1
2.5.2 Nutrisi pada Kehamilan ....................................................................... 18
2.5.3 Status Gizi Ibu Hamil ........................................................................... 19
2.6 Konsep Dasar Underweight dan KEK ........................................................ 20
2.6.1 Underweight ......................................................................................... 20
2.6.2 Kekurangan Energi Kronis (KEK) ....................................................... 21
2.7 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis ................... 21
2.7.1 Pengkajian ............................................................................................ 21
2.7.2 Interpretasi Data ................................................................................... 29
2.7.3 Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial ..................................... 29
2.7.4 Identifikasi Tindakan Segera/Rujukan ................................................. 30
2.7.5 Perencanaan Tindakan ......................................................................... 30
2.7.6 Pelaksanaan Tindakan .......................................................................... 31
2.7.7 Evaluasi ................................................................................................ 31
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 40
BAB V PENUTUP................................................................................................ 43
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 43
5.2 Saran ............................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
2
BAB I
PENDAHULUAN
Status gizi ibu hamil berperan langsung dalam kondisi kehamilan dan
bayi yang akan dilahirkan sehingga kekurangan gizi pada awal dan selama
kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
(Arisman, 2009). Gizi yang adekuat selama hamil akan mengurangi resiko dan
komplikasi pada ibu untuk menjamin pertumbuhan jaringan sehingga bayi baru
lahir memiliki berat badan optimal (Depkes RI, 2008).
3
termasuk salah satunya adalah malnutrisi. Prevalensi ibu hamil yang Kurang
Energi Kronis (KEK) di Indonesia sebesar 21,6%, dan angka kematian bayi di
Indonesia pada tahun 2012 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Di antara angka
ini, 19 per 1.000 kematian bayi terjadi pada masa neonatal sejak lahir sampai
usia 28 hari (Kemenkes RI, 2012).
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
4
1.3.2 Bagi Penulis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang diperngaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks pada wanita. Ovulasi diinisiasi dengan
meningkatnya kadar hormon FSH untuk pematangan folikel dan dilanutkan
dengan meningkatnya kadar hormon LH untuk pelepasan ovum dari indung
telur/ovarium (Manuaba et al., 2010; 95-96).
2) Migrasi spermatozoa dan ovum
Ovum yang telah dilepas kemudian bermigrasi menuju tuba fallopi.
Begitupun dengan spermatozoa. Hanya beberapa ratus sel sperma yang
dapat mencapai tuba fallopi, sedangkan sebagian besar yang lain mati
karena factor ketahanan terhadap pH vagina (Manuaba et al., 2010; 98-99)..
3) Konsepsi dan Pertumbuhan Zigot
6
Pertemuan inti sel telur dan spera disebut konsepsi atau fertilisasi.
Fertilisasi terjadi di para ampularis tuba. Pertemuan inti sperma dan ovum ini
kemudian membentuk zigot (Manuaba et al., 2010; 99).
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan sperma, terbentuk zigot yang
kemudian membelah menjadi dua dan seterusnya. Bersamaan dengan
pembelaan inti, hasil konsepsi terus menuju uterus. Fase pembelahan awal ini
disebut stadia morula. Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi
pembentukan sel di bagian luar morula yang kemungkinan berasal dari korona
radiata yang menjadi sel trofoblas. Dalam pertumbuhannya, sel trofoblas
mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mempertahankan korpus
luteum gravidarum.
5) Pembentukan Plasenta
Sel trofoblas mengancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan
plasenta yang berasal dari primer vili korealis. Ruangan amnion dengan cepat
mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat di antara amnion dan embrio
padat dan berkembang menjadi tali pusat (Manuaba et al., 2010; 102-104).
6) Tumbuh Kembang Hasil Konsepsi
Setelah itu, hasil konsepsi berupa embrio/janin, plasenta, dan tali pusat
mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama usia kehamilan. Periode
kehamilan terbagi menjadi 3 triwulan (trimester), yaitu trimester I usia
kehamilan 0 – 12 minggu, trimester II usia kehamilan 12+1 – 28 minggu, dan
trimester III usia kehamilan 28+1 – 40 minggu (Yuliani et al., 2017).
7
2.2 Perubahan Anatomi, Fisiologis, dan Psikologis Masa Kehamilan
2.2.1 Perubahan Anatomi
a. Uterus
Uterus merupakan organ otot lunak yang sangat unik yang mengalami
perubahan cukup besar selama kehamilan. Selama kehamilan, serat otot uterus
menjadi meregang karena pengaruh dari kinerja hormon dan tumbuh kembang
janin pula. Ukuran uterus sebelum hamil yaitu berkisar 7,5 cm x 2.5 cm dan
berkembang pesat menjadi 30 cm x 22.5 cm 20 cm selama kehamilan seiring
pertumbuhan janin. Untuk berat uterus sendiri meningkat 20 kali dari semula,
dari 60 g menjadi 1000 g. Selama kehamilan, lapisan endometrium uterus
menjadi lebih tebal dan lebih banyak pembuluh darah terutama di bagian fundus
uteri tempat implantasi normal plasenta yang biasa disebut desidua (Yuliani et
al., 2021)
b. Ovarium
Selama kehamilan, ovulasi berhenti karena adanya peningkatan
estrogen dan progesteron yang menyebabkan penekanan sekresi FSH dan LH
dari hipofisis anterior. Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai
terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron
(Yuliani et al., 2021).
c. Serviks
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot,
maka serviks mengandung lebih banyak jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot.
Di bawah pengaruh hormon progesteron, sel epitel kelenjar yang terdapat di
sepanjang kanalis servisis uteri menghasilkan sekret sehingga membentuk suatu
penyumbatan serviks yang disebut operculum atau mucous plug sehingga
melindungi kavum uteri dari infeksi. Perubahan pada mulut rahim meliputi
bertambahnya pembuluh darah pada keseluruhan alat reproduksi yang
menyebabkan terjadi perlunakan sehingga dapat dibagi sebagai dugaan terjadi
kehamilan. Perlunakan pada mulut rahim disebut tanda Goodell. Perlunakan
bagian istimus rahim disebut tanda Hegar (Veneris & Pubis, 2021).
d. Vagina
8
Estrogen menyebabkan perubahan di dalam lapisan otot dan epitel
vagina, lapisan otot-otot sekitar vagina juga hipertrofi, sehingga beberapa
ligamentum sekitar vagina menjadi lebih elastis. Di bawah pengaruh estrogen,
epitel kelenjar sepanjang vagina aktif mengeluarkan sekret sehingga memberi
gambaran seperti keputihan (leucorrhoea). Selain itu vagina juga lebih vaskuler.
