Anda di halaman 1dari 42

GAMBARAN CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU DIET TIDAK

SEHAT PADA MAHASIWI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian dan

Biostatistika

Oleh :

ISTIKOMAH

NPM. 220110170139

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat-Nya sehingga proposal penelitian yang berjudul

“Gambaran Citra Tubuh Dengan Perilaku Diet Tidak Sehat Pada

Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran” ini dapat

tersusun hingga selesai.

Tidak lupa peneliti mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas

bantuan dan dukungan pihak yang telah memberikan masukan dan

dukungan dalam penulisan proposal ini dan semoga proposal ini dapat

bermanfaat.

Karena segala keterbatasan pengetahuan, peneliti yakin dalam

penyusunan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena

itu, segala kritik dan saran dari pembaca sangat berarti bagi peneliti.

Jatinangor,

Desember 2019

Peneliti

i
Daftar Isi

BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3. Tujuan.....................................................................................................................4
1.4. Manfaat...................................................................................................................4
1.Manfaat teoritis.......................................................................................................4
2.Manfaat praktis.......................................................................................................4
1.5. Kerangka Pemikiran................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................6
2.1 Gambaran Tubuh......................................................................................................6
2.1.1 Definisi gambaran tubuh...................................................................................6
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran tubuh..........................................7
2.1.3 Gangguan gambaran tubuh................................................................................9
2.1.5 Pengukuran gambaran tubuh...........................................................................11
2.2 Perilaku Diet..........................................................................................................12
2.2.1 Definisi Diet....................................................................................................12
2.2.2 Jenis Perilaku diet............................................................................................13
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet.............................................14
2.2.4 Dampak Perilaku diet......................................................................................15
2.2.5 Pengukuran perilaku diet.................................................................................16
2.3 Remaja...................................................................................................................17
2.3.1 Definisi Remaja...............................................................................................17
2.3.2 Karakteristik perkembangan remaja................................................................18
2.4 Hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja..........................21
BAB III............................................................................................................................23
METODE PENELITIAN.................................................................................................23
3.1 Rancangan Penelitian.............................................................................................23
3.2 Variabel Penelitian.................................................................................................23
3.3 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional.......................................................24

ii
3.3.1 Definisi Konseptual..................................................................................24
3.3.2 Definisi Operasional........................................................................................24
3.4 Populasi dan Sampel..............................................................................................27
3.4.1 Populasi...........................................................................................................27
3.4.2 Sampel............................................................................................................27
3.5 Prosedur Pengumpulan Data..................................................................................28
3.6 Instrumen Penelitian...............................................................................................30
3.7 Teknik Pengolahan Data........................................................................................31
3.8 Analisa Data...........................................................................................................33
3.9 Prosedur Penelitian................................................................................................33
3.10 Etika Penelitian....................................................................................................35
3.11 Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................................36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................37

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Body image bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena

pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik

maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi

remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk

tubuhnya. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja

perempuan dari pada remaja laki-laki. Pada umumnya, remaja perempuan lebih

kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran

tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa

pubertas. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja,

seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat

tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-

laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. (Brooks-Gunn &

Paikoff dalam Santrock, 2003).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan majalah perempuan Glamour,

diperoleh hasil bahwa dari 4000 remaja perempuan, hanya 19% saja yang

merasa puas akan tubuhnya, dan sisanya 81% merasa tidak puas dan cenderung

melakukan diet. Berikut penulis mencantumkan sebuah artikel yang diambil

dari sebuah media cetak.

“Gue mau banget punya badan langsing. Soalnya temen-temen gue men-

“support” untuk mempunyai badan yang langsing. Gue juga mengonsumsi

1
suplemen untuk memperlancar gue mendapatkan tubuh yang indah, yah,

meskipun ada efek sampingnya, tapi ya gak apa-apalah. Hehe.” (Putri,

Kompas 10 Juli 2009).

Pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah

penampilannya sehingga terlihat menarik. Kepedulian terhadap penampilan

dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif

seperti mengontrol berat badan (Davison & Birch dalam Papalia, 2008).

Pola ini menjadi lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-

laki. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan

perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk

mendapatkan berat badan yang ideal (Dacey & Kenny, 2001). Konsep tubuh

yang ideal pada perempuan adalah tubuh langsing (Sanggarwaty, 2003).

Begitu sadar berat badannya bertambah, biasanya orang akan mencoba

membatasi makanannya (Gunawan, 2004). Hal ini mengakibatkan banyak

dari remaja yang mengontrol berat badan dengan melakukan diet dan

berolahraga untuk membentuk tubuh yang ideal.

Kim dan Lennon (2006) mengatakan bahwa, diet mencakup pola-pola

perilaku yang bervariasi, dari pemilihan makanan yang baik untuk

kesehatan sampai pembatasan yang sangat ketat akan konsumsi kalori.

Menurut Ilyas (Kompas, 2009) diet yang sebenarnya adalah cara

mengombinasikan makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari,

yaitu kombinasi antara 60-70% karbohidrat, 10-15% protein, dan 20-25%

lemak. Jadi, diet itu bukan berarti harus menahan lapar sepanjang hari.

