
3) Otitis media

9
E. Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh
Beberapa lokasi yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh, yaitu sebagai berikut:
1. Oral (mulut)
Pengukuran suhu oral mengukur suhu di arteri lingualis atau dibawah lidah. Jika
seorang klien baru saja meminum air dingin atau panas atau baru saja merokok tunggu
samapai 15 menit sebelum pemeriksaan suhu oral. Mengunyah permen karet dan
tembakau tanpa asap juga dapat mempengaruhi suhu oral. Jangan gunakan metode
pengukuran suhu peroral pada pasien yang tidak sadar, konfusi (bingung), tidak
kooperatif atau tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka, yang mengalami kejang
aktif, dan pada bayi atau anak-anak. Rasional: semua klien ini dapat secara tidak sengaja
menggigit termometer tersebut.
Metode oral juga dikontraindikasikan pada klien yang sering mencoba bunuh diri.
Mereka yang baru menjalani pembedahan oral atau yang mengalami cedera pada hidung
atau mulut mereka yang mengalami kondisi yang mengharuskan bernafas melalui mulut
agar mendapatkan oksigen.
Rasional: Individu harus mampu mempertahankan area sublingual tetap tertutup saat
suhu diukur.

Gambar. 2.2 Pengukuran suhu oral mengukur suhu di arteri lingualis atau dibawah
lidah (Sumber:google.com)
2. Rektal (anus)
Suhu rektal dapat digunakan untuk klien yang tidak sadar atau setelah klien
menjalani bedah mulut. Namun, pengukuran arteri timpanik atau temporalis lebih sering
digunakan. Suhu rektal dikontraindikasikan setelah prosedur bedah rektal (dan sering kali
setelah bedah vagina) dan dalam kondisi seperti diare, kolitis, atau kanker rektum.

10
Gambar.2.3 Pengukuran suhu di rektal
(Sumber:google.com)
3. Aksila (ketiak)
Suhu aksila meliputi suhu yang paling bawah keakuratannya karena permukaan kulit
di area aksila mungkin tidak membentuk sekat yang ketat. Metode aksila sering kali
digunakan untuk menyelamatkan bayi yang baru lahir, untuk klien lain, ukur suhu aksila
hanya jika kondisi tidak memungkinkan atau tidak menginginkan pengukuran suhu tubuh
dilakukan dengan metode lain.

Gambar.2.4 Pengukuran suhu aksila


(Sumber:google.com)
4. Timpanik (membran timpani/saluran telinga)
Termometer dipasang dengan tepat ke saluran telinga luar klien. Termometer ini
mengukur radiasi suhu yang dipancarkan oleh membran timpanik (TM: gendang telinga)
dan saluran telinga. Karena suhu suplai darah membran timpani serupa dengan suhu
darah yang mengelilingi talamus (pusat pengaturan suhu tubuh), ini merupakan tempat
ideal untuk mengukur suhu tubuh. Termometer timpanik mengukur suhu dalam 1 sampai

11
2 detik. Banyak unit perawatan pediatrik dan intensif menggunakan jenis termometer ini
karena termometer ini mencatat suhu dengan sangat cepat.

Gambar. 2.5 Pengukuran Suhu Timpanik


(Sumber:google.com)

F. Faktor yang mempengaruhi pengukuran suhu tubuh


1. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan,
masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.Mekanisme kontrol
suhu masih imatur.Suhu tubuh bayi dapat berespons secara drastis terhadap perubahan
suhu lingkungan.Pakaian harus cukup dan paparan pada suhu yang ekstrem harus
dihindari.Bayi baru lahir pengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala dan
oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas.
Bila terlindung dari lingkungan yang ekstrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada
35,5° sampai 39.5°C. Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi
memasuki masa anak-anak. Perbedaan secara individu 025° sampai 0,55°C adalah
normal (Whaley and Wong, 1995).
Regulasi suhu tidak stabil sampai anak-anak mencapai pubertas.Rentang suhu
normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit daripada dewasa awal.Suhu oral 35°C
tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin.Namun, rentang suhu tubuh pada lansia
sekitar 36°C.Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena kemunduran
mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor (kontrol vasokonstriksi dan