Sehingga muncul warna merah kebiruan (livid) terutama pada bulbus vestibule
yang menimbulkan tanda chadwicks). Warna porsio pun tampak livid
(Jacquimiers signs). Peningkatan aliran darah berarti denyut arteri uterus dapat
dirasakan melalui formiks lateralis (Oslanders sign) (Yuliani et al., 2021).
e. Mammae
Payudara akan membesar dan tegang akibat stimulasi hormon
somatomammotropin, estrogen, dan prostrogen, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran (duktus
dan duktulus) sedangkan progesteron menambah sel-sel, sehingga terjadi
perubahan kasein, laktabumin, dan laktoglobulin. Papilla mamae (putting susu)
akan membesar, lebih tegak dan tampak lebih hitam, seperti seluruh areola
mamae karena hiperpigmentasi di bawah stimulasi MSH (Pratiwi et al,, 2019)
9
Kehamilan memengaruhi perubahan sistem pernapasan pada volume
paru paru dan ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan
kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin. Perubahan tersebut terjadi karena
pengaruh hormonal dan biokimia. Relaksasi otot dan kartilago toraks
menjadikan bentuk dada berubah. Diafragma menjadi lebih naik sampai 4 cm
dan diameter melintang dada menjadi 2cm. Kapasitas inspirasi meningkat
progesif selama kehamilan selain itu tidal volume meningkat sampai 40%.
Peningkatan volume tidal ini menyebabkan peningkatan ventilasi pernapasan per
menit yaitu jumlah udara yang masuk dalam satu menit. Karena pertukaran udara
selama kehamilan meningkat oleh karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk napas
dalam daripada napas cepat. Pada akhir kehamilan, ventilasi pernapasan per
menit meningkat 40%. Perubahan ini mengakibatkan risiko hiperventilasi pada
ibu. Namun, hiperventilasi ini disebabkan oleh efek progesterone secara
langsung di pusat pernapasan. Ibu hamil mungkin merasa cemas akan terjadinya
dyspnoe dan merasa pusing saat napas pendek yang biasanya terjadi ketika
duduk di bawah. Adaptasi respirasi selama kehamilan dirancang untuk
mengoptimalkan oksigenasi ibu dan janin serta memfasilitasi perpindahan
produk sisa CO2 dari janin ke ibu (Pujiastuti et al, 2012)
c. Sistem Pencernaan
Pada kehamilan terdapat perasaan enek (nausea). Mungkin ini akibat
kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus
menurun sehingga motilitas seluruh traktusdigestivus juga berkurang. Makanan
lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama
berada dalam usus - usus. Hal ini mungkin baik untuk resorpsi akan tetapi
menimbulkan pola obstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan utama
wanita hamil (Yuliani et al, 2021).
d. Sistem Ekskresi
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang
dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul.
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kebawah pintu atas panggul
10
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan
kembali.
Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh
progesterone. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar daripada ureterkiri
karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan dengan ureter kiri. Hal
ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar ke arah kanan. Mungkin
karena orang bergerak lebih sering memakai tangan kanannya atau disebabkan
oleh letak kolon dan sigmoid yang berada di belakang kiri uterus. Akibat tekanan
pada ureter kanan tersebut lebih sering dijumpai hidroureter dekstra dan pielitis
dekstra. Disamping sering kencing tersebut di atas terdapat pula poliuri. Poliuri
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan
sehingga filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69%. Reabsorbsi di tubulus
tidak berubah sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, asam folik dalam
kehamilan (Yuliani et al, 2021).
e. Sistem Integumen
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu
Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh Melanophore Stimulating Hormone
(MSH) yang meningkat.. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi,
pipi, dan hidung dikenal sebagai cloasma gravidarum. Di daerah leher sering
terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola mamae. Linea alba pada
kehamilan menjadi hitam dikenal sebagai linea grisea. Tidak jarang dijumpai
kulit seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-
biruan disebut striae livide. Setelah partus striae livide ini berubah warnanya
menjadi putih disebut striae albicantes.. Pada seorang multigravida sering
tampak striae livide bersama striae albikantes (Wahyuni, 2019).
f. Sistem Metabolisme Tubuh
Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena itu
wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan dalam kondisi sehat.
Tingkat metabolik basal (basal metabolic rate, BMR) pada wanita hamil
meninggi hingga 15-20%, terutama pada trimester akhir. Keseimbangan asam-
alkali (acic-base balance) sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali:
wanita tidak hamil 155 mEq/liter, wanita hamil 145 mEq/liter, natrium serum
11
turun dari 142 menjadi 135 mEq/liter, bikarbonat plasma turun dari 25 menjadi
22 mEq/liter (Aritonang, 2010).
Kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100 cc.
hormon somatomamotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak
pada payudara. Deposit lemak lainnya terdapat di badan, perut, paha, dan lengan.
Metabolisme mineral seperti kalsium dibutuhkan rata-rata 15 gram sehari
sedangkan untuk pembentukan tulang-tulang terutama dalam trimester terakhir
dibutuhkan 30-40 gram. Fosfor dibutuhkan rata-rata 2 gram/hari. Zat besi
dibutuhkan tambahan zat besi 1800 mg, atau 30-50 mg sehari. Air pada wanita
hamil cenderung mengalami retensi (Merryana, 2016).
Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5-16,5 kg. kenaikan berat
badan yang terlalu banyak ditemukan pada keracunan hamil (pre-eklamsi dan
eklamsi). Kenaikan berat badan wanita hamil disebabkan oleh janin, uri, air
ketuban, uterus, payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensi air
(Damara, 2012).
Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori yang
dibutuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat arang, khususnya
sesudah kehamilan 5 bulan ke atas. Namun, bila dibutuhkan dipakai lemak ibu
untuk mendapatkan tambahan kalori. Wanita hamil memerlukan makanan yang
bergizi dan harus mengandung banyak protein. Di Indonesia masih banyak
dijumpai penderita defisiensi zat besi dan vitamin B, oleh karena itu wanita
hamil hamil harus diberikan Fe dan roboransia yang berisi mineral dan vitamin
(Merryana, 2016).
12
3) Fokus pada diri sendiri
4) Penurunan libido
5) Terjadi perubahan emosional
Trimester II sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik yakni
periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang
normal dialami saat hamil. Trimester II terbagi dalam dua fase yaitu Pra
Quickening (sebelum ada gerakan janin yang dirasakan ibu) dan pasca
Quickening (setelah ada gerakan janin yang dirasakan ibu). Quickening
menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah yang menjadi dorongan
bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utama yaitu mengembangkan
identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri yang berbeda dari ibunya (Rustikayanti
et al., 2016).
Pada trimester III, terkadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan
lahir sewaktu-waktu. Hal ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya
akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali
merasa khawatir bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Selain itu, ibu
mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul
pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali
pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan tidak percaya
diri dengan penampilan. Pada trimester inilah ibu sangat memerlukan keterangan
dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Sugara dan Mustofa, 2014).
a. Energi
Selama masa kehamilan, dibutuhkan jumlah energi yang lebih besar
perharinya dibandingkan dengan kondisi tidak hamil. Energi sangat
penting untuk menunjang perubahan proses metabolism ibu dan
perkembangan janin. Berdasarkan AKG 2019, penambahan kebutuhan
energi pada trimester pertama adalah sebesar 180 kkal per hari,
13
sedangkan untuk trimester kedua dan ketiga adalah 300 kkal per hari
(Farah, 2019; 17).
b. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat pada masa kehamilan adalah sekitar 50-60%
dari total energi. Hal itu dikarenakan karbohidrat berfungsi sebagai
sumber energi utama. Jumlah total karbohidrat yang disarankan adalah
175 gram per hari. Penambahan kebutuhan karbohidrat pada trimester
pertama adalah sebesar 25 gram per hari menurut AKG 2019 (Farah,
2019; 19).
c. Protein
Peningkatan protein saat kehamilan disebabkan oleh pertambahan
jaringan protein. Protein dalam tubuh ibu akan berakumulasi pada
jaringan protein, diserap janin, dan digunakan untuk peningkatan darah
dan volume cairan ekstraseluler, serta untuk pertumbuhan dan
kebutuhan plasenta. Pada trimester pertama, dibutuhkan tambahan
protein sebesar minimal 1 gram per hari. Protein dapat diseimbangkan
dari protein hewani dan protein nabati (Farahh,2019; 17).
d. Lemak
Asam lemak esensial seperti DHA sangat dibutuhkan dan
direkomendasikan selama kehamilan. DHA dan AA dibutuhkan untuk
perkembangan saraf dan otak janin, terutama di akhir kehamilan.
