Anda di halaman 1dari 15

STANDAR ASSUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KDK

A. TinjauanTeori
1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kejang yang paling sering terjadi
pada anak, Sebanyak 2% sampai 5% anak yang berumur kurang dari 5
tahun pernah mengalami kejang disertai demam dan kejadian terbanyak
adalah pada usia 17-23 bulan.Secara umum kejang demam memiliki
prognosis yang baik, namun sekitar 30 sampai 35% anak dengan kejang
demam pertama akan mengalami kejang demam berulang (Kakalang et al.,
2016). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu 38℃ biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia<
4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori
ini. (Ridha,2017). Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38℃) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium terutama pada anak umur 3 bulan- 5 tahun.
Klasifikasi Kejang Demam Ada 2 golongan kejang demam menurut Ridha
2017:
a. Kejang demam sederhana
1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun
3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan
– 6 tahun
4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
5) Kejang tidak bersifat tonik klonik
6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau
abnormalitas perkembangan
8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.
b. Bila kejang tidak memenuhi kriteria tersebut diatas, maka golongan
sebagai kejang demam kompleks. (Ridha, 2017)

1. Etiologi
Penentuan etiologi kejang berperan penting dalam tata laksana kejang
selanjutnya.Keadaan ini sangat penting terutama pada kejang yang sulit
diatasi atau kejang berulang.
Etiologi Kejang pada Anak Kejang Demam Sederhana
Gangguan metabolik Infeksi : - Infeksi intrakranial: meningitis, ensefalitis -
Shigellosis Keracunan : - Alkohol - Teofilin - Kokain Lain-lain: - Ensefalopati
hipertensi - Tumor otak - Perdarahan intrakranial - Idiopatik hipoglikemia -
hiponatremia - hipoksemia - hipokalsemia - Gangguan elektrolit atau dehidrasi
- Defisiensi piridoksin - Gagal ginjal - Gagal hati - Kelainan metabolik bawaan
Penghentian obat anti epilepsi Trauma kepala Dikutip dari: Schweich Pj, dkk.
Oski’s pediatrics,1999. Dalam (Pudjiadi, et al, 2011)

2. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui
dengan mudah oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuanenzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruan ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme,
Kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan
kenaikanmetabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65%
dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat
terjadinya lepas muatan listrik.Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neutransmitter” dan terjadi
kejang.Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meninngkatnya kebutuhan oksigen dan
energy
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal
disertai denyut jantung yang tak teratur dan suhu tubuh meningkat
yang
disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolism otak meningkat (Lestari 2016)

3. Manifestasi Klinis
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral,serangan
klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri.Begitu kejang
berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak tetapi
setelah
beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya
kelainan saraf. Adapula kejang yang berlangsung lama dan mungkin terjadi
kerusakan sel saraf yang menetap (Lestari 2016)
Tanda dan gejala anak mengalami kejang demamantara lain
a. Kenaikan suhu tubuh > 380C
b. Kehilangan kesadaran atau pingsan
c. Tubuh, Kaki, dan tangan menjadi kaku
d. Biasanya kepala anak terkulai kebelakang
e. Disusul dengan gerakan kejut / kejang
f. Gigi terkatup
g. Kadang disertai muntah
h. Nafas tak terkontrol atau berhenti beberapa saat.
Orang tua sebaiknya waspada ketika anak menderita demam dan
mengetahui pertolongan pertama ketika anak mengalami kejang
demam.
Beberapa pertolongan pertama pada kejang demam yaitu :
a. Tetap tenang dan tidak panic
b. Lindungi anak dari kemungkinan kecelakaan dengan meletakkan
anak
pada dasar yang lembut
c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung
d. Jangan menekan/menahan gerakan kejang yang sedang terjad.
e. Jangan memasukkan jari atau alat-alat ke mulut anak
f. Jangan memberi obat ke mulut anak
g. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
h. Jauhkan dari benda-benda tajam dan berbahaya
i. Tetap bersama pasien selama kejang
j. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang, kalau
lebih dari 5 menit segera antar ke Rumah Sakit
k. Berikan diazepam rektal kalau ada. Dan jangan diberikan bila
kejang
telah berhenti
l. Setelah kejang demam berakhir, perlu konsultasi ke dokter untuk
mencari
pemicu damam dan kejang serta mendapat saran dan obat untuk
pencegahan kejang demam di masa yang akan datang.(JurnalAsia
2014)
4. Penatalaksanaan medis
Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada
penderita sakit yang memerlukan bantuan medis dasar.Medis dasar yang
dimaksud disini adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang
dapat dimiliki orang awam (Ronald, 2015).

