Penyusun:
Pembimbing:
dr. Elvira Yuni
Refayanti dr. Cahyo
sukowidodo
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
SUBJEKCTIVE (S)
Nama : An. Y
Umur : 4 tahun
Alamat : tambahrejo
No. RM : xxx
Agama : Islam
Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan kejang yang terjadi sejak 30 menit sebelum masuk
rumah sakit. Kejang terjadi lebih kurang selama 15 menit. Saat kejang terjadi tubuh
pasien kelonjotan, kedua tangan dan kaki menghentak-hentak, mata melirik ke atas,
lidah tergigit namun mulut keluar busa tidak ada. Setelah pasien mengalami kejang,
pasien tidak sadar dan badan masih kaku hingga 30 menit setelah kejang mereda
(saat tiba di IGD). Saat di IGD badan tetap kaku, mata menutup dan tidak
merespons saat dirangsang nyeri. Sejak semalam pasien demam dan batuk. Diare 3
kali hari ini, ada ampas, tidak ada lendir dan darah. Makan minum sebelumnya
cukup.
3
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat MRS sebelumnya:
disangkal Riwayat kejang: usia 1,5
tahun
Riwayat Alergi : disangkal
f. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x (1 bulan)
Hepatitis B : lupa
DPT : lupa
Polio : lupa
Campak : lupa
h. Riwayat Psikososial
OBJECTIVE (O)
4
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 16 kg
Nadi : 125x/menit, kuat angkat
Laju pernafasan : 22x/menit
Suhu axilla : 39,4ºC
Saturasi O2 : 99%
A/I/C/D :-/-/-/-
Kepala : normocephal
Leher : dbn
Thorax
Pulmo :
Cor :
Abdomen : flat, BU (+) dbn, supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (+), rose spot (-)
Ekstremitas : Akral hangat, kering, crt <2 detik, Edema --/--
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Darah Lengkap
Hb : 12,2 g/dL
WBC : 6.060 / mm3
Hct : 36,4 %
5
ASSESSMENT (A)
PLAN (P)
ABSTRAKSI LAPORAN
Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak
didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. Demam adalah kenaikan
suhu tubuh di atas 380C rektal atau di atas 37,80C aksila. Pendapat para ahli
terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai 5
tahun. Berkisar 2% - 5% anak dibawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang
demam. Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia dibawah
5 tahun. Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6
bulan sampai dengan 22 bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi
pada usia 18 bulan.(1)
Di Amerika Serikatdan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2 – 5%. Di Asia
prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan Eropa dan di
Amerika. Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3% - 9,9%. Bahkan di Guam
insiden kejang demam mencapai 14%.(1)
Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf
6
tersering pada anak. Faktor-faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam yaitu
faktor demam, usia dan riwayat keluarga, dan riwayat prenatal (usia saat ibu hamil),
riwayat perinatal (asfiksia, usia kehamilan dan bayi berat badan lahir rendah).(2)
Prognosis kejang demam baik, kejang demam bersifat benigna. Angka kematian
hanya 0,64% - 0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna,
sebagian berkembang menjadi epilepsy sebanyak 2% - 7%. Kejang demam dapat
mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian
tingkat akademik. Sebesar 4% penderita kejang demam secara bermakna mengalami
gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi. Walaupun prognosis
kejang demam baik, bangkitan kejang demam cukup menkhawatirkan bagi
orangtuanya.
Tindakan pencegahan terhadap bangkitan kejang demam berupa pemberian
antipiretik dan antikonvulsan. Pemberian antipiretik tanpa disertai pemberian
antikonvulsan atau diazepam dosis rendah tidak efektif untuk mencegah timbulnya
kejang demam berulang. Jenis obat yang sering digunakan adalah fenobarbital, asam
valproate, dan fenitoin. Pemberian obat antikonvulsan jangka panjang tersebut diatas
dapat mencegah timbulnya kejang demam akan tetapi tidak akan mencegah
timbulnya epilepsi maupun cacat neurologis akibat kejang demam. Tetapi pemberian
obat anti kejang mempunyai efek samping tidak baik. Tindakan pencegahan kejang
dengan pemakaian obat fenobarbital maupun asam valproate dan fenitoin dilakukan
atas indikasi yang tepat. Indikasi pemberian pengobatan pencegehan terhadap
penderita kejang demam apabila demam tersebut mempunyai resiko terjadi bangkitan
kejang demam
KATA KUNCI
7
LAPORAN KASUS II
SUBJEKCTIVE (S)
g. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1x
Lama menikah : 5 tahun
OBJECTIVE (O)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 59 kg
Status gizi : Cukup (BMI: 21,7 kg/m2)
Tekanan darah : 124/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Laju pernafasan : 18x/menit
