Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK PADA ORANG DEWASA

OLEH :

DINI (202306030089)
ANJELINA CORIPENSTANIA ENO (202306030091)
KAROLINA OBE MASU (202306030092)
ROSMIATI KAMBA IPU (202306030090)
LAILATUL ASRO (202306030087)
NABILLA ZECA MAHARANI (202306030088)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah swt, atas segala kebesaran dan
kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
tentang PEMERIKSAAN FISIK PADA ORANG DEWASA. Dalam penulisan makalah ini,
berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu terselesaikannya makalah ini tentu saja
bukan karena kemampuan penyusun semata-mata. Namun, karena adanya bantuan dan dukungan
dari pihak-pihak yang terkait.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengalaman dan pengetahuan
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bisa lebih bermanfaat.

Kediri, 24 oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFRAE ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASA...................................................................................................... 2
2.1 Pemeriksaan Fisik Pada Orang Dewasa.................................................................... 2
2.1.1 Pemeriksaan Suhu............................................................................................... 2
2.1.2 Pemeriksaan Perkusi........................................................................................... 5
2.1.3 Pemeriksaan Auskultasi...................................................................................... 6
2.1.4 Pemeriksaan Tanda Vital Tubuh Topik............................................................ 8
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 10
3.2 Saran............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test
neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,
denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep teori dalam pemeriksaan fisik
2. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari makalah ini, yaitu untuk mengetahui konsep teori pemeriksaan fisik, serta
prosedur pemeriksaan fisik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.2 Pemeriksaan Fisik Pada Orang Dewasa


1.2.2 Pemeriksaan Suhu
Untuk regulasi panas tubuh diperlukan kosentrasi sodium dan kalsium yang cukup,
terutama didalam dan disekitar Hipotalamus posterior. Variasi suhu orang yang sehat
berkisar 0.7 derajat Celcius dari normal (1.4 F).
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu antara lain :
a. Umur
- Bayi yang baru lahir sangat dipengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya, maka
dari itu harus dilindungi dari perubahan iklim yang dapat berubah dengan cepat.
Anak-anak mempunyai suhu yang lebih labil dari pada orang dewasa.

UMUR SUHU (Celcius) SUHU (Fahrenheit)


Bayi baru lahir 36,1-37,7 97-100
2tahun 37,2 98,9
12tahun 37 98,6
Dewasa 36 96,8

b. Aktifitas tubuh
- Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh. Pada pagi
hari jam 04.00 - 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan sore hari sekitar jam
16.00 - 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar antara 1.1 -1.6 C (2-3
F).
c. Jenis Kelamin
- Wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada pria, hal ini
disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringan lemak.
Meningkatnya progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita sekitar
0.3 - 0.5 C (0.5 - IF) sedangkan estrogen dan testoteron dapat meningkatkan Basal
Metabolic Rate.
2
d. Perubahan emosi
Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh sehingga
metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.
e. Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca, iklim, atau musim mempengaruhi Evaporasi, radiasi, konveksi,
konduksi, sehingga mempengaruhi metabolisme dan suhu tubuh.
f. Makanan, minuman, rokok, dan lavemen
Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan Minum air es
dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.9 C (1.6 F). Untuk itu dianjurkan mengukur
suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum dan merokok, sedangkan temperatur
rectal diukur setelah 15 menit melakukan lavemen / enema.
g. Alat Pengukur Suhu Tubuh
Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass
thermometers). Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius
(Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan titik
didih 100 derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang mempunyai kepekaan
tinggi dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik, banyak dipakai pada kondisi
kegawatan.
h. Pengukuran Suhu Tubuh
Pengukuran Suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu di
mulut / (oral), anus (rectal), ketiak (axilla)dan telinga (auricular). Masing-masing
tempat mempunyai variasi suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4 C
(0.7 F) lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 C (1 F) dari pada
oral. Di Puskesmas biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan suhu
aksila.
i. Pemeriksaan Suhu Aksila dengan Termometer Air Raksa
Pengukuran suhu aksila dianggap paling mudah dan aman, namun kurang
akurat. Penggunaan sering dilakukan pada :
1. Anak
2. Pasien dengan radang mulut
3. Pasien yang bernapas dengan mulut atau menggunakan alat bantu napas