Perilaku tidak sehat yang dapat diasosiasikan dengan diet misalnya puasa,

2
tidak makan dengan sengaja, penggunaan pil-pil diet, penahan nafsu makan

atau laxative, muntah dengan disengaja, dan binge eating (French, Perry,

Leon & Fulkerson, 1995). Diet yang dilakukan oleh remaja bukanlah hal

yang dapat disepelekan. Saat remaja adalah saat ketika tubuh seseorang

sedang berkembang pesat dan sudah seharusnya mendapatkan komponen

nutrisi penting yang dibutuhkan untuk berkembang. Kebiasaan diet pada

remaja dapat membatasi masukan nutrisi yang mereka butuhkan agar tubuh

dapat tumbuh. Selain itu, diet pada remaja juga dapat menjadi sebuah titik

awal berkembangnya gangguan pola makan. Beberapa penelitian lain juga

mengatakan bahwa seorang remaja yang berdiet kemudian menghentikan

dietnya dapat menjadi overeater (perilaku makan berlebihan) pada tahun-

tahun berikutnya (Hill, Oliver & Rogers dalam Elga, 2007). Hal ini menjadi

sebuah bukti bahwa perilaku diet dapat membawa dampak yang buruk bagi

kesehatan remaja yang melakukannya.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apa definisi citra tubuh atau body image

2. Apa definisi diet

3. Apa itu diet tidak sehat

4. Bagaimanakah gambaran body image mahasiswi keperawatan

5. Apakah terdapat hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku

diet pada mahasiswi fakultas keperawatan?

3
1.3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku

diet pada mahasiswi fakultas keperawatan universitas padjadjaran.

1.4. Manfaat

Dari penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik secara teoritis

maupun manfaat secara praktis:

1.Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan agar dapat menambah penelitian

mengenai hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet tidak sehat pada

mahasiswi fakultas keperawatan universitas padjadjaran.

2.Manfaat praktis

Bagi para mahasiswi agar tetap bisa menghargai dan bersyukur dengan

tubuh yang dimiliki dengan segala kelebihan dan kekurangannya dan juga

mengetahui bahwa diet tidak sehat bisa menyebabkan berbagai macam penyakit,

dan juga diharapkan agar sesama mahasiwi selalu memberikan dukungan satu

sama lain untuk selalu menghargai tubuh yang dimiliki dan tidak melakukan body

shaming. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi, khususnya penelitian yang berhubungan dengan gambaran tubuh dan

perilaku diet pada mahasiswi fakultas keperawatan universitas padjadjaran.

4
1.5. Kerangka Pemikiran

Permasalahan:
Perilaku Diet
Banyaknya mahasiswi
yang melakukan diet -Diet Sehat
hanya karena merasa
-Diet Tidak Sehat
kurang percaya diri
dengan citra tubuhnya.

 Apakah mahasiwi fakultas Mahasiswi


keperawatan universitas Keperawatan
padjajaran merasa puas dengan Universitas
citra tubuhnya? Padjadjaran
 Apakah mahasiswi fakultas
keperawatan universitas
padjajaran melakukan diet tidak
sehat?
 Bagaimana gambaran citra tubuh
mahasiswi fakultas keperawatan
universitas padjajaran?

Gambaran Citra Tubuh

Analisis Data Dengan Perilaku Diet

Tidak Sehat Pada

Mahasiswi Fakultas

Keperawatan Universitas

Padjadjaran

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Terdapat beberapa pengertian mengenai gambaran tubuh yang

dikemukakan oleh beberapa ahli. Setiap ahli memiliki pendapat yang

berbeda dalam mendefinisikan gambaran tubuh. Untuk lebih jelasnya,

berikut ini akan dijelaskan pengertian perilaku diet yang dikemukakan oleh

beberapa orang ahli.

2.1 Gambaran Tubuh

2.1.1 Definisi gambaran tubuh

Terdapat beberapa pengertian mengenai gambaran tubuh yang

dikemukakan oleh para ahli. Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (dalam

Papalia, 2008) gambaran tubuh adalah evaluasi mengenai penampilan

seseorang. Jade (1999) mengatakan bahwa gambaran tubuh adalah perasaan

subjektif mengenai penampilan dan tubuh. Cash dan Deagle (dalam Jones,

2002) mendefinisikan gambaran tubuh sebagai derajat kepuasan individu

terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan

penampilan umum. Menurut Cash dan Pruzinsky (2002), gambaran tubuh

merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat

berupa penilaian positif atau negatif. Berdasarkan definisi di atas dapat

6
disimpulkan bahwa gambaran tubuh merupakan perasaan, pengalaman,

sikap dan evaluasi yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya yang

meliputi bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat tubuh yang mengarah

kepada penampilan fisik yang dapat bersifat positif atau negatif.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran tubuh

Beberapa ahli menyatakan bahwa gambaran tubuh dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

gambaran tubuh adalah sebagai berikut:

a. Jenis kelamin

Cash dan Pruzinsky (2002) mengatakan bahwa jenis kelamin

merupakan faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan gambaran

tubuh seseorang. Dacey dan Kenny (2001) juga sependapat bahwa jenis

kelamin mempengaruhi gambaran tubuh. Ketidakpuasan terhadap tubuh

lebih banyak dialami oleh remaja perempuan dari pada remaja laki-laki.

Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan

tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif,

dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut

dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan

akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya

semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki

menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. (Brooks-Gunn &

Paikoff dalam Santrock, 2003). Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh

pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi

7
lebih langsing (Davison, Markey, & Birch dalam Markey, 2005).

Sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga

timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot

(Evans, 2008).

b. Media Massa

Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media

yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur

perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh

seseorang. Media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya

sosial.

Anak-anak dan remaja lebih bahyak menghabiskan waktunya dengan

menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi

konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standart

kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurus dalam hal ini berarti dengan

level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa

mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan

gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.

c. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung

8
membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima

mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan

terhadap penampilan fisik. Hal

inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya

dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen

dan koleganya (dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa

feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga

dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan

dan perasaan mengenai tubuh.

Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash Purzinsky, 2002) menerima

feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan

persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan

tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang

merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai

daya tarik fisik.

Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang

lain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan

interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga

berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka, bagaimana

seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi

hubungan dan karakteristik psikologis (Chase, 2001).

2.1.3 Gangguan gambaran tubuh

Menurut Dalami, dkk (2009) gangguan pada body image dibagi menjadi

dua macam, yakni distorsi body image dan ketidakpuasaan terhadap body

9
image. Distorsi body image terjadi apabila yang terganggu adalah komponen

persepsi (Cash, 2010). Gangguan ini dapat berupa over-estimation (persepsi

terhadap tubuh lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya). Ketidakpuasan

terhadap body image sendiri terjadi apabila yang terganggu adalah komponen

afeksinya. Ketidakpuasaan disini berarti keyakinan terhadap penampilan fisik

tubuhnya tidak sesuai dengan standar yang diharapkan. Artinya derajat

kepuasan body image lebih rendah dari yang diharapkan. Ketidakpuasaan

terhadap body image ini dapat pada semua bentuk dan ukuran tubuh

seseorang.

Sedangkan menurut Keliat, dkk (2011) gangguan body image terjadi sebagai

akibat adanya persepsi yang negatif, dimana seseorang memiliki pandangan yang

berlebihan mengenai tubuhnya. Gangguan-gangguan ini berhubungan dengan

beberapa aspek body image. Aspek-aspek body image tersebut meliputi aspek

kognitif (berupa harapan yang berlebihan terhadap penampilannya), dan aspek

afeksi (berupa pengharapan yang berlebihan terhadap ukuran tubuh) danaspek

tingkah laku berupa penghindaran terhadap kejadian yang berhubungan dengan

gambaran body image yang buruk.

10
Menurut Dacey dan Kennya (2007) dampak gangguan body image dari

segi kesehatan adalah dapat mempengaruhi diet, kekurangan kalori, anoreksia,

suntikan pembakar lemak dan bulimia. Sedangkan dampak psikologis dari

body image adalah frustasi, depresi, harga diri rendah, dan isolasi sosial.

Sedangkan menurut Potter dan Perry (2005) seseorang dengan gangguan body

image, seperti mereka yang mengalami perubahan wajah, struktur dan fungsi

tubuh sering merasa ditolak, terasingkan dan merasa tidak berdaya. Keinginan

isolasi sosial ini sering didasarkan pada realistis, orang takut merasa malu atau

individu yang mengalami perubahan dan demikian menghindari kontak dengan

mereka.

2.1.5 Pengukuran gambaran tubuh

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai body image

pada umumnya menggunakan Multidimensional Body Self Relation

Questipnnaire Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash

(dalam Brausch dan Gutierrez, 2009) yang terdiri dari lima dimensi body image,

yaitu :

1) Evaluasi Penampilan

Digunakan untuk mengukur kepuasan atau ketidakpuasan individu terhadap

penampilan. Semakin tinggi skor menunjukkan kepuasan terhadap

penampilannya, begitu pula sebaliknya.

11
2) Orientasi Penampilan

Digunakan untuk mengukur tingkat perhatian individu terhadap penampilan

dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan

penampilan dirinya.

3) Kepuasan Terhadap Bagian Tubuh

Mengukur kepuasan terhadap bagian tubuh secara spesifik seperti wajah,

rambut, tubuh bagian bawah, dan penampilan secara keseluruhan

4) Kecemasan Menjadi Gemuk

Mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu

terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat

badan dan membatasi pola makan.

2.2 Perilaku Diet

2.2.1 Definisi Diet

Definisi diet menurut Muda (2003) adalah aturan makan khusus untuk

kesehatan dan sebagainya (biasanya atas petunjuk dokter), berpantang atau

menahan diri terhadap makanan tertentu untuk kesehatan, mengatur kuantitas

dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan atau karena penyakit. Menurut

Kim dan Lennon (2006), diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat

badan. Menurut Hawks (2008) perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam

membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk

12
mengurangi dan mempertahankan berat badan. Berdasarkan definisi di atas,

perilaku diet dapat diartikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol

makanan atau kalori yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi atau

mempertahankan berat badan.