Suhu axilla : 36,8ºC
Saturasi O2 : 98%
Skala nyeri :2
A/I/C/D : -/-/-/-
Kepala : dbn
Leher : dbn
Thorax
Pulmo :
Gerak nafas : Simetris normal
Suara nafas : Vesikuler/vesikuler ,Rhonki -/- , Wheezing -/-
Cor :
Ictus cordis : Tidak tampak
Suara jantung : S1 S2 tunggal, reguler, Murmur (-) , Gallop (-)
Abdomen : dbn
Ekstremitas : Akral hangat, kering, merah ++/++, edema --/--
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (4 Januari 2020, pk 12.00 WIB)
Darah Lengkap
GDA : 114
BT : 2 menit
CT : 11 menit
Hb : 13,3 g/dL
WBC : 8.800 / mm3
Hct : 39,4 %
Eritrosit : 4,44 juta
Trombosit : 219.000 / mm3
SGOT : 18 U / l
SGPT : 15 U / l
Albumin : 3,9 g / dL
BUN : 7,0 mg / dL
Kreatinin : 0,6 mg / dL
Natrium : 137 meq / L
Kalium : 3,3 meq / L
Klorida : 101 mmol / L
Kalsium : 8,8 mg / dL
Anti HIV : negative
HBs Ag : negative
Urine Lengkap
SG : 1,005
pH :6
Nitrit : negative
Protein : negative
Glukosa : negative
Keton : negative
Urobilinogen: negative
Bilirubin : negative
Leukosit : negative
Eritrosit : negative
Sedimen Urine
Leukosit : 0-2
Eritrosit : 0-2
Sel epitel : 2-4
Silinder : negative
Lain-lain : negative
PLAN (P)
- MRS
- Pro laparoscopy tanggal 6 Januari 2020
- Infus Ringer Lactate 20 tpm
- Cek DL tiap 6 jam
- Observasi
ABSTRAKSI LAPORAN
Wanita, 25 tahun, datang ke poli kandungan dengan keluhan keluar flek-flek dari jalan
lahir sejak 3 minggu yang lalu. Kadang nyeri seperti kram pada perut bagian bawah.
Mual, muntah, dan demam disangkal. Pasien merasa hamil ke-4 dengan usia
kehamilan 1½ bulan, dengan riwayat obstetri yang buruk. Pada pemeriksaan fisik
tidak ditemukan adanya pembesaran uterus. Pemeriksaan laboratorium dalam batas
normal. USG menunjukkan adanya kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan
rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan
di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun
ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien. Etiologi kehamilan
ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak
diketahui. Kehamilan ektopik pada dasarnya disebabkan oleh segala hal yang
menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu yaitu faktor mekanis,
fungsional dan faktor lainnya. Gambaran klinis kehamilan ektopik tergantung dari dua
bentuk, yaitu kehamilan ektopik masih utuh atau kehamilan ektopik sudah ruptur
sehingga terdapat timbunan darah intraabdominal yang menimbulkan gejala klinis.
Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain lokasi
kehamilan dan tampilan klinis. Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan
tuba dan masih dalam kondisi baik dan tenang, memiliki 3 pilihan, yaitu
penatalaksanaan ekspektasi (expectant management), penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah.
KATA KUNCI
SUBJEKCTIVE (S)
1. Pasien pernah mengalami bintik bintik merah sejak umur 2 bulan, dan diberi
minyak tawon
2. Riwayat alergi : makanan yaitu telur dan ayam, detergen, sabun disangkal
3. Riwayat alergi obat disangkal
OBJECTIVE (O)
BB : 17 kg
Kepala dan Leher : A/I/C/D : -/-/-/- Pembesaran stroma (-) Pembesaran KGB (-)
Thorax : Dalam batas normal
Regio colii posterior : Tampak macula eritematous berbatas tidak tegas tertutup
skuama halus
ASSESSMENT (A)
Dermatitis Atopik
PLAN (P)
Edukasi:
Menyarankan kepada orang tua pasien dan pasien yaitu menghindari yang
dapat menimbulkan kekambuhan alerginya
Mengingatkan pasien untuk tidak memberi garukan pada daerah yang gatal
dengan memotong kuku pasien agar tidak menimbulkan luka dan terjadi
infeksi sekunder
Menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kelembapan kulit agar kulit tidak
kering.
Menggunakan shampo dan sabun bayi.
Mengingatkan untuk kontrol jika lesi meluas atau menjadi parah
ABSTRAKSI LAPORAN
Dermatitis atopik (DA) atau eksim atopik adalah penyakit merupakan kelainan kulit
tersering pada anak terutama pada bayi. . Bayi dan anak yang mengalami DA
umumnya memiliki keluhan dan gejala kulit kering, kemerahan, bersisik, dan gatal
pada satu atau beberapa tempat di wajah, leher, lipatan siku/lutut, siku/lutut,
pergelangan kaki hilang timbul, dan berlangsung lama (kronik).
Dermatitis atopik telah menjadi masalah kesehatan yang penting terutama pada bayi
dan anak saat ini karena menyebabkan kondisi yang tidak nyaman pada bayi dan
anak akibat iritasi dan rasa gatal yang dominan di daerah kulit sehingga dapat
mengganggu proses tumbuh kembang bayi dan anak. Selain itu DA juga
mengakibatkan tekanan atau beban pada keluarga, mempengaruhi pola makan dan
tidur bayi, serta biaya kesehatan dan pengobatan. Pada sebagian besar pasien, DA
merupakan penyakit alergi awal terjadi sebelum asma dan rinitis alergi di kemudian
hari.
