BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 oC)
tang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.
Kejang demam sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Hampir 3% dari anak dibawah umur 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejadian kejang demam
diperkirakan 2-4 % di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi.
Kira-kira 20% kasus merupakan kasus kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada
tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki.
Suhu tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang. Terjadinya bangkitan kejang tergantung
pada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Kejang demam dapat terjadi pada suhu 38 oC bagi yang
mempunyai ambang rendah dan suhu 40 oC bagi yang mempunyai ambang tinggi. Kejang demam
merupakan penyakit yang mempunyai komplikasi yang sangat berbahaya seperti kerusakan sel otak,
anoksia. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan keluarga dalam
mencegah terjadinya bahaya tersebut dengan cara memberi penyuluhan dan pemahaman tentang arti
pentingnya kebersihan baik dari keluarga dan lingkungan.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan managemen asuhan kebidanan Varney sesuai dengan kasus kejang
demam.
Bagi penulisan
Bagi pendidikan
Bagi pasien
1. Wawancara
2. Pemeriksaan Fisik
3. Studi Kepustakaan
4. Dokumentasi
5. Observasi
6. Pemeriksaan Penunjang
Pengumpulan data melalui pemeriksaan laboratorium.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Pengertian
Kejang Demam (febrile convulsion) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat
(rectat > 380C, dalam lebih 390C) disebabkan oleh proses ekstracranium (Ngastiyah, 229, Perawatan anak
sakit 1997)
2. Etiologi
Kejang Demam disebabkan oleh proses ekstracranium seperti : ispa, OMA, Sinusitis, Pneumonia,
Faringitis, abses gigi, ginggivostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonepritis. (Bakteri,
virus, plekantigen)
3. Patofisiologi
Demam
Kejang
Neurotran smiter
4. Prognosis
2) Gambaran lainnya
- Menggigil
- Berkeringat
- Letargi
- petechie
6. Diagnosis Kejang
Pengamatan kejang tergantung banyak faktor termasuk umum penderita, tipe dan frekuensi kejang dan
ada atau tidaknya temuan neurologis.
1) Anamnesis
Diagnosis banding
1) Meningitis
2) Enchephalitis
3) Abses otrak
4) Epilepsi
5) Hidrosefalus
7. Pelaksanaan
1) Medik
2) Pengobatan penunjang
2) Terapeutik
1) Antiseptik 10 mg/kg/dosis
3) Suportif
2) Pemberian O2
4) Bila wajah belum berhenti dapat diulang deng dosis yang sama setelah 20 menit
8. Komplikasi
1) Kejang ulang
2) Kerusakan otak
3) Cedera (lidah tergigit)
4) Dehidrasi
5) Anoksi
10. Intervensi
7) Berikan O2
1. Pengumpulan Data : merupakan langkah awal untuk mendapatkan data dari keadaan Px melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik, penunjang yang diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif.
1) Data Subyektif : data yang didapatkan dari hasil anamnesa langsung dari klien, keluarga dan tim
kesehatan lain yang mencakup semua keluhan klien terhadap masalah kesehatan.
b. Keluhan utama : keluhan yang dirasakan klien sekarang sehingga klien datang ke RS.
c. Riwayat penyakit sekarang : merupakan penjelasan tentang kronologis keluhan yang membawa
klien datang ke RS.
d. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien pernah menderita penyakit menular dan menahun dan
apakah klien pernah kecelakaan atau jatuh dan mengalami benturan di kepalanya.
e. Riwayat penyakit keluarga : anggota keluarga yang lain apa ada yang menderita penyakit seperti
klien. Apa ada penyakit menular dan menahun dalam keluarga.
f. Riwayat neonatal
Prenatal : Keadaan pada saat kehamilan, apakah ibu mengeluh, mual, muntah pada umur kehamilan
triwulan pertama.
Postnatal : Anak mendapat ASI atau tidak, mendapat susu formula atau tidak, mulai kapan mendapat
MP-ASI.
g. Riwayat imunisasi
Ditanyakan apakah klien mendapatkan imunisasi sudah lengkap, meliputi BCG, HB I, HB II, HB III, polio I,
polio IV, campak, DPT.
- Pola nutrisi ada perubahan dalam hal porsi makan, menjadi lebih sedikit
- Pola aktifitas ada perubahan, Px tidak aktif seperti saat tidak sakit
- Pola istirahat ada perubahan, Px tidurnya sering terbangun karena keadaan lingkungan dan
penyakitnya
- Pola eliminasi ada perubahan dalam hal BAB tidak pernah, BAK frekuensi menurun.
