Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

PROGRAM INTERNSIP DOKTER


INDONESIA PERIODE 2019-2020

Penyusun:

dr. Bryan Eliezer S

Pembimbing:
dr. Elvira Yuni
Refayanti dr. Cahyo
sukowidodo

RSI MUHAMMADIYAH SUMBERREJO


KABUPATEN BOJONEGORO
PROVINSI JAWA TIMUR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Syukur Alhamdulillah penulis persembahkan Khadirat ALLAH SWT yang telah


melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan miniproject ini
yang berjudul “Laporan Kasus”. Shalawat serta salam juga selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari
masa Jahiliyah ke masa yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulisan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk tugas miniproject dokter internsip. Penulis menyadari dalam penulisan
miniproject ini, banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada seluruh pihak yang ikut serta dalam penyelesaikan tugas ini.
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitu juga dengan penulisan
miniproject ini masih mempunyai banyak kekurangan. Somoga dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bojonegoro, Juli 2020


Penulis

dr. Bryan Eliezer Situmorang

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................ii

Laporan Kasus I......................................................................................................1

Laporan Kasus II.....................................................................................................5

Laporan Kasus III...................................................................................................11

Laporan Kasus IV..................................................................................................14

Laporan Kasus V..................................................................................................17


LAPORAN KASUS I

Jenis Kegiatan : MEDIK


Dokter Pendamping : dr. Cahyo sukowidodo
Judul Lap. Kegiatan : Kejang Demam Kompleks

SUBJEKCTIVE (S)

Nama : An. Y

Umur : 4 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : tambahrejo

No. RM : xxx

Agama : Islam

Anamnesa

a. Keluhan Utama : Kejang

b. Keluhan Tambahan : Demam, batuk, diare

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan kejang yang terjadi sejak 30 menit sebelum masuk
rumah sakit. Kejang terjadi lebih kurang selama 15 menit. Saat kejang terjadi tubuh
pasien kelonjotan, kedua tangan dan kaki menghentak-hentak, mata melirik ke atas,
lidah tergigit namun mulut keluar busa tidak ada. Setelah pasien mengalami kejang,
pasien tidak sadar dan badan masih kaku hingga 30 menit setelah kejang mereda
(saat tiba di IGD). Saat di IGD badan tetap kaku, mata menutup dan tidak
merespons saat dirangsang nyeri. Sejak semalam pasien demam dan batuk. Diare 3
kali hari ini, ada ampas, tidak ada lendir dan darah. Makan minum sebelumnya
cukup.

3
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat MRS sebelumnya:
disangkal Riwayat kejang: usia 1,5
tahun
Riwayat Alergi : disangkal

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat ada keluarga menderita sakit yang sama: disangkal

f. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x (1 bulan)
Hepatitis B : lupa
DPT : lupa

Polio : lupa

Campak : lupa

Ibu pasien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

g. Riwayat Tumbuh Kembang

Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan anak seusianya.

h. Riwayat Psikososial

Pasien tinggal di rumah dengan kedua orang tuanya.

Rumah memiliki ventilasi yang cukup dan kebersihan yang baik.


Air yang digunakan berasal dari PDAM dan sumur.
MCK di dalam rumah.

OBJECTIVE (O)

Keadaan umum : lemah

4
Kesadaran : Compos mentis

Berat badan : 16 kg
Nadi : 125x/menit, kuat angkat
Laju pernafasan : 22x/menit
Suhu axilla : 39,4ºC

Saturasi O2 : 99%

A/I/C/D :-/-/-/-

Kepala : normocephal
Leher : dbn

Thorax

Pulmo :

Gerak nafas : Simetris normal

Suara nafas : Vesikuler/vesikuler Rhonki -/- , Wheezing -/-

Cor :

Ictus cordis : Tidak tampak

Suara jantung : S1 S2 tunggal, reguler, Murmur (-) , Gallop (-)

Abdomen : flat, BU (+) dbn, supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (+), rose spot (-)
Ekstremitas : Akral hangat, kering, crt <2 detik, Edema --/--

Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium
Darah Lengkap
Hb : 12,2 g/dL
WBC : 6.060 / mm3
Hct : 36,4 %

