Anda di halaman 1dari 99

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK YANG MENGALAMI

DIARE DENGAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN


PADA USIA PRA SEKOLAH DI RT.02 RW.17
DAERAH CIKAHURIPAN BOGOR

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH :
MILA APRILIANA
NIM . 1030181022

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
TAHUN, 2021

1
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK YANG MENGALAMI


DIARE DENGAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
PADA USIA PRA SEKOLAH DI RT.02 RW.17
DAERAH CIKAHURIPAN BOGOR

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya


Keperawatan (A. Md. Kep) pada Program Studi D-III Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin

DISUSUN OLEH:
MILA APRILIANA
1030181022

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
TAHUN, 2021

i
DAFTAR ISI

COVER LUAR
COVER DALAM............................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah................................................................ 5
1.4 Tujuan Penulisan.................................................................. 6
1.4.1 Tujuan Umum........................................................... 6
1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................... 6
1.5 Manfaat................................................................................. 7
1.5.1 Manfaat Teoritis....................................................... 7
1.5.2 Manfaat Praktis......................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Diare............................................................... 9
2.1.1 Pengertian Diare........................................................ 9
2.1.2 Penyebab Diare.......................................................... 10
2.1.3 Patofisiologi Diare..................................................... 10
2.1.4 Klasifikasi.................................................................. 11
2.1.5 Tanda Gejala Diare.................................................... 11
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang............................................. 12
2.1.7 Komplikasi................................................................ 13
2.1.8 Penatalaksanaan Diare............................................... 14
2.1.9 Pencegahan Diare...................................................... 15
2.2 Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkebangan...................... 15
2.2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan............ 15
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perumbuhan dan
Perkembangan........................................................... 16
2.2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Anak Pra
Sekolah (Umur 3-6 Tahun)........................................ 17
2.3 Konsep Cairan....................................................................... 25
2.3.1 Pengertian Cairan..................................................... 25
2.3.2 Klasifikasi Cairan..................................................... 25
2.3.3 Fungsi Cairan............................................................ 26
2.3.4 Pergerakan Cairan Tubuh......................................... 26
2.3.5 Masalah Kebutuhan Cairan...................................... 27
2.3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan
Cairan........................................................................ 29
2.4 KonsepAsuhan Keperawatan ................................................ 30
2.4.1 Pengkajian ................................................................ 30
2.4.2 Diagnosa Keperawatan.............................................. 33
2.4.3 Intervensi Keperawatan............................................. 34
2.4.4 Implementasi Keperawatan....................................... 38
2.4.5 Evaluasi Keperawatan............................................... 40

ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian................................................................... 41
3.2 Batasan Istilah....................................................................... 42
3.3 Partisipan............................................................................... 43
3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian................................................ 43
3.5 Pengumpulan Data................................................................. 43
3.6 Uji Keabsahan Data............................................................... 44
3.7 Analisa Data.......................................................................... 44
3.8 Etik Penelitian....................................................................... 45

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari

biasanya dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. Diare

merupakan penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh infeksi

mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya

secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua kelompok umur baik balita, anak-

anak, maupun dewasa dengan berbagai golongan social (World Health

Organization, 2018). Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena

kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum

memuaskan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara

langsung atau tidak langsung mempengaruhi terjadinya diare. Selain itu, diare

juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau makanan yang

diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri penyebab

diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni (Purwaningdyah,

2018).

Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak terutama

di negara berkembang, dimana terhitung sekitar 10% dari semua kematian di

antara anak-anak usia < 5 tahun di seluruh dunia pada tahun 2019, Ini berarti

>1.500 anak muda mati setiap hari / sekitar 500.000 anak setiap tahun, meskipun

ketersediaan solusi pengobatan sederhana. Sebagian besar kematian akibat dari

diare terjadi pada anak-anak < 2 tahun yang tinggal di Asia Selatan dan Afrika

Sub-Sahara (United Nations Children’s Emergency fund., 2019). Menurut WHO

1
yang dipublikasikan pada 20 Mei 2018 diare merupakan salah satu dari 10

penyebab kematian tertinggi di dunia yang menduduki urutan ke sembilan,

dijelaskan bahwa tingkat kematian akibat dari penyakit diare menurun hampir 1

juta antara tahun 2000 dan 2016, tetapi masih menyebabkan 1,4 juta kematian

pada tahun 2016 (WHO,2018). Mayoritas kematian ini 15% disebabkan oleh

pneumonia diikuti dengan diare sebanyak 9% (UNICEF,2019). Perkiraan angka

kematian anak-anak akibat diare di Nigeria adalah sekitar 151,700-175.000 per

tahun (Dairo dalam Omele,2019).

Di Indonesia, Menurut data prevalensi diare berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan menurut provinsi dari rentang 2013-2018 jumlah terjadinya diare

mengalami peningkatan dari 4,5% menjadi 6,8%. Sedangkan prevalensi jumlah

diare pada balita berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan menurut provinsi dari

rentang 2013-2018 juga mengalami peningkatan dari 2,4% menjadi 11,0%

(Kementerian Kesehatan RI,2018). Diare pada balita pada tahun 2016 tercatat

sebanyak 17,85% pada tahun 2017 tercatat sebanyak 17,91% dan pada tahun

2018 tercatat sebanyak 18,85%. Artinya terjadi peningkatan selama 3 tahun

terakhir (Riskesdas, 2018).

Di Wilayah Jawa Barat diperkirakan terdapat 86.250 kasus diare,

sedangkan kasus diare yang sudah ditangani sebanyak 77.235 kasus (Dinas

kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2018). Tahun 2018 berdasarkan kriteria KLB yang

tertuang dalam Permenkes 1501 tahun 2011 tentang jenis penyakit menular

tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan di Provinsi

Jawa Barat tidak terjadi KLB. Kasus diare tertinggi terjadi pada minggu ke 30

yaitu sebanyak 14.701 kasus dan yang terendah terjadi pada minggu ke 25 yaitu

2
sebanyak 9.755 kasus. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RT.02

RW.17 di Desa Cikahuripan pada bulan Januari 2021 dari jumlah keseluruhan

anak usia prasekolah berjumlah 32 anak ditemukan 4 diantaranya menderita

Diare (Puskesmas Bojong, Bogor 2021).

Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak diare yaitu resiko

tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

intake dan output, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, resiko tinggi infeksi berhubungan

dengan kontaminasi usus dengan mikroorganisme, dan kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan iritasi disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB. Sewaktu

anak menderita Diare, konsistensi BAB cair dan muntah akan menjadi lebih

sering, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan, selain itu orang tua

yang merasa khawatir cenderung akan mengurangi atau menghentikan makanan

yang diberikan kepada anaknya karena takut diare atau muntah akan bertambah

hebat, sehingga sebagai alternative orang tua hanya memberikan air teh atau susu.

Dalam keadaan anak menderita diare seringkali makanan yang diberikan tidak

dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik sehingga menyebabkan ganguan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh (Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2019).

Kekurangan volume cairan atau hipovolemia merupakan kondisi dimana

tubuh mengalami penurunan asupan cairan dikarenakan adanya muntah yang

banyak, kehilangan nafsu makan yang mengakibatkan asupan yang masuk

kedalam tubuh berkurang. Selain itu, penyebab kekurangan volume cairan bisa

diakibatkan demam yang sangat tinggi dan adanya luka bakar pada derajat 2-4.

3
Cairan yang ada dibawah kulit keluar atau menguap karena demam atau adanya

luka, sehingga cairan yang ada didalam intrseluler akan keluar menuju

intrvaskuler untuk menggantikan cairan inravaskuler yang hilang secara terus

menerus. Hal ini juga dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan (Nilam,

2018). Kekurangan Volume Cairan sering kali memunculkan gangguan dalam

haemodinamika. Gangguan ini harus segera ditangani untuk menghindari

komplikasi yang dapat berujung pada hal-hal yang lebih fatal berupa kematian.

Dalam hal ini peran perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada

pasien anak diare dengan memberikan peran Promotif, Preventif, Kuratif dan

Rehabilitatif. Peran perawat dalam memberikan peran Promotif yaitu

memberikan penyuluhan kesehatan tentang pengertian, tanda gejala, penyebab,

pengobatan Diare melalui media lainnya seperti leaflet ataupun spanduk, dan

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) kepada keluarga maupun pasiennya.

Peran perawat dalam memberikan peran Preventif yaitu perawat menganjurkan

keluarga atau pasiennya untuk membuang feses pada tempatnya dengan baik,

membiasakan mencuci tangan memakai sabun dan air mengalir sebelum

menyiapkan makan anak, sebelum memegang anak, dan membersihkan anak

setelah BAB, masaklah air minum sampai mendidih, biasakan mencuci alat-alat

makan dan minum dengan air bersih yang mengalir, biasakan membuang sampah

pada tempatnya, biasakan buang air di WC/Jamban, jangan biasakan anak-anak

bermain di tempat yang kotor, dan tutup makanan dan minuman dan ditaruh

ditempat yang aman dan bersih sehingga terhindar dari berbagai binatang lainnya.

Peran perawat dalam memberikan peran Kuratif yaitu dapat dengan pemberian

minum air putih dan konsumsi serat scukupnya, berikan Larutan Rehidrasi Oral

4
atau lebih akrab disebut Oralit bisa menjadi solusi pada saat anak mengalami

diare, konsumsi makanan yang berkuah, berikan suplemen zinc dan suplemen

pribiotik seperti Yogurt. Peran perawat dalam memberikan peran Rehabilitatif

yaitu mengontrol keadaan pasien secara berkala terutama untuk balita, memilih

makanan dengan baik dan tersedianya air yang bersih. setelah diare berhenti pada

anak, anak diberikan makanan ekstra selama 2 minggu untuk membantu

pemulihan Berat Badan.

Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik utnuk membuat proposal karya

tulis ilmiah dengan judul ” Asuhan Keperawatan Anak Yang Mengalami Diare

Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17

Daerah Cikahuripan Bogor”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada proposal karya tulis ilmiah ini dibatasi Pada Pasien Yang

Mengalami Asuhan Keperawatan anak yang mengalami Diare Dengan

Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah

Cikahuripan Bogor dengan 2 studi kasus yang sama pada tanggal 01 Maret sampai

tanggal 07 Maret 2021.

1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan angka kejadian yang di paparkan oleh Dinas kesehatan

Provinsi Jawa Barat Di Wilayah Jawa Barat diperkirakan terdapat 86.250 kasus

diare, sedangkan kasus diare yang sudah ditangani sebanyak 77.235 kasus (Dinas

kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2018). Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan di RT.02 RW.17 di Desa Cikahuripan pada bulan Januari 2021 dari

jumlah keseluruhan anak usia prasekolah berjumlah 32 anak ditemukan 4

5
diantaranya menderita Diare (Puskesmas Bojong, Bogor 2021). Sehingga

dirumuskan pertanyaan penelitian “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan anak

yang mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra

Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah Cikahuripan Bogor? “

1.4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan anak yang mengalami Diare

Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17

Daerah Cikahuripan Bogor.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian Keperawatan anak yang mengalami

Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17

Daerah Cikahuripan Bogor.

b. Penulis mampu Menyusun analisa data dan Menetapkan diagnosa Keperawatan

anak yang mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra

Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah Cikahuripan Bogor.

c. Penulis mampu Melaksanakan rencana Keperawatan anak yang mengalami

Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17

Daerah Cikahuripan Bogor.

d. Penulis Mampu Melaksanakan tindakan Keperawatan anak yang mengalami

Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17

Daerah Cikahuripan Bogor.

6
e. Penulis mampu Melaksanakan evaluasi Keperawatan anak yang mengalami

Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17

Daerah Cikahuripan Bogor.

f. Penulis mampu Melaksanakan dokumentasi Keperawatan anak yang

mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di

Rt.02 Rw.17 Daerah Cikahuripan Bogor.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Proposal karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

pengembangan ilmu keperawatan, khususnya Pada anak yang mengalami Diare

Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17

Daerah Cikahuripan Bogor di masa yang akan datang.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Pasien

Pasien mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang penanganan

Diare.

b. Bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi dan masukan dalam memberikan asuhan keperawatan

yang komprehensif pada pasien Diare dan sebagai masukan dalam peningkatan

mutu pelayanan keperawatan khususnya Pada Pasien Anak yang mengalami Diare

dengan Kekurangan Volume Cairan.

c. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Menghadirkan laporan kasus sebagai bentuk dari laporan kepustakaan di

bidang ilmu kesehatan yaitu dalam bidang ilmu keperawatan dan dapat digunakan

7
sebagai bahan masukan pihak-pihak yang berkepentingan langsung dalam

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini untuk tenaga kesehatan khususnya keperawatan.

d. Bagi Perawat

Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada

pasien yang mengalami Diare.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab II ini akan diuraikan secara teoritis tentang konsep dasar Diare

dan Kekurangan Volume Cairan. Konsep dasar yang akan diuraikan yaitu

definisi, etiologi, tanda dan gejala, dan cara penanganan secara medis.

2.1.1 Konsep Dasar Diare

.1.1 Pengertian Diare

Diare adalah Kejadian buang air besar (BAB) dengan konsistensi lebih cair

dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. Diare

dapat mengenai semua kelompok umur baik balita, anak-anak dan orang dewasa

dengan berbagai golongan sosial (WHO,2018).

Diare adalah sebagai suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran

pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti Bakteri,

Virus, dan Parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran

pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh

organisme tersebut ( Mendri & Prayogi, 2017).

Diare dapat diartikan suatu kondisi, Buang air besar yang tidak normal

yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai

atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi

pada lambung atau usus (Lestari, 2016).

Berdasarkan kesimpulan definisi-definisi diatas Diare adalah gangguan

dalam sistem saluran pencernaan yang menginflamasi lambung atau usus dengan

buang air besar lebih dari normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi

9
tinja yang encer yang disebabkan oleh beberapa organisme makanan yang sudah

terkontaminasi.

.1.2 Penyebab Diare

a. Faktor Infeksi : Bakteri (Enteropathogenic Escherichia Coli, Salmonella,

Shigella, Yersinia Enterocolitica). Virus (Enterovirus Echoviruses, Adenovirus,

Human Retrovirus seperti agent, Rotavirus). Jamur (Candida Enteritis). Parasit

(Giardia Clamblia, Crytosporidium). Protozoa.

b. Bukan Faktor Infeksi : Alergi makanan (susu, protein). Gangguan metabolik

atau malabsorbsi (penyakit celiac, cystic fibrosis pada pankreas). Iritasi langsung

pada saluran pencernaan oleh makanan. Obat-obatan (antibiotik). Penyakit usus

(Colitis Ulcerative, Crohn Disease, Enterocolitis. Emosional atau stress).