2.2.2 Jenis Perilaku diet

Berikut ini akan dijabarkan beberapa perilaku diet yang sehat dan tidak sehat

menurut Kim dan Lennon (2006):

a. Diet sehat

Diet dapat diasosiasikan dengan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat,

seperti mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan rendah kalori atau

rendah lemak, dan menambah aktivitas fisik secara wajar. Diet sehat dapat

membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang

berbahaya bagi tubuh. Diet sehat dapat dilakukan dengan cara mengurangi

masukan kalori ke dalam tubuh namun tetap menjaga pola makan yang dianjurkan

oleh pedoman gizi seimbang (Anwar, dalam Elga, 2007). Orang yang melakukan

diet untuk alasan kesehatan akan melakukan cara yang sehat pula, misalnya

mengikuti pola makan yang dianjurkan (Kim & Lennon, 2006).

Adapun pola makan sehat yang dianjurkan agar seseorang senantiasa

mendapatkan nutrisi yang seimbang bagi tubuh mereka adalah:

(1) Berbagai macam variasi dari buah-buahan dan sayuran sebaiknya dikonsumsi

paling sedikit lima porsi sehari.

(2) Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat sebaiknya dikonsumsi,

khususnya yang mengandung serat tinggi seperti roti, pasta, sereal, dan kentang.

Di Indonesia, karbohidrat lebih umum dikonsumsi dalam bentuk nasi, roti, mie,

13
atau kentang sebagai makanan pokok yang dimakan setiap hari (Anwar, dalam

Elga, 2007).

(3) Daging, ikan, dan sejenisnya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan lebih

dianjurkan untuk memilih yang rendah lemak.

(4) Susu dan produk-produk olahan dari susu sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah

sedang dan mengandung kadar lemak yang rendah.

(5) Cemilan dan makanan yang mengandung gula seperti keripik kentang, permen,

dan minuman yang mengandung gula sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah kecil

dan jarang.

b. Diet tidak sehat

Diet jenis ini dapat diasosiasikan dengan perilaku yang membahayakan kesehatan

dapat dilakukan dengan berpuasa (di luar niat ibadah) atau melewatkan waktu

makan dengan sengaja, penggunaan obat penurun berat badan, penahan nafsu

makan, muntah dengan disengaja, dan binge eating. Orang-orang yang berdiet

semata-mata bertujuan untuk memperbaiki penampilan akan cenderung

menempuh cara-cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan mereka

(Kim & Lennon, 2006).

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet

Beberapa ahli menyatakan bahwa perilaku diet dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet adalah

sebagai berikut:

a. Jenis kelamin

14
Diet merupakan kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang

akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat

badan (Hawks, 2008). Perilaku diet menjadi lebih umum diantara anak

perempuan ketimbang anak laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian

Vereecken dan Maes (dalam Papalia 2008), pada usia 15 tahun, lebih dari

setengah remaja perempuan di enam belas negara melakukan diet atau

berpikir mereka harus melakukan hal tersebut. Pada umumnya, perempuan

memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan laki-laki.

b. Status berat badan

Dwyer (1997) mengatakan bahwa orang yang memiliki berat badan

lebih, lebih perhatian terhadap berat badan dari pada orang yang lebih

ringan.

c. Kelas sosial

Perilaku diet dan perhatian terhadap berat badan cenderung terjadi pada

orang yang kelas sosialnya tinggi dari pada yang rendah (Dwyer, 1997)

2.2.4 Dampak Perilaku diet

Menurut Hawks (2008), perilaku diet dapat menimbulkan dampak bagi

seseorang, yaitu:

d. Dampak biologis

15
Peneliti mengatakan bahwa diet akan meningkatkan level systemic

cortisol. Cortisol merupakan pertanda dari timbulnya stres, yang merupakan

prediktor terhadap level rasa lapar dan hal ini merupakan faktor yang

beresiko terhadap timbulnya tulang yang rapuh.

e. Dampak psikologis

Individu yang melakukan diet biasanya akan lebih depresi dan

emosional dari pada individu yang tidak diet, dan akan mengalami

kecemasan, serta kurangnya penyesuaian diri yang baik pada area

sosialisasi, kematangan, tanggung jawab, dan struktur nilai intrapersonal.

f. Dampak kognitif

Kerusakan dalam working memory, waktu reaksi, tingkat perhatian dan

performansi kognitif dipengaruhi oleh bentuk tubuh, makanan, dan diet,

yang disebabkan oleh kecemasan yang dihasilkan oleh efek stres terhadap

diet.