3
B. Persiapan pemeriksaan suhu :
a. Persiapan peralatan
1. Cucilah tangan
2. Siapkan soft tissue atau lap bersih
3. Siapkan buku pencatat suhu dan alat tulis
4. Sebuah handuk bersih untuk membersihkan keringat pasien
b. Persiapan pasien
1. Jagalah privasi pasien dengan tirai atau pintu tertutup
2. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya pemeriksaan suhu aksila
3. Lepaskan baju pasien dan bagian lain ditutup dengan selimut.
c. Cara pemeriksaan
1. Pegang terraometer pada bagian ujung yang tumpul
2. Bersihkan dengan soft tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan
dalam desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih
3. Peganglah ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua,
turunkan tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celcius
4. Bukalah lengan pasien.
5. Bersihkan keringat pasien dengan handuk yang kering/tissue
6. Tempelkan termometer ke ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan
bawah pasien keatas dada, sedangkan pada anak pegang tangannya dengan
lembut.
7. Biarkan selama 5-10 menit untuk hasil yang baik.
8. Angkat termometer dan bersihkan dengan soft tissue/lap bersih dengan gerak
rotasi.
9. Bacalah tingkat air raksa sejajar dengan mata pemeriksa
10. Turunkan tingkat air raksa < 35,5°C.
11. Kembalikan termometer ke tempat penyimpanan.
12. Cuci tangan
13. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

4
1.2.2. Pemeriksaan Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi
getaran/gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dan bagian tubuh yang
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan
tubuh. Perjalanan getaran/gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang
dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat
menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat
gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan
udara/gas paling resonan.
A. Cara pemeriksaan
1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung pada bagian mana
yang akan diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka.
2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dan posisi yang nyaman untuk
menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
3. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot
4. Kukujari-jaripemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
5. Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
a) Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari
tangan langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
b) Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :
 Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter di
letakkan dengan lembut di atas permukaan tubuh, upayakan
telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan
tubuh.
 Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor,
untuk memukul/mengetuk persendian distal dari jari tengah kanan
kiri. Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/tidak bergerak
dan pergelangan tangan rilek.
 Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.

5
 Bandingkan bunyi frekuensi dengan akurat.
6. Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi
a) Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak
lama dan kualitas seperti drum (lambung).
b) Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu
lama, kualitas bergema (paru normal).
c) Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama,
kualitas ledakan (empisema paru).
d) Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada
tinggi, waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).
e) Bunyi kempes mempunyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu
pendek, kualitas datar (otot).

2.1.3. Pemeriksaan Auskultasi


adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk
di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan
dengan cara membandingkan dengan bunyi normal. Auskultasi yang dilakukan di
dada untuk mendengar suara napas dan bila dilakukan di abdomen mendengarkan
suara bising usus. Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi:
1. Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
2. Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
3. Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/lemahnya suara
4. Kualitas yaitu warna nada/variasi suara.
Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ
yang berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempuma. Untuk
mendeteksi suara diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi
menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara. Stetoskop terdiri dari
beberapa bagian yaitu kepala, selang karet/plastik dan telinga. Selang karet/plastik
stetoskop harus lentur dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang
mempunyai sudut binaural dan bagiannya ujungnya mengikuti lekuk dari rongga
telinga Kepala stetoskop pada waktu digunakan menempel pada kulit pasien.

6
Ada 2 (dua) kepala stetoskop yaitu :
1. Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada
tekanan ringan,
seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan
lebih kuat maka
nada frekuensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit
menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.
2. Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti
bunyi usus dan paru

a. Cara pemeriksaan :
1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang
diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka.
2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman.
3. Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian
kepala, selang dan telinga.
4. Pasanglah ujung stetoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa
sesuai arah, ukuran dan lengkungannya. Stetoskop telinga
5. Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan
pemeriksa atau menggosokan pada pakaian pemeriksa.
6. Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan
lakukan pemeriksaan dengan seksama dan sistimatis.
7. Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada
tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma
untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru.
8. Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.