Obstruksi Usus.

2.1.1.3 Patofisiologi Diare

Diare akut pada anak paling sering terjadi disebabkan oleh virus, tetapi

juga dapat berkaitan dengan enteropatogen bakteri atau parasit.Virus mencederai

permukaan absorptif sel vilosa matur, menyebabkan penurunan absorpsi cairan

dan defisiensi disakaridase. Bakteri menyebabkan cedera usus dengan secara

langsung menginvasi mukosa, merusak permukaan vilosa, atau melepaskan

toksin. Diare akut dapat berdarah atau tidak berdarah. Diare juga dapat terjadi

terkait dengan penggunaan antibiotik. Faktor risiko diare akut antara lain baru-

baru ini menelan daging yang belum matang, perjalanan ke daerah asing,

menghadiri tempat penitipan anak, dan penggunaan air sumur (Tablang et al.,

2018).

10
Meskipun sebagian kasus diare pada anak bersifat akut, diare juga dapat

terjadi secara kronik. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 2

minggu. Jenis diare ini biasanya tidak disebabkan oleh penyakit serius.

Karena sebagian besar kasus diare pada anak bersifat akut dan disebabkan

oleh virus, manajemen terapeutik diare biasanya bersifat suportif (memelihara

keseimbangan cairan dan nutrisi). Suplemen probiotik dapat menurunkan lama

dan banyaknya diare (Tablang et al., 2018). Penyebab diare yang berasal dari

bakteri dapat ditangani dengan medikasi antibiotik dan diare yang berasal dari

parasit dapat ditangani dengan medikasi antiparasit.

2.1.1.4 Klasifikasi

Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare kronik.

Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara Diare

persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

(muhammad jufri et al,2012).

1. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,

disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan

darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.

2. Diare kronik adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non

infeksi.

3. Diare persisten adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi

infeksi

2.1.3.5 Tanda dan Gejala

Gejala Diare atau mencret ialah tinja yang encer dengan frekuensi tiga kali

atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: Muntah, Badan lesu dan lemah,

11
Panas, Tidak nafsu makan, dan Terdapat darah dan lendir dalam kotoran. Rasa

mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi

virus. Secara tiba-tiba infeksi dapat menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah,

demam, penurunan nafsu makan, atau kelesuan. Selain itu, dapat menyebabkan

sakit perut dan kejang perut serta gejala-gejala lain seperti flu, misalnya agak

demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Kadang-kadang gangguan bakteri

dan parasite menyebabkan demam tinggi atau tinja mengandung darah. Muntah

memperberat dehidrasi karena dua hal, yaitu kehilangan cairan dalam jumlah

besar dan menghambat rehidrasi oral (pengembalian cairan melalui mulut).

Gejala diare pada anak-anak ialah sebagai berikut: Bayi atau anak menjadi

cengeng dan gelisah, suhu badannya meninggi, Tinja bayi encer, berlendir, atau

berdahak, Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu, Anus

dan sekitarnya lecet, Gangguan gizi akibat intake asupan makanan yang kurang,

Muntah, baik sebelum maupun sesudah diare, Hipoglikemia (menurunnya kadar

gula dalam darah), Dehidrasi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan,

ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir,

mulut dan bibir kering, Nafsu makan berkurang.

.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare

infeksi dimulai dari pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak

mengandung leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik

infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus diperiksa

sesegera mungkin. Sensitifitas lekosit feses terhadap inflamasi patogen

(Salmonella, Shigella dan Campylobacter) yang dideteksi dengan kultur feses

12
bervariasi dari 45% - 95% tergantung dari jenis patogennya. Penanda yang lebih

stabil untuk inflamasi intestinal adalah laktoferin.Laktoferin adalah glikoprotein

bersalut besi yang dilepaskan netrofil, keberadaannya dalam feses menunjukkan

inflamasi kolon.Positif palsu dapat terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu

studi, laktoferin feses, dideteksi dengan menggunakan uji agglutinasi lateks yang

tersedia secara komersial, sensitifitas 83 – 93 % dan spesifisitas 61 – 100 %

terhadap pasien dengan Salmonella,Campilobakter, atau Shigella spp, yang

dideteksi dengan biakan kotoran. Biakan kotoran harus dilakukan setiap pasien

tersangka atau menderita diare inflammasi berdasarkan klinis dan epidemiologis,

test lekosit feses atau latoferin positip, atau keduanya. Pasien dengan diare

berdarah yang nyata harus dilakukan kultur feses untuk EHEC O157 : H7.

1. Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan

harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum, kreatinin, analisa

gas darah dan pemeriksaan darah lengkap.

2. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya

biasanya membantu untuk menilai tingkat peradangan rektal, jika ada, dan

mendapatkan feses untuk diperiksa.

.1.7 Komplikasi Diare

Komplikasi Diare pada Anak Menurut Suryadi & Yulianti (2010) sebagai

berikut: Dehidrasi Kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul dehidrasi dan

gangguan kesimbangan asam basa, Hipokalemia, Cardiac dysrhythumias akibat

hipokalemi dan hipokalsemi, Hiponatremia, Syok Hipovolemik, Asidosis,

Gangguan gizi seperti “kelaparan” (masukan kurang dan keluaran berlebihan),

13
Perubahan ekologi dalam Lumen usus dan mekanisme ketahanan isi usus,

Gangguan sirkulasi darah dengan manifestasi syok hipovolemik.

.1.8 Penatalaksanaan

a. Terapi Non Farmakologi

1. Terapi Rehidrasi Oral : Cairan Rehidrasi Oral yang dipakai oleh

masyakarakat ialah air kelapa, air tajin, air susu ibu, air teh encer, sup wortel,

air perasan buah, dan larutan gula garam (LGG).

2. Oralit : Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi (kemanjuran) oralit

pada anak-anak dengan diare akut meningkat dengan mengurangi konsentrasi

natrium menjadi 75 mEql/L (yang semula 90 mEql/L) dan mengurangi kadar

glukosa menjadi 75 mEql/L jika larutan oralit lama memiliki osmolaritas 311

mOsm/L. larutan baru memiliki osmolaritas lebih rendah, yakni 245 mOsm/L.

Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolarita plasma sehingga kurang

menyebabkan risiko terjadinya hipertermia (tingginya kadar natrium dalam

darah). Keuntungan oralit formula baru ini menurunkan frekuensi muntah

hingga 30%, menurunkan kemungkinan pemberian cairan intravena hingga

33%, dan menurunkan volume tinja sampai 20% (Sinuhaji, 2007).

3. Penanganan Diet : Dietetik adalat praktik dan penerapan ilmu dan seni

pengaturan nutrisi dan jumlah makanan berdasarkan kondisi kesehatan,

kebutuhan gizi, dan social ekonomi pasien. Menurut Sunoto (1990) Dietetik

yang dapat diberikan kepada penderita diare, yaitu sebagai berikut : Pemberian

makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan

kebutuhan, Bagi yang mendapat ASI sebelumnya jangan dihentikan, Bagi yang

tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan susu formula akan

14
memperparah diare atau tidak apabila ya, maka pemberian susu formula harus

diberhentikan, makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan.

Sebaiknya konsumsi makanan padat tetap dilakukan sesuai dengan selera.

Setelah diare berhenti, terapi harus tetap dilakukan hingga dua minggu untuk

pemulihan berat badan.

b. Terapi Farmakologi

Opiat dan turunannya (Looperamida, Difenoksilat). Absorben

(Kaolin/Pektin, Karbo adsorben, Attapulgite, Dioctahedral Smectite). Agen

Antisekresi (Kelompok antiseksresi selektif, Preparat Lactobacillus, Zat

Hidrofilik). Zink, Antimikrobia.

.1.9 Pencegahan

Pencegahan untuk anak yang mengalami diare yaitu Memberikan ASI,

Memperbaiki makanan pendamping ASI , Memberikan Imunisasi Campak,

Menggunakan air bersih, Mencuci tangan, Menggunakan Jamban yang baik, dan

Membuang Tinja bayi yang benar.

.2 Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak

.2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisik (Anatomi) yang ditandai

dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh karena adanya pertambahan

dan pembesaran sel-sel. Pertumbuhan dapat diketahui dengan mengukur Berat

Badan, Panjang Badan/Tinggi Badan, Lingkar Kepala, dan Lingkar Lengan Atas.

15
Perkembangan adalah suatu proses bertambahnya kemampuan (skill)

dalam stuktu dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Pertumbuhan dan Perkembangan anak adalah proses yang dinamik dan

berlangsung terus-menerus mulai dari masa konsepsi sampai dengan dewasa.

Pertumbuhan dan Perkembangan adalah dua hal yang berbeda yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lainnya.

.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan

Perkembangan

a. Faktor Genetik

Merupakan modal dasar salam mencapai hasil akhir proses tumbuh

kembang anak. Melalui intruksi genetic yang terkandung dalam sel telur yang

telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Potensi

genetic yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara

positif sehingga dapat diperoleh hasil akhir yang optimal. Penyakit keturunan

yang disebabkan oleh kelainan kromosom seperti Sindro Down, Sindrom Turner,

dan lain-lain.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

adalah lingkungan prenatal dan lingkugan postnatal. Lingkungan prenatal meliputi

gizi ibu saat hamil, adanya toksin atau zat kimia, radiasi, stress, anoksia embrio,

imunitas, infeksi, dan lain-lain.

c. Faktor Biologis

16
Faktor Biologis meliputi ras (suku bangsa), jenis kelamin, umur, gizi,

perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi

metabolisme hormone.

d. Faktor Fisik

Faktor fisik meliputi cuaca ( musim, keadaan geografis), keadaan rumah,

sanitasi, radiasi.

e. Faktor Psikososial

Faktor psikososial meliputi stimulasi, ganjaran/hukuman yang wajar,

motivasi belajar, keluarga sebaya, sekolah, stress, cinta, dan kasih saying, kualitas

interaksi anak dan orang tua.

f. Faktor keluarga dan adat istiadat

Faktor keluarga dan adat istiadat meliputi pekerjaan/pendapatan keluarga,

pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas

rumah tangga, kepribadian ayah dan ibu, adat istiadat, norma, agama, dan lain-

lain.

.2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Usia anak Pra Sekolah (umur 3-6

tahun).

Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil. Aktivitas jasmani

bertambah seiring dengan meningkatnya keterampilan dan prosesp berfikir. Pada

masa ini selain lingkungan didalam rumah, anak mulai diperkenalkan pada

lingkungan di luar rumah. Anak mulai senang bermain di luar rumah dan menjalin

pertemanan dengan anak lain. Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah,

untuk itu panca indera dan system reseptor penerimaan rangsngan serta proses

memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik.

17
a. Pertumbuhan usia Pra Sekolah

1. Fisik

Tubuh anak usia Pra Sekolah akan tumbuh 6,5 hingga 7,8 cm per tahun.

Tinggi rata-rata anak usia 3 tahun adalah 96,2 cm, anak-anak usia 4 tahun

adalah 103,7 cm dan rata-rata anak usia 5 tahun adalah 228,5 cm. Pertambahan

Berat Badan selama periode usia Pra sekolah sekitar 2,3 kg per tahun. Rata-rata

berat badan usia anak 3 tahun adalah 14,5 kg dan akan mengalami peningkatan

menjadi 18,6 kg pada usia 5 tahun. Tulang akan tumbuh sekitar 5 hingga7,5

sentimeter per tahun.

2. Pematangan Sistem Organ

Sebagian besar sistem tubuh telah matang pada usia pra sekolah.

Mielinisasi sumsum tulang belakang memungkinkan untuk kontrol usus dan

kandung kemih menjadi lengkap pada sebagian besar anak pada usia 3 tahun.

a) Pernafasan : Ukuran struktur pernapasan terus bertambah, Jumlah alveoli

terus meningkat, mencapai jumlah orang dewasa sekitar 7 tahun, Pipa

Eustachius relatif pendek dan lurus.

b) Jantung : Denyut jantung menurun, Tekanan Darah sedikir meningkat

selama usia Pra sekolah, Suara Murmur Jantung yang bukan kelainan dapat di

dengar dengan auskultasi, Pemisahan bunyi jantung kedua kadang terdengar

dengan jelas.

c) Gigi : Anak usia Pra sekolah harus memiliki 20 gigi sulung pada usia 3

tahun.

18
d) Usus : Usus kecil terus bertambah panjang, Buang Air Besar (BAB)

sebanyak satu atau dua kali sehari, Anak usia 4 tahun umumnya memiliki

kontrol usus yang sudah baik.

e) Uretra : Uretra atau saluran kencing tetap pendek pada anak laki-laki dan

perempuan, membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih

dibandingkan dengan orang dewasa.

f) Kandung Kemih : Anak biasanya sudah mampu mengontrol kandung

kemih, ketika berusia 4 dan 5 tahun, tetapi terkadang kehilangan kontrol

khususnya dalam situasi stress atau mengangkan.

g) Tulang dan Otot : Tulang terus bertambah panjang dan oto-otot terus

menguat dan menjadi dewasa.

h) Sistem Otot : Sistem muskuloskeletal masih belum sepenuhnya matang,

membuat anak-anak prasekolah rentan terhadap cedera, terutama dengan

aktivitas berlebihan.

b. Perkembangan usia pra sekolah

1. Perkembangan Otak

Penelitian menunjukkan dampak mendalam dari pengalaman awal pada

perkembangan otak (Plastisitas saraf) telah menjelaskan hubungan interaksi

alam dan pengasuhan. Otak bayi terdiri dari 100 miliar neuron saat lahir, dan

masing-masing neuron atau sel saraf berkembang rata-rata 15.000 sinapsis

pada usia 3 tahun. Jumlah sinaps tetap konstan selama dekade pertama

kehidupan karena jumlah neuron menurun, Sinaps pada jalur yang sering

digunakan dipertahankan, sedangkan atrofi lebih jarang ditemukan. Dengan

demikian pengalaman memiliki efek langsung pada sifat fisik otak (alam).