12
vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar
keringat dan penumnan metabolisme.
2. Aktivitas
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat
dan lemak.Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas.Segala
jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu
tubuh.Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan suhu tubuh
untuk sememara sampai 41°C.
3. Stres dan emosi
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan.Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas.Klien yang cemas saat
masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari
normal.
4. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme
pengeluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada di lingkungan luar tanpa
baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan
pengeluaran panas yang konduktif.Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu
lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang efisien.
5. Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat memengaruhi suhu tubuh. Misalnya, terdapat peningkatan
suhu tubuh sebesar 0,3—0,5℃ pada wanita yang sedang mengalami ovulasi. Hal
tersebut karena selama ovulasi terjadi peningkatan hormon progesteron. Hormon
estrogen dan progesteron meningkatkan basal metabolisme rate.

G. Penerapan asuhan keperawatan untuk keseimbangan suhu tubuh


1. Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas : pengumpulan data,
analisa data, merumuskan masalah, analisa masalah.

13
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa,
status perkawinan, tanggal masuk, diagnose medis.
b. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien untuk datang ke rumah sakit adalah
demam dan kulit bercak-bercak merah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan klien merasa demam dan mengatakan sudah demam
selama 3 hari dan kulit bercak-bercak merah ,klien merasa haus dan lemas.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti ini.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit
seperti ini.
f. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi, baik obat – obatan maupun makanan.
g. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme frekuensi jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang–kadang klien mengalami diare /
konstipasi.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing sedikit /
banyak, sakit / tidak.
4) Tidur dan istirahat. Klien sering mengalami kurang tidur karena tidak nyaman
dengan badan yang terasa panas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
berkurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sedikit sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.

14
2. Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
a. Keadaan Umum
Penampilan: Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital: TD = 110/70 mmHg
RR = 24 x/menit
N = 94 x/menit
S = 38.5 ̊ C
b. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada ketombe, tidak ada kotoran pada kulit kepala,
pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
c. Wajah
Warna kulit wajah: kemerah-merahan.
d. Kulit
Turgor kulit menurun, teraba hangat, tidak ada lesi, tidak terjadi edema, tidak
terjadi perdangan.
e. Penglihatan/Bola Mata
Bola mata simetris, pergerakan bola mata normal, reflex pupil terhadap cahaya
normal, kornea bening, konjungtiva anemis ada, selera ada ikterik, ketajaman
penglihatan normal.
f. Penciuman / Hidung
Bentuk simetris fungsi penciuman baik, tidak ada peradangan, tidak polip.
g. Pendengaran / Telinga
Bentuk daun telinga simetris, letaknya simetris, tidak ada peradangan fungsi
pendengaran baik. tidak ada serumen, tidak ada cairan.
h. Mulut
Bibir berwarna pucat, mukosa bibir kering, gigi bersih, gusi tidak berdarah, tonsil
tidak radang, lidah tidak kotor, fungsi pengecapan baik, Mucosa mulut merah
jambu, tidak ada stomatitis.
i. Leher

15
Benjol/ masa tidak, tidak nyeri tekan, pergerakan leher (ROM): bisa bergerak
fleksi, rotak tidak, later fleksi tidak, hiper ekstension tidak,tenggorokan: ovula
simetris, kedudukan trachea normal, gangguan bicara tidak ada.
j. Pernafasan/ Dada
Bentuk dada simestris, pergerakan dinding dada simestris, tidak ada irama
pernapasan seperti : tidak teratur, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi, tidak ada
nyeri tekan pada dada.
k. Abdomen
Bentuk simetris, datar, nyeri tekan pada epigastrik tidak, peningkatan peristaltic
usus tidak, nyeri tekan pada daerah suprapubik tidak, ada oedem dibagian perut
kanan atas.
l. Sistem Reproduksi
Radang pada genitalia eksterna tidak, lesi tidak ada, pengeluran cairan tidak ada.
m. Ekstremitas Atas/Bawah
Tidak ada pembatas gerak, tidak, ada oedem, verises tidak ada, tromboplebitis tidak
ada, nyeri kemerahan tidak ada, tanda – tanda infeksi tidak ada.

