Identitas
Pada pasien kejang demam, sebagian besar sering terjadi pada
anak-anak umur 6 bulan s/d 5 tahun, tidak terdapat perbedaan
jenis kelamin tetapi kematian lebih sering pada anak
perempuan. (Rampengan T.H, 2007).
Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Kejang Demam
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dengan suhu
hingga 400C dan anak tampak kejang. (Rampengan T.H, 2007).
Riwayat Penyakit Sekarang
((1) Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang
disertai kejang.
((2 ) Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek.
(Rampengan T.H, 2007).
Riwayat Penyakit Dahulu
((1) Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji
kemungkinan ada keluarga yang pernah menderita
kejang demam.
((2) Tumbuh kembang
Mengkaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan
anak sesuai dengan tingkat usia, baik perkembangan
emosi dan sosial.
((3) Imunisasi
Yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur
pemberiannya. Apakah imunisasi lengkap, jika belum
apa alasannya.
(Rampengan T.H, 2007).
Pemeriksaan Fisik
(B1) Breathing
Inspeksi, pernafasan menurun atau cepat, adanya retraksi
otot bantu nafas, frekuensi nafas vesikuler, pola nafas, irama
nafas, bentuk dada.
Auskultasi, adanya suara tambahan ronchi, wheezing,
Perkusi, Suara perkusi normal resonan (sonor)
(B2) Blood
Inspeksi pasien,tampak pucat, tekanan vena jugularis
menurun.
Palpasi,ada peningkatan nadi
Perkusi, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus
kejang demam masih dalam batas normal.
Auskulatasi bunyi jantung S1, S2, tunggal.
(B3) Brain
klien tidak sadar atau kesadaran menurun, kadang-kadang disertai kejang.
Inspeksi, konjungtiva mengalami perdarahan, penurunan tingkat kesadaran (composmentis,
apatis, somnolen, stupor, koma) atau gelisah, GCS menurun, adakah parese, anestesia, amati
bjenis kejang tonik, klonik, atau tonik klonik. Pada mata, pupil isokor dengan diameter 3 / 3 mm,
reaksi terhadap cahaya + / +
(B4) Bladder
Inspeksi, produksi urin menurun (oliguria sampai anuria), warna berubah pekat dan berwarna
coklat tua.
Palpasi, adakah nyeri tekan pada daerah simfisis.
(B5) Bowel
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek).
Palpasi, nyeri tekan (+), hepar dan klien tidak teraba.
Perkusi, mendengar adanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara
tymphani.
Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik usus meningkat
(gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
(B6) Bone
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun.
Palpasi, hipotoni, kulit kering, elastisitas menurun. Adanya ptekie atau bintik-bintik merah pada
kulit, akral klien hangat, biasanya timbul mimisan. (Dianindriyani, 2011).
(B7) Pengindraan
((1) Palpasi : Ada kenaikan suhu pada kulit
((2) Inspeksi : Tampak ada perubahan warna kulit akibat suhu tinggi
(8) (B8) Perkemihan
((1) Inspeksi : pembesaran kelenjar tyroid dan karotis (-)
Diagnosa Keperawatan
Resiko cidera b.d ketidakefektifan kejang
Resiko aspirasi b.d penurunan tingkat kesadaran
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d
kejang.
Hipertermi b.d Reaksi inflamasi
Resiko kejang berulang b.d riwayat kejang
Defisiensi Pengetahuan b.d kurang informasi
dalam mengatasi kejang
intervensi
Resiko cidera b.d ketidakefektifan kejang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam diharapkan anak tidak mengalami cidera.
Kriteria hasil : klien terbebas dari cedera, klien mampu
menjelaskan cara atau metode untuk mencegah cedera, klien
dan keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk
mencegah cidera
Intervensi Keperawatan
Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
Rasional : Agar pasien bebas dari resiko cedera
Pasang pagar pengaman untuk tempat tidur
Rasional : Mengurangi resiko cedera pada pasien
Membatasi pengunjung.
Rasional : Agar pasien merasa nyaman.
Resiko aspirasi b.d penurunan tingkat kesadaran.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam diharapkan tidak terjadi aspirasi.
Kriteria hasil : Tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada
gangguan menelan, tidak ada reflek muntah, jalan nafas
paten
Intervensi Keperawatan
Lakukan suction jika perlu.
Rasional : karena suction dapat mengurangi sekret yang
berlebihan..
Monitor tingak kesadaran.
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan keadaan pasien.
Potong makanan kecil-kecil.
Rasional : potongan makanan kecil-kecil mempermudah klien
untuk menelan.
Beri posisi tegak pada pasien saat memasukan nutrisi atau
cairan
Rasional : Memudahkan pasien dalam memasukan asupan
nutrisi atau cairan.
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d
kejang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam anak tidak mengalami penurunan jaringan otak yang
dapat mengganggu kesehatan.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan
intracranial, mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang
ditandai dengan berkomunikasi dengan jelas, menunjukan
perhatian, konsentrasi, dan orientasi.
Intervensi Keperawatan
Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
Rasional: Agar tidak terjadi kejang berulang.
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin.
Rasional : Untuk memantau keadaan pasien karena dapat
meningkatkan resiko kejang.
Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : Untuk mengurangi nyeri karena adanya
peningkatan tekanan intracranial.
Hiperthermi b.d Reaksi inflamasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x 24 jam diharapkan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh 36º C – 37,5o C, badan tidak
teraba panas, tidak ada perubahan warna kulit.
Intervensi Keperawatan
Observasi faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi
karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat
penurunan suhu tubuh.
Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan keperawatan yang
selanjutnya.
Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai anjuran
Rasional : Untuk membantu menurunkan suhu tubuh
Resiko kejang berulang b.d riwayat kejang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam diharapkan tidak ada kejang
berulang
Kriteria hasil : Tidak terjadi kejang berulang,
terhindari dari resiko terjadinya kerusakan sistem
saraf, S: 36,5oC-37,5Oc
Intervensi Keperawatan
Observasi suhu tubuh tiap 2 jam sekali
Rasional : mengetahui dan mengontrol suhu tubuh
Anjurkan kepada klien untuk meminimalisir gerak
Rasional : Mengurangi resiko kejang berulang
Pertahankan suhu tubuh normal
Rasional : Mengurangi kenaikan suhu tubuh klien.
Defisit tingkat pengetahuan b.d Kurangnya informasi
keluarga mengenai kejang demam
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam diharapkan keluarga mendapat informasi tentang
kejang demam
Kriteria hasil : Keluarga menyatakan pemahaman tentang
kejang demam, dan keluarga mampu melakukan prosedur
yang telah dijelaskan secara benar.
Intervensi Keperawatan
Kaji tingkat pengetahuan keluarga mengenai kejang demam
Rasional : untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang
kejang demam.
Sediakan informasi pada keluarga pasien tentang cara yang
tepat untuk mengatasi kejang
Rasional : mengurangi resiko kejang berulang
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
kejang demam
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
tanda dan gejala kejang demam