19
Anak-anak dengan bakat dan tempramen yang berbeda (alam) juga mendapat

rangsangan yang berbeda dari lingkungan mereka (pengasuh). Pengalaman

awal dalam kehidupan anak sangat penting karena pembelajaran berlangsung

lebih efesien di sepanjang jalur sinaptik yang sudah mapan

(Woodlandhillsrivateschool, 2018).

2. Perkembangan Psikososial

Menurut Erik Etikson, tugas perkembangan psikososial pada usia pra

sekolah adalah Membangun Rasa Inisiatif Versus Rasa Bersalah, Anak usia

pra sekolah adalah siswa yang ingin tahu, mereka sangat antusias mempelajari

hal-hal baru. Anak usia pra sekolah merasakan suatu perasaan prestasi ketika

berhasil dalam melakukan suatu kegiatan, dan merasa bangga dengan

seseorang yang membantu anak untuk menggunakan inisiatif nya. Anak usia

pra sekolah ingin mengembangkan dirinya melebihi kemampuannya,

kondisinini dapat menyebabkan dirinya merasa bersalah. Tahap pengembangan

hati nurani selesai selama periode prasekolah, dan tahap ini merupakan dasar

untuk tahap perkembangan moral yaitu anak dapat memahami benar dan salah.

Pelatihan Toilet (Toilet Training) memainkan peran utama;belajar

mengendalikan fungsi tubuh seseorang mengarah pada perasaan kontrol

dan rasa kemandirian. Peristiwa penting lainnya termasuk mendapatkan

kontrol lebih besar atas pemilihan makanan, mainan, dan pakaian. Anak-anak

dalam tahap perkembangan ini sering merasa perlu untuk melakukan hal-hal

secara mandiri, seperti memilih apa yang akan mereka kenakan setiap hari,

mengenakan pakaian mereka sendiri, dan memutuskan apa yang akan mereka

makan.

20
3. Perkembangan Kongnitif

Menurut Teori Jean Piaget anak usia pra sekolah berada di tahap

praoperasi. Pemikiran pra operasi mendominasi selama tahap ini dan

didasarkan pada pemahaman dunia yang mementingkan diri sendiri. Pada fase

prakonseptual pra operasi berpikir, anak tetap egosentris dan mampu

mendekati masalah hanya dari satu sudut pandang. Anak usia pra sekolah

mudah memahami konsep perhitungan dan mulai terlibat dalam permainan

fantasi atau khayalan. Mereka percaya bahwa pemikirannya sangat kuat,

fantasi yang dialami melalui pemikiran magis memungkinkan anak-anak pra

sekolah untuk membuat ruang di dunia nya yang nyata. Berikut adalah

beberapa contoh untuk membantu anak meningkatkan keterampilan kongnitif

mereka : Permaianan Pencocokan Memori, Teka-Teki, Sortifikasi dan

Klasifikasi, Pengurtutan.

4. Perkembangan Motorik Kasar

Keterampilan motorik kasar (fisik) adalah keterampilan yang

membutuhkan gerakan seluruh tubuh dan yang melibatkan otot-otot besar

untuk melakukan fungsi sehari-hari, seperti berdiri dan berjalan, berlari dan

melompat, dan duduk tegak di meja. Keterampilan koordinasi mata-tangan

seperti keterampilan bola (melempar, menangkap, menendang) serta

mengendarai sepeda atau sekuter dan berenang (Childdevelopment, 2019). Ada

banyak Keterampilan motorik kasar pada periode usia pra sekolah fisik yang

berkembang selama bermain menggunakan motorik kasar seperti:

a) Mengembangkan koordinasi otot besar melalui aktivitas yang

memungkinkan untuk menarik, melempar, menangkap, dan menendang.

21
b) Mengembangkan keterampilan bepergian dan keterampilan bergerak

motorik untuk bermanuver di lingkungan mereka dan dalam kelompok besar.

c) Mengembangkan keterampilan mengendalikan otot dan menyeimbangkan

melalui aktivitas seperti berjalan, melompat-lompat, berlari, memanjat, meraih,

dll.

d) Mengembangkan koordinasi mata-tangan

5. Perkembangan Motorik Halus

Keterampilan motorik halus berbeda dari keterampilan motorik kasar,

keterampilan motorik halus diperlukan untuk banyak aspek perawatan diri

seperti anak-anak, misalnya: mengenakan sepatu, makan sendiri,

membersihkan gigi sendiri. Perkembangan motorik halus merupakan

komponen penting dari kesejahteraan anak-anak secara terus menerus

mendapatkan, memperbaiki, dan menggabungkan fungsi dan keterampilan

motorik mereka dan mengintegrasikan keterampilan mereka. Ada banyak

aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan olrh anak-anak berusia 3-5 tahun

agar mereka memiliki kemampuan motorik halus yang baik. (Kak Zepe, 2016),

Sebagai Berikut : Menggunting Kertas, Melipat Kertas, Memutar Koin,

Menghubungkan Titik-Titik, Menjiplak, Meronce, Menempel Bentuk, Bermain

Playdough atau Wax, Menyobek dan Mendaur ulang kertas, Menggambar dan

Mewarnai, Memecahkan Plastik bergelembung pembungkus barang,

Memindahkan barang dan Penjepit jemuran, Memasang Tali Sepatu, Mainan

Menjahit, Menyusun Balok dan Puzzle

6. Perkembangan Sensorik

22
Pendengaran utuh saat lahir dan harus tetap demikian sepanjang usia

pra sekolah. Indera Penciuman dan sentuhan terus berkembang sepanjang

tahun-tahun pra sekolah. Anak usia pra sekolah yang masih muda mungkin

memiliki indera perasa yang tidak terlalu membeda-bedakan daripada anak

yang lebih besar, mereka beresiko lebih tinggi untuk menelan benda asing

secara tidak sengaja. Ketajaman visual terus mengalami kemajuan dan harus

sama secara bilateral. Pada uaia 5 tahun memiliki ketajaman visual 20/40 atau

20/30. Penglihatan warna masih utuh pada usia ini. Berikut ini adalah contoh

permaian sensorik menurut (Nugraheni,2017): Meransang kemampuan

linguistik, Membangun kemampuan Kongnitif, Mendorong bersosialisasi,

Untuk kesehatan fisik.

7. Perkembangan Komunikasi dan Bahasa

Akuisi bahasa memungkinkan anak usia pra sekolah untuk

mengekspresikan pikiran dan kreativitas. Periode usia pra sekolah merupakan

masa penyempurnaan keterampilan bahasa. Anak berusia 3 tahun mengunakan

kalimat pendek yang hanya berisi informasi penting. Kosa kata pada anak usia

3 tahun terdiri dari 900 kata. Anak usia pra sekolah dapat memperoleh

sebnayak 10 higga 20 kata baru per hari dan pada usia 5 tahun biasanya

memiliki kosa kata 2.100 kata (Taylor et al., 2011).

8. Perkembangan Emosional dan Sosial

a) Perkembangan emosi anak usia pra sekolah (3-4 tahun)

1) Anak mampu menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan

dasar seperti sedih, bahagia, marah dan bersemangat.

23
2) Anak mampu merasa menyesal dan mengerti dia harus meminta maaf

ketika dia telah melakukan kesalahan, meskipun anda mungkin perlu

memberikan banyak pengingat.

3) Anak mampu lebih baik dalam mengelola emosi yang kuat dengan orang

lain tetapi jangan berharap dia berbagi sepanjang waktu.

b) Perkembangan emosi anak usia pra sekolah (4-5 tahun)

1) Anak mamou menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan

yang lebih kompleks seperti frustasi/kegagalan, jengkel dan malu.

2) Anak mampu menyembunyikan kebenaran tentang sesuatu, jika dia

merasa bersalah, malu atau takut.

3) Anak mampu lebih baik dalam mengelola emosi yang kuat seperti

kemarahan, frustasi, dan kekecewaan, dan memiliki lebih sedikit amarah

c) Cara membantu anak usia pra sekolah mengembangkan keterampilan sosial

1) Memberikan kesempatan pada anak untuk bermain dengan anak-anak

lain atau teman-teman bermain dapat membantunya mengembangkan

persahabatan.

2) Anda dapat memulai dengan berbcara pada anak anda tentang siapa yang

bermain dengannya. Kemudian anda dapat bertbicara dengan orang tua lain

tentang teman bermain, baik dirumah anda, ditaman setempat atau tempat

lain yang memberi anak banyak ruang dan kesempatan bermain.

3) Anda juga dapat membantu anak anda belajar tentang menjadi teman

yang baik sebagai bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari. Berbicara dan

mendengarkan juga keterampilan penting untuk persahabatan, misalnya

dengan menunjukkan minat pada apa yang orang lain katakan dan ajukan

24
pertanyaan. Waktu makan keluarga bisa menjadi waktu yang tepat untuk

menjadi mengembangkan keterampilan ini dan memberi anak anda

kesempatan untuk mempraktikkannya. (State Goverment Of Victoria, 2018).

.3 Konsep Cairan

.3.1 Definisi Cairan

Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh

membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis

dan lingkungan. (Tarwoto Wartonah,2015). Cairan kita terdiri terdiri atas air yang

mengandung partikel –partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk

hidup. Cairan adalah larutan yang yang terdiri dari air dan zat kimia yang

menghasilkan partikel yaitu ion yang berada di dalam air (larutan).

.3.2 Klasifikasi Cairan

Cairan tubuh dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler

dan ekstra seluler.

1. Cairan intraseluler

Yakni cairan yang berada dalam sel tubuh seluruh tubuh dengan jumlah

sekitar 40% dari berat badan dan merupakan bagian dari protoplasma.

2. Cairan ekstra seluler

Yakni cairan yang berada di luar sel tubuh dengan jumlah sekitar 20% dari

berat badan,dan berperan dalam pemberian makanan bagi sel dan mengeluarkan

sampah metabolisme. Cairan ekstraseluler ini dibagi menjadi dua, yakni cairan

interstitial dan cairan intravaskuler.cairan interstitial adalah cairan yang terdapat

pada celah antar sel atau disebut pula cairan jaringan, berjumlah 15% dari berat

25
badan. Pada umumnya, cairan interstitial berfungsi sebagai pelumas agar tidak

terjadi gesekan pada saat dua jaringan tersebut bergerak. Contoh dari cairran

interstitial yaitu cairan pleura, cairan perikardial, dan cairan peritoneal. Cairan

intravaskuler merupakan cairan yang terdapat di dalam pembuluh darah dan

merupakan plasma,berjumlah sekitar 5% dari berat badan. (A.Aziz Alimul H,

2014).

.3.3 Fungsi Cairan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), ada beberapa Fungsi Cairan

sebagai yaitu : Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh,

Transportasi nutrisi ke sel, Transport hasil sisa metabolism, Transpor hormone,

Pelumas antar organ, Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem

kardiovaskular.

.3.4 Pergerakan Cairan Tubuh

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui Empat proses berikut ini

menurut (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

a. Osmosis

Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel dari larutan yang

berkonsentrasi tinggi, dengan kata lain, air bergerak menuju zat teralut yang

berkonsentrasi lebih tinggi sebagai upaya untuk menyeimbangkan konsentrasi.

b. Difusi

Difusi merupakan percampuran kontitu beberapa molekul di dalam cairan,

gas atau zat padat yang di sebabkan oleh pergerakan molekul secara acak.

Kecepatan difusi zat bervariasi sesuai dengan ukuran molekul ,kosentrasi larutan

dan suhu larutan.

26
c. Filtrasi

Filtrasi merupakan sebuah proses pergerakan cairan dan zat larut secara

bersama menyebrangi sebuah membran dari satu kompartemen ke kompartemen

yang laen. pergerakan terjadi di area bertekanan tinggi ke arah bertekanan rendah.

d. Tanspor aktif

Zat dapat bergerak menyebrangi membran sel dari larutan kosentrasi

rendah ke kalarutan konsentrasi tinggi dengan sebuah transfor aktif. Prosen ini

terutama penting dalam mempertahankan perbedaan kosentrasi ion natrium dan

kalium

.3.5 Masalah kebutuhan cairan

a. Hipovolemi atau dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan dan

kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh

dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan

cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan

ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume

cairan eksternal, yaitu:

1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit

secara seimbang

2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air dari pada

elektrolit

3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit dari

pada air

27
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume

ekstrasel berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan ini,

tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab

osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan intrasel dalam waktu yang

lama, kadar urine, nitrogen, dan kreatinin meningkat dan menyebabkan

perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah biasanya dialami pada pasien

dengan diare dan muntah terus-menerus.

b. Hipervolume atau overhidrasi

Terdapat dua manifestasi yang di timbulkan akibat kelebihan cairan, yaitu

hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada

interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis

dan hanya terdapat di antara jaringan. Pada kelebihan cairan, gejala yang sering di

timbulkan adalah edema perifer, asites, kelopak mata membengkak, suara napas

ronchi basa, penambahan berat badan tidak norlamatau sangat cepat, dan nilai

hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan

bersifat akut. (A.Aziz Alimul H.2014).

Menghitung balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air

Metabolisme yaitu :

Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari

Usia 5 – 7 tahun : 8 - 8,5 cc/kgBB/hari

Usia 7 – 11= tahun : 6 - 7 cc/kgBB/hari

Usia 12 – 14 tahun : 5 - 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Wter Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) X

cc/kgBB/hari.

28
Rumus IWL : 378 cc + (30 – usia) x BB

Rumus IWL Kenaikan Suhu : IWL + 200 (Suhu Tinggi – 36,8oC)

36,8oC adalah nilai konstanta.

Cara menghitung balance cairan :

Jumlah intake – jumlah output (termasuk IWL)

Intake berupa : Minum, infus dan obat-obatan

Output berupa : Urine, feses, muntah dan IWL

.3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan

a. Usia

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuhmetabolisme yang di

perlukan dan berat badan.

b. Temperature lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.seseorang dapat kehilangan

NaCI melalui kringat sebanyak 15-30g/hari.

c. Diet

Pada saat tubuh kekurangan nutrisi , tubuh akan memecah cadangan energi

proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke intraseluler.

d. Stress

Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah

dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air

proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urin.

29
.4 Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktik

keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang

pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti

praktik keperawatan (Ali, 2009).

