NAMA : Istikomah
NPM : 220110170139
PERTANYAAN
2. Seorang balita perempuan, usia 2 tahun, dirawat karena pneumonia. Saat ini kondisi
pasien: Suhu 39,8°C, HR 120x/menit, RR 44x/menit. Saat siang hari, ibu melihat mata
anak memutar, badan anak kaku, dan tangan serta kaki tampak menyentak, Anak tampak
tidak responsive, kondisi ini berlangsung selama 3 menit. Kondisi ini baru berlangsung 1
kali dalam 24 jam. Ibu klien tampak panic dan berteriak memanggil perawat.
8. Seorang bayi baru lahir, usia gestasi 35 minggu, lahir dari seorang ibu yang menderita
diabetes mellitus. Ketika lahir, terlihat air ketuban bercampur mekonium. Hasil
pengkajian fisik menunjukkan bayi bernafas anak megap-megap, HR 58x/menit, saturasi
oksigen 80%.
JAWABAN:
2. Seorang balita perempuan, usia 2 tahun, dirawat karena pneumonia. Saat ini kondisi pasien:
Suhu 39,8°C, HR 120x/menit, RR 44x/menit. Saat siang hari, ibu melihat mata anak memutar,
badan anak kaku, dan tangan serta kaki tampak menyentak, Anak tampak tidak responsive,
kondisi ini berlangsung selama 3 menit. Kondisi ini baru berlangsung 1 kali dalam 24 jam. Ibu
klien tampak panic dan berteriak memanggil perawat.
Antipiretik
• Tidak mengurangi risiko berulangnya kejang
• Memberikan rasa nyaman bagi pasien
• Parasetamol atau ibuprofen
• Mengurangi kekhawatiran orangtua
Profilaksis Intermiten
• Kejang demam dgn faktor risiko.
• Defisit neurologis berat, berulang 3x/6 bln atau 4x/lebih dalam 1 tahun, usia < 6 bulan,
kejang terjadi pd suhu tubuh tidak terlalu tinggi, kenaikan suhu tubuh yg cepat.
• Segera diberikan pd saat penderita demam (suhu rektal lebih dari 38ºC).
• Obat yg dpt diberikan diazepam, klonazepam atau kloralhidrat supositoria.
• Dosis obat 0,33 mg/kgBB tiap 8 jam.
• Terutama dalam 24 jam awitan demam atau selama periode demam.
• Diberikan selama 48 jam.
• Efek samping: ataksia, sedasi.
Profilaksis Kontinyu
• Kejang fokal, kejang > 15 menit, defisit neurologis yg berat.
• Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang
terakhir.
• Pemberian profilaksis terus menerus hanya berguna utk mencegah berulangnya kejang
demam berat, tetapi tidak dapat mencegah timbulnya epilepsi di kemudian hari.
• Obat yg dapat diberikan berupa fenobarbital & asam valproat.
• Fenobarbital 4-6 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis.
• Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis.
e. Apa pemeriksaan penunjang (lanjutan) yang perlu dilakukan pada pasien tersebut?
• Kejang dgn suhu badan yg tinggi jg dpt terjadi krn faktor lain, seperti
meningitis/ensefalitis.
• Sehingga diperlukan pemeriksaan cairan serebrospinal (lumbal pungsi) diindikasikan pd
anak penderita kejang demam berusia kurang dari 2 tahun.
• Pemeriksaan laboratorium lain dilakukan atas indikasi utk mencari penyebab, seperti
pemeriksaan darah rutin, kadar gula darah & elektrolit.
• Pemeriksaan EEG dilakukan pd kejang demam kompleks/anak yg mempunyai risiko
utk mengalami epilepsi.
f. Apa komplikasi yang mungkin muncul dari kasus diatas?
• Kejang demam berulang \
• Kerusakan neuron otak
• Retardasi mental
• Epilepsi
• Hemiparesis (kelumpuhan/kelemahan otototot lengan, tungkai serta wajah pd salah satu
sisi tubuh)
Demam tinggi mendadak (biasanya 38- 39°), 2-7 hari,umumnya klien datang pd hari ke-
3 3 fase DBD:fase demam (hari sakit 1-3), fase renjatan (hari sakit 4-7), fase penyembuhan
(hari sakit> 7 hari). Kadang disertai batuk, nyeri tenggorokan,nyeri perut, atau muntah.
4. Seorang anak laki-laku, usia 7 tahun, dibawa ke UGD dengan keluhan demam sudah
berlangsung 3 hari. Hari ini memasuki hari ke-4 pasca demam. Perawat melakukan
pengkajian: Suhu 36,8, RR 30x/menit, Tekanan darah 87/70, nadi 140x/menit, teraba kecil
(halus) dan lemah, akral dingin, klien tampak gelisah, CRT 3 detik, terdapat mimisan.
Hasil pemeriksaan lab: IgG (+), Hb 14,8 gr/dl, Ht 48%, leukosit 2500/mm3, trombosit
64.000/mm3. Berat badan anak 18 kg, TB 128cm.
a. Asma ringan
b. Asma berat
c. Asma yang mengancam kehidupan
Sebelum lahir
Alveoli
• mengembang
NEC lebih sering dialami bayi prematur, terutama usia gestasi <35 minggu. Dinding usus
pada bayi prematur memiliki barrier yang belum matang dengan junction sel epitel meningkat,
lapisan mukus yang mucin, faktor trefoil berkurang, dan jumlah sel Paneth menurun.
Perkembangan usus bayi yang belum sempurna, diikuti faktor risiko yang terjadi saat atau
setelah kelahiran, mengakibatkan akuisisi mikrobioma usus bayi.
Mikrobioma usus ikut berperan meregulasi perkembangan dan fungsi enteric nervous
system (ENS). Mikrobioma pada perkembangan usus awal pasca kelahiran mempengaruhi
kepadatan serat saraf myenteric, jumlah neuron nitrergik, dan motilitas usus. Sistem imun dan
mikrobioma usus bayi yang belum berkembang menyebabkan adaptasi usus bayi tidak sempurna
saat pemberian asupan enteral, sehingga terjadi NEC. [1-4]
8. Seorang bayi baru lahir, usia gestasi 35 minggu, lahir dari seorang ibu yang menderita diabetes
mellitus. Ketika lahir, terlihat air ketuban bercampur mekonium. Hasil pengkajian fisik
menunjukkan bayi bernafas anak megap-megap, HR 58x/menit, saturasi oksigen 80%.
Berikan kehangatan
Posisikan bayi: bayi diletakkan terlentang/miring dengan leher sedikit tengadah dalam posisi
penghidu, posisi laring, faring & trakea dalam 1 garis lurus
Rangsang taktil
Reposisikan lagi
beri 1 bantalan pads dibawah pundak bayi -laring, faring, trakea dalam 1 garis lurus -Setelah
jalan nafas bersih
ke langkah berikutnya
Keringkan, rangsang dan reposisikan
4. Rangsang agar bayi bernafas dengan menepuk/menyentil kaki bayi atau dgn menggosok
punggung, tubuh atau ektremitas.
Referensi :