MODUL DEMAM
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan anugerahNya kepada kita semua bahwa dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial modul
“Demam”.
Adapun laporan modul ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan modul ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
SAMPUL…………………………………………………………….....………..i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Learning objektif.....................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
F. Integrasi Keislaman...............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Anak, usia 6 tahun, berat badan 20 Kg, datang dengan keluhan mengalami demam
selama 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Demam tinggi secara mendadak dan menetap
tanpa pernah mengalami penurunan, tidak ada perbedaan demam pada pagi, siang,
ataupun malam hari. Demam tanpa disertai menggigil dan kejang. Pada hari kedua
demam, siang harinya pasien mulai mengalami nyeri kepala, mual, dan muntah. Muntah
sebanyak ¼-½ gelas belimbing sebanyak 3x berisikan air liur dan sisa makanan. Pada
hari ketiga demam, keluhan hari sebelumnya masih dirasakan dan pasien mulai
merasakan nyeri di daerah punggung dan perutnya. Nyeri perut dirasakan di daerah
sekitar ulu hati yang dirasakan hilang timbul. Ibu pasien juga bercerita bahwa anaknya
belum pernah BAB semenjak sakit. Pada abdomen terdapat nyeri tekan pada daerah
epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas angkral dingin dan lembab.
Tanda pendarahan kulit seperti ptekie, ruam, purpura, dan echimocis tidak ditemukan
namun pada saat dilakukan uji torniquet didapatkan hasil uji positif. Pada pemeriksaan
fisik diperoleh keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos mentis, nadi 140 x/menit
tidak kuat angkat, napas 30 x/menit, suhu 36,1 oC, tekanan darah 70/55 mmHg. Capillary
B. Kata kunci
1. Anak, usia 6 tahun
2. Berat badan 20 Kg
4. Demam tinggi secara mendadak dan menetap tanpa pernah mengalami penurunan
4
5. Tidak ada perbedaan demam pada pagi, siang, ataupun malam hari
7. Pada hari kedua demam, siang harinya pasien mulai mengalami nyeri kepala, mual,
dan muntah.
8. Muntah sebanyak ¼-½ gelas belimbing sebanyak 3x berisikan air liur dan sisa
makanan.
9. Pada hari ketiga demam, keluhan hari sebelumnya masih dirasakan dan pasien mulai
10. Nyeri perut dirasakan di daerah sekitar ulu hati yang dirasakan hilang timbul.
12. Pada abdomen terdapat nyeri tekan pada daerah epigastrium (+), hepar dan lien tidak
teraba.
14. Tanda pendarahan kulit seperti ptekie, ruam, purpura, dan echimocis tidak ditemukan
namun pada saat dilakukan uji torniquet didapatkan hasil uji positif
15. Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos
mentis
16. Nadi 140 x/menit tidak kuat angkat, napas 30 x/menit, suhu 36,1 oC, tekanan darah
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan etiologi dari demam ?
5
5. Apa differensial diagnosa dari scenario ?
D. Learning Objective
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit,
limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau
reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal
dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen
endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin
Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat
termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah
dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk
meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter
seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan
penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik
ke patokan yang baru tersebut (Dwijaya, 2012).
C. Patomekanisme dari gejala pada skenario
Manifestasi klinis timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus yang
berkembang di dalam peredaran darah dan ditangkap oleh makrofag. Selama 2 hari akan
terjadi viremia (sebelum timbul gejala) dan berakhir setelah lima hari timbul gejala
panas. Makrofag akan menjadi antigen presenting cell (APC) dan mengaktifasi sel T-
Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan
mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus.
Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah
dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen.
Proses tersebut akan menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang
terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya
(Candra, 2010).
Gejala klinis pada pasien DBD didahului oleh demam disertai gejala yang tidak
spesifik seperti anoreksia, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri perut dan nyeri kepala. Hal ini
terjadi karena sel fagosit mononuklear (monosit, makrofag, histiosit, dan sel Kupffer)
merupakan tempat terjadinyainfeksi primer virus dengue. Selanjutnya virus dengue akan
bereplikasi dalam sel fagosit mononuklear yang telah terinfeksi. Kemudian sel tersebut
akan menyebar ke usus, hati, limpa, dan sumsum tulang dan akan menimbulkan berbagai
gejala klinis (Kurniawan, 2015)
8
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya:
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel
yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani, 2011).
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty.
Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita menalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik
bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Ngastiyah,2005). Kemudian virus
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan
akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a
dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma
ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran
(perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena (Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura,
dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
9
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani, 2011).
D. Langkah- langkah diagnosis
1. Anamnesis
a) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b) Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit. Sudah berapa lama ? Apakah ada waktu tertentu ? Terus
menerus atau ada fase dimana demam turun? apakah ada komsumsi obat? Apakah
ada keluhan lain?
c) Riwayat penyakit sekarang
1) Demam tinggi secara mendadak dan menetap tanpa pernah mengalami
penurunan
2) Demam tanpa disertai menggigil dan kejang.
3) Pada hari kedua demam, siang harinya pasien mulai mengalami nyeri
kepala, mual, dan muntah. Muntah sebanyak ¼-½ gelas belimbing
sebanyak 3x berisikan air liur dan sisa makanan.