Eritrosit : 4,17 juta


Trombosit : 266.000 / mm3

5
ASSESSMENT (A)

Diagnosa : Kejang Demam Kompleks

PLAN (P)

• Infus PZ 00cc/3 jam lanjut 1200cc/24 ja


• Infus paracetamol 150 mg bila demam
• Injeksi ceftriaxone 2x500 mg
• Loading injeksi dexamethasone 5 mg kemudian lanjut maintenance 3x1,5 mg
• Loading phenytoin drip 200 mg dalam PZ 100 cc 1 jam lanjut maintenance 3x20 mg
• Puasa
• KIE ke Ibu: jika pasien belum sadar betul tidak boleh dikasih makan minum
• Cek UL
• Cek klonus, refleks fisioogis dan refleks patologis ( klonus (-), refleks fisiologis (-)
refleks patologis (-) )

ABSTRAKSI LAPORAN

Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak
didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. Demam adalah kenaikan
suhu tubuh di atas 380C rektal atau di atas 37,80C aksila. Pendapat para ahli
terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai 5
tahun. Berkisar 2% - 5% anak dibawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang
demam. Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia dibawah
5 tahun. Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6
bulan sampai dengan 22 bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi
pada usia 18 bulan.(1)
Di Amerika Serikatdan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2 – 5%. Di Asia
prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan Eropa dan di
Amerika. Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3% - 9,9%. Bahkan di Guam
insiden kejang demam mencapai 14%.(1)
Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf
6
tersering pada anak. Faktor-faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam yaitu
faktor demam, usia dan riwayat keluarga, dan riwayat prenatal (usia saat ibu hamil),
riwayat perinatal (asfiksia, usia kehamilan dan bayi berat badan lahir rendah).(2)
Prognosis kejang demam baik, kejang demam bersifat benigna. Angka kematian
hanya 0,64% - 0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna,
sebagian berkembang menjadi epilepsy sebanyak 2% - 7%. Kejang demam dapat
mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian
tingkat akademik. Sebesar 4% penderita kejang demam secara bermakna mengalami
gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi. Walaupun prognosis
kejang demam baik, bangkitan kejang demam cukup menkhawatirkan bagi
orangtuanya.
Tindakan pencegahan terhadap bangkitan kejang demam berupa pemberian
antipiretik dan antikonvulsan. Pemberian antipiretik tanpa disertai pemberian
antikonvulsan atau diazepam dosis rendah tidak efektif untuk mencegah timbulnya
kejang demam berulang. Jenis obat yang sering digunakan adalah fenobarbital, asam
valproate, dan fenitoin. Pemberian obat antikonvulsan jangka panjang tersebut diatas
dapat mencegah timbulnya kejang demam akan tetapi tidak akan mencegah
timbulnya epilepsi maupun cacat neurologis akibat kejang demam. Tetapi pemberian
obat anti kejang mempunyai efek samping tidak baik. Tindakan pencegahan kejang
dengan pemakaian obat fenobarbital maupun asam valproate dan fenitoin dilakukan
atas indikasi yang tepat. Indikasi pemberian pengobatan pencegehan terhadap
penderita kejang demam apabila demam tersebut mempunyai resiko terjadi bangkitan
kejang demam

KATA KUNCI

Kejang Demam Kompleks

7
LAPORAN KASUS II

Jenis Kegiatan : MEDIK

Dokter Pendamping : dr. Cahyo sukowidodo

Judul Lap. Kegiatan : Kehamilan Ektopik Terganggu

SUBJEKCTIVE (S)

a. Keluhan Utama : Flek flek dari jalan lahir

b. Keluhan Tambahan : Nyeri perut

c. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poli kandungan pada tanggal 4 Januari 2020 dengan rencana
kontrol kehamilan, dengan keluhan keluar flek-flek dari jalan lahir sejak 3 minggu
yang lalu. Selain itu, pasien mengeluhkan terkadang terasa nyeri seperti kram pada
perut bagian bawah. Mual, muntah, dan demam disangkal. Kontrol sebelumnya, 3
minggu yang lalu, pasien datang dengan keluhan terlambat haid, sudah membeli test
pack sendiri dan hasilnya positif. Namun pada pemeriksaan USG saat itu belum
tampak adanya kantong gestasi.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
f. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : teratur
Lama : 5-6 hari
Dismenorea : (-)
HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) : 11 November 2019
TP (Taksiran Partus) : 18 Agustus 2020
Usia kehamilan : 1½ bulan

g. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1x
Lama menikah : 5 tahun

h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. Abortus / UK 2 bulan / kuret / th 2015
2. Abortus / UK 3 bulan / kuret / th 2016
3. Laki-laki / Postdate / SC atas indikasi postdate + ketuban keruh / Dokter /
3250 gram / 2 tahun 9 bulan
4. Hamil ini

i. Riwayat ANC : 1 kali di dokter


j. Riwayat KB : Belum pernah memakai KB

OBJECTIVE (O)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 59 kg
Status gizi : Cukup (BMI: 21,7 kg/m2)
Tekanan darah : 124/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Laju pernafasan : 18x/menit
Suhu axilla : 36,8ºC
Saturasi O2 : 98%
Skala nyeri :2
A/I/C/D : -/-/-/-
Kepala : dbn
Leher : dbn
Thorax
Pulmo :
Gerak nafas : Simetris normal
Suara nafas : Vesikuler/vesikuler ,Rhonki -/- , Wheezing -/-
Cor :
Ictus cordis : Tidak tampak
Suara jantung : S1 S2 tunggal, reguler, Murmur (-) , Gallop (-)
Abdomen : dbn
Ekstremitas : Akral hangat, kering, merah ++/++, edema --/--

b. Status Obstetri dan Ginekologi


Inspeksi : abdomen tampak datar, linea nigra (-), linea alba (-)
Palpasi : fundus uteri tak teraba pembesaran, nyeri tekan (-)
Auskultasi : DJJ (-)
Pemeriksaan dalam: tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (4 Januari 2020, pk 12.00 WIB)
Darah Lengkap
GDA : 114
BT : 2 menit
CT : 11 menit
Hb : 13,3 g/dL
WBC : 8.800 / mm3
Hct : 39,4 %
Eritrosit : 4,44 juta
Trombosit : 219.000 / mm3
SGOT : 18 U / l
SGPT : 15 U / l
Albumin : 3,9 g / dL
BUN : 7,0 mg / dL
Kreatinin : 0,6 mg / dL
Natrium : 137 meq / L
Kalium : 3,3 meq / L
Klorida : 101 mmol / L
Kalsium : 8,8 mg / dL
Anti HIV : negative
HBs Ag : negative
Urine Lengkap
SG : 1,005
pH :6
Nitrit : negative
Protein : negative
Glukosa : negative
Keton : negative
Urobilinogen: negative
Bilirubin : negative
Leukosit : negative
Eritrosit : negative
Sedimen Urine
Leukosit : 0-2
Eritrosit : 0-2
Sel epitel : 2-4
Silinder : negative
Lain-lain : negative

b. USG: Kehamilan ektopik di tuba falopii


ASSESSMENT (A)

Kehamilan Ektopik Terganggu

PLAN (P)
- MRS
- Pro laparoscopy tanggal 6 Januari 2020
- Infus Ringer Lactate 20 tpm
- Cek DL tiap 6 jam
- Observasi

ABSTRAKSI LAPORAN
Wanita, 25 tahun, datang ke poli kandungan dengan keluhan keluar flek-flek dari jalan
lahir sejak 3 minggu yang lalu. Kadang nyeri seperti kram pada perut bagian bawah.
Mual, muntah, dan demam disangkal. Pasien merasa hamil ke-4 dengan usia
kehamilan 1½ bulan, dengan riwayat obstetri yang buruk. Pada pemeriksaan fisik
tidak ditemukan adanya pembesaran uterus. Pemeriksaan laboratorium dalam batas
normal. USG menunjukkan adanya kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan
rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan
di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun
ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien. Etiologi kehamilan
ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak
diketahui. Kehamilan ektopik pada dasarnya disebabkan oleh segala hal yang
menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu yaitu faktor mekanis,
fungsional dan faktor lainnya. Gambaran klinis kehamilan ektopik tergantung dari dua
bentuk, yaitu kehamilan ektopik masih utuh atau kehamilan ektopik sudah ruptur
sehingga terdapat timbunan darah intraabdominal yang menimbulkan gejala klinis.
Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain lokasi
kehamilan dan tampilan klinis. Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan
tuba dan masih dalam kondisi baik dan tenang, memiliki 3 pilihan, yaitu
penatalaksanaan ekspektasi (expectant management), penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah.
KATA KUNCI