- Pola kebersihan diri ada perubahan, Px tidak pernah mandi, hanya diseko tidak pernah keramas,
gosok gigi.
2) Data Obyektif : Data diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari infeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi.
c. Pemeriksaan fisik
- Kepala : bagaimana bentuknya, ada benjolan atau tidak, jenis rambutnya, warnanya, rontok
atau tidak.
- Muka : Simetris atau tidak, oedema atau tidak, pucat atau tidak.
- Mata : simetris atau tidak, konjungtiva pucat atau tidak, sklera icterus atau tidak.
- Hidung : simetris atau tidak, bersih atau ada sekret, pernafasan hidung ada atau tidak, polip
ada atau tidak.
- Mulut dan Gigi : ada stomatitis atau tidak, caries ada atau tidak, mukosa bibir kering atau lembab.
- Telinga : simetris atau tidak, ada cerumen atau tidak, apa ada kelainan bentuk.
- Perut : tegang atau lembek, nyeri tekan atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.
- Genetalia : bersih
- Ekstrimitas : simetris
Langkah kedua merupakan pengembangan mengenai masalah dan interpretasi data dasar ke dalam
identifikasi yang spesifik mengenai masalah atau diagnosa. Beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi
sebagai diagnosa akan tetapi membutuhkan suatu rencana yang komprehensif untuk klien dari diagnosa
yang telah ditetapkan dengan berfokus pada apa yang dikemukakan oleh klien secara individu. Diagnosa
adalah hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditetapkan oleh bidan. Adapun
diagnosa masalah dan kebutuhan yang mungkin timbul pada klien kejang demam adalah :
DO : - KU lemah
- Kesadaran composmentis
RR : 20 30 x/menit
- Badan panas
- Bibir kering
DO : - KU lemah
S : > 38 oC
RR : 20 30 x/menit
- Badan panas
- Bibir kering
Mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial lainnya berdasarkan rangkaian dan diagnosa yang ada.
Merupakan antisipasi, pencegahan bila mungkin. Masalah potensial adalah masalah yang mungkin
timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien, oleh karena itu masalah
potensial harus segera dipersiapkan tindakan untuk mengantisipasi. Antisipasi masalah potensial pada
pasien dengan kejang demam adalah terjadinya kejang ulang.
Merupakan langkah yang menggambarkan sifat kesinambungan dari proses penatalaksanaan bukan
hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tapi juga pada saat bersama klien.
Data-data baru senantiasa dikumnpulkan dan dievaluasi. Berupa data yang memberikan indikasi adanya
situasi yang gawat dimana bidan harus segera bertindak demi keselamatan pasien.
5. Pengembangan Rencana
- Kejang berhenti
- RR : 30 50 x/menit
Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu 6 jam diharapkan pasien tidak mengalami
kejang ulang dengan kriteria hasil :
2) Kejang berhenti
Intervensi
1) Anjurkan keluarga untuk melepaskan baju klien dan mengganti dengan yang tipis
4) Memberi antipiretik
6. Implementasi
Merupakan realisasi dari intervensi yang telah ditetapkan namun dalam kondisi tertentu implementasi
dapat berubah disesuaikan dengan kondisi pasien.
7. Evaluasi
Merupakan seperangkat tindakan yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan berdasarkan tujuan dan
kriteria. Dalam evaluasi menggunakan format SOAP.
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Nama : An N Nama : Ny S
Anak Ke : 1 Penghasilan : -
Ibu mengatakan badan anaknya panas sejak tadi sore tanggal 19-06-2006 kemudian jam 21.30WIB tiba-
tiba kejang 1x di rumah kemudian dibawa ke UGD RSI SITI HAJAR.
Anak tidak pernah menderita penyakit seperti ini, sebelumnya hanya menderita penyakit panas dan
batuk pilek biasa setelah dibawa ke dokter sembuh.
Ibu mengatakan baik dalam keluarganya maupun suaminya tidak pernah ada yang menderita penyakit
seperti yang diderita anaknya.
6. Riwayat Neonatal
a. Perinatal : Ibu px teratur periksa ke dokter spesialis kandungan sampai hamil 9 bulan
mendapat suntikan TT 3x diberi vitamin dan tablet Fe.
b. Natal : Melahirkan pada usia kehamilan 9 bulan ditolong oleh dokter. Bayi lahir secara SC
dengan indikasi bayi besar di RSI SITI HAJAR. BB lahir 4400 gram.
c. Post Natal : Bayi mendapat ASI + PASI sampai sekarang. Mulai mendapat makanan tambahan
7. Riwayat Imunisasi
a. Nutrisi
Saat sakit : makan bubur tepung 4 sendok/hari, minum ASI + PASI 4x 60 cc/hari.
b. Pola Istirahat
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 2x/hari, warna kuning, konsistensi lembek, bau khas.