Menurut (Sofyan et al., 2016) penanganan pertama saat anak mengalami


kejang adalah:
a. Tetap tenang dan tidak panik.
b. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
c. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah,
bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
d. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
e. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.
f. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.
g. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5 menit.
Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya boleh
diberikan satu kali oleh orangtua.
h. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhenti
dengan diazepam rektal, kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar, atau
terdapat kelumpuhan

5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darah Untuk mencari etiologic kejang demam. Darah
lengkap, kultur darah,glukosa darah, elektrolit, magnesium, kalsium,
fosfar, urinalisa, kultur urin(The Barbara, 2011)
b. Urinalisis direkomendasikan untuk pasien-pasien yang tidak ditemukan
focus infeksinya (Guidelines, 2010)
c. Fungsi Lumbal Untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis.
d. Radiologi
e. Elekro ensefalografi (EEG)Untuk menyingkirkan kemungkinan epilepsi.

6. Theraphy Medic
a. Pengobatan fase akut Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk
mencegah aspirasi ludah atau muntahan, dan buka semua pakaian
ketat.
b. Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebrospinal
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis
c. Pengobatan profilaksis
1) Profilaksis interitoen
2) Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosisi saat pasien demam.
3) Profilaksisi terus-menerus
Dengan antikonsulvan setiap hari berguna untuk mencegah
berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan
kerusakan
otak tapi tidak dapat mencegah terjadi nya epilepsi dikemudian
hari
(Lestari, 2016)

B. TinjauanAsuhanKeperawatan
1. Pengkajian Awal
Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan data dasar tentang kesehatan
klien baik fisik,psikososial, maupun emosional. Data dasar ini digunakan
untuk menetapkan status kesehatan klien, menemukan masalah aktual
ataupunpotensial serta sebagai acuan dalam memberikan edukasi pada
klien(Ode Debora, 2013). Pengkajian adalah
pengumpulan,pengaturan,validasi, dan dokumentasi data (informasi) yang
sistematis dan bersinambungan yang dilakukan pada semua fase proses
keperawatan, misalnya pada pase evalusi, pengkajian, dilakukan untuk
menentukan hasil strategis keperawatan dan mengevaluasi pencapaian
tujuan (Kozier, 2011).
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan kejang
demam adalah:
a. Biodata/ Identitas pasien
Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Sedangkan
biodata orang tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial
anak meliputi nama, umur, agama, suku/ bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
b. Keluhan utama
Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien, biasanya
keluhan yang dialami pasien kejang demam adalah anak mengalami
kejang pada saat panas diatas > 37,5.- 39,5 oC.