2.2.5 Pengukuran perilaku diet

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai

perilaku diet pada umumnya mengacu pada alat ukur yang disusun oleh

French, Perry, Leon dan Fulkerson (dalam Elga, 2007). Alat ukur ini terdiri

dari dua metode penurunan berat badan, antara lain:

a. Metode penurunan berat badan yang sehat yang mencerminkan pola

makan sehat dan olahraga. Metode ini terdiri dari: pengurangan kalori,

memperbanyak olahraga, memperbanyak makan buah dan sayur,

mengurangi cemilan, mengurangi asupan lemak, mengurangi permen

16
atau makanan manis, mengurangi porsi makan yang di konsumsi,

mengubah tipe makanan, mengurangi konsumsi daging, mengurangi

makanan yang berkarbohidrat tinggi, dan mengkonsumsi makanan-

makanan rendah kalori.

b. Metode penurunan berat badan yang tidak sehat yang mencerminkan

usaha mengontrol berat badan yang tidak sehat. Metode ini terdiri dari:

puasa (di luar ibadah), sengaja melewatkan waktu makan (sarapan,

makan siang, makan malam), memperbanyak merokok, penggunaan

laxative (obat pelancar buang air besar), menggunakan diuretic (obat

penyerap kadar air dalam tubuh), menggunakan penahan nafsu makan,

menggunakan pil diet, memuntahkan makanan dengan disengaja, tidak

makan daging sama sekali, tidak makan makanan yang mengandung

karbohidrat sama sekali, dan hanya memakan satu jenis makanan saja

dalam sehari.

2.3 Remaja

2.3.1 Definisi Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin, yaitu

‘adolescere’ yang berarti perkembangan menjadi dewasa (Monks, 1999).

Piaget (dalam Hurlock, 1999) mengemukakan bahwa istilah adolescence

mempunyai arti lebih luas yaitu mencakup kematangan emosional, mental,

sosial, dan fisik. Santrock (2003), mengatakan bahwa masa remaja sebagai

17
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial. Batasan usia yang

ditetapkan para ahli untuk masa remaja berbeda-beda. Menurut Hall (dalam

Santrock, 2003), usia remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 tahun.

Monks (1999) menyatakan bahwa batasan usia remaja antara 12 hingga 21

tahun, yang terbagi dalam 3 fase, yaitu remaja awal (usia 12 hingga 15

tahun), remaja tengah/madya (usia 15 hingga 18 tahun) dan remaja akhir

(usia 18 hingga 21 tahun). Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa remaja adalah periode perkembangan dari anak-anak ke

dewasa awal yang mencakup perubahan fisik, sosial, emosional, kognitif

dan mental yang berlangsung antara usia 12 hingga 21 atau 23 tahun.

2.3.2 Karakteristik perkembangan remaja

a. Perkembangan fisik remaja

Perkembangan fisik remaja ditandai dengan adanya suatu periode yang

disebut pubertas. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif

dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic

hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu Follicle-

Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).

Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang

perkembangan dua jenis hormon kewanitaan, yaitu estrogen dan

progesteron. Pada anak laki- laki, Luteinizing Hormone yang juga

18
dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang

perkembangan testosteron. Perkembangan secara cepat dari hormon-

hormon tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sistem biologis

seorang anak. Pada anak perempuan, peristiwa pertama yang terjadi adalah

telarke, yaitu terbentuknya payudara, diikuti oleh pubarke, yaitu tumbuhnya

rambut pubis dan ketiak, lalu menarke, yaitu periode haid pertama. Haid

merupakan pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu

terjadi juga pertumbuhan otot yang cepat, tumbuhnya rambut pubis, dan

suara yang semakin halus. Perubahan dan perkembangan fisik yang pesat

ini membuat remaja memperhatikan tubuhnya yang mempengaruhi

interaksinya dengan orang lain di sekitarnya, terutama teman sebayanya.

b. Perkembangan kognitif remaja

Menurut Piaget (dalam Papalia, 2008), perkembangan kognitif remaja

berada pada tahap operasional formal. Tahap ini merupakan tahap yang

paling tinggi dalam perkembangan kognitif individu, dimana remaja

mempunyai kemampuan untuk memanipulasi informasi dan mempunyai

pemikiran yang lebih luas lagi. Pada masa remaja, proses pembentukan

gambaran tubuh sudah di ikuti dengan proses kognisi. Proses kognisi

tersebut berupa pemikiran dan keinginan untuk mengidentifikasikan diri

sesuai dengan tokoh idolanya. Proses pembentukan gambaran tubuh yang

baru pada masa remaja ke dalam diri adalah bagian dari tugas

perkembangan yang sangat penting (Dacey & Kenny, 2001). Dalam

beberapa hal pemikiran para remaja masih terlihat kurang matang. Salah

19
satu karakteristik pemikiran remaja yang belum matang ini adalah

kesadaran diri. Elkind (dalam Papalia, 2008) merujuk kondisi kesadaran diri

ini sebagai imaginary audience, yaitu menggambarkan peningkatan

kesadaran remaja yang tampil pada keyakinan mereka bahwa orang lain

memiliki perhatian yang amat besar terhadap diri mereka, sebesar perhatian

mereka sendiri. Gejala imaginary audience mencakup berbagai perilaku

untuk mendapatkan perhatian, keinginan agar kehadirannya diperhatikan,

disadari oleh orang lain, dan menjadi pusat perhatian.

