Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUTORIAL

MODUL DEMAM

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1

ASRUL ILYAS (70700120001)


MUFIDAH (70700120005)
NURUL FATWA S (70700120006)

PROGRAM STUDI PROFESI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan anugerahNya kepada kita semua bahwa dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial modul
“Demam”.

Adapun laporan modul ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan laporan ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan modul ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Kelompok 1

Makassar, 25 September 2020

2
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………….....………..i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Kata Kunci ..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................5

C. Learning objektif.....................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi dan etiologi dari demam............................................................7

B. patomekanisme dan penyebab terjadinya demam...................................7

C. Patomekanisme Gejala Pada Skenario...................................................8

D. Langkah Diagnosis Pada Skenario........................................................10

E. Penatalaksanaan sesuai skenario...........................................................14

F. Integrasi Keislaman...............................................................................15

BAB III PENUTUP

A. Tabel Diagnosa Banding.......................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Skenario
Anak, usia 6 tahun, berat badan 20 Kg, datang dengan keluhan mengalami demam

selama 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Demam tinggi secara mendadak dan menetap

tanpa pernah mengalami penurunan, tidak ada perbedaan demam pada pagi, siang,

ataupun malam hari. Demam tanpa disertai menggigil dan kejang. Pada hari kedua

demam, siang harinya pasien mulai mengalami nyeri kepala, mual, dan muntah. Muntah

sebanyak ¼-½ gelas belimbing sebanyak 3x berisikan air liur dan sisa makanan. Pada

hari ketiga demam, keluhan hari sebelumnya masih dirasakan dan pasien mulai

merasakan nyeri di daerah punggung dan perutnya. Nyeri perut dirasakan di daerah

sekitar ulu hati yang dirasakan hilang timbul. Ibu pasien juga bercerita bahwa anaknya

belum pernah BAB semenjak sakit. Pada abdomen terdapat nyeri tekan pada daerah

epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas angkral dingin dan lembab.

Tanda pendarahan kulit seperti ptekie, ruam, purpura, dan echimocis tidak ditemukan

namun pada saat dilakukan uji torniquet didapatkan hasil uji positif. Pada pemeriksaan

fisik diperoleh keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos mentis, nadi 140 x/menit

tidak kuat angkat, napas 30 x/menit, suhu 36,1 oC, tekanan darah 70/55 mmHg. Capillary

Refill Time (CRT) 7 detik.

B. Kata kunci
1. Anak, usia 6 tahun

2. Berat badan 20 Kg

3. Keluhan demam selama 3 hari sebelum masuk RS

4. Demam tinggi secara mendadak dan menetap tanpa pernah mengalami penurunan

4
5. Tidak ada perbedaan demam pada pagi, siang, ataupun malam hari

6. Demam tanpa disertai menggigil dan kejang.

7. Pada hari kedua demam, siang harinya pasien mulai mengalami nyeri kepala, mual,

dan muntah.

8. Muntah sebanyak ¼-½ gelas belimbing sebanyak 3x berisikan air liur dan sisa

makanan.

9. Pada hari ketiga demam, keluhan hari sebelumnya masih dirasakan dan pasien mulai

merasakan nyeri di daerah punggung dan perutnya.

10. Nyeri perut dirasakan di daerah sekitar ulu hati yang dirasakan hilang timbul.

11. Belum pernah BAB semenjak sakit.

12. Pada abdomen terdapat nyeri tekan pada daerah epigastrium (+), hepar dan lien tidak

teraba.

13. Ekstremitas angkral dingin dan lembab

14. Tanda pendarahan kulit seperti ptekie, ruam, purpura, dan echimocis tidak ditemukan

namun pada saat dilakukan uji torniquet didapatkan hasil uji positif

15. Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos

mentis

16. Nadi 140 x/menit tidak kuat angkat, napas 30 x/menit, suhu 36,1 oC, tekanan darah

70/55 mmHg. Capillary Refill Time (CRT) 7 detik.

C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan etiologi dari demam ?

2. Apa patomekanisme dan penyebab demam ?

3. Bagaimana patomekanisme terkait gejala pada scenario ?

4. Bagaimana langkah diagnosis pada skenario tersebut ?

5
5. Apa differensial diagnosa dari scenario ?