7
b. Posisi Pemeriksaan
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal, maka posisi pemeriksaan
sangat menentukan. Beberapa posisi yang umum dilakukan yaitu:
1. Posisi duduk dapat dilakukan di kursi atau tempat tidur. Digunakan untuk
pemeriksaan pada kepala, leher, dada, jantung, paru, mamae, ektremitas atas.
2. Posisi supine (terletang) yaitu posisi berbaring terlentang dengan kepala disangga
bantal. Posisi ini untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan, paru, mamae,
jantung, abdomen, ektremitas dan nadi perifer.
3. Posisi dorsal recumbent yaitu posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan kaki
menyentuh tempat tidur.
4. Posisi sims (tidur miring), untuk pemenksaan rectal dan vagina.
5. Posisi prone (telungkup), untuk evaluasi sendi pinggul dan punggung.
6. Posisi lithotomi yaitu posisi tidur terlentang dengan lutut dalam keadaan fleksi. Untuk
pemeriksaan rectal dan vagina.
7. Posisi knee chest (menungging), untuk pemeriksaan rectal.
8. Posisi berdiri yaitu untuk evalusi abnormalitas postural, langkah dan keseimbangan.

2.1.4. Pemeriksaan Tanda Vital Tubuh Topik:


1. Tanda vital tubuh
2. Pemeriksaan tanda vital : suhu, tekanan darah, frekwensidenyut nadi,
frekwensi pernapasan, berat badan, tinggi badan dan elastisitaskulit.
a. Tanda Vital Tubuh
Tanda vital merupakan tanda yang sangat penting dalam perawatan pasien.
Karena mempunyai nilai akurasi yang sangat tinggi. Perubahan dari tanda vital
tersebut berarti menandakan terjadi gangguan fungsi dari tubuh atauperubahan dari
kondisi pasien, hal ini perlu mendapat perhatian dengan seksama dan perlu penanganan

8
segera. Tiap individu mempunyai variasi tanda vital yang berbeda, seperti adanya
perubahan cuaca, umur, keadaan emosional, olahraga, makan, dsb.

b. Pemeriksaan Tanda Vital


Beberapa pemeriksaan Tanda vital yang sering digunakan dan relatif lebih mudah
dikerjakan, seperti pemeriksaan
Suhu Tubuh
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya
panas dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal
dari:
a. Metabolisme dari makanan(13asal Metabolic Rate)
b. Olahraga
c. Shivering atau kontralcsi otot skelet
d. Peningkatan produksi hormon tiroksin (meningkatkan metabolisme seluler).
e. Proses penyakit infeksi.
f. Termogenesis kimiawi (rangsangan langsung dari noiepinefrin dan efinefrin atau dari
rangsangan langsung simpatetik).
 Sedangkan hilangnya panas tubuh terjsdi melalui beberapa proses yaitu :
1. Radiasi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melaiui kontak
langsung, misalnya orang berdiri didepan lemari es yang terbuka.
2. Konduksi adalah pemimiahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak
langsung, misalnya kontak langsung denagn es.
3. Konveksi adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan
udara, misalnya udara j ang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat.
4. Evaporisasi adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan,
misalnya pemapasan da a perspiration dari kulit. Misalnya keringat meningkatkan
pengeli aran panas tubuh.

9
Suhu tubuh terjaga konstan meskipun adanya perubahan kondisi lingkungan. Hal ini
disebabkan 1; arena adanya proses pengaturan suiiu melalui negatif feedback
sistim (mekanisme umpan balik). Organ pengatur suhu yang utama adalah hipotalamus.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis yang memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda penyakit pada tubuh si pasien.

3.2. Saran
Pemeriksaan fisik pada orang dewasa diharapkan sesuai dengan prosedur yang ada dan
tidak mengubahnya. Dalam penggunaan thermometer skala celcius (centigrade) yang
mempunyai skala dengan titik beku air O°C dan titik didih 100°C diharuskan mempunyai
kepekaan tinggi dan waktu pemeriksaannya beberapa detik, harus digunakan pada kondisi gawat.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/pemeriksaan-fisik
file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/Anamnesis%20dan%20Pemeriksaan.pdf
https://jurnal.unai.edu/index.php/jsk/article/view/234
https://media.neliti.com/media/publications/130576-ID-none.pdf
https://www.slideshare.net/Kampus-Sakinah/pemeriksaan-fisik-28268584
https://www.ciputramedicalcenter.com/mendapatkan-pemeriksaan-fisik-medical-check-up/
https://repository.kertacendekia.ac.id/media/291000-pemeriksaan-fisik-head-to-toe-

12

Anda mungkin juga menyukai