3. Pengelompokkan Data
Data subjektif Data objektif
a. Pasien mengeluh panas a. Suhu tubuh tidak normal
b. Pasien merasa demam, klien merasa b. Takikardia
lemas dan haus c. Takipnea
c. Pasien mengatakan badannya terasa d. Mukosa bibir kering
lemas/ lemah e. Kulit teraba panas
f. Kulit merah

16
4. Analisis data

Data fokus Problem Etiologi

DS: Pasien mengeluh panas, Hipertermi Peningkatan suhu tubuh


pasien merasa demam, klien
merasa lemas dan haus
DO:
 Kulit pasien merah
 Mukosa bibir kering
 Kulit teraba panas
 Suhu tubuh: 38ºC

5. Diagnosis
Diagnosa Keperawatan menurut NANDA (2017) yang berkaitan dengan Termoregulasi
yaitu:
a. Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan:
 Pakaian tidak sesuai
 Cedera sistem saraf pusat
 Paparan terhadap lingkungan (panas/ dingin)
 Kerusakan sistem termoregulasi
b. Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan:
 Imaturitas
 Perubahan fisiologis penuaan
 Cedera sistem saraf pusat
 Suhu lingkungan
c. Hipertermia yang berhubungan dengan :
 Peningkatan laju metabolik
 Pakaian tidak sesuai
 Paparan terhadap lingkungan yang panas
 Tidak dapat berkeringat

17
 Medikasi
 Aktivitas banyak dan berat
 Proses infeksi (disebabkan oleh bakteri/ virus).

Problem Tanggalditemukan Tanggaltertasi

Hipertermi d/d ketidakefektifan


termoregulasi suhu

6. Perencanaan / intervensi
Rencana perawatan bagi pasien dengan perubahan suhu yang aktual berfokus pada
pemulihan normotermia, meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan
(Potter &Perry, 2005).
Berdasarkan NANDA (2018—2020), diagnosis keperawatan yang berkaitan dengan
termoregulasi meliputi enamdiagnosis. Namun, dalam pembahasan kali ini akan
diuraikan diagnosis umum yang sering terjadi dimasyarakat , yakni hipertemia.
DiagnosaKeperawatan / RencanaKeperawatan
masalahKalaborasi TujuanKriteria Hasil Intervensi
Hipertermia NOC NIC
Definisi: suhu tubuh
meningkat diatas rentang
normal tubuh.
Berhubungan dengan : Thermoregulasi 1. Monitor suhu
1. Dehidrasi sesering
2. Terpapar lingkungan mungkin
panas 2. Monitor warna
3. Proses penyakit (mis. dan suhu kulit
Infeksi, kanker) 3. Monitor
4. Ketidaksesuaian tekanan darah,
pakaian dengan suhu nadi dan RR

18
lingkungan 4. Monitor
5. Peningkatan laju penurunan
metabolisme tingkat
6. Respon trauma kesadaran
7. Aktivitas berlebih 5. Monitor WBC,
8. Penggunaan Hb, dan Hct
inkubator 6. Monitor intake
dan output
7. Berikan anti
piretik:
8. Kelola anti
biotik:……..
9. Selimuti pasien
10. Berikan cairan
intravena
11. Kompres
pasien pada
lipatpaha dan
aksila
12. tingkatkansirk
ulasiudara
13. tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
14. monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
15. catatadanyaflu
ktuasi TD
16. monitor
hidrasisepertitu