Sumber DHA banyak ditemukan di minyak ikan. Adapun jumlah
tambahan kebutuhan lemak tiap semester adalah sebesar 2,3 gram per
hari (Farah, 2019; 19).
e. Vitamin A
Vitamin A berfungsi dalam diferensiasi sel, perkembangan penglihatan
dan paru-paru, serta sebagai fungsi imunitas. Pada masa kehamilan,
kebutuhan vitamin A mengalami peningkatan sebesar 300 RE tiap
trimester (Farah, 2019; 20).
f. Thiamin, Riboflavin, Asam Folat
Thiamin (vitamin B1) dan Riboflavin (vitamin B2) berfungsi dalam
metabolism energi. Pada tiap trimester, thiamin dan riboflavin
14
mengalami peningkatan kebutuhan sebesar 0,3 mg per hari. Sedangkan
asam folat (vitamin B9) direkomendasikan selama kehamilan karena
dapat mencegah dari anemia megaloblastic dan mencegah janin dari
kelainan NTD (Neural Tube Defect). Kebutuhan asam folat harus
diperhatikan, bahkan harus dipersiapkan sejak sebelum kehamilan
(Farah, 2019; 20).
g. Vitamin C
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan serta membantu
meningkatkan penyerapan zat besi. Vitamin C banyak ditemukan di
sayur-sayuran dan buah-buahan. Jumlah peningkatan kebutuhan
vitamin C adalah 10 mg per hari selama masa kehamilan (Farah, 2019;
20-21).
h. Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi serta
meningkatkan penyerapan kalsium. Kebutuhan vitamin D selama
kehamilan adalah sebesar 600 IU per hari. Vitamin D dapat ebrasal dari
susu, telur, ikan, dan pajanan sinar matahari pagi (Farah, 2019; 21).
i. Kalsium
Kebutuhan kalsium selama kehamilan akan meningkat, terutama di
trimester kedua dan ketiga. Hal itu dikarenakan terjadi pertumbuhan
dan perkembangan skeletal janin sehingga membutuhkan banyak
kalsium. Peningkatan ebutuhan kalsium selama kehamilan adalah
sebesar 200 mg pada trimester pertama ketiga, sehingga jumlah total
kebutuhan kalsium adalah 1200 mg per hari (Farah, 2019; 21).
j. Zat Besi
Peningkatan kebutuhan zat besi selama kehamilan disebabkan karena
adanya peningkatan volume darah selama kehamilan atau hemodelusi.
Peningkatan tersebut harus diimbangi dengan adanya zat besi yang
cukup agar hemoglobin tetap seimbang dan oksigen yang disalurkan
dari tubuh ibu ke tubuh janin tetap optimal (Farah, 2019; 22).
15
Kebutuhan energi saat kehamilan meningkat mulai dari 180 hingga rata-rata
300 kkal per hari. Hal itu menyebabkan peningkatan kebutuhan cairan sebesar
180 ml hingga 300 ml per hari. Pada umumnya, ibu hamil dianjurkan untuk
minum minimal 8-11 gelas air per harinya (Eni et al., 2018).
2.3.2 Eliminasi
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga timbul sering kencing. Hal ini
menyebabkan ibu hamil trimester pertama merasa sering ingin buang air kecil.
Ibu hamil sebaiknya tidak menahan kencing agar menurunkan resiko terjadi
infeksi saluran kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan
bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul (Yuliani et al., 2021).
16
2.4 Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester I
2.4.1 Dukungan dan Peran Suami
Suami adalah orang yang terdekat dari istri. Dukungan dari suami
selama hamil sangat diperlukan untuk kesiapan ibu hamil dalam menghadapi
kehamilan. Seorang istri yang merasa gembira selama hamil, dia akan lebih
bersemangat dalam kehamilannya dan akhirnya mempunyai tenaga yang kuat
untuk melahirkan bayinya nanti sehingga mempermudah dalam persalinan yang
artinya dapat mencegah terjadinya persalinan lama (Gitanurani dan Utami,
2017).
17
• Bidan meyakinkan bahwa ibu akan melalui kehamilan dengan
baik.
• Bidan memberi semangat pada ibu dalam rangka menghadapi
persalinan
• Bidan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi ibu
hamil
18
minimum zat gizi atau nutrisi yang diperlukan selama kehamilan (Farah, 2019;
23).
Status gizi ibu hamil adalah keadaan kesehatan ibu hamil yang
dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan minuman beberapa waktu sebelum
hamil. Status gizi dapat diketahui melalui perhitungan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan pengukuran lingkar lengan atas.
b. LILA
19
LILA diukur menggunakakan pita ukur di lengan atas tangan,
disarankan pada tangan yang nondominant. Dilakukan dengan cara
mengukur panjang lengan atas dari scapula ke siku, kemudian
menentukan titik tengah lengan atas dan mengukur lingkar lengan atas
pada titik tengah tersebut. Ambang batas LILA dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka
dikatakan wanita tersebut memiliki risiko KEK, dan memiliki
kemungkinan melahirkan bayi dengan BBLR.
Kekurangan gizi pada waktu janin dan usia balita dapat berpengaruh
pada pertumbuhan otak, karena sel-sel otak tidak dapat berkembang. Otak
mencapai pertumbuhan yang optimal pada usia 2-3 tahun, setelah itu menurun
dan selesai pertumbuhannya pada usia awal remaja. Kekurangan gizi berakibat
terganggunya fungsi otak secara permanen, yang menyebabkan kemampuan
berpikir setelah masuk sekolah dan usia dewasa menjadi berkurang.
20
2.6.2 Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah kondisi ketika seseorang
mengalami kekurangan gizi yang berlangsung menahun (kronis) sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan (Prawita et al., 2017). KEK ditandai dengan
lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm.
2.7.1 Pengkajian
A. Data Subjektif
1) Identitas Pasien
a) Nama : berfungsi untuk mengetahui identitas pasien sehingga dapat
diberikan asuhan yang sesuai dengan kondisi pasien, selain itu untuk
21
mempererat hubungan antara bidan dan pasien sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya pasien terhadap bidan.
b) Usia: Menurut UU Republik Indonesia No. 16 tahun 2019 usia minimal
untuk menikah pada pria dan wanita adalah 19 tahun. Tetapi untuk usia
dibawah itu bisa mendapat dispensasi. Sedangkan BKKBN melakukan
pendewasaan usia pernikahan menjadi wanita 21 tahun dan pria 25 tahun.