4) Pada hari ketiga demam, keluhan hari sebelumnya masih dirasakan dan
pasien mulai merasakan nyeri di daerah punggung dan perutnya.
5) Nyeri perut dirasakan di daerah sekitar ulu hati yang dirasakan hilang
timbul.
6) Ibu pasien juga bercerita bahwa anaknya belum pernah BAB semenjak
sakit.
7) Pada abdomen terdapat nyeri tekan pada daerah epigastrium (+), hepar dan
lien tidak teraba. Ekstremitas angkral dingin dan lembab.
8) Tanda pendarahan kulit seperti ptekie, ruam, purpura, dan echimocis tidak
ditemukan namun pada saat dilakukan uji torniquet didapatkan hasil uji
positif.
10
9) Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, nadi 140 x/menit tidak kuat angkat, napas 30 x/menit,
suhu 36,1 oC, tekanan darah 70/55 mmHg. Capillary Refill Time (CRT) 7
detik.
d) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang
lain.
1) Apakah pernah mengalami gejalah yang sama?
2) Apakah ada penyakit lain yang pernah diderita ?
e) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut,
dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang
g) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan
baju di kamar)
h) Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa
terjadi melena.
11
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue,
keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
a) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
b) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
c) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
a) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
a) Kuku sianosis/tidak
b) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan
nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada
Grade II, III, IV).
c) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi
(+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
d) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
e) Ekstremitas ,akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
12
3. Pemeriksaan Penunjang
WHO membuat kriteria diagnose DBD ditegakkan jika memenuhi 2 kriteria klinis
ditambah dengan 2 kriteria laboratorium dibawah ini:
a) Kriteria Klinik
1) Demam tinggi mendadak, terus-menerus selama 2-7 hari
2) Terdapat manifestasi perdarahan seperti tourniquet positif, petechiae,
echimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi dan
hematemesis dan atau melena.
13
3) Pembesaran hati (hepatomegali)
4) Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat, tekanan nadi turun,
tekananan darah turun, kulit dingin dan lembab terutama ujung jari dan
ujung hidung, sianosis sekitar mulut, gelisah.
b) Kriteria Laboratorium
1) Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2) Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit 20% atau lebih
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DBD adalah tergantung pada fasenya (Hendroko,2014)
1) Fase Demam
Terapi antipiretik berupa paracetamol tablet 500 mg yang diminum setengah setiap
kali pemberian. Sehari diberikan sebanyak 3-4 kali pemberian.
2) Fase Kritis
Diberikan oksigen 2-4 L/menit nassal dan mulai diberikan resusitasi cairan sesuai
dengan penangan kasus DBD derajat III. Terapi cairan kristaloid berupa ringer asetat
seperti asering 10 mL/KgBB/jam pada 30 menit pertama. Bila tidak membaik dapat
14
diulang untuk pemberian 10 mL/KgBB/jam untuk 30 menit berikutnya. Bila membaik
dapat diturunkan berturut-turut 7 ml, 5 ml, 3ml, 1,5 ml/kgbb/ jam
F. Integrasi Keislaman
Dalam QS Asy-Syu'ara' Ayat 80:
ْ َوإِ َذا َم ِر
ْ َضتُ فَ ُه َو ي
شفِي ِن
Artinya :
“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku” (QS Asy-Syu'ara' Ayat 80)
Maksud dari ayat tersebut alah hendaknya manusia memperhatikan setiap apa yang
terjadi di dunia ini. Termasuk jika dalam keadaan sakit, bahwa itu semua merupakan
kehendak Allah dan apabila kita sakit, maka tempat kita mengharap kesembuhan hanya
kepada Allah dengan tetap melakukan ikhtiar berupa berdoa dan juga berobat. Akan
tetapi untuk sembuh atau tidaknya itu semua adalah kehendak dari Allah Subhanahu
Wata’ala.
15
BAB III
PENUTUP
A. Tabel Diagnosa Banding
Demam + + -
mendadak,
Demam + - -
menetap
Nyeri kepala + + +
Mual muntah + + +
Nyeri + - -
punggung
Tidak BAB + + +
Akral dingin + - -
Uji torniquet + + + -
Takikardia, + +/- -
Takipneu + - -
Hipotensi + +/- -
CRT 7 s + + -
16
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Candra, Ayu. Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmission
Risk Factors.Semarang: Aspirator Vol. 2 No. 2.2010
Dwijaya, Anandhika.Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam Pemberian
Parasetamol kepada Anak sebagai Penatalaksanaan Awal Demam di Kelurahan Tegal
Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Medan. Medan : USU. 2012
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC..2013
Guyton AC.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC. 2016
Hendroko, Hario tri. 6 Years Old Child With Dengue Haemorrhagic Fever.Lampung:J Agromed
Volume 1 Nomor 3. 2014
Kurniawan, M., Juffrie, M., Udji, B., & Rianto, D. Hubungan Tanda dan Gejala Klinis terhadap
Kejadian Syok pada Pasien Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di RS PKU
Muhammadiyah Gamping Daerah Istimewa Yogyakarta.2015
Murwani, Arita. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakart:Mitra
Cendikia.2011
Ngastiyah.Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta. Buku Kedokteran : EGC.2005
Noersalam. Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba. Medika.2015
Sherwood, L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.2014.
17