6. Apa integrasi keislaman terkait dengan scenario ?

D. Learning Objective

1. Mahasiswa mengetahui definisi dan etiologi dari demam

2. Mahasiswa mengetahui patomekanisme dan penyebab terjadinya demam

3. Mahasiswa mengetahui patomekanisme dari gejala scenario

4. Mahasiswa mengetahui langkah diagnosis yang dilakukan pada scenario

5. Mahasiswa mengetahui differentsial diganosis pada scenario

6. Mahasiswa mengetahui integrasi keislaman yang terkait dari skenario

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Etiologi Demam


1. Definisi Demam
Demam didefinisikan sebagai suatu bentuk system pertahanan non spesifik yang
menyebabkan perubahan mekanisme pengaturan suhu tubuh mengakibatkan kenaikan
suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat perubahan pusat
termoregulasi yang terletak dalam hiptalamus anterior (Ganong, 2013). Demam yang
berarti temperatur tubuh di atas batas normal, dapat disebabkan oleh kelainan di
dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu (Guyton, 2016).
Definisi demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh
di atas 37.8º Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur
lewat oral, rektal, dan aksila (ismoedjianto, 2000).
2. Etiologi Demam
Demam merupakan peningkatan suhu akibat infeksi atau perdangan. Sebagai
respon terhadap masuknya mikroba, sel- sel fagositik (makrofag) mengeluarkan
bahan kimia yang disebut prostaglandin yang bekerja pada pusat termoregulasi
hipotalamus untuk meningkatkan patokan thermostat. Hipotalamus kemudian
mempertahankannya sebagai suhu normal (Sherwood, 2014)
B. Patomekanisme dan penyebab terjadinya demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen
eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen
adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. sedangkan
pirogen endogen merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari
pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen
ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat
mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi.

7
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit,
limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau
reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal
dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen
endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin
Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat
termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah
dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk
meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter
seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan
penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik
ke patokan yang baru tersebut (Dwijaya, 2012).
C. Patomekanisme dari gejala pada skenario
Manifestasi klinis timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus yang
berkembang di dalam peredaran darah dan ditangkap oleh makrofag. Selama 2 hari akan
terjadi viremia (sebelum timbul gejala) dan berakhir setelah lima hari timbul gejala
panas. Makrofag akan menjadi antigen presenting cell (APC) dan mengaktifasi sel T-
Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan
mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus.
Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah
dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen.
Proses tersebut akan menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang
terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya
(Candra, 2010).
Gejala klinis pada pasien DBD didahului oleh demam disertai gejala yang tidak
spesifik seperti anoreksia, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri perut dan nyeri kepala. Hal ini
terjadi karena sel fagosit mononuklear (monosit, makrofag, histiosit, dan sel Kupffer)
merupakan tempat terjadinyainfeksi primer virus dengue. Selanjutnya virus dengue akan
bereplikasi dalam sel fagosit mononuklear yang telah terinfeksi. Kemudian sel tersebut
akan menyebar ke usus, hati, limpa, dan sumsum tulang dan akan menimbulkan berbagai
gejala klinis (Kurniawan, 2015)

8
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya:
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel
yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani, 2011).
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty.
Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita menalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik
bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Ngastiyah,2005). Kemudian virus
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan
akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a
dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma
ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran
(perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena (Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura,
dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.

9
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani, 2011).
D. Langkah- langkah diagnosis
1. Anamnesis
a) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b) Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit. Sudah berapa lama ? Apakah ada waktu tertentu ? Terus
menerus atau ada fase dimana demam turun? apakah ada komsumsi obat? Apakah
ada keluhan lain?
c) Riwayat penyakit sekarang
1) Demam tinggi secara mendadak dan menetap tanpa pernah mengalami
penurunan
2) Demam tanpa disertai menggigil dan kejang.
3) Pada hari kedua demam, siang harinya pasien mulai mengalami nyeri
kepala, mual, dan muntah. Muntah sebanyak ¼-½ gelas belimbing
sebanyak 3x berisikan air liur dan sisa makanan.
4) Pada hari ketiga demam, keluhan hari sebelumnya masih dirasakan dan
pasien mulai merasakan nyeri di daerah punggung dan perutnya.
5) Nyeri perut dirasakan di daerah sekitar ulu hati yang dirasakan hilang
timbul.
6) Ibu pasien juga bercerita bahwa anaknya belum pernah BAB semenjak
sakit.
7) Pada abdomen terdapat nyeri tekan pada daerah epigastrium (+), hepar dan
lien tidak teraba. Ekstremitas angkral dingin dan lembab.
8) Tanda pendarahan kulit seperti ptekie, ruam, purpura, dan echimocis tidak
ditemukan namun pada saat dilakukan uji torniquet didapatkan hasil uji
positif.

10
9) Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, nadi 140 x/menit tidak kuat angkat, napas 30 x/menit,
suhu 36,1 oC, tekanan darah 70/55 mmHg. Capillary Refill Time (CRT) 7
detik.
d) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang
lain.
1) Apakah pernah mengalami gejalah yang sama?
2) Apakah ada penyakit lain yang pernah diderita ?
e) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut,
dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang
g) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan
baju di kamar)
h) Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa
terjadi melena.