Saat sakit : BAB 1x/hari, warna kuning, konsistensi lembek, bau khas.
Sebelum sakit : mandi 2x/hari, ganti pakaian setiap kali mandi dan basah.
Saat sakit : diseka 1x/hari, ganti pakaian setiap kali basah / kotor.
9. Riwayat Psikososial
1. Kesadaran : Composmetis
S : 39,8 oC
RR : 24 x/menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Mata : simetris, tidak ada sekret, conjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembendungan vena jugularis.
Genetalia : jenis kelamin perempuan, bersih, labia mayor menutupi labia minor.
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembendungan vena jugularis.
c. Auskultasi
d. Perkusi
- Pertumbuhan
- BB : 8 kg
- TB : 60 cm
- Perkembangan
- Mengangkat kepala : 12 mg
- Mengoceh : 6 bulan
- Merangkak : 7 bulan
- Duduk : 7 bulan
5. Pemeriksaan Penunjang
DIFF
- Sanmol 85 mg
- Luminal 1/6
Ds : Ibu mengatakan badan anaknya panas dan mengalami kejang 1x pada waktu di rumah.
S : 39,8 oC
RR : 24 x/menit
- Badan panas
- Bibir kering
S : 39,8 oC
RR : 24 x/
- Bibir kering
Mx : Cemas
Ds : Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya.
Potensial terjadi
- Kejang ulang
3.5 Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x 24 jam diharapkan keadaan Dx membaik.
- Akral hangat
Intervensi
4. Anjurkan orang tua untuk mengganti pakaian anaknya dengan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x 24 jam diharapkan suhu tubuh px turun.
- Akral hangat
Intervensi
2. Anjurkan orang tua untuk mengganti pakaian anaknya dengan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat.
Mx : Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x 15 menit orang tua tidak cemas lagi.
Kriteria : - Orang tua tampak tenang.
Intervensi
R/ Dengan mengetahui keadaan anaknya orang tua dapat tenang dan dapat kooperatif.
R/ Dengan berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan dapat mengurangi kecemasan.
3.6 Implementasi
1. Jam
2. Jam
Menjelaskan pada keluarga tantang kondisi px saat ini yang masih lemah.
3. Jam
Memberikan kompres dingin pada ketiak, leher dan kening dan menggantinya jika sudah terasa hangat.
4. Jam
5. Jam
6. Jam
Menganjurkan orang tua untuk mengganti pakaian anaknya dengan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat.
N : 120 x/menit
S : 37,8 oC
RR : 24 x/
8. Jam
Melanjutkan terapi sesuai advis dokter.
- Infus D5 Ns 15 tts
Implementasi
2. Menganjurkan orang tua untuk mengganti pakaian anaknya dengan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat.
N : 120 x/menit
S : 37,8 oC
RR : 24 x/
- Infus D5 Ns 15 tts
Mx : cemas
1. Menjelaskan pada orang tua tentang keadaan anaknya yang masih lemah.
2. Menganjurkan orang tua untuk berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan.
3.7 Evaluasi
RR : 24 x/
- Akral dingin
P : Intervensi dilanjutkan
S : 37 oC
RR : 24 x/
- Akral dingin
A : Masalah teratasi.
P : Interatasi dihentikan.
Mx : Cemas
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
HE :
- Jika anak panas segera beri obat panas dan kompres, ganti pakaian anak dengan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat.
- Sediakan tong stapel di rumah, jika tidak ada bisa menggunakan sendok yang dibalut dengan kasa
atau kain bersih untuk mengantisipasi agar tidak terjadi cedera pada lidah jika terjadi kejang ulang di
rumah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada
golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Kejang demam bisa disebabkan oleh proses ekstra kronium seperti
ISPA, OMA, Sinusitis, bronkiolitis, pneumonia, faringitis, gasbroenteritis, infeksi saluran kemih dan
sebagainya.
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat
kejang pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus,
anak dalam perawatan khusus dan kadar natrium rendah.
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak perlu mengakibatkan
kematian.
4.2 Saran
- Bagi industri
Hendaknya meningkatkan mutu pembelajaran dengan didukung pengajar yang profesional, sehingga
tercipta mahasiswa-mahasiswa yang terampil.
- Bagi pembaca
Semoga dengan adanya asuhan kebidanan ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan
pengetahuan IPTEK.