Usia dapat berfungsi untuk mengetahui kesiapan alat reproduksi maupun
kesiapan mental bagi calon pengantin, terkhusus pada wanita, usia sebagai
salah satu tolak ukur untuk mengetahui KSPR calon pengantin wanita untuk
persiapan kehamilannya. Pada KSPR, kehamilan resiko tinggi dapat terjadi
pada wanita berumur ˂16 tahun atau ˃35 tahun (Candra, 2021).
Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah wanita dengan usia 20-35
tahun. Usia di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun mempredisposisi wanita
terhadap sejumlah komplikasi. Usia di bawah 20 tahun dapat meningkatkan
insiden preeklampsia Sedangkan seorang wanita yang telah menunda usia
suburnya atau wanita yang menginginkan anak lagi setalah usia 35 tahun
dapat memiliki kekhawatiran tertentu berkaitan dengan usianya. Masalah
yang pasti muncul setelah usia 35 tahun mencakup peningkatan risiko
kelainan genetik. Selain itu seiring peningkatan usia, risiko wanita untuk
menderita diabetes gestasional, hipertensi, dan penyakit kronis lain
meningkat (Ekasari, 2015).
c) Suku/Bangsa : Asal daerah klien yang akan mempengaruhi pola pikir, cara
komunikasi, pola hidup dan adat istiadat yang dianut. (Ekasari, 2015).
d) Agama: berfungsi dalam intervensi petugas agar sesuai dengan keyakinan
klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Keyakinan yang dimiliki klien
agar petugas dapat membimbing dan mengarahkan untuk berdoa sesuai
keyakinannya. (Ekasari, 2015).
e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual klien sehingga petugas
dapat melakukan komunikasi dan konseling sesui dengan pendidikan
terakhirnya (Pratiwi, 2021).
22
f) Pekerjaan: Berfungsi menggambarkan keadaan ekonomi klien. Pekerjaan
mempengaruhi terhadap masalah kesehatan yang mungkin muncul.
(Ekasari, 2015).
g) Alamat: berfungsi untuk mengetahui dimana pasangan calon pengantin
menetap dan jangkauan terhadap pelayanan kesehatan (Pratiwi, 2021)..
h) Nomor telepon: berfungsi untuk mempermudah petugas menghubungi
calon pengantin untuk melakukan follow up (Pratiwi, 2021).
i) Status perkawinan : berfungsi untuk mengetahui apakah calon pengantin
sebelumnya sudah pernah menikah atau belum, sehingga petugas dapat
memberikan konseling yang tepat untuk calon pengantin (Pratiwi, 2021)
j) Status kehamilan: berfungsi untuk mengetahui apakah telah terjadi seks
pranikah atau belum terhadap calon pengantin, apabila terjadi kehamilan
pranikah, petugas akan melakukan pemeriksaan kehamilan dan konseling
tentang kehamilan (Pratiwi, 2021).
2) Riwayat Menstruasi
Untuk mengkaji kesuburan dan siklus haid agar dapat menentukan masa
subur dan mengidentifiksai masalah fertilitas yang dapat terjadi. (Priyanti
dan Syalfina,2017)
a) Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi berkisar antara 27 sampai 30 hari, umumnya 28 hari,
artinya masa menstruasi akan terjadi setiap 28 hari sejak masa menarche
berlangsung sampai masa menopause. Walaupun siklus menstruasi rata-rata
antara 27-30 hari, namun seseorang yang memiliki siklus menstruasi sangat
pendek misalnya 21 hari atau sangat panjang misalnya 40 hari masih dapat
dianggap normal apabila memang siklus itu tetap, artinya memang dialami
terus menerus selama masa menstruasi yang bersangkutan (Patonah dan
Azizah, 2019).
b) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
Usia kehamilan secara tradisional dapat diperkirakan dengan cara
mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) Estimasi ini mengasumsikan
bahwa konsepsi terjadi pada hari ke 14 dari siklus menstruasi. Berdasarkan
usia kehamilan itu, dokter menentukan perkiraan waktu bersalin. Atau bisa
23
juga menggunakan rumus Neagle yang dihitung berdasarkan Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT) (Apriyani dan Qodir, 2014).
c) Dismenorea
Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam
bahasa Inggris, dismenorea sering disebut sebagai “painful period” atau
menstruasi yang menyakitkan (Eliza dan Esti, 2020) Proses ini sebenarnya
merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya mulai dirasakan
ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32-48 jam. Sebagian
besar perempuan yang menstruasi pernah mengalami dismenorea dalam
derajat keparahan yang berbeda-beda. Pada wanita lebih tua, dismenorea
dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya fibroid uterus, radang
panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik (Emawati et al, 2017).
3) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit dahulu dan sekarang
Sangat penting dilakukan terutama pada penyakit menular, menurun, dan
sistemik karena berpengaruh pula pada keadaan ibu dan janin, sehingga
harus dicegah sedini mungkin.
b) Riwayat penyakit keluarga
4) Riwayat psikososial
Untuk mengetahui budaya dan spiritual pasien, untuk mengetahui pola
penyampaian konseling dan kesesuaian budaya spiritual dengan konseling.
5) Pola Fungi Kesehatan
a) Pola nutrisi
Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300 kalori
per hari (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Helen Varney BAB 22 Halaman
546). Angka Kecukupan Gizi (AKG) Amerika Serikat yang ditetapkan oleh
Food and Nutrition Board of the National Academy of Science-National
Research Council mengindikasikan bahwa secara keseluruhan seorang
wanita hamil setidaknya harus menambahkan 300 kalori selain asupan 2200
24
kalori yang dianjurkan bagi wanita yang tidak mengandung dan 60 gram
protein, yakni 10 gram per hari melebihi asupan 50 gram yang dianjurkan
bagi wanita yang tidak mengandung. Dengan komposisi menu seimbang
(cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air).
Sehingga seharusnya makan ibu hamil meningkat 2x lipat dari sebelum
hamil. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Helen Varney Bab 22 Hal 547)
b) Pola Eliminasi
25
d) Pola Aktivitas
Aktivitas boleh dilakukan seperti biasa namun tidak berlebihan. Wanita
hamil sebaiknya melakukan hal yang biasa ia lakukan karena dapat
menghentikan kelelahan ringan, dan latihan sebaiknya tidak dilakukan
secara berlebihan. Latihan harian, seperti berjalan-jalan di luar rumah,
sangat baik untuk kesehatan mental, relaksasi, pencernaan, dan
pengondisian otot. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Helen Varney Bab 22
Hal 556)
e) Pola kebiasaan
Merokok, alkohol, narkoba, jamu dapat mengakibatkan komplikasi pada
janin. Jika wanita merokok, ia harus didukung menghentikan kebiasaan
merokoknya atau setidaknya mengurangi rokok, wanita yang merokok
memiliki peningkatan mortalitas perinatal, kematian janin, persalinan dan
pelahiran preterm, dan bayi berukuran kecil untuk usia gestasi. (Buku Ajar
Asuhan Kebidanan, Helen Varney Bab 22 Hal 555).
B. Data Objektif
a) Pemeriksaan umum
• Keadaan umum : baik
• Kesadaran : compos metis atau sadar penuh
• Tekanan darah : tekanan darah normal saat tidak hamil 100-120/60-80
mmHg
• Denyut nadi : normal 60 - 100 kali/menit
• Pernapasan : 16 - 24 kali/menit
• Suhu : 36 - 370C
• Berat badan : mengetahui berat badan sebelum hamil dan sewaktu hamil
sangat diperlukan untuk persiapan persalinan.