KATA KUNCI
Dermatitis Atopi
LAPORAN KASUS IV
SUBJEKCTIVE (S)
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu
yang lalu. Demam dirasakan naik turun. Jika malam hari pasien merasa badannya
berkeringat. Selain itu pasien juga megeluh adanya batuk serta badannya terasa
linu-linu terutama dibagian pergelangan. Nafsu makan dirasa menurun.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang sakit seperti pasien
Riwayat Penyakit Sosial : Teman sekolahnya banyak yang sakit seperti pasien
Riwayat Alergi : -
OBJECTIVE (O)
Suhu : 37,80 C
Saturasi O2 : 99%
Berat badan : 38 kg
Jantung
ASSESSMENT (A)
PLAN (P)
ABSTRAKSI LAPORAN
KATA KUNCI
Tuberkulosis
LAPORAN KASUS V
SUBJEKCTIVE (S)
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri lutut kiri dan susah digerakkan, bahkan
tidak kuat untuk berdiri. Pasien mengatakan bahwa sebelumnya, sekitar pk 19.00, ia
terjatuh dari sepeda angin di halaman depan rumahnya. Pasien jatuh ke arah kiri
dengan posisi lutut kiri menekuk dan membentur tanah. Setelah itu pasien merasa
nyeri yang hebat pada sekitar lutut kirinya hingga tidak kuat untuk berdiri ataupun
berjalan. Kemudian oleh kerabatnya yang merupakan seorang tenaga kesehatan,
lututnya dibebat dengan posisi lutut diluruskan, lalu dibawa ke IGD.
OBJECTIVE (O)
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Skala nyeri :4
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 62 kg
Status gizi : Lebih (BMI: 25,8 kg/m2)
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Laju pernafasan : 20x/menit
Suhu axilla : 36ºC
Saturasi O2 : 99%
Skor EWS :0
A/I/C/D : -/-/-/-
Kepala : dbn
Leher : dbn
Thorax
Pulmo :
Gerak nafas : Simetris normal
Suara nafas : Vesikuler/vesikuler, Rhonki -/- , Wheezing -/-
Cor :
Ictus cordis : Tidak tampak
Suara jantung : S1 S2 tunggal, reguler, Murmur (-) , Gallop (-)
Abdomen : dbn
Ekstremitas : Akral hangat, kering, merah ++/++, edema --/--
Status Lokalis
Regio: Genu Sinistra
- Look : jejas (-), bone expose (-), edema (+), deformitas (-)
- Feel : nyeri tekan (+), hangat (+), krepitasi (+), AVN distal dbn, CRT < 2”
- Move : ROM terbatas nyeri
Status Neurologis
Motorik : sde
Sensorik : dbn
Refleks fisiologis dan patologis : sde
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
GDA : 125
Hb : 13,4 g/dL
WBC : 10.830 / mm3
Hct : 40,2 %
Trombosit : 236.000 / mm3
BT : 2.00 menit
CT : 11.30 menit
SGOT : 21 U / l
SGPT : 14 U / l
Albumin : 4,3 g / dL
BUN : 11,1 mg / dL
Kreatinin : 1,0 mg / dL
Natrium : 140 meq / L
Kalium : 3,6 meq / L
Klorida : 109 mmol / L
Kalsium : 9,4 mg / dL
Radiologi
Foto Genu Sinistra AP/Lateral:
- Alignment baik
- Trabekulasi tulang normal
- Celah dan permukaan sendi baik
- Fraktur os patellar kiri, dislokasi (-)
- Soft tissue baik
Kesimpulan: Fraktur os patellar kiri
ASSESSMENT (A)
PLAN (P)
- Pro operasi elektif TBW (Tension Band Wiring) os patella sinistra
- Infus Ringer Lactate 1500 cc / 24 jam
- Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg
- Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg
- Persiapan operasi: konsul kardio dan anestesi
ABSTRAKSI LAPORAN
Wanita, 49 tahun, datang dengan nyeri pada lutut kiri dan susah digerakkan setelah
terjatuh dari sepeda angin, dengan posisi lutut kiri menekuk dan membentur tanah.
Tidak ada jejas ataupun deformitas, AVN distal dalam batas normal, ROM terbatas
nyeri. Hasil foto rontgen: fraktur os patella sinistra.
Sejauh ini pilihan tatalaksana operatif terbaik untuk rekonstruktif pada fraktur patella
ialah dengan tension band wiring. Konfigurasi ini mengubah tekanan yang awalnya
bersifat distraktif menjadi tekanan yang kompresif, dan juga menyatukan fragmen-
fragmen fraktur. Pada penatalaksanaan operatif dengan ORIF, rata-rata fraktur
patella tertangani dengan baik
KATA KUNCI