c. Perkembangan sosial remaja

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang

berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri

dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada

dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga

dan sekolah (Hurlock, 1999). Pada saat memasuki usia remaja, seorang

individu sudah mulai menyadari bahwa dirinya bukan akan-anak lagi dan

mulai berusaha untuk memasuki dunia orang dewasa, berusaha untuk

mendapatkan pengakuan dari orang dewasa dan mencari identitas diri yang

dapat mempengaruhi perasaan mereka terhadap diri sendiri. Menurut

Handel (dalam Rice, 1990), sejak masa puber, remaja umumnya mulai

memperhatikan dan membandingkan hal-hal khusus seperti penampilan

fisik (misalnya bentuk tubuh) dan kemampuan sosialisasinya dengan

lingkungan pergaulan dan tokoh idolanya. Remaja menyadari bahwa daya

20
tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Hal tersebut yang

menyebabkan remaja sangat terpengaruh terhadap penilaian dari orang lain

terhadap bentuk tubuhnya dan peka terhadap rasa malu (karena adanya

penilaian yang kurang baik).

2.4 Hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku diet seseorang

adalah harga diri. Harga diri adalah penilaian seseorang tentang dirinya

secara positif maupun negatif. Individu dengan harga diri yang rendah

cenderung takut mengalami kegagalan dalam menjalani hubungan sosial,

kurang dapat mengekspresikan diri, dan sangat tergantung pada lingkungan

(Coopersmith dalam Siregar, 2006). Individu yang sangat tergantung pada

lingkungan, kurang dapat mengekspesikan diri, dan takut untuk menjalani

hubungan sosial akan cenderung mengikuti apa yang diinginkan oleh

lingkungan. Apabila individu cenderung mengikuti apa yang diinginkan oleh

lingkungan dalam berbagai hal seperti bentuk tubuh, cara berpakaian, dan

cara berdandan maka ia akan cenderung untuk merubah tubuh mereka dan

berupaya untuk mencapai diri yang ideal seperti yang diinginkan lingkungan

dengan berbagai cara (Hassanah,2010).

Banyak penelitian yang menunjukkan diet sering dilakukan dengan

cara yang tidak sehat, khususnya pada remaja putri. Mereka melakukan diet

secara agresif untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal (Jaworowska,

2007). Kecenderungan untuk merubah tubuh ideal sesuai dengan konsep yang

dibentuk oleh lingkungan ini salah satunya dipengaruhi oleh teman sebaya.

21
Pengaruh teman sebaya sangat besar pada masa remaja. Hal ini karena

remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-temanya

dibandingkan dengan keluarganya (Hurlock,1980). Teman sebaya yang

melakukan perilaku diet yang ekstrim dapat mempengaruhi remaja putri

untuk melakukan perilaku diet yang ekstrim pula (Gaskill, 2000). Bentuk-

bentuk perilaku diet yang ektrim ini sama dengan bentuk perilaku diet yang

tidak sehat antara lain: menggunakan laxative, dan memuntahkan makanan

(Cheung, 2007).

Selain itu, kecenderungan remaja putri untuk merubah tubuh sesuai

dengan konsep yang dibentuk oleh lingkungan juga dipengaruhi oleh tekanan

media. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa membaca majalah wanita

atau majalah kecantikan dapat diasosiasikan dengan metode penurunan berat

badan yang tidak ideal (Utter, 2003). Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Grigg, Bowman, dan Redman ditemukan bahwa 87% dari sampel penelitian

mereka memiliki keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang “kurus” ideal

yang dipromosikan oleh media. Hal ini secara konsisten berhubungan dengan

gangguan makan, perilaku diet tidak sehat, dan distorsi terhadap gambaran

tubuh (Grigg, 1996). Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Beasley

ditemukan bahwa tekanan media memiliki korelasi yang kuat dan signifikan

dengan perilaku diet tidak sehat.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

Hadi (2000) mengatakan bahwa metode penelitian dalam suatu penelitian

ilmiah merupakan unsur penting karena metode yang digunakan dalam penelitian

dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan

hasilnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat

korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan

variabel lain. Pembahasan dalam bab ini meliputi identifikasi variabel penelitian,

definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumen/alat

ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan

penelitian dan metode analisis data.

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif

yang bertujuan untuk untuk mengidentifikasi gambaran citra tubuh

terhadap pola diet mahasiswi fakultas keperawatan universitas padjadjaran.

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Sugiono (2009) variabel penelitian adalah suatu ukuran

atau ciri yang dimiliki anggota-anggota suatu kelompok berbeda dengan yang

dimiliki oleh kelompok lain. Variabel-variabel pada penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (Independent)

23
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Notoatmodjo, 2005). Pada

penelitian ini variabel bebasnya adalah citra tubuh.

2. Variabel terikat (Dependent)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini

variabel terikatnya adalan pola makan.

3.3 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

3.3.1 Definisi Konseptual

Gambaran citra tubuh dengan perilaku diet tidak sehat merupakan

sejumlah informasi atau hal yang diketahui mengenai pentingnya perilaku

diet sehat sebagai upaya pencegahan gangguan body image pada mahasiwi.

3.3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Gambaran citra tubuh dengan perilaku

diet tidak sehat mahasiswi fakultas keperawatan universitas padjadjaran

sebagai upaya pencegahan gangguan body image pada mahasiwi.

No. Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala Ukur

Operasional ukur/Cara

Ukur
1. Citra Tubuh Penilaian Kuisioner a. Citra Ordinal

Mahasiswi individu tubuh

Fakultas tentang positif

Keperawatan ukuran. b. Citra

24
Unpad dengan Penampilan, tubuh

perilaku diet tidak dan bentuk negatif

sehat tubuhnya

25
26
3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Mahasiswa

Keperawatan Universitas Padjadjaran.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Jumlah sampel yang digunakan pada

penelitian ini yaitu sebanyak 100 orang yang diambil melalui metode simple

random sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswa

keperawatan Unpad angkatan 2018 dan 2019 yang berusia dibwah 20 tahun.

Ukuran sampel yang diambil diberikan toleransi sebesar 5% (0,05) dari

populasi dan dihitung berdasarkan Rumus Slovin. Rumus tersebut adalah

sebagai berikut:

27
Keterangan:

n : ukuran sampel

N: ukuran populasi

e: margin of error

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

melalui beberapa tahap, yaitu :

1. Penyusunan proposal penelitian melalui metode studi

literatur.

2. Mempersiapkan seminar usulan penelitian setelah

mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing utama

dan dosen pembimbing.

3. Melaksanakan seminar usulan penelitian yang disaksikan

oleh kedua dosen pembimbing dan kedua dosen penguji.

28
4. Setelah dilaksanakan seminar usulan penelitian, peneliti

memperbaiki draft proposal penilitian yang telah dibahas

dengan

perbaikan dari dosen pembimbing maupun penguji

seminar usulan penelitian.

5. Setelah proposal penelitian sudah final revisi, peneliti

melakukan uji etik Penelitian.

6. Peneliti mulai melakukan pengumpulan data dengan

masuk ke dalam kelas setiap angkatan di Fakultas

Keperawatan Jatinangor dan mulai membagikan kuesioner

untuk diisi. Sementara, untuk pengambilan data pada

mahasiswa keperawatan Garut dan Pangandaran dilakukan

secara online dengan membagikan link kuesioner google

form kepada responden. Kuesioner terdiri dari kuesioner

gambaran citra tubuh. Kuesioner yang digunakan telah

melalui proses back-translation.

7. Setelah data responden terkumpul sesuai dengan jumlah

sampel, semua data dikumpulkan untuk dianalisis.

29
3.6 Instrumen Penelitian

Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian

yang bertujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Alat

ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk

data yang akan diambil serta diukur. Data penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan metode skala. Skala adalah suatu metode pengumpulan data yang

merupakan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis

(Hadi, 2000). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner.

Kuesioner merupakan instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan

atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab

responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya (Arifin, 2011).

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gambaran tubuh adalah

skala gambaran tubuh yang dirancang dan dikembangkan sendiri oleh peneliti

yang disusun berdasarkan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-

Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash (dalam Seawell

& Danorf-Burg, 2005).

Gambaran tubuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang

diperoleh dari jawaban subjek terhadap skala gambaran tubuh yang disusun

dengan format Likert dengan lima pilihan jawaban dari Sangat Tidak Sesuai

(STS), Tidak Sesuai (TS), Netral (N), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS) dan

juga disusun dengan format Diferensial Semantik dengan lima pilihan jawaban

yang terletak di kutub berseberangan, yaitu kutub negatif (yang berisi keadaan

negatif) dan kutub positif (yang berisi keadaan positif). Alat ukur gambaran

tubuh ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan Multidimensional Body Self

30
Relation Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan

oleh Cash.

Cash mengemukakan adanya lima dimensi gambaran tubuh, yaitu:

f. Appearance evaluation (evaluasi Penampilan)

g. Appearance orientation (orientasi penampilan)

h. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh)

i. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk)

j. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)

Skor total pada skala gambaran tubuh merupakan petunjuk gambaran tubuh

yang positif atau negatif. Skor skala yang tinggi menunjukkan gambaran tubuh

yang positif, sebaliknya skor skala yang rendah menunjukkan gambaran tubuh

yang negatif.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk memperoleh penyajian

data dan sebagai hasil untuk menyatakan adanya kesimpulan yang baik.

31
Langkah–langkah pengolahan pada penelitian ini antara lain (Notoatmodjo,

2010) :

Setelah seluruh data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data

melalui tahapan sebagai berikut :

Editing

Penelitian menyeleksi atau memeriksa ulang kelengkapan

pengisian kuesioner dari seluruh pertanyaan yang ada sehingga tidak ada

kuesioner yang terbuang. Kuesioner di urutkan sesuai dengan nomer

responden yang ada di dalam kertas kuesioner. Proses ini untuk melihat

apakah semua data sudah di isi sesuai petunjuk.

Coding

Setelah semua data yang ada pada kuesioner lengkap, peneliti

melakukan coding terhadap semua jawaban atau informasi koresponden.

Kode pada instrument yang digunakan sebagai berikut :

Body image positif diberi kode =1, body image negatif diberi kode =2,

sedangkan pola makan baik diberi kode =1, pola makan buruk diberi

kode=2.