• Tinggi badan : wanita yang memiliki tinggi badan ≤ 145 cm tidak hanya
berpotensi memiliki panggul sempit tetapi berisiko mengalami KEK, karena
ibu hamil yang ukuran tinggi badan <145 cm sebaiknya berat badan
terkontrol tidak lebih dari 12,5 kg selama kehamilan agar terhindar dari
resiko panggul sempit, hal ini yang menyebabkan asupan pada ibu hamil
yang tinggi badannya kurang tidak terpenuhi dengan baik di bandingkan
26
dengan ibu hamil yang ukuran tinggi badan >145 cm (Astutik dan
Winarningrum, 2017).
• LILA : nilai normal LILA adalah ˃23,5 cm. Seseorang dikatakan menderita
risiko KEK bilamana LILA<23,5 cm. Status gizi ibu sebelum dan selama
hamil dapat memengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Apabila pemenuhan gizi pada ibu hamil tidak sesuai maka akan terjadi
gangguan dalam kehamilan baik terhadap ibu maupun janin yang
dikandungnya, antara lain anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak
bertambah secara normal, persalinan sulit dan lama, prematur, perdarahan
setelah persalinan, abortus, cacat bawaan dan BBLR. Ibu hamil dengan
KEK pada batas LILA < 23,5 cm mempunyai risiko 2 kali untuk melahirkan
BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA >23,5 cm. Namun,
LILA tidak lagi menjadi tolak ukur utama dalam penentuan KEK, karena
penghitungan IMT lebih akurat (Yuliastuti, 2014).
b) Pemeriksaan fisik
• Muka : pemeriksaan muka meliputi muka tidak pucat, muka tidak odem.
Jika muka pucat kemungkinan calon pengantin tersebut mengalami anemia,
jika ada odem kemungkinan calon pengantin tersebut pernah mengalami
kekerasan atau pernah terjatuh.
• Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih (Konjungtiva normal) merah
/ merah muda yang menandakan ibu tidak mengalami anemia.). (Sklera
normal berwarna putih. Jika berwarna kuning, ibu kemungkinan mengalami
ikterus. Jika berwarna merah, ibu kemungkinan mengalami
infeksi/perdarahan).
• Mulut : ada tidaknya sariawan pada mulut pasien menunjukkan pasien
kekurangan vitamin C atau tidak
• Gigi : karies gigi, gusi berdarah pada persiapan kehamilan ini sangat penting
untuk di cek karena peningkatan resiko terjadinya penyakit mulut pada
wanita hamil dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan
kadar asam dalam rongga mulut, mual dan muntah yang dapat
mengakibatkan paparan asam lambung pada gigi dan gusi sehingga
meningkatkan risiko terjadinya karies gigi.
27
• Leher : pemeriksaan pada bagian leher berfungsi untuk memeriksa ada
tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis. Adanya
pembesaran kelenjar tiroid, berkemungkinan calon pengantin tersebut
menderita penyakit kondongan, dengan keadaan tersebut berkemungkinan
calon pengantin tersebut kekurangan asupan yodium.
• Payudara : ada tidaknya benjolan untuk deteksi dini kanker payudara tumor
payudara
• Paru - Paru : Pada paru-paru normal ketika melakukan pemeriksaan secara
aukultasi akan terdengan bunyi normal vesikuler. Namun bila ada obstruksi
akan terdapat bunyi tambahan yaitu wheeze (suara yang dihasilkan oleh
pergerakan udara turbulen melalui lumen jalan nafas yang sempit), ronki
(suara yang bersifat continue, pitch rendah, mirip seperti wheeze, tetapi
jalan udaranya lebih besar), stridor (suara wheeze pada saat inspirasi yang
terdengar keras pada trachea, menunjukkan indikasi luka pada trakea atau
pada laring sehingga sangat dianjurkan pertolongan medis).
• Jantung : pemeriksaan pada jantung dengan mendengarkan suara jantung di
seluruh prekordium dengarkan komponen suara jantung S1, S2 dengarkan
adanya bising jantung. Jantung abnormal dapat ditandai dengan adanya
murmur pada jantung, Murmur adalah suara jantung yang muncul karena
turbulensi atau aliran darah yang tidak normal. Sebagian besar murmur
jantung tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan apa pun. Namun,
ada pengecualian, murmur bisa menjadi gejala dari masalah jantung,
misalnya katup jantung yang rusak atau telalu banyak bekerja. Beberapa
orang juga terlahir dengan gangguan katup jantung, dan yang lainnya
menganggap ini sebagai bagian dari penuaan atau masalah jantung lainnya.
• Abdomen : pemeriksaan pada abdomen meliputi ada tidaknya pembesaran
bagian abdominal, dan tidak ada nyeri tekan. Jika didapatkan pembesaran
abdomen dengan disertai dengan nyeri tekan pada bagian kiri atas dicurigai
calon pengantin menderita splenomegali. Splenomegali adalah kondisi
pembesaran pada organ limpa, yang bisa disebabkan oleh sejumlah penyakit
atau infeksi. pada penderita splenomegali, ukuran limpa bisa lebih dari 20
cm, dengan berat mencapai lebih dari 1 kg.
28
• Ekstremitas : pemeriksaan ekstremitas atas maupun bawah untuk melihat
ada tidaknya odem, ada tidaknya varises dan pergerakan bebas dari
ekstremitas pasien (Hatini, 2019)
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
- Urin: Tes kehamilan (pada kunjungan pertama); protein; glukosa; analisis
- Darah : Hb (sebaiknya 3 bulan sekali); golongan darah; glukosa; VDRL
- Pemeriksaan swab : Lendir vagina & serviks
2) Pemeriksaan Ultrasonography
- Memastikan kehamilan
- Posisi dan letak janin
- Kecukupan air ketuban
- Usia dan jumlah janin
29
2.7.4 Identifikasi Tindakan Segera/Rujukan
Menurut Hutahean (2013) tindakan segera adalah tindakan yang
dilakukan dengan sifat kegawat daruratan sesuai diagnosis yang ada. Tindakan
kolaborasi, tindakan ini biasanya dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan
dari sebuah proses kegiatan pelayanan. Rujukan merupakan tindakan yang
dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya. Biasanya rujukan dilaksanakan apabila keadaan pasien/klien
tidak mampu lagi di tangani bidan atau sistem layanan tingkat awal. Mencakup
tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang
dapat berupa konsultasi/kolaborasi dan rujukan.
30
d) pencahayaan, kebisingan)
- Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
2.7.7 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien (Handayani dan Mulyati, 2017).
Evaluasi dilakukan untuk menilai keefektifan dari asuhan yang sudah dilakukan
atau diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
di dalam masalah dan diagnosa. Kriteria Evaluasi (Handayani dan Mulyati,
2017):
a) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien.
b) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan
atau keluarga.
c) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
31
d) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dilaksanakan pada :
Data Subjektif
1. Identitas
Istri Suami
2. Keluhan Utama
Ibu merasa nyeri di perut bagian bawah seperti terasa kram setiap malam.
3. Alasan Berkunjung
Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC K1 murni).