Kehamilan Ektopik Terganggu


LAPORAN KASUS III

Jenis Kegiatan : MEDIK

Dokter Pendamping : dr. Elvira Yuni


Refayanti Judul Lap. Kegiatan: Dermatitis Atopi

SUBJEKCTIVE (S)

Keluhan Utama : Bentol merah kasar di sekitar kedua lutut, leher

Keluhan tambahan : Gatal-gatal pada daerah yang bentol merah.

Riwayat Penyakit Sekarang (Heteroanamnesa) :


Pasien datang ke poli umum pkm jatirejo pada tanggal 28 Februari 2019 dengan
keluhan bentol merah di kedua lutut,dan dileher bagian belakang mulai kurang lebih
4 bulan yang lalu. Bentol merah semakin banyak dan disertai rasa gatal.
Pertama kali muncul adalah bintik bintik kemerahan di daerah lutut dan tangan,
kemudian tumbuh bentol-bentol dan gatal. Kemudian diperiksakan ke puskesmas
dan diberi salep antibiotic namun keluhan tidak membaik. Keluhan semakin
memberat setelah terkena panas dan suasana yang panas dan makan kuning telur.
Memberatnya yaitu timbul merah-merah semakin banyak,gatal dan bentolnya dapat
berisi air, namun tidak digaruk karena ibu nya melarang nya, pasien mengaku pada
bentol bentol merah tersebut tidak dirasakan nyeri. Sebelumnya pasien pernah di
beri bedak herosin tapi keluhannya masih tetap.
Pasien diberikan obat salep ketokonazol,pasien juga sudah mandi dengan sabun
dettol namun keluhan masih tetap. Keluhan mereda saat tidak terpapar
panas(cahaya matahari) dan karena sering mandi dengan air dingin. Orang tua
pasien memberi alkohol jika muncul bintik bintik merah tersebut mulai umur 2 bulan
dan sampai sekarang.
Orang tua pasien mengakui kalau pasien alergi terhadap telur, alerginya seperti
timbul bintik bintik merah dan gatal di badan. Pada saat hamil pasien, ibunya
mengalami alergi seperti bintik bintik merah seperti biduren dan gatal di badan dan
kaki setelah memakan telur.
Riwayat Penyakit Dahulu

1. Pasien pernah mengalami bintik bintik merah sejak umur 2 bulan, dan diberi
minyak tawon

2. Riwayat alergi : makanan yaitu telur dan ayam, detergen, sabun disangkal
3. Riwayat alergi obat disangkal

4. Riwayat Penyakit Asma disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


1. Ibu dan nenek mempunyai alergi makanan telor dan flu serta bersin pada pagi
hari atau ketika dalam ruangan yang berdebu

2. Riwayat obat – obatan disangkal

3. Ibu mempunyai riwayat asma

OBJECTIVE (O)

Keadaan Umum : Tampak Baik,


Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Baik

BB : 17 kg

Kepala dan Leher : A/I/C/D : -/-/-/- Pembesaran stroma (-) Pembesaran KGB (-)
Thorax : Dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal


Status Dermatologi :
Patella dextra et sinistra : Tampak multiple papul eritematus bentuk milier dan
lentikuler berbatas tegas, erosi dibagian tepi, tertutup skuama tipis

Regio colii posterior : Tampak macula eritematous berbatas tidak tegas tertutup
skuama halus
ASSESSMENT (A)
Dermatitis Atopik
PLAN (P)

Sistemik: Dexamethasone 0,5mg tab no III + CTM tab no III S 3 dd pulv I


Topikal : hydrocortisone cream 1% diberikan 2 kali sehari (setelah mandi) di lokasi
dermatitis

Edukasi:

 Menyarankan kepada orang tua pasien dan pasien yaitu menghindari yang
dapat menimbulkan kekambuhan alerginya
 Mengingatkan pasien untuk tidak memberi garukan pada daerah yang gatal
dengan memotong kuku pasien agar tidak menimbulkan luka dan terjadi
infeksi sekunder
 Menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kelembapan kulit agar kulit tidak
kering.
 Menggunakan shampo dan sabun bayi.
 Mengingatkan untuk kontrol jika lesi meluas atau menjadi parah

ABSTRAKSI LAPORAN

Dermatitis atopik (DA) atau eksim atopik adalah penyakit merupakan kelainan kulit
tersering pada anak terutama pada bayi. . Bayi dan anak yang mengalami DA
umumnya memiliki keluhan dan gejala kulit kering, kemerahan, bersisik, dan gatal
pada satu atau beberapa tempat di wajah, leher, lipatan siku/lutut, siku/lutut,
pergelangan kaki hilang timbul, dan berlangsung lama (kronik).