.4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua

data data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien

saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan asfek

biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah

untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama

yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan

pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008). Macam-macam data yang

digunakan seperti :

a. Identitas Pasien/Biodata

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,

tempat lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, dan penghasilan. Pada pasien diare

akut, sebagian besar adalah anak yang berumur dibawah 2 tahun. Insiden paling

penting pada umur 6-11 bullan karena pada masa ini mulai diberikan makanan

pendamping. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan

perempuan.

b. Keluhan Utama

Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB <4 kali dan cair

(diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang),atau

30
BAB >10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare

tersebbut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau

lebih adalah diare persisten.

c. Riwayat penyakit sekarang

1. Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat, nafsu berkurang/tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.

2. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja

berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.

3. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karna sering defekasi dan sifatnya

makin lama makin asam.

4. Gejala muntah dapat terjadi sesudah atau sebelum diare.

5. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala

dehidrasi mulai tampak.

6. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1ml/kg/bb/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine

normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan

atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat). (Nursalam,

2013)

d. Riwayat kesehatan Meliputi:

1. Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau

berakibat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak

dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.

2. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena faktor

ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.

31
3. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun

biasanya ada batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama atau

setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda atau gejala infeksi

lain yang menyebabkan diare seperti tonsilitis, faringitis, bronko pneumonia,

dan ensefalitis.

4. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum baik, sadar (tanpa dehidrasi), gelisah, rewel (dehidrasi

ringan atau sedang), lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat).

b) Berat badan anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami

penurunan berat badan. Penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan

saat anak dirawat dirumah sakit. Sedangkan dilapangan, untuk menentukan

dehidrasi, cukup dengan menggunakan penilaian keadaan anak.

c) Kulit Untuk mengetahui elastilitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan

turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung

jari (bukan kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (kurang dari

2 detik) berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kulit kembali

dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti diare

dengan dehidrasi ringan/sedang, apabila turgor kulit kembali sangat lambat

(cubitan kembali lebih dari 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi

berat.

d) Kepala Anak berusia dibawah 2 tahun yang lalu mengalami dehidrasi,

ubun-ubunnya biasanya cekung.

32
e) Mata Anak diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal.

Apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang, kelopak mata cekung

(cowong).

f) Mulut dan Lidah ; mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi), mulut dan

lidah kering (dehidrasi ringan/sedang), mulut dan lidah sangat kering

(dehidrasi berat).

g) Abdomen Kemungkinan mengalami distensi, kram, dan bising usus yang

meningkat.

h) Anus Apakah ada iritasi pada kulitnya.

i) pemeriksaan penunjang ; Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi

dengan kultur, Test malabsorpsi yang meliputi karohidarat (pH,clini test),

lemak dan kulture urine. (Nursalam, 2013)

.4.2 Diagnosis keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan,

mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual dan

resiko tinggi. Label diagnosa keperawatan memberi format untuk

mengekspresikan bagian identifikasi masalah dan proses keperawatan. Definisi

kerja diagnose keperawtan yang terbaru dikembangkan oleh North American

Nursing Diagnosis Association (NANDA) disajikan pada kotak 2-1.

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menggambarkan

respon manusia keadaan sehat atau pola interaksi dari individu atau kelompok.

Secara legal mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah

perubahan. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk menganalisis dan menyintesis

33
48 data yang telah di kelompokkan. Diagnosis keperawatan di gunakan untuk

mengidentifikasi masalah, faktor penyebab masalah, dan kemampuan klien untuk

mencegah atau memecahkan masalah. (Budiono & Pertami, 2015)

Diagnosa Keperawatan pada anak yang mengalami Diare menurut (Mendri &

Prayogi, 2017), yaitu :

1. Kurangnya Volume Cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan

encer.

2. Hipertermi berhubungan dengan Proses Infeksi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengank

menurunnya intake (pemasukan) dan meurunkan absorpsi makanan dan cairan.

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air

besar.

5. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan kehilangan cairan dan

elektrolit.

6. Resiko Infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman diare

atau kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit.

7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan Perawatan anak.

8. Cemas dan takut pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan

kondisi sakit.

.4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari pasien/tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai

hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan. Harapannya adalah bahwa

34
perilaku yang dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan keluarga dalam

cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan masalah yang

diidentifikasikan dan tujuan yang telah dipilih. Intervensi ini mempunyai maksud

mengindividualkan perawatan dengan memenuhi kebutuhan spesifik pasien serta

harus menyertakan kekuatan-kekuatan pasien yang telah diidentifikasi bila

memungkinkan.

Perencanaan (Mendri & Prayogi, 2017):

1. Kurangnya Volume Cairan berhubungan dengan seringnya buang air

besar dan encer.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume

cairan klien teratasi. Dengan kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal,

suhu: 36,6ºC-37,2ºC, nadi: (bayi: 120-130 x/menit, anak: 80-90x/menit), RR:

(bayi: 30-40x/menit, anak: 20- 30x/menit), Mempertahankan urin output sesuai

dengan usia dan berat badan, BJ urin normal, Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi

seperti turgor kulit elastic, mukosa bibir lembab, tidak ada rasa haus yang

berlebihan, Balance cairan seimbang.

Intervensi : Kaji status hidrasi: ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membrane

mukosa, Kaji pengeluaran urine: gravitasi urine atau berat jenis urine (1.005-

1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam, Kaji

pemasukan dan pengeluaran cairan, Monitor tanda-tanda vital, Beri obat antidiare

dan antibiotic sesuai program, Beri cairan elektrolit sesuai protocol (dengan oralit,

dan cairan parenteral bila ada indikasi), Anak diistirahatkan.

35
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

menurunnya intake (pemasukan) dan meurunkan absorpsi makanan dan

cairan.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ketidak seimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake

makanan klien teratasi. Dengan kriteri hasil: Adanya peningkatan berat badan

sesuai dengan tujuan, Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan, Mampu

mengidentifikasi kebutuhan nutrisi tidak ada tanda-tanda malnutrisi,

Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan, Tidak terjadi

penurunan berat badan yang berarti.

Intervensi : Timbang Berat Badan anak setiap hari, Monitor intake dan output,

Setelah rehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang sesuai

dengan diet dan usia atau berat badan anak, Hindari minuman buah-buahan,

Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan, Bagi bayi, ASI tetap diteruskan,

Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa.

3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang

air besar.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas

kulit klien teratasi. Dengan kriteria hasil: Integritas kulit yang baik bisa

dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi), Tidak ada luka atau lesi

pada kulit, Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan

perawatan alami.

Intervensi : Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar, Gunakan

kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk membersihkan anus setiap

36
buang air besar, Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab,

Ganti popok/kain apabila lembab atau basah, Gunakan obat krim bila perlu untuk

perawatan parineal.

4. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan kehilangan cairan dan

elektrolit.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko syok hipovolemik tidak

terjadi. Dengan kriteria hasil: Orang tua dapat menjelaskan kembali tanda-tanda

perdarahan, Tanda-tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/menit, S: 36-

37,5ºC, RR: < 40 x/menit), Irama pernafasan dalam batas yang diharapkan, Irama

jantung dalam batas yang diharapkan, Hipoksia berkurang.

Intervensi: Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera

laporkan jika terjadi perdarahan, Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih,

Monitor keadaan umum pasien, Kolaborasi cairan intravena.

5. Resiko Infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman

diare atau kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran

penyakit.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko Infeksi pada orang lain

tidak terjadi. Dengan kriteria hasil: Orang tua dapat menjelaskan tanda-tanda

infeksi, Tidak ada tanda-tanda infeksi

Intervensi : Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan

pengunjung, Segera bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan tempatkan

pada tempat yang khusus, Gunakan standar pencegahan universal ( seperti;

gunakan sarung tangan dan lain-lain ), Tempatkan pada ruangan khusus.

6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan Perawatan anak.

37
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan Kurangnya Pengetahuan tidak

terjadi. Dengan kriteria hasil: Keluarga pasien mampu menjelaskan Kembali

tentang penyakitnya, Ibu pasien mampu menyebutkan kembali tentang penyebab

penyakitnya, Ibu pasien mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala,

pencegahan dan penatalaksanaan diare

Intervensi : Kaji tingkat pemahaman orang tua, Ajarkan tentang prinsip diit dan

kontrol diare, Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya mencuci tangan untuk

menghindari kontaminasi, Jelaskan tentang penyakit, perawatan, dan pengobatan,

Jelaskan pentingnya kebersihan.

7. Cemas dan takut pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi

dan kondisi sakit.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan Cemas dan Takut pada

anak/orang tua. Dengan kriteria hasil: Anak/orang tua tidak cemas dan takut,

Anak/orang tua mampu mengatasi masalah dengan tenang, Mampu menjelaskan

kondisi anak dan pengobatannya

Intervensi : Ajarkan pada orng tua unttuk mengekspresikan perasaan rasa takut

dan cemas (dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati dan sentuhan

terapeutik), Gunakan komunikasi teraputik (Kontak mata, sikap tubuh, dan

sentuhan), Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua,

Libatkan orang tua dalam perawatan anak, Jelaskan kondisi anak, alasan

pengobatan dan perawatan.

8. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi

38
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Hipertemi berhubungan dengan

proses infeksi teratasi dengan kriteria hasil: Suhu normal : 36,6- 37,2 oC, Tidak

terjadi peningkatan suhu tubuh

Intervensi : Monitor suhu sesering mungkin, Monitor warna kulit, Monitor tanda-

tanda vital, Monitor tingkta kesadaran, Kompres pasien pada lipatan paha dan

aksilla, Monitor kelembaban mukosa mulut, Kolaborasi pemberian antibiotik

.4.4 Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan

terhadap klien yang di dasarkan pada rencana keperawatan yang telah disusun

untuk mencapai tujuan yang di iginkan meliputi peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan penyakit dan memfasilitasi koping.

Implementasi keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila klien

mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan selama tahap implementasi keperawatan/ perawat terus melakukan

pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan

kebutuhan klien. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi

keperawatan, antara lain:

a. Independent implementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri

oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan

kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL),

memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang

terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio

39
spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan klien, melakukan

dokumentasi, dan lain-lain.

b. Interdependen/ Collaborative implementations adalah tindakan keperawatan

atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya,

seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus,

kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan

kerjasama ini misalnya dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek

samping merupakan tanggungjawab dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal

pemberian, ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan

klien, serta respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan

menjadi perhatian perawat.

c. Dependent implementations adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan

dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya,

misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah

dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari

bagian fisioterapi. Dokumentasi adalah Tindakan keperawatan yang diikuti oleh

pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses

keperawatan komponen penting dalam pendokumentasian yaitu: why, what,

when, who, how.

Merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan yaitu

validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana, memberikan askep

dalama pengumpulan data, serta melaksanakan adusa dokter ketentuan RS.

.4.5 Evaluasi

40
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tujuan evaluasi

ialah menilai capaian diagnosa, intervensi keperawatan dan mengevaluasi

kesalahan yang terjadi selama pengkajian, Analisa, intervensi maupun pada

tahapan implementasi. Bentuk evaluasi yang dilakukan dalam bentuk:

a. Evaluasi formatif.

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat atau

setelah dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada catatan perawatan.

b. Evaluasi sumatif.

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai

waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan.

41
BAB III

METODEOLOGI PENELITIAN

.1 Desain Penelitian

Menurut Nursalam (2016) desain penelitian atau rancangan penelitian

adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan

pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi suatu

hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal; pertama, rancangan

penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifiksi

permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan kedua,

rancangan penelitian digunakan untuk mengidentifikasi struktur penelitian yang

akan dilaksanakan. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup

pengkajian suatu unit penelitian secara intensif misalnya satu pasien, keluarga,

sekelompok, komunitas, institusi. Meskipun jumlah subjek cenderung sedikit

namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas. Oleh karena itu, sangat penting

untuk mengetahui semua variabel yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Menguraikan desain yang dipakai pada penelitian. Desain yang digunakan

adalah studi kasus. Studi kasus menurut Sugiyono (2016) adalah analisis individu,

kelompok, peristiwa, keputusan, periode, kebijakan, institusi atau sistem lain yang

diselidiki secara holistik menggunakan satu atau lebih metode. Studi kasus ini

adalah untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan anak yang mengalami

Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17

Daerah Cikahuripan Bogor dengan metode pengambilan data pemeriksaan fisik,

observasi dan wawancara dengan sumber data diperoleh dari pasien, keluarga

pasien, perawat ruangan dan tenaga kesehatan lainnya.

42
.2 Batasan Istilah

Asuhan Keperawatan anak yang mengalami Diare Dengan Kekurangan

Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah Cikahuripan

Bogor.

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan praktik

keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang

pelaksanannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti

praktik keperawatan (Hamid, 2015).

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan

dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau

lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).

Anak adalah manusia dari lahir sampai usia 18 tahun yang berada pada

berbagai tahapan tumbuh kembang yang mempunyai ketergantungan pada

manusia dewasa. (Wong, D.L,2009).

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun,

pada periode ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psikososial

serta kognitif mengalami peningkatan. Anak mulai mengembangkan rasa

ingin tahunya, dan mampu berkomunikasi dengan lebih baik. Permainan

merupakan cara yang digunakan anak untuk belajar dan mengembangkan

hubungannya dengan orang lain (DeLaune & Ladner, 2016)

43
Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh

membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis

dan lingkungan. (Tarwoto Wartonah,2015)

.3 Partisipan

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien anak yang

mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di

Rt.02 Rw.17 Daerah Cikahuripan Bogor.

.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipakai untuk melaksanakan penelitian untuk karya tulis ilmiah di

Daerah Cikahuripan Bogor dengan Waktu yang ditetapkan pada tanggal 01 Maret 2021

sampai 07 Maret 2021 terhitung penelitian akan dilakukan selama 1 minggu.

.5 Pengumpulan Data

Sehubungan dengan pendekatan studi kasus diatas, teknik pengumpulan

data yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah penelitian lapangan,

dilakukan dengan cara mengunjungi langsung objek penelitian yaitu di Desa

Cikahuripan Bogor. Studi kasus ini menggunakan metode pengumpulan data

dalam penelitian deskriptif, yaitu:

3.5.1 Wawancara

Wawancara berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang-dahulu-keluarga, dll. Dalam mencari informasi, peneliti

melakukan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan

dengan subjek pasien) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga pasien)

(Saryono, 2013).

44
3.5.5.2 Observasi

Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh

perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Pengamatan dapat dilakukan

dengan seluruh alat indra, tidak terbatas hanya pada apa yang dilihat (Saryono,

2013). Proses pengambilan data melalui pengamatan perilaku pasien melalui

inspeksi, palpasi, perkusi,dan auskultasi.