4. Riwayat Menstruasi
a. HPHT : 9 Mei 2023
b. HPL : 16 Februari 2024
c. Siklus : Teratur
d. Lamanya : 7 hari
33
e. Warna : Merah kecoklatan
f. Konsistensi : Normal
5. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : Menikah
b. Kawin ke :1
c. Lama kawin : 5 tahun
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Pemeriksaan testpack : 1 Juni 2023, dengan hasil dua garis
jelas
b. Selama hamil ibu periksa di : PMB Muntianah, S.ST.
c. Pemeriksaan ANC
Ibu baru melakukan ANC K1 murni saat ini, yakni pada tanggal 30 Juni
2023 di PMB Muntianah.
d. Imunisasi : TT5
e. Obat yang dikonsumsi :-
f. Skor KSPR : 14
7. Riwayat Obstetri
8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu pernah menggunakan KB suntik 3 bulan selama sekitar 1 tahun,
kemudian menggunakan pil KB selama 2,5 tahun.
9. Riwayat Kesehatan Sekarang dan Lalu
Tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis, TBC, Sifilis,
Hepatitis B, dan HIV/AIDS. Tidak mempunyai penyakit menurun seperti
34
asma, hipertensi, DM, dan tidak menderita penyakit kronik seperti jantung,
gagal ginjal, dan tidak ada riwayat preeklamsia.
10. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis, TBC, Sifilis,
Hepatitis B, dan HIV/AIDS. Tidak mempunyai penyakit menurun seperti
asma, hipertensi, DM, dan tidak menderita penyakit kronik seperti jantung,
gagal ginjal, dan tidak ada riwayat preeklamsia.
11. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi
Sebelum hamil
• Makan
Jenis yang dikonsumsi : Ibu kurang suka mengonsumsi sayur
sehingga gizi yang didapatkan kurang seimbang
Frekuensi : 2x/hari
Porsi makan : Setengah piring
Nafsu makan : Baik
• Minum
Jenis yang diminum : Air putih
Jumlah : 8 gelas/hari
Setelah hamil
• Makan
Jenis yang dikonsumsi : Ibu kurang suka mengonsumsi sayur
sehingga gizi yang didapatkan kurang seimbang
Frekuensi : 2x/hari
Porsi makan : Setengah piring
Nafsu makan : Baik
• Minum
Jenis yang diminum : Air putih
Jumlah : 8 gelas/hari
b. Eliminasi
Sebelum hamil
• BAB
35
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan
Masalah : tidak ada
• BAK
Frekuensi : 3 - 4 kali/hari
Warna : jernih kekuningan
Bau : Normal khas urine
Masalah : tidak ada
Setelah hamil
• BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan
Masalah : tidak ada
• BAK
Frekuensi : 5 - 6 kali/hari
Warna : jernih kekuningan
Bau : Normal khas urine
Masalah : tidak ada
c. Istirahat
Sebelum hamil
• Malam : ± 7 jam
Setelah hamil
• Malam : ± 7 jam
d. Aktivitas
Ibu bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan. Ibu
bekerja dengan duduk dan bekerja dari pagi - sore.
e. Aktivitas seksual
• Sebelum hamil : (tidak terkaji)
• Saat hamil : 1x/minggu
36
f. Personal hygiene
Sebelum hamil
• Mandi : 2x/hari
• Gosok gigi : 2x/hari
• Ganti pakaian/jenis : Sesuai kebutuhan atau setiap habis mandi
Setelah hamil
• Mandi : 2x/hari
• Gosok gigi : 2x/hari
• Ganti pakaian/jenis : Sesuai kebutuhan atau setiap habis mandi
g. Psikososial
Kehamilan ini adalah kehamilan yang diinginkan. Suami dan keluarga
sangat mendukung kehamilan ini. Ibu tidak menganut budaya apapun
terkait kehamilannya.
h. Kebiasaan
Ibu tidak mengkonsumsi jamu, tidak merokok, tidak mengkonsumsi
alkohol, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Data Objektif
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Antopometri
a. Tinggi badan : 151 cm
b. Berat badan sebelum hamil : 41 kg
c. Berat badan sekarang : 41 kg
d. IMT : 17,98 kg/m2
e. LILA : 20 cm
4. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 90/60 mmHg
b. Suhu : 36,5 0C
c. Nadi : 80 kali/menit
d. Pernapasan : 20 kali/menit
37
B. Pemeriksaan Fisik
1. Muka
Tidak pucat, tidak kuning, tidak ada edema
2. Mata
Konjungtiva merah muda, sklera putih
3. Mulut
Tidak ada sariawan, tidak ada karies gigi
4. Payudara
Tidak ada benjolan (ka/ki), tidak ada pembengkakan (ka/ki), belum ada
pengeluaran ASI (ka/ki)
5. Abdomen
Belum terlihat linea nigra
• Pemeriksaan leopold:
- Leopold 1:
Belum teraba TFU
6. Ekstremitas atas
Tidak ada oedem (ka/ki)
7. Ekstremitas bawah
Tidak ada oedem (ka/ki)
8. Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
C. Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang.
Analisis
Penatalaksanaan
38
2. Menyampaikan kepada ibu terkait hasil pengukuran TB, BB, dan LILA
serta memberikan penjelasan terkait KEK dan underweight serta
dampaknya terhadap kehamilan.
• Evaluasi: ibu memahami penjelasan yang disampaikan dan dapat
mengulangi penjelasan tersebut.
3. Memberi KIE sebagai berikut:
a) Menyampaikan kepada ibu terkait tanda pasti hamil, yaitu adanya
DJJ.
b) Memberikan edukasi terkait pola nutrisi yang tepat untuk kehamilan
trimester 1.
c) Menganjurkan ibu untuk menambah asupan nutrisi harian agar berat
badan ibu dapat seimbang serta menganjurkan ibu untuk rajin
mengonsumsi sayur.
d) Memberikan edukasi terkait ketidaknyamanan fisiologis yang
mungkin terjadi pada trimester I dan cara mengatasinya.
e) Menganjurkan ibu untuk memperoleh istirahat yang cukup.
f) Menjelaskan kepada ibu terkait cara bangun dari tidur agar tidak
mengalami nyeri perut bagian bawah.
• Evaluasi: ibu memahami penjelasan yang disampaikan dan dapat
mengulangi penjelasan tersebut, serta dapat menerapkan cara bangun
dari tidur agar tidak mengalami nyeri perut.
4. Memberikan multivitamin khusus trimester 1 dan menjelaskan bahwa ibu
boleh meminum susu hamil.
• Evaluasi: ibu menerima pemberian multivitamin dan mengerti cara
mengkonsumsinya.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG sebelum usia 12
minggu.
• Evaluasi: ibu bersedia melakukan pemeriksaan USG.
6. Menjadwalkan ibu untuk melakukan kontrol kehamilan kembali bulan
depan atau jika terdapat keluhan.
• Evaluasi: ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kontrol
kehamilan kembali.
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan kebidanan dilakukan pada tanggal 30 Juni 2023 jam 19.15 WIB
pada Ny. P dengan G3P1A1 usia kehamilan 7 – 8 minggu di Praktik Mandiri Bidan
Muntianah Nugraha, S.ST. Pada data subjektif yang merupakan pengkajian melalui
anamnesa kepada ibu, ditemukan bahwa Ny. P datang ke Praktik Mandiri Bidan
Muntianah dengan tujuan untuk memastikan sekaligus memeriksakan
kehamilannya dan mengkonsultasikan mengenai keluhannya yaitu kram perut
bagian bawah. Pada kehamilan ini, ibu pertama kali melakukan ANC K1 murni.