Dermatitis atopik telah menjadi masalah kesehatan yang penting terutama pada bayi
dan anak saat ini karena menyebabkan kondisi yang tidak nyaman pada bayi dan
anak akibat iritasi dan rasa gatal yang dominan di daerah kulit sehingga dapat
mengganggu proses tumbuh kembang bayi dan anak. Selain itu DA juga
mengakibatkan tekanan atau beban pada keluarga, mempengaruhi pola makan dan
tidur bayi, serta biaya kesehatan dan pengobatan. Pada sebagian besar pasien, DA
merupakan penyakit alergi awal terjadi sebelum asma dan rinitis alergi di kemudian
hari.
KATA KUNCI

Dermatitis Atopi
LAPORAN KASUS IV

Jenis Kegiatan : MEDIK

Dokter Pendamping : dr. Elvira Yuni Refayanti


Judul Lap. Kegiatan : Tuberculosis

SUBJEKCTIVE (S)

Keluhan Utama : Demam 1 minggu

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu
yang lalu. Demam dirasakan naik turun. Jika malam hari pasien merasa badannya
berkeringat. Selain itu pasien juga megeluh adanya batuk serta badannya terasa
linu-linu terutama dibagian pergelangan. Nafsu makan dirasa menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu : -

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang sakit seperti pasien
Riwayat Penyakit Sosial : Teman sekolahnya banyak yang sakit seperti pasien
Riwayat Alergi : -

OBJECTIVE (O)

KU : tampak sakit sedang, kesadaran CM


Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi : 80x/menit, reguler

Frekuensi napas : 20 x/menit

Suhu : 37,80 C

Saturasi O2 : 99%

Berat badan : 38 kg
Jantung

Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2, murmur (-), gallop


(-) Paru
Inspeksi : ekspansi dada simetris

Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/- di basal paru, wheezing -/-


Abdomen
Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak


teraba Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
normal Ekstremitas
Sirkulasi : akral hangat, CRT <2 detik

ASSESSMENT (A)

Prolong fever ec Tuberculosis

PLAN (P)

IVFD asering 20 tpm

Inj Ceftriaxone 2x500 mg


p/o curcumin 2x1
Nebul combivent 3x1
Acetylsistein 3x1
Codein 3x1
Isolasi

OAT tunggu TCM

ABSTRAKSI LAPORAN

Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan di dunia. Berdasarkan laporan


WHO, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar angka kejadian TBC di dunia
setelah Cina dan India. Tuberkulosis pada kehamilan merupakan masalah tersendiri
karena selain mengenai ibu, juga dapat menulari bayi yang dikandung atau
dilahirkannya. Infeksi TBC pada neonatus dapat terjadi melalui intrauterin, selama
persalinan, maupun pasca natal oleh ibu pengidap TBC aktif. Kejadian TBC
kongenital sangat jarang. Di seluruh dunia kasus TBC kongenital hanya tercatat 329
kasus. Gejala klinis TBC pada neonatus sulit dibedakan dengan sepsis bakterial
umumnya, dan hampir semua kasus meninggal karena keterlambatan diagnosis.
Deteksi dini TBC pada neonatus dan penanganan yang baik pada ibu dengan TBC
aktif akan memperkecil kemungkinan terjadinya TBC kongenital atau TBC pada
neonatus di kemudian hari.