c. Riwayat penyakit sekarang


1) Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan,
apakah betul ada kejang. Diharapkan ibu atau keluarga yang
mengantar mengetahui kejang yang dialami oleh anak.
2) Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang,
maka diketahui apakah terdapat infeksi. Infeksi mempengaruhi
penting dalam terjadinya bangkitan kejang pada anak.
3) Lama serangan Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang
merasakan waktu berlangsung lama. Dari lama bangkitan kejang
dapat kita ketahui respon terhadap prognosa dan pengobatan.
4) Pola serangan Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap
mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik atau
klonik. Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
5) Frekuensi serangan Apakah penderita mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa kejang teljadi untuk pertama kali dan
berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik
apabila timbul kejang pertama kali pada umur muda dan bangkitan
kejang sering terjadi.
6) Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan Sebelum kejang
perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangantertentu yang dapat
menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala
dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalamya.
Sesudahnya kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera
sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan
sebagainya. 11
7) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai Apakah muntah, diare,
trauma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi),
gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-
lain.
d. Riwayat penyakit dahulu Sebelum penderita mengalamiserangan
kejang ini ditanyakan apakah penderita pemah mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa saat kejang teljadi untuk pertama kalinya.
Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, OMA dan
lain-lain.
e. Riwayat penyakit keluarga Adakah keluarga yang memiliki
penyakit kejang demam sepexti pasien (25 % penderita kejang demam
mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit saraf atau lainnya. Adakah anggota keluarga yang mendedta
penyakit seperti ISPA, diare atau Penyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan texjadinya kejang demam.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan Kelainan ibu sewaktu hamil per
trisemester, apakah ibu pemah mengalami infeksi atau sakit panas
sewaktu hamil. Riwayat trauma perdarahan pervagina sewaktu hamil,
penggunakan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat
persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan
(forcep/ vakum), perdarahan ante partum, asfiksia dan lain-lain.
Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak
mau netek dan kejang kejang. 12
g. Riwayat imunisasi Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan
yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi
dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek
sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
h. Riwayat perkembangan kemampuan
perkembangan Anak meliputi:
1) Personal sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial): berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
2) Motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,
memegang suatu benda dan lain-lain.
3) Motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
4) Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan
i. Riwayat sosial Untuk mengetahui perilaku pada anak dan keadaan
emosionalnya yang perlu dikaji siapakah yang mengasuh anak.
Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya.
1) Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat Gaya hidup yang
berkaitan denga kcsehatan, pengetahuan tentang kesehatan,
pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan 13
medisBagaimana pandangan tehadap penyakit yang diderita,
pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila anggota
keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
2) Pola nutrisi Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak,
ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang
dikonsumsi oleh anak, makanan apa saja yang disukai dan yang
tidak, bagaimana selera makan anak, berapa kali minum, jenis dan
jumlahnya per hari.
3) Pola eliminasi BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara
makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau khas, dan terdapat
darah, serta tanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak, bagaimana
konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir.
4) Pola aktivitas dan latihan Apakah anak senang bermain sendiri
atau dengan teman sebayanya, berkumpul dengan keluarga sehari
berapa jam, aktivitas apa yang disukai.
5) Pola tidur/istirahat Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam
berapa. Bangun tidur jam berapa, kebiasaan sebelum tidur, serta
bagaimana dengan tidur siang.
b. Data objektif
1) Pemeriksaan Umum Pertama kali perhatikan keadaan umum vital :
tingkat kesadaran, tekanan darah, 14 respirasi, nadi dan suhu.
Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedang
kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum
kejang tanpa kelainan neurologi.
2) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan secara
menyeluruh dari ujung kepala hingga ujung kaki untuk
mendapatkan data objektif tentang kondisi pasien
a) Kepala
tanda-tanda mikro atau makro sepali, adakah dispersi bentuk
kepala, apakah tandatanda kenaikan tekanan intrakranial,
yajtu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-
ubun besar menutup atau belum.
b) Rambut Dimulai warna, kelebatan, distribusiserta karakteristik
lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein
mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut
jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada
pasien.
c) Muka/Wajah Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi
yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa,
sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus
sardonicus, opistotonus, trimus, apakah ada gangguan nervus
cranial.
d) Mata Saat serangan kejang teljadi dilatasi pupil, untuk itu
periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Bagaimana keadaan
sklera, konjungtiva.
e) Telinga Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta
tandatanda adanya infeksi seperti 15 pembengkakan dan nyeri
di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran.
f) Hidung Adakah ada pemafasan cuping hidung, polip yang
menyumbat jalan nafas, apakah keluar sekret, bagaimana
konsistensinya Jumlahnya.
g) Mulut Adakah tanda-tanda sardonicus, bagaimana keadaan
lidah, adakah stomatitis, berapa jumlah gigi yang tumbah,
apakah ada carries gigi.
h) Tenggorokan Adakah tanda-tanda peradangan tonsil, adakah
tandatanda infeksi faring.
i) Leher Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembasaran kelenjar
tyroid, adakah pembesaran vena jugularis.
j) Thorax Pada infeksi amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernafasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
dada. Pada auskultasi adakah suara nafas tambahan.
k) Jantung Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta
iramanya, adakah bunyi tambahan, adakah bradicardi atau
tachycardia.
l) Abdomen Adakah distensi abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen, bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus, adakah
tanda meteorismus, adakah pembesaran hepar.
m) Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
wamanya, apakah terdapat oedema, hemangioma, bagaimana
keadaan turgor kulit.
n) Ekstremitas Apakah terdapat kulit baik kebersihan maupun
wamanya, apakah terdapat oedema, hemangioma, bagaimana
keadaan turgor kulit.
o) Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar
dari vagina, tanda-tanda infeksi.
1. Perumusan Diagnosis
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan kejang
demam anatara lain :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
suhu tubuh diatas normal, kulit terasa hangat, dan kejang.
b. Risiko Cidera berhubungan dengan kejang ditandai dengan
kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
2. Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1. Hipertermi Termoregulasi Manajemen Hipertermia (I.155060)
berhubungan dengan (L.14134) Observasi
proses penyakit Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab hipertermia
ditandai dengan intervensi keperawatan 2. Monitor suhu tubuh
Gejala dan tanda selama 1 x 24 jam maka 3. Monitor komplikasi hipertermia
mayor hipertermi teratasi
Subjektif :_ dengan kriteria hasil: Teraupetik
Objektif: - 1. Kejang menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
1. suhu tubuh 2. Takikardi menurun 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
diatas normal 3. Konsumsi oksigen 3. Lakukan pendinginan eksternal
meningkat (selimut hipotermia atau kompres
Gejala dan tanda pada dahi, dada, leher abdomen,
minor aksila
Subjektif :_
Objektif: - Edukasi
1. Kulit merah 1. Anjurkan tirah baring
2. kulit terasa
hangat Kolaborasi
3. kejang. (D.0130) 1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena (K/P)
2 Risiko perfusi Perfusi serebral Manajmen kejang (I. 06193)
serebral tidak efektif (L.02014) Observasi
brhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Monitor terjadinya kejang berulang
suplai O2 keotak intervensi keperawatan 2. Monitor karakteristik kejang
menurun ditandai selama 1 x 24 jam maka 3. Monitor TTV
dengan perfusi serebral Teraupetik
Faktor risiko meningkat dengan 1. Baringkan pasien agar tidak
1. Embolisme kriteria hasil: terjatuh
2. Diseksi arteri 1. tingkat kesadaran 2. Pertahankan kepatenan jalan
(D.0017) meningkat napas
2. kognitif meningkat 3. Longgarkan pakaian terutama di
3. gelisah menurun bagian leher
4. demam menurun 4. Dampingi selama periode kejang
5. Jauhkan barang- barang berbahaya
1. 6. Catat durasi kejang
7. Orientasikan setelah periode kejang
8. Berikan oksigen K/P
Edukasi