19
gorkulit,
kelembaban
merman
mukosa
Data Objektif/ Data subjektif Setelah
: dilakukantindakankeperawatansel
1. Kenaikansuhutubuhdi ama…. Pasienmenunjukan:
atasrentang normal Suhutubuhdalambatas normal
2. Seranganataukonfulas dengankriteriahasil :
i (kejang)  Suhu 36 – 37C
3. Kulitkemerahan  Nadi dan RR
4. Pertambahan RR dalamrentang normal
5. Takkikardia  Tidakadaperubahanw
6. Kulitterabapanas/han arnakulit
gat  Tidakpusing
 Merasanyaman

7. Implementasi
a. PENGUKURAN SUHU
1) Mengukur Suhu Tubuh Melalui Oral
Mengukur suhu tubuh menggunakan termometer yang dimasukkan ke mulut.
Tujuan
Mengkaji suhu tubuh klien untuk menentukan tindakan keperawatan dan
membantu menegakkan diagnosis.
Persiapan Alat
Nampan berisi:
1. Termometer raksa atau termometer digital siap pakai.
2. Bengkok.
3. Larutan sabun, disenfektan, air bersih.
4. Kertas tisu.
5. Sarung tangan.

20
6. Buku catatan dan alat tulis.
Prosedur pelaksanaan
1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien
2. Beritahu klien tentang prosedur yang akan dilakuakn dan tujuannya.
Mengurangi ansietas klien.
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
Mencegah transmisi mikroogranisme.
4. Minta klien untuk membuku mulut.
5. Letakkan termometer dibawah lidah klien dalam kantung sublingual lateral ke
Panas dari pembuluh darah superfisial dibawah lidah menghasilkan
pembacaan suhu.
6. Minta klien untuk menahan termometer dengan mengatupkan bibir, dan
hindari menggigit termometer. Jika klien tidak dapat menahan termometer.
Jika klien tidak dapat menahan termometer dalam mulut, pegang termometer.
Mempertahankan posisi termometer yang tepat. Termometer yang pecah
dapat mencederai mukosa mulut dan menyebabkan keracunan merkuri.
7. Biarkan termometer didalam mulut selama 2—3 menit untuk termometer
raksa atau hingga termometer terdengar alarm dan angka terbaca pada
termometer digital.
8. Keluarkan termometer dengan hati-hati.
Tindakan yang hati-hati mencegah klien mengalami ketidakyamanan.
9. Bersihkan termometer menggunakan tisu dengan gerakan memutar dari
pangkal ke ujung, kemudian buang tisu.
Mencegah kontak antara mikroorganisme dengan tangan pemeriksa. Begian
pangkal termometer adalah area paling sedikit terkontaminasi dan bagian
ujung adalah area yang paling terkontaminasi.
10. Baca hasil pemeriksaan dengan melihat angka yang ditampilkan pada
termometer digital atau kolom raksa pada termometer raksa.
11. Bersihkan termometer.

21
12. Kembalikkan ketinggian raksa ke titik terendah untuk termometer raksa atau
termometer digital agar kembali ke kondisi awal kemudian simpan pada
tempatnya.
13. Cuci tangan.
14. Dokumentasikan dalam catatan perawatan

Perhatian:
1. Jika klien baru saja mengkonsumsi makanan atau minuman yang
panas atau dingin, merokok, atau melakukan kegiatan yang
melelahkan, tunggu selama 20—30 menit selbelum melakukan
pengukuran.
2. Untuk mencegah bahaya yang mungkin terjadi, pengukuran suhu
tubuh melalui oral tidak boleh dilakukan ada bayi, anak-anak, klien
yang tidak sadarkan diri, atau klien yang gelisah.
3. Pastikan termometer raksa dalam keadaan kering ketika
mengembalikannya ke skala awal dan hindari menyentuh bemda
keras agar tidak pecah.
4. Pembacaan skala harus dilakukan dalam posisi termometer sejajar
dengan mata. Putar termometer ke arah Anda hingga kolom raksa
terlihat jelas untuk menghindari hasil pembacaan yang salah.