KATA KUNCI

Tuberkulosis
LAPORAN KASUS V

Jenis Kegiatan : BEDAH

Dokter Pendamping : dr. Elvira Yuni Refayanti

Judul Lap. Kegiatan : close fracture os patella sinistra

SUBJEKCTIVE (S)

Keluhan Utama: Nyeri lutut kiri

Keluhan Tambahan: Lutut kiri sulit digerakkan, tidak kuat berdiri

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri lutut kiri dan susah digerakkan, bahkan
tidak kuat untuk berdiri. Pasien mengatakan bahwa sebelumnya, sekitar pk 19.00, ia
terjatuh dari sepeda angin di halaman depan rumahnya. Pasien jatuh ke arah kiri
dengan posisi lutut kiri menekuk dan membentur tanah. Setelah itu pasien merasa
nyeri yang hebat pada sekitar lutut kirinya hingga tidak kuat untuk berdiri ataupun
berjalan. Kemudian oleh kerabatnya yang merupakan seorang tenaga kesehatan,
lututnya dibebat dengan posisi lutut diluruskan, lalu dibawa ke IGD.

Riwayat Penyakit Dahulu: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga: disangkal

Riwayat Psikososial: Pasien bekerja sebagai pedagang. Pasien tinggal bersama


anaknya.

OBJECTIVE (O)
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Skala nyeri :4
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 62 kg
Status gizi : Lebih (BMI: 25,8 kg/m2)
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Laju pernafasan : 20x/menit
Suhu axilla : 36ºC
Saturasi O2 : 99%
Skor EWS :0
A/I/C/D : -/-/-/-
Kepala : dbn
Leher : dbn
Thorax
Pulmo :
Gerak nafas : Simetris normal
Suara nafas : Vesikuler/vesikuler, Rhonki -/- , Wheezing -/-
Cor :
Ictus cordis : Tidak tampak
Suara jantung : S1 S2 tunggal, reguler, Murmur (-) , Gallop (-)
Abdomen : dbn
Ekstremitas : Akral hangat, kering, merah ++/++, edema --/--

Status Lokalis
Regio: Genu Sinistra
- Look : jejas (-), bone expose (-), edema (+), deformitas (-)
- Feel : nyeri tekan (+), hangat (+), krepitasi (+), AVN distal dbn, CRT < 2”
- Move : ROM terbatas nyeri

Status Neurologis
Motorik : sde
Sensorik : dbn
Refleks fisiologis dan patologis : sde

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
GDA : 125
Hb : 13,4 g/dL
WBC : 10.830 / mm3
Hct : 40,2 %
Trombosit : 236.000 / mm3
BT : 2.00 menit
CT : 11.30 menit
SGOT : 21 U / l
SGPT : 14 U / l
Albumin : 4,3 g / dL
BUN : 11,1 mg / dL
Kreatinin : 1,0 mg / dL
Natrium : 140 meq / L
Kalium : 3,6 meq / L
Klorida : 109 mmol / L
Kalsium : 9,4 mg / dL

Radiologi
Foto Genu Sinistra AP/Lateral:
- Alignment baik
- Trabekulasi tulang normal
- Celah dan permukaan sendi baik
- Fraktur os patellar kiri, dislokasi (-)
- Soft tissue baik
Kesimpulan: Fraktur os patellar kiri

ASSESSMENT (A)

Close fracture os patella sinistra

PLAN (P)
- Pro operasi elektif TBW (Tension Band Wiring) os patella sinistra
- Infus Ringer Lactate 1500 cc / 24 jam
- Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg
- Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg
- Persiapan operasi: konsul kardio dan anestesi
ABSTRAKSI LAPORAN

Wanita, 49 tahun, datang dengan nyeri pada lutut kiri dan susah digerakkan setelah
terjatuh dari sepeda angin, dengan posisi lutut kiri menekuk dan membentur tanah.
Tidak ada jejas ataupun deformitas, AVN distal dalam batas normal, ROM terbatas
nyeri. Hasil foto rontgen: fraktur os patella sinistra.

Sejauh ini pilihan tatalaksana operatif terbaik untuk rekonstruktif pada fraktur patella
ialah dengan tension band wiring. Konfigurasi ini mengubah tekanan yang awalnya
bersifat distraktif menjadi tekanan yang kompresif, dan juga menyatukan fragmen-
fragmen fraktur. Pada penatalaksanaan operatif dengan ORIF, rata-rata fraktur
patella tertangani dengan baik

KATA KUNCI

Close fracture os patella sinistra, tension band wiring

Anda mungkin juga menyukai