.5.3 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan kegiatan mencari data atau variabel dari

sumber berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, agenda, dan sebagainya. Yang diamati dalam studi dokumentasi adalah

benda mati ( Saryono, 2013). Dalam studi ini menggunakan studi dokumentasi

berupa catatan hasil dari pemeriksaan diagnostik, Pengumpulan data melalui

pendekatan literatur catatan rekam medis pasien, dan data lain yang relevan.

.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan/

tindakan dan sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

narasumber utama yaitu pasien atau keluarga, perawat dan narasumber pustaka

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti .

.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interprestasi

45
wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik

analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi

yang mengahasilkan data untuk selanjutnya diintreprestasikan dan dibandingkan

dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervesi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :

.7.1 Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dan

dokumentasi). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin

dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

.7.2 Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subjektif

dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

dibandingkan dengan nilai normal.

.7.3 Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan mengaburkan identitas klien.

.8 Etik Penelitian

Menurut Hidayat (2012) etik penelitian yang mendasari penyusun proposal

karya tulis ilmiah ini, terdiri dari:

Informed Consent (persetujuan menjadi pasien), merupakan bentuk

persetujuan antara penelitian dengan responden penelitian memberikan lembaran

persetujuan yang diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya agar subyek

mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Beberapa

46
informasi yang harus ada dalam informed consent antara lain: pastisipasi pasien,

tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan, potensi masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi

yang mudah dihubungi dan lain-lain.

Anonimity (tanpa nama), adalah masalah jaminan dalam penggunaan

subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembaran alat ukur, dan hanya menuliskan kode pada lembaran

pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.

Confidentiality (kerahasiaan), adalah jaminan kerahasiaan hasil penelitian,

baik berupa informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang

telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilapotkan pada hasil riset.

47
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

.1 Hasil
.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan pada

pasien Anak yang mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada

Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah Cikahuripan Bogor. Desa Cikahuripan

terletak di kecamatan klapanunggal, kabupaten bogor, provinsi Jawa Barat 16877.

Lokasi strategis mudah dijangkau dengan kendaraan umum dan Fasilitas lainnya.

Penelitian ini dilakukan dengan waktu penyelenggaraan kegiatan asuhan

keperawatan. Waktu 3 hari sejak klien mengalami keluhan yang dilakukan dari

tanggal 16 Januari 2021 - 18 Januari 2021 dan 02 Februari 2021 - 04 Februari

2021.

.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien

Tabel 4.1
Identitas Pasien
Identitas Klien Klien 1 Klien 2

Nama Klien (Inisial) An. R An. D


Nama Panggil A E
Tempat Tgl Lahir Bogor, 02 Mei 2015 Bogor, 23 Februari 2015
Umur 5 Tahun 6 Tahun
Bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Jenis Kelamin Laki-Laki Laki-Laki
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Sunda Sunda
Pendidikan Belum Sekolah Belum Sekolah

2. Identitas Orang Tua / Wali :


Tabel 4.2
Identitas Orang Tua/ Wali

48
Identitas
Klien 1 Klien 2
Orang Tua Klien
Nama Tn. P Tn. E
Usia 48 Tahun 50 Tahun
Pekerjaan Buruh Karyawan
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Sunda Sunda
Alamat Rumah Perum.BKI, RT 02/17 No. 04 Perum BKI, RT 02/17 No. 18 kel:
Kel: Cikahuripan Kec: Bogor Cikahuripan Kec: Bogor

3. Riwayat Penyakit
Tabel 4.3
Riwayat penyakit

Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2

Tanggal mulai sakit 16 Januari 2021 02 Februari 2021

Keluhan Utama Ibu klien mengatakan Ibu Klien mengatakan


BAB lebih dari 6x sehari, BAB lebih dari 6x sehari,
BAB encer, anak terlihat BAB encer, anak kurang
lemas, lesu, dan badan nafsu makan, mual muntah,
hangat. lemas, dan lesu.

Riwayat Penyakit Sekarang Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan tidak
Asma ada

Riwayat Penyakit Dahulu Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


Asma, dan pernah jatuh pernah diare selama 1
dari sepeda. minggu sekitar 1 tahun
yang lalu

Riwayat Keluarga Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan tidak


Ayahnya memiliki ada
riwayat Asma.

4. Perubahan pola kesehatan (pendekatan Gordon/pendekatan Sistem)

Tabel 4.4
Perubahan pola kesehatan (pendekatan Gordon/Pendekatan Sistem)

49
Data Klien 1 Klien 2
1. Nutrisi
1. Sebelum Sakit Ibu Klien mengatakan Ibu klien mengatakan
makan 4x sehari, nasi, makan 3x sehari, nasi, lauk
lauk pauk, sayur, 1 porsi pauk, sayur, 1 porsi habis
habis (400 cc), minum 5 (300 cc), minum 5 gelas
gelas/hari (500 cc), air /hari (500 cc), air putih.
putih, susu.

2. Selama Sakit Ibu Klien mengatakan Ibu klien mengatakan


makan 3x sehari, nasi, makan 2x sehari, nasi, lauk
lauk pauk, sayur, 1 porsi pauk, sayur, ½ porsi tidak
habis (300 cc ), minum 6 habis (100 cc) karena mual
gelas/hari (750 cc), air dan muntah 2-3x/hari (150
putih. cc), minum 7 gelas/hari
(700 cc), air putih
2. Eliminasi
a. BAB
1) Sebelum sakit Ibu Klien mengatakan Ibu klien mengatakan BAB
BAB 1-3x/hari pagi (300 1-2x/hari pagi (200 cc),
cc), konsistensi lunak konsistensi lunak
berbentuk, bau khas, warna berbentuk, bau khas.
Warna kuning kecoklatan
kuning kecoklatan

2) Selama sakit
Ibu Klien mengatakan Ibu klien mengatakan BAB
BAB 6x/hari (600 cc), lebih dari 6x/hari (600 cc),
konsistensi encer, bau konsistensi encer, bau
khas, warna kuning khas, warna kuning
kecoklatan. kecoklatan

b. BAK
1) Sebelum sakit Ibu Klien mengatakan Ibu klien mengatakan pipis
pipis 2-3x/hari (200 cc), 2-4x/hari (200 cc),
pancaran kuat, bau pancaran kuat, bau
amoniak, warna kuning amoniak, warna kuning
pucat. pucat.

2) Selama sakit Ibu klien mengatakan 5-


Ibu Klien mengatakan 4-6x
7x/hari (500 cc), warna
/hari (400 cc), warna
kuning pekat, bau
kuning pekat, bau amoniak.
amoniak.

3. Personal Hygiene
1) Sebelum sakit Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan klien
klien mandiri dalam mandiri dalam mandi
mandi dengan 2x/hari, dengan 2x/hari, sikat gigi
sikat gigi 3x/hari, cuci 3x/hari, cuci rambut
rambut 2x/minggu, 2x/minggu, berpakaian
berpakaian, pergi ke toilet, dibantu, pergi ke toilet
berpindah/berjalan, sendiri, berpindah/berjalan,
mengontrol BAB & BAK, mengontrol BAB & BAK,
dan makan minum. dan makan minum.

50
2) Selama sakit Ibu klien mengatakan klien Ibu klien mengatakan klien
dibantu dalam mandi dibantu dalam mandi
dengan 2x/hari, sikat gigi dengan 2x/hari, sikat gigi
3x/hari, cuci rambut 3x/hari, cuci rambur
1x/minggu, berpakaian, 1x/minggu, berpakain
BAB dan BAK dibantu dibantu, BAB & BAK
keluarga, dan makan dibabntu keluarga dan
minum dibantu. makan minum dibantu.

4. Pola tidur/istirahat
1) Sebelum sakit Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
Tidur malam 6-7 jam & Tidur malalm 5-6 jam &
tidur siang tidak teratur, tidur siang 2-3 jam, tidak
tidak ada pengantar dan ada pengantar dan
gangguan tidur, perasaan
gangguan tidur, perasaan
waktu bangun lega.
waktu bangun lega.
2) Selama sakit Ibu klien mengatakan tidur
Ibu klien mengatakan malam 5 jam sering
Tidur malam 6 jam sering terbangun karena sering
terbangun karena badannya terbangun ingin BAB, tidur
hangat, tidur siang 1 jam, siang kurang lebih 2 jam
tidak ada pengantar tidur. an, tidak ada penghantar
tidur.
5. Seksualitas / Reproduksi Ibu klien mengatakan tidak Ibu klien mengatakan tidak
ada keluhan pada saat ada keluhan pada saat
BAK dan tidak ada BAK dan tidak ada
kelainan pada organ kelainan pada organ
reproduksi. reproduksi.
6. Aktivitas/Latihan
1) Sebelum sakit Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
sering bermain dan sering bermain dan
mengaji. mengaji.

2) Selama sakit Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan tidak


bermain dan mengaji bermain dan mengaji.
berkurang.
7. Sensori persepsi Ibu Klien mengatakan Ibu klien mengatakan tidak
tidak ada keluhan ada keluhan

5. Pemeriksaan Fisik (pendekatan Head to Toe/pendekatan sistem)

Tabel 4.5
Pemeriksaan Fisik (pendekatan Head to Toe/pendekatan sistem)
Data objektif Klien 1 Klien 2
Data klinik
a) Suhu 38,2 °C 36,5 oC
b) Nadi 110x/menit 114x/menit
c) Pernafasan 24x/menit 22x/menit
d) Kesadaran Composmentis Composmentis

51
e) Bb sebelum sakit 30,3 kg 22 kg
f) Bb sesudah sakit 30 kg 19 kg
g) Tinggi badan 102 cm 108 cm

Pemeriksaan Sistematis
1. Kepala:
a. Rambut Bersih, tidak berketombe, Bersih, tidak berketombe,
tidak mudah rontok tidak mudah rontok, ubun-
ubun cekung

b. Muka Simetris kanan kiri, tidak Simetris kanan kiri, tidak


ada kelainan. ada kelainan

Tidak ada oedema, Tidak ada oedema,


c. Mata konjungtiva berwarna konjungtiva berwarna
pucat dan sklera berwarna pucat dan sklera berwarna
putih putih, mata cekung

Simetris, bersih dan tidak Simetris, bersih dan tidak


d. Hidung ada benjolan ada benjolan

Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada


serumen, tidak ada serumen, tiak ada kelainan
e. Telinga
kelainan.

Mulut bersih, tidak ada Mukosa kering, tidak ada


f. Mulut/gigi/gusi stomatitis, tidak ada caries stomatitis, tidak ada caries
gigi dan tidak ada gigi dan tidak ada
pembekakan pada gusi pembekakan pada gusi
2. Leher
a. Kelenjar tiroid Tidak ada pembesaran Tidak ada apembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid

Tidak ada tumor Tidak ada tumor


b. Tumor
Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
c. Pembesaran kelanjar pada kelenjar limfe pada kelenjar limfe
limfe

3. Integumen Kulit berwarna sawo Kulit berwarna putih, tidak


matang, tidak ada lesi, ada lesi, tidak ada oedem,
tidak ada oedem, turgor turgor kulit tidak elastis,
kulit tidak elastis,
4. Dada dan axilla Simetris, lingkar dada:50 Simetris, lingkar dada:46
cm, tidak ada oedem di cm, tidak ada oedem di
sekitar axilla dan dada sekitar axilla dan dada

5. Abdomen Perut kembung, bising Perut kembung, bising


usus:39x/menit, tidak ada usus:19x/menit, tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan,

6. Ektremitas Pergerakan sendi bebas, Pergerakan sendi bebas,


berjalan normal, kekuatan berjalan normal, kekuatan

52
otot normal, tidak ada otot normal, tidak ada
fraktur, keterampilan fraktur, keterampilan
motorik baik motorik baik
7. Genitalia Preputrium bersih, tidak Preputium bersih, tidak
ada Hipospadia, skrotum ada Hipospodia, skrotum
baik, terdapat kemerahan baik, terdapat kemerahan
dan lecet di area anus di bokong

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik

Tabel 4.6
Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Klien 1 Klien 2

7. Penatalaksanaan Medis
Tabel 4.7
Penatalaksaan Medis
Therapi Klien 1 Klien 2
Oralit 2x/hari (200 cc) Oralit 2x/hari (200 cc)
L-Bio 2-3/hari ( 3 cc) Lacto B 3x/hari ( 3 cc )
Sanmol syrup 250 mg (15 cc)

53
4.1.3 Analisa Data

Tabel 4.8
Analisis Data
Data
Etiologi Masalah
Klien 1

DS :
Ibu klien mengatakan BAB lebih
dari 6x sehari, BAB encer.
DO :
Kekurangan Volume Seringnya buang air besar
1. Klien tampak minum Cairan dan encer
dengan lahap (haus) 5
gelas/hari : 750 cc
2. Turgor kulit tidak elastis
3. suhu: 38,2 oC
4. klien tampak lemas, dan
lesu
5. BAB 6x/hari (600 ml)
6. BAK 4-6x /hari (400 ml)

DS :
Ibu klien mengatakan badan anak
teraba hangat .
Hipertermi Proses Infeksi
DO :

1. Kulit teraba hangat


2. Suhu tubuh 38,2 oC

DS :
1. Ibu klien mengatakan
kemerahan dan ada luka lecet Resiko gangguan Seringnya buang air besar
di sekitar anus integritas kulit dan encer

DO :
1. Klien terlihat Iritasi dibagian
belakang bokong
2. Klien terlihat Turgor kulitnya
kembali sangat lambat

Klien 2 Etiologi Masalah

54
DS:
Ibu klien mengatakan BAB lebih
dari 6x sehari, BAB encer.
DO :
Kekurangan Volume Seringnya buang air besar
1. Turgor kulit tidak elastis dan encer
Cairan
2. Membran mukosa kering
3. Mata dan ubun-ubun cekung
4. suhu: 36,5 oC
5. klien tampak lemas, dan lesu
6. minum 7 gelas/hari (700 cc)
7. BAB lebih dari 6x/hari (600 cc)
8. BAK 5-7x/hari (500 cc)
9. Mual dan muntah 2-3x/hari
(150 cc)

DS:

1. Ibu klien mengatakan makan


2x sehari, nasi, lauk pauk,
sayur, ½ porsi tidak habis. Perubahan nutrisi Menurunnya intake
2. Ibu klien mengatakan nafsu kurang dari kebutuhan (pemasukan) dan
makan anak menurun tubuh
menurunkan absorpsi
3. Ibu klien mengatakan BB makanan dan cairan.
sebelum sakit 22 kg setelah
sakit 19 kg
4. Minum 7 gelas/hari
5. Ibu klien mengatakan mual
dan muntah setelah makan

DO :
1. BB sekarang 19 kg
2. BAB lebih dari 6x/hari
3. Bising usus 19x/menit
4. Anak tampak lemas dan lesu
5. Mual dan muntah

55
DS :
1. Ibu klien mengatakan bokong
kemerahan

DO :
1. Klien terlihat Iritasi dibagian Resiko gangguan
seringnya buang air besar
belakang bokong integritas kulit
2. Klien terlihat Turgor kulitnya
kembali sangat lambat

56
Terputusnya kontinuitas
jaringan

5.1.3.4 Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.9
Diagnosis Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal
Klien 1 ditemukan teratasi

Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan seringnya buang


air besar dan encer 16 Januari 18 Januari
2021 2021
DS :
Ibu klien mengatakan BAB lebih dari 6x sehari, BAB encer.
DO :
1. Klien tampak minum dengan lahap (haus) 5 gelas/hari :
750 cc
2. Turgor kulit tidak elastis
3. suhu: 38,2 oC
4. klien tampak lemas, dan lesu
5. BAB 6x/hari (600 ml)
6. BAK 4-6x /hari (400 ml)

Hipertemi berhubungan dengan Proses infeksi 16 Januari 18 Januari


2021 2021
DS :
Ibu klien mengatakan badan anak teraba hangat .
DO :

1. Kulit teraba hangat


2. Suhu tubuh 38,2 oC

Resiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan seringnya 16 Januari 18 Januari


buang air besar dan encer 2021 2021
DS :
1. Ibu klien mengatakan kemerahan dan ada luka lecet di
sekitar anus

DO :
1. Klien terlihat Iritasi dibagian belakang bokong
2. Klien terlihat Turgor kulitnya kembali sangat lambat

Tanggal Tanggal
Klien 2
ditemukan teratasi21

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan seringnya buang 02 Februari 04 Februari


air besar dan encer 2021 2021
DS:
Ibu klien mengatakan BAB lebih dari 6x sehari, BAB encer.
DO :
1. Turgor kulit tidak elastis

57
2. Membran mukosa kering
3. Mata dan ubun-ubun cekung
4. suhu: 36,5 oC
5. klien tampak lemas, dan lesu
6. minum 7 gelas/hari (700 cc)
7. BAB lebih dari 6x/hari (600 cc)
8. BAK 5-7x/hari (500 cc)
9. Mual dan muntah 2-3x/hari (150 cc)

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan 02 Februari 04 Februari


dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menrunkan absorpsi 2021 2021
makanan dan cairan
DS:

1. Ibu klien mengatakan makan 2x sehari, nasi, lauk pauk,


sayur, ½ porsi tidak habis.
2. Ibu klien mengatakan nafsu makan anak menurun
3. Ibu klien mengatakan BB sebelum sakit 22 kg setelah sakit
19 kg
4. Minum 8 gelas/hari
5. Ibu klien mengatakan mual dan muntah setelah makan

DO :
1. BB sekarang 19 kg
2. BAB lebih dari 6x/hari
3. Bising usus 19x/menit
4. Anak tampak lemas dan lesu
5. Mual dan muntah

Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya 02 Februari 04 Februari


buang air besar 2021 2021
DS :
1. Ibu klien mengatakan bokong kemerahan

DO :
1. Klien terlihat Iritasi dibagian belakang bokong
2. Klien terlihat Turgor kulitnya kembali sangat lambat

58
1.1.5 Rencana Keperawatan
Tabel 4.10
Perencanaan Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Tujuan Kriteria Hasil) KRITERIA HASIL INTERVENSI
Klien 1 PARAF

Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Setelah dilakukakan askep 3x8 jam 1. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata,
seringnya buang air besar dan encer diharapkan kekurangan volume cairan turgor kulit dan membran mukosa
teratasi ditandai dengan : 2. Kaji pengeluaran urine; gravitasi
DS : 1. Turgor kulit tidak terganggu urine atau berat jenis urine (1.005-
Ibu klien mengatakan BAB lebih dari 6x sehari, BAB 2. Berat badan stabil 1.020) atau sesuai dengan usia
encer. 3. Kelembapan membran mukosa tidak pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam
terganggu 3. Kaji pemasukan dan pengeluaran
DO : 4. Perut tidak kembung cairan
5. Bising usu normal : 5-30x/menit 4. Monitor tanda-tanda vital
1. Klien tampak minum dengan lahap (haus) 5 6. Klien tidak lemas dan lesu 5. Pemeriksaan laboratorium sesuai
gelas/hari : 750 cc program; elektrolit, Ht, Ph, dan serun
2. Turgor kulit tidak elastis albumin
3. suhu: 38,2 oC 6. Pemeberian cairan dan elektrolit
4. klien tampak lemas, dan lesu sesuai protokol (dengan oralit, dan
5. BAB 6x/hari (600 ml) cairan parenteral bila ada indikasi)
6. BAK 4-6x /hari (400 ml) 7. Pemberian obat anti diare dan
antibiotik sesuai program
8. Anak diistirahatkan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Setelah dilakukan askep 3x8 jam diharapkan 1. Monitor suhu sesering mungkin
Hipertemi teratasi ditandai dengan : 2. Monitor warna kulit
DS : 1. Suhu normal : 36,6- 37,2 oC 3. Monitor tanda- tanda vital
2. Tidak terjadi peningkatan suhu 4. Monitor tingkta kesadaran
Ibu klien mengatakan badan anak teraba hangat . tubuh 5. Kompres pasien pada lipatan paha dan
DO : aksilla
6. Monitor kelembaban mukosa mulut

1
1. Kulit teraba hangat 7. Kolaborasi pemberian antibiotik
2. Suhu tubuh 38,2 oC

Resiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Setelah dilakukakan askep 3x8 jam 1. Anjurkan pasien untuk memakai
seringnya buang air besar dan encer diharapkan Resiko gangguan integritas kulit pakaian yang longgar
DS : teratasi ditandai dengan : 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
1. Integritas kulit yang baik bias dan lembab
1. Ibu klien mengatakan kemerahan dan ada luka dipertahankan (sensasi, elastisitas, 3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
lecet di sekitar anus temperatur, hidrasi, pigmentasi) 4. Monitor proses kesembuhan area
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit insisi
DO : 3. Perfusi jaringan baik 5. Monitor tanda dan gejala infeksi pada
4. Menunjukan pemahaman dalam area insisi
1. Iritasi dibagian belakang bokong proses perbaikan kulit dan mencegah 6. Oleskan lotion/minyak/baby oil pada
2. Turgor kulit kembali sangat lambat terjadinya secara berulang daerah yang tertekan
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit
dan perawatan alami

DIAGNOSA KEPERAWATAN (tujuan kriteria hasil)


KRITERIA HASIL PERENCANAAN
Klien 2

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Setelah dilakukakan askep 3x8 jam 1. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata,
seringnya buang air besar dan encer diharapkan kekurangan volume cairan teratasi turgor kulit dan membran mukosa
DS: ditandai dengan : 2. Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine
Ibu klien mengatakan BAB lebih dari 6x sehari, BAB 1. Turgor kulit tidak terganggu atau berat jenis urine (1.005-1.020)
encer. 2. Berat badan stabil atau sesuai dengan usia pengeluaran
3. Kelembapan membran mukosa tidak urine 1-2 ml/kg per jam

2
DO : terganggu 3. Kaji pemasukan dan pengeluaran
4. Perut tidak kembung cairan
1. Turgor kulit tidak elastis 5. Bising usu normal : 5-30x/menit 4. Monitor tanda-tanda vital
2. Membran mukosa kering Klien tidak lemas dan lesu 5. Pemeriksaan laboratorium sesuai
3. Mata dan ubun-ubun cekung program; elektrolit, Ht, Ph, dan serun
4. suhu: 36,5 oC albumin
5. klien tampak lemas, dan lesu 6. Pemeberian cairan dan elektrolit
6. minum 7 gelas/hari (700 cc) sesuai protokol (dengan oralit, dan
7. BAB lebih dari 6x/hari (600 cc) cairan parenteral bila ada indikasi)
8. BAK 5-7x/hari (500 cc) 7. Pemberian obat anti diare dan
9. Mual dan muntah 2-3x/hari (150 cc) antibiotik sesuai program
Anak diistirahatkan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukakan askep 3x8 jam 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) diharapkan Perubahan nutrisi kurang dari 2. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
dan menrunkan absorpsi makanan dan cairan kebutuhan tubuh teratasi ditandai dengan : kalori
DS: 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai 3. Kaji kemampuan klien untuk
dengan tujuan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
1. Ibu klien mengatakan makan 2x sehari, nasi, lauk 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi 4. Monitor adanya penurunan BB
pauk, sayur, ½ porsi tidak habis. badan 5. Monitor mual dan muntah
2. Ibu klien mengatakan nafsu makan anak menurun 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan 6. Anjurkan klien makn sedikit tapi
3. Ibu klien mengatakan BB sebelum sakit 22 kg nutrisi sering
setelah sakit 19 kg 4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 7. Ajarkan kllien membuat catatn
4. Minum 8 gelas/hari 5. Menunjukkan peningkatan fungsi makanan harian
pengecapan dan menelan 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
5. Ibu klien mengatakan mual dan muntah setelah
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang menentukan jumlah kalori dan nutrisi
makan
berarti yang dibutuhkan klien

DO :
1. BB sekarang 19 kg
2. BAB lebih dari 6x/hari
3. Bising usus 19x/menit
4. Anak tampak lemas dan lesu
5. Mual dan muntah

3
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan Setelah dilakukakan askep 3x8 jam 1. Anjurkan pasien untuk memakai
seringnya buang air besar diharapkan Resiko gangguan integritas kulit pakaian yang longgar
DS : teratasi ditandai dengan : 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
1. Integritas kulit yang baik bias dan lembab
1. Ibu klien mengatakan bokong kemerahan dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 4. Monitor proses kesembuhan area insisi
DO :
3. Perfusi jaringan baik 5. Monitor tanda dan gejala infeksi pada
1. Iritasi dibagian belakang bokong 4. Menunjukan pemahaman dalam proses area insisi
2. Turgor kulit kembali sangat lambat perbaikan kulit dan mencegah terjadinya 6. Oleskan lotion/minyak/baby oil pada
secara berulang daerah yang tertekan
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami

4
1.1.6 Pelaksanaan Keperawatan
Tabel 4.11
Implementasi Keperawatan
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
Kekurang 08.30 1. Memonitor Tanda-tanda vital 08.30 1. Memonitor tanda- tanda vital 13.10 1. Memonitor tanda-tanda vital
an WIB Hasil : WIB Hasil: WIB Hasil:
Volume S: 38,2 °C S: 37,5 oC S: 36,8 oC
Cairan N:110x/menit N: 112x/menit N: 110x/menit
berhubun RR: 22x/menit RR: 24x/menit RR: 22x/menit
gan
dengan 08.35 2. Mengkaji status hidrasi, ubun-
seringnya WIB ubun, mata, turgor kulit dan 13.30
buang air membran mukosa 09.00 2. Mengkaji status hidrasi, ubun- WIB 2. Mengkaji pemasukan dan
besar dan Hasil: WIB ubun, mata, turgor kulit dan pengeluaran cairan
encer a. Klien tampak minum membran mukosa Hasil:
dengan lahap (haus) Hasil: Ibu Klien mengatakan makan
b. Turgor kulit tidak elastis a. Klien Masih minum 3x sehari, 1 porsi habis,
c. Klien tampak lemas dan dengan lahap (haus) minum 15 gelas/hari, BAB
lesu b. Turgor kulit sedikit elastis 2x/hari konsistensi BAB
c. Klien masih terlihat lemas lunak, BAK 4-6x /hari (360
dan lesu ml).
08.40
WIB 3. Memberikan cairan dan
elektrolit sesuai protokol 14.00 3. Mengkaji status hidrasi, ubun-
(dengan oralit, dan cairan 09.30 3. Memberikan obat anti diare WIB ubun, mata, turgor kulit dan
parenteral bila ada indikasi) WIB dan antibiotik sesuai program membran mukosa
Hasil: Hasil: Hasil:
Anak sudah diberikan oralit a. Klien tampak membaik

5
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
700 cc/3jam Suplemen Zinc 2x sehari b. Turgor kulit elastis
c. Klien sudah tidak lemas
08.50 09.35 dan lesu
WIB 4. Mengkaji pengeluaran urine; WIB 14.10 7. Memberikan obat anti diare
gravitasi urine atau berat jenis 4. Memberikan cairan dan WIB dan antibiotik sesuai program
urine (1.005-1.020) atau sesuai elektrolit sesuai protokol Hasil:
dengan usia pengeluaran urine (dengan oralit, dan cairan
1-2 ml/kg per jam parenteral bila ada indikasi) Suplemen Zinc 2x sehari
Hasil: Hasil:
Ibu Klien mengatakan BAK 4- Anak sudah diberikan oralit
6x /hari (360 ml), warna 700cc/3 jam 14.20 8. Memonitor intake dan output
kuning pekat, bau amoniak 09.40 WIB Intake
WIB  Makan = 300 cc
(3x100cc)
09.00 5. Mengkaji pemasukan dan 5. Mengkaji pemasukan dan  Minum = 750 cc
WIB pengeluaran cairan pengeluaran cairan (5x150cc)
Hasil: Hasil:  Obat = 218 cc
Ibu Klien mengatakan makan Ibu Klien mengatakan makan (oralit=200cc+sanmol=15
3x sehari, 1/2 porsi, minum 10 3x sehari, 1 porsi habis, cc+lactoB=3cc)
gelas/hari, BAB 6x/hari minum 8 gelas/hari, BAB  AM = 240 cc (8cc x 30
konsistensi encer, BAK 4-6x berkurang 4x/hari konsistensi kg)
/hari (360 ml). encer, BAK 4-6x /hari (360 1.508 cc
09.50 ml).
09.10 6. Memberikan penyuluhan WIB Menghitung IWL
WIB kesehatan tentang penyakit = (30-5 tahun) x 30 kg
diare 6. Memberitahukan Informasi = (25) x 30 kg
Hasil: ibu klien dan keluarga kesehatan = 750
mampu memahami dan Hasil: Output
menyebutkan kembali apa saja Memberitahukan kepada ibu  BAK = 300 cc (3x100cc)

6
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
penyebab nya dan pengobatan untuk tetap memberikan  BAB = 300 cc (3x100cc)
nya . anaknya minum sesering  IWL = 750 cc +
mungkin 1,350 cc
09.30 7. Memonitor intake dan output 10.00
WIB Intake WIB Balance cairan
 Makan = 300 cc 7. Memonitor intake dan output = Intake – Output
(3x100cc) Intake = 1,508 – 1,350 = + 158
 Minum = 750 cc  Makan = 300 cc
(5x150cc) (3x100cc)
 Obat = 218 cc  Minum = 750 cc
(oralit=200cc+sanmol=15 (5x150cc)
cc+lactoB=3cc)  Obat = 218 cc
 AM = 240 cc (8cc x 30 (oralit=200cc+sanmol=15
kg) cc+lactoB=3cc)
1.508 cc  AM = 240 cc (8cc x 30
kg)
Menghitung IWL 1.508 cc
= (30-5 tahun) x 30 kg
= (25) x 30 kg Menghitung IWL
= 750 = (30-5 tahun) x 30 kg
Output = (25) x 30 kg
 BAK = 400 cc (4x100cc) = 750
 BAB = 600 cc (6x100cc) Output
 IWL Demam  BAK = 400 cc (4x100cc)
= 750 + 200 (38,2oC –  BAB = 400 cc (4x100cc)
36.8oC)  IWL Demam
= 750 + 200 (1,4) = 750 + 200 (37,8oC –
= 750 + 280 36.8oC)

7
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
= 1,030 + = 750 + 200 (1)
2,030 cc = 750 + 200
= 950 +
Balance cairan 1,750 cc
= Intake – Output
= 1,508 – 2,030 = - 522 Balance cairan
= Intake – Output
= 1,508 – 1,750 = - 242

Hiperter 10.25 1. Memonitor suhu sesering 10.50 1. Memonitor Tanda- tanda vital 14.20 1. Memonitor tanda-tanda vital
mi WIB mungkin WIB Hasil: WIB Hasil:
berhubun Hasil: S: 37,5 oC S: 36,8 oC
gan S: 38,2 oC N: 112x/menit N: 110x/menit
dengan RR: 24x/menit RR: 22x/menit
proses
infeksi 10.30 2. Memonitor Tanda-tanda vital
WIB Hasil:
S: 38,2 °C 11.00 14.25
N:110x/menit WIB 2. Memberikan Antibiotik WIB 2. Memberikan Antibiotik
RR: 22x/menit Hasil: Hasil:
Klien diberikan sanmol syrup Klien diberikan sanmol syrup
250 mg, 3x/ hari 250 mg, 3x/ hari

10.35 3. Memonitor Tingkat kesadran 11.40


WIB Hasil: WIB 3. Kompres pasien pada lipatan 14.30
Klien terlihat sadar penuh dan WIB 3. Memonitor suhu sesering
paha dan aksilla mungkin
dapat merespon (composmetis)
Hasil:

8
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
Klien sudah di kompres hangat Hasil:
pada bagian aksilla Memantau perubahan suhu
4. Memberikan Antibiotik anak setelah diberikan sanmol
10.40 Hasil: S: 36,2oC
WIB Klien diberikan sanmol syrup 13.00
250 mg, 3x/ hari WIB 4. Memonitor suhu sesering
mungkin
Hasil:
5. Memberikan informasi untuk Memantau perubahan suhu
10.55 peningkatan kesehatan anak anak setelah diberikan sanmol
WIB Hasil: dan di kompres S: 37,2 oC
Memberitahu ibu untuk tetap
memberikan minum kepada
anaknya sesering mungkin
kurang lebih 4 gelas dalam 8
jam

Resiko 10.55 1. Menganjurkan pasien untuk 13.10 1. Memonitor kulit adanya 15.25 1. Memonitor kulit adanya
gangguan WIB memakai pakaian yang WIB kemerahan WIB kemerahan
integritas longgar Hasil: masih terdapat Hasil: kemerahan disekitar
kulit Hasil: anak sudah kemerahan dan luka lecet anus sudah sedikit menghilang
berhubun menggunakan pakaian yang sedikit kering dan luka lecet mengering
gan longgar
dengan 13.20 2. Menjaga kebersihan kulit agar 2. mengoleskan
seringnya 11.00 2. Memonitor kulit adanya WIB tetap bersih dan lembab 15.30 lotion/minyak/baby oil pada
buang air WIB kemerahan Hasil: klien sudah mandi dan WIB daerah yang tertekan
besar Hasil: Kulit bagian anus diberi lotion pada kulit klien, Hasil: area kemerahan sudah
terdapat kemerahan dan sedikit mecebok anak menggunakan diberikan salep untuk kulit,

9
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
luka lecet air hangat hindari bahan yang
mengandung alkohol
11.30 3. Memonitor tanda dan gejala 13.30 3. mengoleskan
WIB infeksi pada area insisi WIB lotion/minyak/baby oil pada 3. Menjaga kebersihan kulit agar
Hasil: terdapat kemerahan pada daerah yang tertekan 15.35 tetap bersih dan lembab
area anus dan sedikit luka lecet Hasil: area kemerahan sudah WIB Hasil: klien sudah mandi dan
diberikan salep untuk kulit, diberi lotion pada kulit klien,
hindari bahan yang mencebok anak menggunakan
mengandung alkohol air hangat

15.40 4. Memonitor tanda dan gejala


WIB infeksi pada area insisi
Hasil: kemerahan sudah
memudar dan luka lecet
kering, tidak ada tanda gejala
infeksi pada area insisi kulit

Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan

Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi


Kekurangan 08.00 WIB 1. Memonitor Tanda- 08.00 WIB 1. Memonitor tanda- tanda 08.00 WIB 1. Memonitor tanda-tanda
Volume Cairan tanda vital vital vital
berhubungan Hasil : Hasil: Hasil:
dengan S : 36,5 oC S: 36,8 oC

10
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan

Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi


o
seringnya N : 114x/menit S: 36,2 C N: 110x/menit
buang air besar RR : 22x/menit N: 110x/menit RR: 20x/menit
dan encer RR: 20x/menit
09.30 WIB
2. Mengkaji status 09.00 WIB 2. Mengkaji status hidrasi,
09.00WIB hidrasi, ubun-ubun, 2. Mengkaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor
mata, turgor kulit ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran mukosa
dan membran kulit dan membran mukosa Hasil:
mukosa Hasil: a. Membran mukosa
Hasil: a. Membran mukosa membaik
a. Turgor kulit kering b. Turgor kulit elastis
tidak elastis b. Turgor kulit sedikit c. Klien sudah tidak
b. Klien tampak elastis lemas dan lesu
lemas dan lesu c. Klien masih terlihat d. Mata dan ubun-ubun
c. Membran lemas dan lesu kembali normal
mukosa kering d. Mata dan ubun-ubun
d. Mata dan ubun- sedikit cekung
ubun cekung 3. Memberikan obat anti
diare dan antibiotik sesuai
10.00 WIB 3. Memberikan obat anti diare program
09.30 WIB 3. Memberikan cairan dan antibiotik sesuai 10.00 WIB Hasil:
dan elektrolit sesuai program
protokol (dengan Hasil: Suplemen Zinc 2x sehari
oralit, dan cairan Suplemen Zinc 2x sehari
parenteral bila ada
indikasi) 10.30 WIB 4. Memonitor intake dan
Hasil: 4. Memberitahukan Informasi 10.10 WIB output
Anak sudah kesehatan Intake
diberikan oralit 700 Hasil:  Makan = 300 cc (1

11
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan

Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi


cc/3jam Memberitahukan kepada porsi=100cc x 3)
ibu untuk tetap  Minum = 500 cc
10.00 WIB memberikan anaknya (5x100cc)
4. Mengkaji minum sesering mungkin  Obat = 203 cc
pengeluaran urine; (oralit=200cc+
gravitasi urine atau 10.40 WIB 5. Memonitor intake dan lactoB=3cc)
berat jenis urine output  AM = 156,8 cc (8cc x
(1.005-1.020) atau Intake 19,6 kg)
sesuai dengan usia  Makan = 200 cc (1/2 1.159,8 cc
pengeluaran urine 1- porsi=50cc x 4)
2 ml/kg per jam  Minum = 700 cc Output
Hasil : Ibu klien (7x100cc)  BAK = 400 cc
mengatakan 5-  Obat = 203 cc (4x100cc)
7x/hari (2500 ml), (oralit=200cc+  BAB = 150 cc
10.10 WIB lactoB=3cc) (3x50cc)
5. Memonitor intake  AM = 153,6 cc (8cc x  Muntah 1x/hari = 50
dan output 19,2 kg) cc (50cc x 3)
Intake 1.256,6 cc  IWL = (30-5 tahun) x
 Makan = 100 cc
19,2 kg
(1/2 porsi=50cc Output = (25) x 19,6 kg
x 2)  BAK = 500 cc = 490
 Minum = 700 cc (5x100cc) 1,040 cc
(7x100cc)  BAB = 400 cc
 Obat = 203 cc (4x100cc) Balance cairan
(oralit=200cc+  Muntah 1x/hari = 50 = Intake – Output
lactoB=3cc) cc (50cc x 3) = 1,159,8 – 1,040
 AM = 152 cc  IWL = (30-5 tahun) x = +119,8 = +200
(8cc x 19 kg) 19,2 kg
1.155 cc

12
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan

Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi


= (25) x 19,2 kg
Output = 480
 BAK = 500 cc 1,430 cc
(5x100cc)
 BAB = 600 cc Balance cairan
(6x100cc) = Intake – Output
 Muntah 2- = 1,256,6 – 1,430
3x/hari = 150 cc = - 174,3 = - 174
(50cc x 3)
 IWL = (30-5
tahun) x 19kg
= (25) x 19 kg
= 475
1,725 cc

Balance cairan
= Intake – Output
= 1,155 – 1,725
= - 570

Perubahan 11.00WIB 1. Mengkaji adanya 10.50 WIB 1. Memonitor jumlah nutrisi 10.30 WIB 1. Memonitor jumlah nutrisi
nutrisi kurang alergi dan kandungan kalori dan kandungan kalori
dari kebutuhan Hasil : Ibu klien Hasil: Ibu klien Hasil: Ibu klien mengatakan
tubuh mengatakan tidak mengatakan makan 2x makan 2x sehari, nasi, lauk
berhubungan ada alergi terhadap sehari, nasi, lauk pauk, pauk, sayur, ½ porsi habis
makanan sayur, ½ porsi habis

13
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan

Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi


dengan
menurunnya 2. Memonitor jumlah 2. Memonitor mual dan 2. Memonitor mual dan
intake 11.30 WIB nutrisi dan kandungan 11.00 WIB muntah 10.40 WIB muntah
(pemasukan) kalori Hasil: Ibu klien Hasil: Ibu klien
dan menrunkan Hasil: Ibu klien mengatakan mual dan mengatakan mual dan
absorpsi mengatakan makan muntah sudah berkurang muntah sudah berkurang
2x sehari, nasi, lauk
makanan dan
pauk, sayur, ½ porsi 3. Menghitung IMT
cairan
tidak habis. 14.00 WIB 3. Menghitung IMT 10.50 WIB Hasil:
Hasil: R= BB = 21 kg
11.35 WIB 3. Memonitor adanya R= BB = 20 kg (TB)2 (1,08)2
penurunan BB (TB)2 (1,08)2 = 24,48
Hasil: Ibu klien = 23,32 (BB kurang : Depkes)
mengatakan BB (BB kurang : Depkes)
sebelum sakit 22 kg
setelah sakit 19 kg

11.40 WIB 4. Memonitor mual dan


muntah
Hasil: Ibu klien
mengatakan mual
dan muntah setelah
makan

11.45 WIB 5. Menganjurkan klien


makan sedikit tapi
sering
Hasil: Ibu klien
mengatakan akan

14
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan

Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi


melakukannya sesuai
anjuran perawat

6. Menghitung IMT
11.50 WIB Hasil :
R= BB = 19 kg
(TB)2 (1,08)2
= 16,29
(BB kurang :
Depkes)

Resiko 12.20 WIB 1. Menganjurkan 14.10 WIB 1. Memonitor kulit adanya 11.00 WIB 1. Memonitor kulit adanya
gangguan pasien untuk kemerahan kemerahan
integritas kulit memakai pakaian Hasil: masih terdapat Hasil: kemerahan disekitar
berhubungan yang longgar kemerahan pada area anus anus sudah sedikit
dengan Hasil: anak sudah menghilang
seringnya menggunakan 14.20 WIB 2. mengoleskan
buang air besar pakaian yang lotion/minyak/baby oil 11.30 WIB 2. mengoleskan
longgar pada daerah yang tertekan lotion/minyak/baby oil
Hasil: area kemerahan pada daerah yang tertekan
sudah diberikan baby oil Hasil: area kemerahan
12.30WIB sudah diberikan baby oil
2. Memonitor kulit 14.30 WIB 3. Menjaga kebersihan kulit
adanya kemerahan agar tetap bersih dan 3. Menjaga kebersihan kulit
Hasil: Kulit bagian lembab 11.35 WIB agar tetap bersih dan
anus terdapat Hasil: klien sudah mandi lembab
kemerahan dan diberi lotion pada kulit Hasil: klien sudah mandi

15
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan

Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi


12.35 WIB klien dan diberi lotion pada kulit
3. Memonitor tanda dan klien
gejala infeksi pada
area insisi
Hasil: terdapat 11.40 WIB 4. Memonitor tanda dan
kemerahan pada area gejala infeksi pada area
anu insisi
Hasil: kemerahan sudah
memudar dan tidak ada
tanda gejala infeksi pada
area insisi kulit

16
1.1.7 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.12
Evaluasi Keperawatan