2) Mengukur Suhu Tubuh Melalui Rektal


Mengukur suhu tubuh menggunakan termometer yang dimasukkan ke rektum.
Tujuan
Mengkaji suhu tubuh klien untuk menentukan tindakan keperawatan dan membantu
menegakkan diiagnois.
Persiapan Alat
Nampan berisi:
1. Termometer raksa atau termometer digital siap pakai.
2. Bengkok.
3. Vaselin atau pelumas larut air.
4. Larutan sabun, disenfektan, air ersih.

22
5. Kertas tisu.
6. Sarung tangan.
7. Buku catatan dan alat tulis.
Prosedur Pelaksanaan
1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur pasien.
2. Beritahu klien tentang prosedur yang akan dilakuakan dan tujuannya.
Mengurangi ansietas klien.
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
Mencegah transmisi mikroogranisme.
4. Pasang tirai atau pintu ruangan.
Menjaga privasi klien dan meminimalkan rasa malu.
5. Buka pakaian yang menutupi bokomg klien.
6. Atur posisi klien.
a. Dewasa: sims atau miring dan kaki sebelah atas ditekuk ke arah perut.
b. Bayi atau anak: telungkup atau telentang.
7. Beri pelumas ujung termometer dengan vaselin sekitar 2,5—3,5 cm untuk orang
dewasa dan 1,,5—2,5 cm untuk bayi atau anak-anak.
Pelumas akan meminimalkan trauma terhadap mukosa rektal ketika termometer
dimasukkan.
8. Buka anus dengan mengangkat bokong atas menggunakan tangan kiri (untuk
orang dewasa). Jika bayi telungkup ditempat tidur, buka kedua bokong dengan
jari.
peregangan total bokong akan memanjakan anus.
9. Minta klien menarik napas dalam dan masukkan termometer secara perlahan ke
dalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa dan 1,2—2,5 cm pada bayi.
Napas dalam membantu relaksasi sfingter anal. Pemasukkan secara perlahan
mencegah trauma pada mukosa rektal atau patahnya termometer. Pemasukan
yang tepat menjamin pemajanan yang adekuat terhadap pembuluh darah di
dingding rektal.
10. Pertahankan posisi termometer selama 2-3 menit (orang dewasa) dan 5 menit
(anak-anak)

23
Menghindari cedera pada klien dengan memastikan posisi termometer tidak
goyah. Durasi pengukuran yang optimal adalah 2-3 menit.
11. Keluarkan termometer dengan hati-hati.
Tindakan yang hati-hati mencegah klien mengalami ketidakyamanan.
12. Bersihkan termometer menggunakan tisu dengan gerakan memutar dari pangkal
ke ujung, kemudian buang tisu.
Mencegah kontak antara mikroorganisme dengan tangan pemeriksa. Begian
pangkal termometer adalah area paling sedikit terkontaminasi dan bagian ujung
adalah area yang paling terkontaminasi.
13. Baca hasil pemeriksaan dengan melihat angka yang ditampilkan pada
termometer digital atau kolom raksa pada termometer raksa.
14. Bersihkan area anus dari pelumas atau feses dan bantu klien merapikan
pakaiannya.
Memberi kenyamanan pada klien.
15. Bersihkan termometer.
16. Kembalikan ketinggian raksa ke titik terendah untuk termometer raksa atau atur
termometer digital agar kembali ke kondisi awal, kemudian simpan pada
tempatnya.
17. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Mencegah penyebaran mikroorganisme.
18. Dokumentasikan dalam catatan perawatan.