Ibu tidak pernah memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis,
TBC, HIV/AIDS, maupun penyakit menurun seperti diabetes mellitus, hipertensi,
jantung, dan asma. Ibu juga tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat
tertentu. Demikian pula dengan riwayat kesehatan keluarga ibu. Ibu juga tidak
menganut budaya yang mempengaruhi kehamilannya.
Ibu pernah bersalin secara SC di persalinan pertama. Pada kehamilan yang
kedua, ibu mengalami abortus di usia kehamilan 6 minggu. Berdasarkan anamnesis,
abortus yang dialami ibu disebabkan karena ibu tidak mengetahui bahwa ia sedang
hamil dan pada saat itu mengkonsumsi obat-obatan yang berpengaruh terhadap
kehamilannya.
Pada data objektif, ditemukan Ny. P memiliki keadaan umum yang baik dan
kesadaran composmentis. Pengukuran antopometri Ny. P didapatkan nilai tinggi
badan 151 cm dan berat badan 41 kg. Maka dari itu, dapat dihitung IMT sebesar
17,98 kg/m2. IMT yang dimiliki ibu termasuk dalam kategori underweight. Selain
itu, didapatkan hasil pengukuran LILA yaitu 20 cm sehingga Ny. P tergolong
mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Ny. P didapatkan tekanan darah 90/60
mmHg. Tekanan darah ini tergolong rendah. Sedangkan untuk suhu tubuh Ny. P
adalah 36,5 0C, nadi 80 kali/menit, dan pernapasan 20 kali/menit. Nilai tersebut
tergolong dalam kategori normal. Pada data yang diperoleh berdasarkan
pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan ibu dalam kondisi baik. Pada pemeriksaan
abdomen, dilakukan prasat leopold 1 dan TFU masih belum teraba karena usia
kehamilan yang masih 7 minggu.
40
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah dipaparkan, dapat
diketahui bahwa menurut Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR), maka skor ibu adalah
14 untuk kehamilan ini karena riwayat SC memberikan skor sebesar 8 dan riwayat
abortus memberikan skor sebesar 4, ditambah skor awal kehamilan sebesar 2.
Kehamilan ini merupakan kehamilan dengan resiko sangat tinggi sehingga
persalinan harus dilaksanakan di rumah sakit dengan penolong dokter. Pada
kehamilan ini, ibu harus benar-benar dipantau perkembangannya. Berdasarkan
jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok; Kehamilan Resiko Rendah
(KRR) dengan jumlah skor 2, Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor
6-10, dan Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor > 12
(Rochjati Poedji, 2003).
Ny. P juga memiliki dua kemungkinan, yaitu diagnosis G3P1A1 UK 7 – 8
minggu ataupun amenorrhea 7 – 8 minggu. Hal itu dikarenakan pada saat Ny. P
berkunjung ke PMB untuk memastikan kehamilannya, belum bisa dilakukan
pemeriksaan DJJ. DJJ merupakan salah satu tanda pasti hamil (Mochtar, 2012). DJJ
dapat dilakukan pemeriksaan melalui USG pada usia kehamilan 8 minggu,
sedangkan dapat terdengar melalui doppler pada usia kehamilan 12 – 16 minggu
Andi, 2012). Oleh karena itu, belum bisa dipastikan bahwa Ny. P benar-benar hamil
sebelum dibuktikan adanya denyut jantung janin, sehingga Ny. P masih memiliki
kemungkinan atas diagnosis amenorrhea 7 – 8 minggu.
Selain itu, adapun permasalahan Ny. P adalah underweight dan KEK.
Berdasarkan data subjektif pada pola fungsional kesehatan di pola nutrisi, Ny. P
menyampaikan bahwa ia makan 2 kali sehari dengan porsi setengah piring. Hal itu
bisa jadi menyebabkan asupan nutrisi per harinya kurang sehingga memungkinkan
kalori yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi. Kondisi underweight dan KEK pada
kehamilan dapat menjadi faktor resiko terjadinya BBLR (berat badan lahir rendah)
pada bayi. Tidak hanya BBLR, kondisi underweight juga memungkinkan neonates
mengaami anemia neonatorum dan kurangnya suplai nutrisi ke janin sehingga
perkembangan janin kurang optimal. Maka dari itu, permasalahan ini harus
diberikan tatalaksana yang tepat dan kehamilan ibu harus benar-benar diperhatikan
perkembangannya.
41
Ny. P diberikan tatalaksana pemberian KIE terkait pola nutrisi yang tepat
untuk kehamilan trimester 1, menganjurkan ibu untuk menambah asupan nutrisi
harian agar berat badan ibu dapat seimbang dan LILA ibu normal untuk mengatasi
masalah underweight dan KEK serta menganjurkan ibu untuk tetap makan sedikit
tetapi sering apabila ibu merasa mual/muntah, dan menganjurkan ibu untuk selalu
memperoleh istirahat yang cukup. Selain itu, ibu diberi terapi multivitamin untuk
menunjang kebutuhan nutrisi kehamilannya.
Tidak hanya itu, ibu juga dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ulang
bulan depan atau jika terdapat keluhan. Ibu juga dianjurkan untuk melakukan USG
sebelum usia kehamilan 12 minggu atau sebelum kunjungan ulang. USG pada
trimester I dilakukan guna memeriksa kantung gestasi untuk mengidentifikasi
adanya yolk sac dan embrio, serta memastikan kehamilan intrauterine (Herlambang,
2020; 53 – 54). Ny.P memahami setiap edukasi dan penjelasan yang diberikan serta
dapat mengulang kembali penjelasan tersebut.
Adapun hal yang perlu ditambahkan dari penatalaksanaan kasus ini adalah
tindakan kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatasi permasalahan underweight
ibu. Kolaborasi ini dilakukan agar ibu dapat mengkonsumsi makanan yang tepat
untuk kebutuhan nutrisinya serta dengan porsi yang sesuai kebutuhan.
Dari hasil pengamatan pemeriksaan yang telah diajarkan di PMB Muntianah
S.ST., tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan atau praktik. Semua
dilakukan sesuai protap atau tatalaksana yang telah ditetapkan.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asuhan kebidanan diberikan pada Ny. P G3P1A1 UK 7 minggu dilakukan
pada tanggal 30 Juni 2023. Pada pengakjian data subjektif, dijelaskan riwayat
obstetri bahwa ibu pernah mengamai persalinan dengan metode SC dan pernah
mengalami abortus, Hal tersebut menjadikan kehamilan kali ini termasuk resiko
sangat tinggi dengan skor KSPR 14. Pada data objektif, diperoleh hasil TTV normal
kecuali tekanan darah yang tergolong rendah, hasil pemeriksaan fisik normal dan
tidak menunjukkan tanda patologis, tetapi ditemukan bahwa IMT ibu tergolong
underweight dan ibu mengalami KEK karena LILA 20 cm. Maka dari itu, ibu
diberikan KIE mengenai pola nutrisi untuk menambah berat badan dan LILA
sehingga dapat menurunkan resiko BBLR, serta KIE mengenai kebutuhan istirahat.