11
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue,
keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
a) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
b) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
c) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
a) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
a) Kuku sianosis/tidak
b) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan
nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada
Grade II, III, IV).
c) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi
(+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
d) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
e) Ekstremitas ,akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

12
3. Pemeriksaan Penunjang

Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut (Murwani, 2011):

a) Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%


b) Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan
systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-
anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.
c) Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas
saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk rumah sakit,
kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah
pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai menunggu
saat pengiriman.
d) Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringan untuk
penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang meninggal
melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah


dilakukan, pada pasien ini diperoleh 3 kriteria klinis yang memenuhi seperti demam tinggi
mendadak, manifestasi perdarahan seperti uji bendung positif, dan tanda pre syok pada
pasien. Pada pasien ini juga mengalami tanda-tanda kegagalan sirkulasi seperti nadi
lemah, tekanan nadi 20 mmHg, hipotensi. Berdasarkan semua hasil tersebut suspek
dicurigai menderita DBD dimana untuk penegakan diagnosis dan penentuan derajat masih
harus dilakukan uji laboratorium.

WHO membuat kriteria diagnose DBD ditegakkan jika memenuhi 2 kriteria klinis
ditambah dengan 2 kriteria laboratorium dibawah ini:

a) Kriteria Klinik
1) Demam tinggi mendadak, terus-menerus selama 2-7 hari
2) Terdapat manifestasi perdarahan seperti tourniquet positif, petechiae,
echimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi dan
hematemesis dan atau melena.

13
3) Pembesaran hati (hepatomegali)
4) Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat, tekanan nadi turun,
tekananan darah turun, kulit dingin dan lembab terutama ujung jari dan
ujung hidung, sianosis sekitar mulut, gelisah.
b) Kriteria Laboratorium
1) Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2) Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit 20% atau lebih

Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Demam Berdarah Dengue

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DBD adalah tergantung pada fasenya (Hendroko,2014)
1) Fase Demam
Terapi antipiretik berupa paracetamol tablet 500 mg yang diminum setengah setiap
kali pemberian. Sehari diberikan sebanyak 3-4 kali pemberian.
2) Fase Kritis
Diberikan oksigen 2-4 L/menit nassal dan mulai diberikan resusitasi cairan sesuai
dengan penangan kasus DBD derajat III. Terapi cairan kristaloid berupa ringer asetat
seperti asering 10 mL/KgBB/jam pada 30 menit pertama. Bila tidak membaik dapat

14
diulang untuk pemberian 10 mL/KgBB/jam untuk 30 menit berikutnya. Bila membaik
dapat diturunkan berturut-turut 7 ml, 5 ml, 3ml, 1,5 ml/kgbb/ jam
F. Integrasi Keislaman
Dalam QS Asy-Syu'ara' Ayat 80:
ْ ‫َوإِ َذا َم ِر‬
ْ َ‫ضتُ فَ ُه َو ي‬
‫شفِي ِن‬
Artinya :
“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku” (QS Asy-Syu'ara' Ayat 80)
Maksud dari ayat tersebut alah hendaknya manusia memperhatikan setiap apa yang
terjadi di dunia ini. Termasuk jika dalam keadaan sakit, bahwa itu semua merupakan
kehendak Allah dan apabila kita sakit, maka tempat kita mengharap kesembuhan hanya
kepada Allah dengan tetap melakukan ikhtiar berupa berdoa dan juga berobat. Akan
tetapi untuk sembuh atau tidaknya itu semua adalah kehendak dari Allah Subhanahu
Wata’ala.

15
BAB III
PENUTUP
A. Tabel Diagnosa Banding

Gejala DBD Tifoid Ileus Obstruksi

Demam + + -
mendadak,

Demam + -  -
menetap

Nyeri kepala + +  +

Mual muntah + +  +

Nyeri + -  -
punggung

Nyeri ulu hati, + +  +


hilang timbul

Tidak BAB + + +

Hepar dan lien +/- +/- -


teraba

Akral dingin + - -

Uji torniquet + + + -

Takikardia, + +/- -

Takipneu + - -

Hipotensi + +/- -

CRT 7 s + + -

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim
Candra, Ayu. Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmission
Risk Factors.Semarang: Aspirator Vol. 2 No. 2.2010
Dwijaya, Anandhika.Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam Pemberian
Parasetamol kepada Anak sebagai Penatalaksanaan Awal Demam di Kelurahan Tegal
Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Medan. Medan : USU. 2012
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC..2013
Guyton AC.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC. 2016
Hendroko, Hario tri. 6 Years Old Child With Dengue Haemorrhagic Fever.Lampung:J Agromed
Volume 1 Nomor 3. 2014
Kurniawan, M., Juffrie, M., Udji, B., & Rianto, D. Hubungan Tanda dan Gejala Klinis terhadap
Kejadian Syok pada Pasien Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di RS PKU
Muhammadiyah Gamping Daerah Istimewa Yogyakarta.2015
Murwani, Arita. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakart:Mitra
Cendikia.2011
Ngastiyah.Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta. Buku Kedokteran : EGC.2005
Noersalam. Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba. Medika.2015
Sherwood, L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.2014.

17

Anda mungkin juga menyukai