3) Mengukur Suhu Tubuh Melalui Aksila


Mengukur suhu tubuh menggunakan termometer yang diletakkan di aksila.
Tujuan
Mengkaji suhu tubuh klien untuk menentukan tindakan keperawatan dan membantu
menegakkan diagnosis.
Persiapan Alat
Nampan berisi:
1. Termometer raksa atau termometer digital siap pakai.
2. Bengkok

24
3. Larutan sabun, disinfektan, air bersih
4. Kertas tisu
5. Sarung tangan
6. Buku catatan dan alat tulis.
Prosedur Pelaksanaan
1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.
2. Beri tahu klien tentang prosedur yang akan dilakukan dan tujuannya.
Mengurangi ansietas klien.
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
Mencegah penyebaran mikroorganisme.
4. Pasang tirai atau tutup ruangan.
Menjaga privasi klien dan meminimalkan rasa malu.
5. Bantu klien untuk duduk atau berbaring dalam posisi telentang. Buka lengan
pakaian klien.
Memanjakan ketiak secara optimal.
6. Letakkan termometer ke tengah ketiak, kemudian turunkan lengan melintasi
tubuh hingga lengan bawah menyentuh lengan lainnya.
Mempertahankan posisi termometer yang tepat, yaitu di atas pembuluh darah
aksila.
7. Pertahankan posisi termometer raksa selama 5-10 menit dan termometer digital
selama 5-10 menit. Ambil Termometer dan bersihkan menggunakan tisu dengan
gerakan memutar dari pangkal ke ujung termometer, kemudian buang tisu.
Mencegah kontak antara mikroorganisme dengan tangan pemeriksaan. Bagian
pengkal termometer adalah area yang paling sedikit terkontaminasi, sedangkan
bagian ujung adalah area yang paling terkontaminasi.
8. Baca hasil pemeriksaan dengan melihat angka yang ditampilkan pada
termometer digital atau kolom raksa pada termometer raksa.
9. Bantu klien merapikan pakaiannya.
10. Bersihkan termometer.

25
11. Kembalikan ketinggian raksa ke titik terendah untuk termometer raksa atau
termometer digital agar kembali ke kondisi awal, kemudian simpan pada
tempatnya.
12. Cuci tangan.
Mencegah penyebaran mikroorganisme.
13. Dokumentasikan dalam catatan perawatan.
4) PEMBERIAN KOMPRES HANGAT
a) Pengertian
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh
yang memerlukan.
b) Tujuan
1. Memperlancar sirkulasi darah.
2. Mengurangi / menghilangi rasa sakit.
3. Memperlancar pengeluaran cairan / exudata.
4. Merangsang peristaltic.
5. Member ketenangan dan kesenangan klien.
6. Mengurangi nyeri.
7. Meningkatkan aliran darah.
8. Mengurangi kejang otot.
9. Menurunkan kekakuan tulang sendi .
10. Menurunkan suhu tubuh saat demam.
c) Prosedur pelaksanaan
1. Periksa dan yakinkan tentang program pengobatan
2. Atur posisi pasien
3. Cuci tangan di air mengalir dengan sabun dan dikeringkan dengan handuk
4. Siapkan lingkungan juga privasi pasien
5. Jelaskan prosedur pada pasien
6. Beri kesempatan pada pasien atau keluarganya untuk bertanya jika ada yang
kurang jelas.
7. Siapkan alat dan dekatkan dengan pasien.

26
 Kom berisi air hangat 32°C
 waslap /handuk kecil (3-5 buah sesuai kebutuhan)
 pengalas (handuk+perlak) 2 buah sesuai kebutuhan
 termometer air untuk mengukur suhu air
 termometer aksila (sesuai perasat pengukur suhu)
 selimut extra
 catatan keperawatan
8. Pasang sarung tangan.
9. Siapkan air hangat dalam kom.
10. Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga tidak terlalu basah.
11. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres ( dahi, ketiak, perut, leher
belakang).
12. Apabila kain telah kering atau suhu kain relative menjadi dingin, masukkan
kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah
kompres, lakukan berulang-ulang hingga efek yang diinginkan dicapai.
13. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien setelah 20 menit.
14. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan
rapikan alat.
15. Lepaskan sarung tangan.
16. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
17. Dokumentasi.