5.2 Saran
1) Bagi ibu hamil
2) Bagi bidan
3) Bagi mahasiswa
43
DAFTAR PUSTAKA
Ainun, N., Yanti and Laila, A. (2020) ‘Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh
(IMT) Ibu Dan Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan Dengan Berat
Badan Lahir Bayi Di Kelurahan Tabek Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2020’, Article Prodi DIV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Riau, p. 12.
Apriyani, M. E., & Qodir, A. (2014). Perancangan Aplikasi Kunjungan Kehamilan
Berbasis Android. Jurnal Integrasi, 6(1), 46-50.
Aritonang, E. (2010). Kebutuhan gizi ibu hamil. PT Penerbit IPB Press.
Astutik, V. Y., & Winarningrum, I. (2017). Hubungan Tinggi Badan dan Nutrisi
Ibu Hamil dengan Resiko Terjadinya Kekurangan Energi Kronis pada Ibu
Hamil TM II di Wilayah Kerja Puskesmas Turen. Biomed Science, 5(2), 45-
51.
Candra, M. (2021). Pembaruan Hukum Dispensasi Kawin Dalam Sistem Hukum
Di Indonesia. Prenada Media.
Damara, N. (2012). Hubungan Anemia pada Kehamilan dengan Berat Badan Bayi
Lahir di RSUD Dr. Moewardi.
Dinkes Provsu. (2013). Profil Kesehatan Sumatera Utara. 2013.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_P
ROVINSI_201 3/02_Prov_Sumut_2013.pdf, Diakses tanggal 30 Juni 2023.
Ekasari, W. U. (2015). Pengaruh umur ibu, paritas, usia kehamilan, dan berat lahir
bayi terhadap asfiksia bayi pada ibu pre eklamsia berat (Doctoral
dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).
Ernawati Sinaga, E. S., Nonon Saribanon, N. S., Sa'adah, S. N., Sa'adah, S. N.,
Ummu Salamah, U. S., Yulia Andani Murti, Y. A. M., ... & Santa Lorita, S.
L. (2017). Manajemen kesehatan menstruasi.
Fahmi, Z. Y. (2020) ‘Indeks Massa Tubuh Pra-Hamil sebagai Faktor Risiko
Terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 12(2), pp. 842–847. doi: 10.35816/jiskh.v12i2.412.
Fatmawati, E., Hadiati, D. and Pradjatmo, H. (2018) ‘Hubungan Asupan Cairan Ibu
Hamil terhadap Indeks Cairan Amnion’, pp. 89–95. doi:
10.22146/jkr.38549.
Gitanurani, Y., & Utami, F. S. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesiapan persalinan di Puskesmas Jetis I Bantul Yogyakarta (Doctoral
dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).
Haas, B., & Muflihatin, S. K. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Klien dengan Congestive Heart Failure FC III-IV dengan Intervensi Inovasi
Pengaturan Posisi Fowler’s WT300 terhadap Perbaikan Curah Jantung di
Ruang ICCU RSUD AW Sjahranie Samarinda Tahun 2015.
44
Hatini, E. E. (2019). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Wineka Media.
Kementerian Kesehatan RI. (2018) 'Klasifikasi Obesitas setelah pengukuran IMT',
Available at: https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/obesitas/klasifikasi-obesitas-setelah-pengukuran-imt. Diakses pada
03 Juli 2023.
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Indonesia. www.depkes.go.id , Diakses tanggal
01 Juli 2023.
Manuaba, I. B. G. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Merryana Adriani, S. K. M. (2016). Peranan gizi dalam siklus kehidupan. Prenada
Media.
Ningrum, E. W. and Cahyaningrum, E. D. (2018) ‘Status gizi pra hamil
berpengaruh terhadap berat dan panjang badan bayi lahir’, Medisains, 16(2),
p. 89. doi: 10.30595/medisains.v16i2.3007.
Nugraha, G., & Badrawi, I. (2018). Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium
Klinik.
Nugroho Taufan. (2014). Asuhan kebidanan masa Kehamilan. Yogyakarta:
Medical book.
Paramita, F. (2019). Gizi Pada Kehamilan. Wineka Media.
Patonah, S. P. S., & Azizah, F. A. F. (2019). Hubungan antara Siklus Menstruasi
dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri. Asuhan Kesehatan: Jurnal
Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Keperawatan, 10(2).
Pratiwi, A. (2021). Continuity Of Care Pada Ny.“M” Usia 19 Tahun Dengan
Kehamilan Trimester III Sampai Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Wilayah
Puskesmas ArdiMulyo Kabupaten Malang (Doctoral dissertation, ITSK RS
dr. Soepraoen).
Prawita, A., Susanti, A. I., & Sari, P. (2017). Survei Intervensi Ibu Hamil
Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Kecamatan Jatinangor Tahun 2015.
Jurnal Sistem Kesehatan, 2(4).
Proverawati, A., & Ismawati, C. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Nuha
Medika.
Pujiastuti, B. E., Sulastri, B., Kp, S., Zulaicha, E., & Kp, S. (2012). Analisis faktor
yang mempengaruhi kapasitas vital paru pada ibu hamil di RB Sri Lumintu
jajar Laweyan surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Rahmawati, I., & Sulistiya Ningsih, D. P. (2020). THE EFFECT OF
SIMULATION OF THE BASIC LIFE SUPPORT TRAINING ON
NURSING STUDENTS’KNOWLEDGE. Nurse and Health: Jurnal
Keperawatan, 9(2), 177-183.
45
Rustikayanti, R. N., Kartika, I., & Herawati, Y. (2016). Korelasi Perubahan
Psikologis Ibu Hamil dengan Tingkat Kepuasan Seksual Suami. Jurnal
Bidan, 2(1), 234054.
Siti, M. (2013). Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis. Infokus, 3(3),
40–62.
Sugara, I. A. A., & Mustofa, M. L. (2014). Efektivitas Pemberian Terapi Al-Qur'an
terhadap Penurunan Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimister III.
Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam, 11(2).
Syofianti, H. (2013). Pengaruh Risiko Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil
Terhadap Berat Badan Bayi Lahir Rendah (Analisis Kohort Ibu DI
Kabupaten SawahluntoSijujung Tahun 2007). Universitas Indonesia.
Veneris, M., & Pubis, M. (2021). FISIOLOGI KEHAMILAN. Asuhan Kebidanan
Kehamilan, 1.
Wagey. (2011). Senam Hamil Meningkatkan Antioksidan Enzimatik, Kekuatan
Otot Panggul, Kualitas Jasmani, Dan Menurunkan Kerusakan Oksidatif
Pada Wanita Hamil.
Wahyuni, S. (2019). Asuhan Keperawatan pada Keluarga Ibu Hamil Anemia yang
Mengalami Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di
Puskesmas Kemalang (Doctoral dissertation, STIKES Muhammadiyah
Klaten).
Yuliani, D. R., Saragih, E., Astuti, A., Wahyuni, W., Ani, M., Muyassaroh, Y., ...
& Azizah, N. (2021). Asuhan Kehamilan. Yayasan Kita Menulis.
Yuliastuti, E. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi
kronis pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Bilu
Banjarmasin. An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 1(2),
72-76.
46