Entry data

32
Dalam proses ini peneliti memasukkan data kedalam program

komputer. Semua data di masukkan secara cermat sampai nomer

responden terakhir. Entri data dini di lakukan dengan mengisi kolom–

kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan

jawaban masing-masing pertanyaan.

Tabulating

Tabulating data, untuk menghitung data secara statistik.Yakni

membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penilaian atau yang

diinginkan oleh penelitian.

3.8 Analisa Data

Data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner akan disusun

secara sistematis dan dianalisis. Teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Data akan diringkas dalam

bentuk tabel, kemudian dihitung nilai distribusi frekuensi yang nantinya akan

diketahui persentase dari variabel yang diukur.

3.9 Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan penelitian

33
Tahap persiapan penelitian dimulai dari mempersiapkan

instrumen penelitian dengan terlebih dahulu melakukan literature

review dan observasi terkait dengan variabel yang diteliti, yaitu

pengetahuan mahasiswa. Seluruh kebutuhan penelitian disesuaikan

dengan fenomena-fenomena yang ditemukan dan tujuan yang ingin

dicapai pada penelitian ini, termasuk alat ukur dan skala kuesioner.

Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, langkah berikutnya

adalah melakukan penyebaran kuisioner kepada mahasiswa Fakultas

Keperawatan Universitas Padjadjaran kampus Jatinangor, kampus

Garut, dan kampus Pangandaran yang dilakukan secara online. Setelah

itu peneliti mengolah dan menganalisis data yang telah didapatkan

sesuai dengan rencana yang telah dibuat oleh peneliti. Peneliti akan

memastikan data yang dikumpulkan telah lengkap dan cukup untuk

selanjutnya diolah menjadi informasi.

Tahap Akhir Penelitian

Pada tahapan ini, data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis

dan diinterpretasikan dalam bentuk laporan tertulis yang sistematis.

Hasil dari data tersebut kemudian akan dipertanggungjawabkan dalam

sidang akhir.

34
3.10 Etika Penelitian

Etika penelitian diperlukan agar semua responden penelitian dapat

mempertahankan hak dan martabatnya saat menjadi responden. Menurut

Hidayat (2010), masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek

manusia menjadi isu sentral yang akan berkembang saat ini. Dalam

penelitian di keperawatan, peneliti hampir menggunakan manusia sebagai

subjeknya, maka peneliti harus memperhatian hal berikut :

1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

memberikan lembar prsetujuan. Informed consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek

mengerti tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek

bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika tidak maka

peneliti harus menghormati hak subjek penelitian.

2. Anonymity (tanpa nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan sbyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Confidentially (kerahasiaan)

35
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh

peneliti.

4. Sukarela

Responden sukarela tanpa adanya unsur paksaan secara langsung

maupun tidak langsung oleh peneliti kepada responden.

3.11 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan di Fakultas Keperawatan

Universitas Padjadjaran Kampus Jatinangor, Fakultas Keperawatan Universitas

Padjadjaran Kampus Pangandaran, Fakultas Keperawatan Universitas

Padjadjaran Kampus Garut pada bulan April s.d Mei 2020.

36
DAFTAR PUSTAKA

Makdalena, M. (2009). HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET

PADA REMAJA Email : maryhamasah@gmail.com. 35–42.

Irawan, S., & Safitri, S. (2014). Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet

Mahasiswi Universitas Esa Unggul. Jurnal Psikologi Esa Unggul, 12(01).

Lintang, A., Ismanto, A., & Onibala, F. (2015). Hubungan Citra Tubuh Dengan

Perilaku Diet Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 9 Manado. Jurnal

Keperawatan UNSRAT, 3(2).

Irawan, S., & Safitri, S. (2014). Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet

Mahasiswi Universitas Esa Unggul. Jurnal Psikologi Esa Unggul, 12(01).

Mayasari, N. (2015). HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN

PERILAKU DIET PADA MAHASISWI Diunduh oleh : MAKASSAR

DAFTAR ISI. Jurnal Empati, 4(2), 14–19.

Indahwati, I. (2011). Hubungan Persepsi Gambaran Tubuh Dengan Perilaku Diet

Pada Remaja Putri Di Smk Negeri 2 Godean Sleman.

Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan validitas (edisi ketiga) Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset.

37
Cash, T. F. (1994). Body images attitudes: Evaluation, investment, and affect:

Perceptual motor skills. Journal of Psychology, (78), 1168-1170.

Chase, M. E. (2001). Identitiy development and body image dissatisfaction in

college females. (50).

Dacey, J. & Kenny, M. (2001). Adolescent development (2th ed). USA: Brown &

Benchmark Publishers.

Elga, Precha. (2007). Hubungan body dissastifaction dengan perilaku diet pada

remaja. Skripsi tidak dipublikasikan, Fakultas Psikologi, Universitas

Indonesia, Depok.

French, S. A., Perry, C. L., Leon, G. R., & Fulkerson, J. A. (1995). Dieting

behaviors and weight change history in female adolescent. Journal

of health Psychology, 14, 548-555.

Hadi, S. (2000). Methodology research (Jilid 1-4). Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

38

Anda mungkin juga menyukai