1. Anjurkan keluarga menghindari


memasukan apapun kedalam
mulut pasien saat periode kejang
2. Anjurkan keluarga tidak
menggunakan kekerasan untuk
menahan gerakan pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antikonvulsan (K/P)

3 Risiko Cidera Kontrol Kejang Pencegahan Kejang (I.14542)


berhubungan dengan (L.06050) Observasi
kejang ditandai Setelah dilakukan 1. Monitor status neurologis
dengan tindakan keperawatan 2. Monitor ttv
Faktor risiko selama 1 x24 Jam Teraupetik
Eksternal- kekurangan risiko cidera 1. Baringkan pasien agar tidak
Internal : teratasi dengan kriteria jatuh
1. Hipoksia jaringan hasil : 2. Rendahkan ketinggian tempat
2. kegagalan 1. Kemampuan tidur
mekanisme mengidentifikasi 3. Pasang side- rail tempat tidur
pertahanan tubuh faktor risiko/pemicu 4. Jauhkan benda- benda
(D.0136) kejang meningkat berbahaya terutama benda
2. Kemampuan tajam
mencegah faktor 5. Sediakan suction di samping
risiko/pemicu kejang tempat tidur
meningkat Edukasi
3. Kepatuhan minum 1. Anjurkan segera melapor jika
obat meningkat merasakan aura
4. Melaporkan frekuensi
kejang meningkat Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antikonvulsan (K/P)

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. pada
tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah
dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai
apakah masakah yang terjadi sudah diatasi seluruhnya,hanya
sebagian,atau belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur
dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui kesesuain tindakan
keperawatan,perbaikan tindakan keperawatan,kebutuhan klien saat
ini,perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain dan perlu menyusun
ulang prioritas diagnosa supaya kebutuhan klienbisa terpenuhui atau
teratasi (Ode Debora, 2013).
Evaluasi dinilai berdasarkan respon pasien terhadap
implementasi yang telah dilakukan, sehingga kriteria hasil yang
diharapkan
a. Menggigil menurun.
b. Suhu tubuh membaik menjadi 36,5⁰ c – 37,5⁰ c
c. Kejang menurun.
d. Suhu kulit membaik
e. Takikardia menurun.
f. Takipnea menurun.
g. Kulit merah menurun
DAFTAR PUSTAKA

1. Kakalang JP, Masloman N, Manoppo JIC. Profil kejang demam di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 –
Juni 2016. e-CliniC. 2016;4(2):1
2. Kozier, B. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses,&
Praktik (17th ed.; S. ke. Ns. Dwi Widiari, ed.). Jakarta: EGC.
3. Ode Debora. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik (2nd ed.; P. P.
Lestari, ed.). jakarta: salemba medika.
4. Titik Lestari, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
5. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
6. PPNI (2016). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai