A. TinjauanTeori
1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kejang yang paling sering terjadi
pada anak, Sebanyak 2% sampai 5% anak yang berumur kurang dari 5
tahun pernah mengalami kejang disertai demam dan kejadian terbanyak
adalah pada usia 17-23 bulan.Secara umum kejang demam memiliki
prognosis yang baik, namun sekitar 30 sampai 35% anak dengan kejang
demam pertama akan mengalami kejang demam berulang (Kakalang et al.,
2016). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu 38℃ biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia<
4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori
ini. (Ridha,2017). Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38℃) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium terutama pada anak umur 3 bulan- 5 tahun.
Klasifikasi Kejang Demam Ada 2 golongan kejang demam menurut Ridha
2017:
a. Kejang demam sederhana
1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun
3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan
– 6 tahun
4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
5) Kejang tidak bersifat tonik klonik
6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau
abnormalitas perkembangan
8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.
b. Bila kejang tidak memenuhi kriteria tersebut diatas, maka golongan
sebagai kejang demam kompleks. (Ridha, 2017)
1. Etiologi
Penentuan etiologi kejang berperan penting dalam tata laksana kejang
selanjutnya.Keadaan ini sangat penting terutama pada kejang yang sulit
diatasi atau kejang berulang.
Etiologi Kejang pada Anak Kejang Demam Sederhana
Gangguan metabolik Infeksi : - Infeksi intrakranial: meningitis, ensefalitis -
Shigellosis Keracunan : - Alkohol - Teofilin - Kokain Lain-lain: - Ensefalopati
hipertensi - Tumor otak - Perdarahan intrakranial - Idiopatik hipoglikemia -
hiponatremia - hipoksemia - hipokalsemia - Gangguan elektrolit atau dehidrasi
- Defisiensi piridoksin - Gagal ginjal - Gagal hati - Kelainan metabolik bawaan
Penghentian obat anti epilepsi Trauma kepala Dikutip dari: Schweich Pj, dkk.
Oski’s pediatrics,1999. Dalam (Pudjiadi, et al, 2011)
2. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui
dengan mudah oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuanenzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruan ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme,
Kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan
kenaikanmetabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65%
dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat
terjadinya lepas muatan listrik.Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neutransmitter” dan terjadi
kejang.Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meninngkatnya kebutuhan oksigen dan
energy
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal
disertai denyut jantung yang tak teratur dan suhu tubuh meningkat
yang
disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolism otak meningkat (Lestari 2016)
3. Manifestasi Klinis
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral,serangan
klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri.Begitu kejang
berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak tetapi
setelah
beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya
kelainan saraf. Adapula kejang yang berlangsung lama dan mungkin terjadi
kerusakan sel saraf yang menetap (Lestari 2016)
Tanda dan gejala anak mengalami kejang demamantara lain
a. Kenaikan suhu tubuh > 380C
b. Kehilangan kesadaran atau pingsan
c. Tubuh, Kaki, dan tangan menjadi kaku
d. Biasanya kepala anak terkulai kebelakang
e. Disusul dengan gerakan kejut / kejang
f. Gigi terkatup
g. Kadang disertai muntah
h. Nafas tak terkontrol atau berhenti beberapa saat.
Orang tua sebaiknya waspada ketika anak menderita demam dan
mengetahui pertolongan pertama ketika anak mengalami kejang
demam.
Beberapa pertolongan pertama pada kejang demam yaitu :
a. Tetap tenang dan tidak panic
b. Lindungi anak dari kemungkinan kecelakaan dengan meletakkan
anak
pada dasar yang lembut
c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung
d. Jangan menekan/menahan gerakan kejang yang sedang terjad.
e. Jangan memasukkan jari atau alat-alat ke mulut anak
f. Jangan memberi obat ke mulut anak
g. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
h. Jauhkan dari benda-benda tajam dan berbahaya
i. Tetap bersama pasien selama kejang
j. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang, kalau
lebih dari 5 menit segera antar ke Rumah Sakit
k. Berikan diazepam rektal kalau ada. Dan jangan diberikan bila
kejang
telah berhenti
l. Setelah kejang demam berakhir, perlu konsultasi ke dokter untuk
mencari
pemicu damam dan kejang serta mendapat saran dan obat untuk
pencegahan kejang demam di masa yang akan datang.(JurnalAsia
2014)
4. Penatalaksanaan medis
Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada
penderita sakit yang memerlukan bantuan medis dasar.Medis dasar yang
dimaksud disini adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang
dapat dimiliki orang awam (Ronald, 2015).
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darah Untuk mencari etiologic kejang demam. Darah
lengkap, kultur darah,glukosa darah, elektrolit, magnesium, kalsium,
fosfar, urinalisa, kultur urin(The Barbara, 2011)
b. Urinalisis direkomendasikan untuk pasien-pasien yang tidak ditemukan
focus infeksinya (Guidelines, 2010)
c. Fungsi Lumbal Untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis.
d. Radiologi
e. Elekro ensefalografi (EEG)Untuk menyingkirkan kemungkinan epilepsi.
6. Theraphy Medic
a. Pengobatan fase akut Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk
mencegah aspirasi ludah atau muntahan, dan buka semua pakaian
ketat.
b. Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebrospinal
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis
c. Pengobatan profilaksis
1) Profilaksis interitoen
2) Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosisi saat pasien demam.
3) Profilaksisi terus-menerus
Dengan antikonsulvan setiap hari berguna untuk mencegah
berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan
kerusakan
otak tapi tidak dapat mencegah terjadi nya epilepsi dikemudian
hari
(Lestari, 2016)
B. TinjauanAsuhanKeperawatan
1. Pengkajian Awal
Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan data dasar tentang kesehatan
klien baik fisik,psikososial, maupun emosional. Data dasar ini digunakan
untuk menetapkan status kesehatan klien, menemukan masalah aktual
ataupunpotensial serta sebagai acuan dalam memberikan edukasi pada
klien(Ode Debora, 2013). Pengkajian adalah
pengumpulan,pengaturan,validasi, dan dokumentasi data (informasi) yang
sistematis dan bersinambungan yang dilakukan pada semua fase proses
keperawatan, misalnya pada pase evalusi, pengkajian, dilakukan untuk
menentukan hasil strategis keperawatan dan mengevaluasi pencapaian
tujuan (Kozier, 2011).
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan kejang
demam adalah:
a. Biodata/ Identitas pasien
Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Sedangkan
biodata orang tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial
anak meliputi nama, umur, agama, suku/ bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
b. Keluhan utama
Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien, biasanya
keluhan yang dialami pasien kejang demam adalah anak mengalami
kejang pada saat panas diatas > 37,5.- 39,5 oC.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. pada
tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah
dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai
apakah masakah yang terjadi sudah diatasi seluruhnya,hanya
sebagian,atau belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur
dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui kesesuain tindakan
keperawatan,perbaikan tindakan keperawatan,kebutuhan klien saat
ini,perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain dan perlu menyusun
ulang prioritas diagnosa supaya kebutuhan klienbisa terpenuhui atau
teratasi (Ode Debora, 2013).
Evaluasi dinilai berdasarkan respon pasien terhadap
implementasi yang telah dilakukan, sehingga kriteria hasil yang
diharapkan
a. Menggigil menurun.
b. Suhu tubuh membaik menjadi 36,5⁰ c – 37,5⁰ c
c. Kejang menurun.
d. Suhu kulit membaik
e. Takikardia menurun.
f. Takipnea menurun.
g. Kulit merah menurun
DAFTAR PUSTAKA
1. Kakalang JP, Masloman N, Manoppo JIC. Profil kejang demam di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 –
Juni 2016. e-CliniC. 2016;4(2):1
2. Kozier, B. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses,&
Praktik (17th ed.; S. ke. Ns. Dwi Widiari, ed.). Jakarta: EGC.
3. Ode Debora. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik (2nd ed.; P. P.
Lestari, ed.). jakarta: salemba medika.
4. Titik Lestari, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
5. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
6. PPNI (2016). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.