5) Tepid Water Sponge


a. Pengertian
Kompres seka menggunakan air hangat
b. Tujuan
1. Menurunkan suhu tubuh
2. Memberi kenyamanan
3. Mencegah terjadinya kejang demam
c. Persiapan alat
1. Termometer

27
2. Sarung tangan
3. Perlak
4. Satu set pakaian bersih
5. Wadah pakaian kotor
6. Selimut mandi
7. Waslap
8. Baskom berisi air
9. Handuk
10. Termos berisi air panas
11. Termometer air
d. Prosedur pelaksanaan
1. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
2. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien
3. Tutup jendela atau gorden untuk menjaga privasi
4. Cuci tangan
5. Kenakan sarung tangan
6. Ukur suhu tubuh klien
7. Tuang air panas ke dalam baskom berisi air hingga suhu air mencapai 40-
46°C (diukur menggunakan termometer air)
8. Pasang perlak dibawa tubuh klien
9. Pasang selimut mandi
10. Lepaskan pakaian klien
11. Celupkan waslap ke baskom dan usapkan ke seluruh tubuh. Ulangi
prosedur tersebut beberapa kali setelah kulit klien kering
12. Kaji perubahan suhu tubuh setiap 15 sampai 20 menit
13. Hentikan prosedur jika suhu tubuh mendekati normal
14. Keringkan tubuh klien dengan handuk
15. Rapikan peralatan
16. Lepaskan sarung tangan
17. Bantu klien merapikan pakaian dan tempat tidurnya
18. Kaji kenyamanan klien

28
19. Cuci tangan
20. Dokumentasi kan tindakan yang dilakukan

5. Evaluasi
Evaluasi
1. S : Klien mengatakan badan masih terasa panas
O : S : 38,2 ̊C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV klien
- Anjurkan klien minum sedikit tapi sering
- Anjurkan klien memakai pakaian yang tipis dan menyerap
keringat
- Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik.

29
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas
(MarieB dan Hoehn dalam McCallum: 2012). Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah
panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luas.Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu, yaitu suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah
suhu dari tubuh bagian dalam dan besarnya selalu dipertahankan konstan, sekitar ± 1ºF (±
0,6º C) dari hari ke hari, kecuali bila seseorang mengalami demam. Sedangkan suhu kulit
berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bila
dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh, suhu kulit akan meningkat. Suhu tubuh
yang normal adalah 35,8°C – 37,5°C. Tempat pengukuran suhu (oral, rektal, aksila,
membrane timpani, esofagus, arteri pulmoner, atau bahkan kandung kemih). Termogulasi
diatur oleh kontrol neural dan vascular, produksi panas, dan pengeluaran panas. Faktor yang
mempengaruhi suhu tubuh yaitu: usia, olahraga, kadar hormon, stress, dan lingkungan.

B. Saran
Agar pembaca dapat menjaga keseimbangan suhu tubuh supaya suhu tubuh tetap
normal. Dari makalah ini diharapkan pembaca dapat melakukan pengukuran suhu tubuh
dengan memperhatikan alat ukur yang di gunakan karena alat ukur termometer ada beberapa
macam sesuai dengan daerah tubuh yang akan di ukur suhunya dan mengetahui cara yang
tepat untuk penggunaan termometer serta dapat mengetahui bagaimana cara melakukan
beberapa tindakan lain untuk menurunkan suhu tubuh.

30
DAFTAR PUSTAKA

Diakses dari, http://eprints.umm.ac.id/39379/3/BAB%202.pdf tanggal 18 februari 2020


Kusyati, Eni, dkk. 2016. Keterampilan & Prosedural Laboratorium Keperawatan Dasar, Ed. 2.
Jakarta: EGC.
Nanda. 2015. Diagnosa Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Rosdahl, Caroline Bunker. 2014. Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.

31

Anda mungkin juga menyukai