Diagnosa keperawatan 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021

Klien 1 Evaluasi Evaluasi Evaluasi


Kekurangan Volume 14.00 S : Ibu klien mengatakan BAB 13.35 S : Ibu klien mengatakan 15.30 S : Ibu klien mengatakan
Cairan berhubungan WIB lebih dari 6x sehari, BAB encer. WIB frekuensi BAB anak menurun , WIB frekuensi BAB anak menurun,
dengan seringnya buang air sudah 4x BAB hari ini tetapi sudah 2x BAB hari ini
besar dan encer O : Klien terlihat masih bolak dengan konsistensi lunak
balik kamar mandi untuk BAB, masih encer
dan masih terlihat lemas dan lesu O : klien tampak membaik dan
O : Klien masih sering ke kamar
mandi, dan konsistensi BAB nyaman dengan kondisi nya
A : Masalah belum teratasi sekarang
terlihat masih encer

P : Lanjutkan intervensi A : masalah teratasi sebagian A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi P : hentikan intervensi

17
Diagnosa keperawatan 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021

Klien 1 Evaluasi Evaluasi Evaluasi


Klien 1 Evaluasi Evaluasi Evaluasi
Hipertermi berhubungan 14.10 S : Ibu klien mengatakan badan 13.40 S : Ibu klien mengatakan suhu 15.40 S :  Ibu klien mengatakan suhu
dengan proses infeksi WIB anak teraba hangat . WIB menurun tetapi badan masih teraba WIB badan sudah menurun dan
hangat badan anak sudah kembali
O: normal
O:
 S: 38,2 °C
N:110x/menit  S: 37,5 oC O : S: 36,2 oC
N: 112x/menit N: 110x/menit
RR: 22x/menit
RR: 24x/menit RR: 22x/menit
A : Masalah belum teratasi  Badan masih teraba
sedikit hangat A : Masalah teratasi
P : intervensi dilanjutkan
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dihentikan

P : Lanjutkan intervensi

Klien 1 Evaluasi Evaluasi


Resiko gangguan integritas 14.20 S : Ibu klien mengatakan bokong 13.50 S : Ibu klien mengatakan 15.50 S : Ibu klien mengatakan
kulit berhubungan dengan WIB kemerahan dan terdapat sedikit WIB kemerahan di bokong sedikit WIB kemerahan di bokong
seringnya buang air besar luka lecet berkurang dan luka lecet sedikit memudar dan luka lecet kering
kering
O: O:
1. Iritasi dibagian belakang O: 1. Sudah diberikan lotion
bokong 1. Sudah diberikan lotion 2. Menggunakan pakaian
2. Turgor kulit kembali 2. Menggunakan pakaian yang longgar
sangat lambat yang longgar 3. Dibersihkan setiap
3. Dibersihkan setiap mandi mandi menggunakan
A : Resiko gangguan integritas menggunakan air hangat air hangat

18
Diagnosa keperawatan 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021

Klien 1 Evaluasi Evaluasi Evaluasi


kulit belum teratasi 4. Turgor kulit kembali
A : Resiko gangguan integritas elastis
P : intervensi dilanjutkan kulit teratasi sebagian
A : Resiko gangguan integritas
P : intervensi dilanjutkan kulit teratasi

P : intervensi dihentikan

Diagnosa keperawatan 02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021

Klien 2 Evaluasi Evaluasi Evaluasi


Kekurangan Volume 13.00 S : Ibu klien mengatakan BAB 14:50 S : Ibu klien mengatakan 11:50 S : Ibu klien mengatakan
Cairan berhubungan WIB lebih dari 6x sehari, BAB encer. WIB frekuensi BAB anak menurun , WIB frekuensi BAB anak menurun,
dengan seringnya buang air sudah 3x BAB hari ini tetapi sudah 2x BAB hari ini
besar dan encer O : Klien terlihat masih bolak dengan konsistensi lunak
balik kamar mandi untuk BAB, masih encer
dan masih terlihat lemas dan lesu O : klien tampak membaik dan
O : Klien masih sering ke kamar
mandi, dan konsistensi BAB nyaman dengan kondisi nya
A : Masalah belum teratasi sekarang
terlihat masih encer

19
Diagnosa keperawatan 02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021

Klien 2 Evaluasi Evaluasi Evaluasi

A : masalah teratasi sebagian A : masalah teratasi


P : Lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi P : Intervensi dihentikan

Perubahan nutrisi kurang 13.10 S: 15.00 S: 12.00 S:


dari kebutuhan tubuh WIB 1. Ibu klien mengatakan WIB 1. Ibu klien mengatakan WIB 1. Ibu klien mengatakan
berhubungan dengan makan 2x sehari, nasi, makan 3x sehari, nasi, makan 3x sehari, nasi,
menurunnya intake lauk pauk, sayur, ½ porsi lauk pauk, sayur, ½ porsi lauk pauk, sayur, 1
(pemasukan) dan tidak habis. dihabiskan. porsi dihabiskan.
menrunkan absorpsi 2. Ibu klien mengatakan 2. Ibu klien mengatakan 2. Ibu klien nafsu makan
makanan dan cairan nafsu makan anak makan sedikit sedikit tapi anak mulai meningkat
menurun sering 3. Ibu klien mengatakan
3. Ibu klien mengatakan BB 3. Ibu klien mengatakan sudah tidak mual dan
sebelum sakit 22 kg mual dan muntah muntah
setelah sakit 19 kg berkurang O:
4. Ibu klien mengatakan O: 1. Klien terlihat
mual dan muntah setelah 1. Klien terlihat menghabiskan satu
makan menghabiskan setengah porsi makanan
O: porsi makanan 2. Klien terlihat tidak
1. Klien tampak lemas dan 2. Klien terlihat tidak mual- mual-mual lagi
lesu mual lagi 3. Menghitung IMT
2. Klien tampak mual 3. Menghitung IMT Hasil:
3. Menghitung IMT Hasil: R= BB = 21 kg
Hasil : R= BB = 20 kg (TB)2 (1,08)2
R= BB = 19 kg (TB)2 (1,08)2 = 24,48
(TB)2 (1,08)2 = 23,32 (BB kurang : Depkes)

20
Diagnosa keperawatan 02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021

Klien 2 Evaluasi Evaluasi Evaluasi


= 16,29 (BB kurang : Depkes)
(BB kurang : Depkes)
A : Perubahan nutrisi kurang dari A : Perubahan nutrisi kurang
A : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian dari kebutuhan tubuh teratasi
kebutuhan tubuh belum teratasi
P : lanjutkan intervensi P : Intervensi dihentikan
P : lanjutkan intervensi

Resiko gangguan integritas 13.30 S : Ibu klien mengatakan bokong 15.10 S : Ibu klien mengatakan 12.30 S : Ibu klien mengatakan
kulit berhubungan dengan WIB kemerahan WIB kemerahan di bokong sedikit WIB kemerahan di bokong
seringnya buang air besar berkurang memudar
O:
1. Iritasi dibagian belakang O: O:
bokong 1. Sudah diberikan lotion 1. Sudah diberikan lotion
2. Turgor kulit kembali 2. Menggunakan pakaian 2. Menggunakan pakaian
sangat lambat yang longgar yang longgar
3. Dibersihkan setiap mandi 3. Dibersihkan setiap
A : Resiko gangguan integritas mandi
kulit belum teratasi A : Resiko gangguan integritas
kulit teratasi sebagian A : Resiko gangguan integritas
P : intervensi dilanjutkan kulit teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
P : intervensi dilanjutkan

21
1.2 Pembahasan

Pada bab ini penulisan akan membahas antara kasus 1, kasus 2, teori dan

penelitian yang terkait, serta menganalisa faktor–faktor penghambat dan

pendukung serta alternatif pemecahan masalah dalam memberi “Asuhan

Keperawatan anak yang mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan

Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah Cikahuripan Bogor”. Dalam

membahas kasus ini penulisan melakukan tahapan sesuai dengan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencana,

pelaksanaan dan evaluasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2021 –

18 Januari 2021 dan 02 Februari 2021- 04 Februari 2021.

1.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan bertujuan

untuk memperoleh informasi atau data dari pasien sehingga masalah keperawatan

pasien dirumuskan secara akurat. Pengkajian yang penulis lakukan didapatkan

dengan cara melalui wawancara, pemeriksaan fisik, catatan medis, catatan

keperawatan dan observasi langsung. Penulis melakukan anamnesa dan

pengkajian pada kedua kasus dengan waktu yang berbeda, yaitu pada pasien

pertama diare pada hari pertama sedangkan pada pasien kedua diare pada hari

kedua. Hasil pengkajian riwayat kesehatan yang peneliti temukan pada pasien

pertama sejak semalam tanggal 16 Januari 2021 mengeluh BAB 6x/hari dengan

konsistensi BAB encer, demam, anak tampak lemah, agak pucat, mukosa bibir

tampak kering, mata tampak cekung dan turgor kulit tampak kering . sedangkan

pada pasien kedua pada tanggal 02 Februari 2021 dengan keluhan BAB 6x/hari

dengan konsistensi encer, tampak lemas, nafsu makan menurun, mual dan

1
muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit kering, badan terlihat kurus dan pasien

rewel.

Berdasarkan hasil penelitian supriadi (2013), tentang asuhan keperawatan

pada pasien pertama dan pasien kedua dengan gangguan pemenuhan sistem

pencernaan diare. Dimana pasien mengeluh BAB encer sudah 5 kali, konsistensi

encer, warna kuning. Riskesdas (2013), mengatakan diare merupakan gangguan

buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan

konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir. Anak yang

mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami kram perut, muntah, demam,

mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri invasif akan mengalami

demam tinggi, mencret berdarah dan berlendir (Wijoyo, 2013). Menurut

Ngastiyah (2014), mengatakan anak yang mengalami diare mula-mula akan

cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang. BAB cair,

mungkin disertai lendir dan darah. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena

sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak

asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Menurut penulis keluhan yang ditemukan pada kasus pasien satu dan

pasien dua sesuai dengan teori dimana tanda dan gejala pasien yang mengalami

diare adalah keluhan BAB encer dan lebih dari 3 kali dalam sehari, anak gelisah

dan rewel serta dehidrasi. Hal ini disebabkan karena jenis dari bakteri yang

menginfeksi ataupun mengkonsumsi makanan yang sembarangan.

Hasil pemeriksaan fisik pada pasien satu dan pasien dua ditemukan

perbedaan yaitu BB anak pasien satu lebih gemuk dibanding BB pasien dua. Hasil

penelitian Sulaiman (2011), Dimana pasien diare yang disertai gizi buruk 8,6%

2
dan gizi kurang 38,5%. Dan hasil penelitian Arini (2012), tentang asuhan

keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien satu dan dua

dengan gastroenteritis akut (GEA). Dimana pasien tampak lemas dan dan sering

menangis, kulit pucat, turgor kulit kembali lambat, konjungtiva anemis, mukosa

bibir kering, pada bokong terlihat kemerahan, mata cekung, pasien tampak pucat.

Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan hingga berat turgor

kulit biasanya kembali sangat lambat. Karena tidak adekuatnya kebutuhan cairan

dan elektrolit pada jaringan tubuh anak sehingga kelembapan kulitpun menjadi

berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa bibir kering.

Menurut peneliti apa yang ada di teori sama dengan kasus.

Dari hasil pengkajian yang didapatkan keluarga pasien satu mengatakan

bahwa anak sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang sama dan pada

saat itu diberikan susu formula yang tidak biasa dikonsumsi pasien satu, pada

pasien satu makan nya lahap sedangkan keluarga pasien dua mengatakan anak

sebelumnya pernah mengalami diare selama 1 minggu sejak 1 tahun yang lalu dan

anak menyukai makanan ciki-ciki dan cemilan-cemilan di warung dan jarang

makan nasi.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dari proses keperawatan

yang merupakan tahapan penting karena penerapan rencana keperawatan

berdasarkan dari diagnosa keperawatan.

Diagnosa yang muncul pada kasus pertama dan kedua yang prioritas

adalah Kekurangan Volume Cairan karena kedua pasien sama-sama memiliki

3
keluhan BAB lebih dari 3x/hari, konsistensi encer, turgor kulit kering ,mukosa

bibir kering dan mata cekung.

Terdapat diagnosa Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi menjadi

diagnosa yang kedua pada pasien pertama karena anak Demam yaitu dengan suhu

38,2oC dan anak rewel dan gelisah.

Terdapat diagnosa Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menrunkan absorpsi

makanan dan cairan mnejadi diagnosa yang kedua pada pasien kedua karena

pasien mengalami penurunan nafsu makan, penurunan BB, dan mual muntah.

Terdapat pada kasus pertama dan kedua diagnosa Resiko gangguan

integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar sebagai diagnosa

ketiga karena terdapat kemerahan disekitar anus dan turgor kulit kering.

1.2.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan dimana

pada tahap ini penulis menetapkan tujuan, kriteria hasil dan prioritas masalah.

Tujuan yang ditetapkan mengacu pada SMART (Spesifik, Measurable,

Achievable, Reliable, dan Time).

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus, selanjutnya dibuat rencana

keperawatan sebagai tindakan pencegah masalah keperawatan yang ada,

kemudian menentukan tindakan yang tepat.

Diagnosa keperawatan pada kekurangan volume cairan, tujuan penulis

dalam pemberian perencanaan dalam waktu 3x8 jam pada kasus pertama dan

kedua yaitu diharapkan kekurangan volume cairan teratasi ditandai dengan Turgor

4
kulit tidak terganggu, Berat badan stabil, Kelembapan membran mukosa tidak

terganggu, Perut tidak kembung, Bising usus normal : 5-30x/menit, Klien tidak

lemas dan lesu. Penulis telah membuat rencana keperawatan yang sesuai dengan

teori yaitu Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran

mukosa, Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine atau berat jenis urine (1.005-

1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam, Kaji

pemasukan dan pengeluaran cairan, Monitor tanda-tanda vital, Pemeriksaan

laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, Ph, dan serun albumin, Pemeberian

cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan parenteral bila ada

indikasi), Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program, Anak

diistirahatkan.

Diagnosa keperawatan pada Hipertermi pada diagnosa kedua pasien

pertama, tujuan penulis dalam pemberian perencanaan dalam waktu 3 x 8 jam

pada kasus kedua yaitu diharapkan Hipertemi teratasi ditandai dengan : Suhu

normal : 36,6- 37,2oC, Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh. Dengan membuat

rencana keperawatan yang sesuai dengan teori yang ada yaitu Monitor suhu

sesering mungkin, Monitor warna kulit, Monitor tanda- tanda vital, Monitor

tingkta kesadaran, Kompres pasien pada lipatan paha dan aksilla, Monitor

kelembaban mukosa mulut, Kolaborasi pemberian antibiotic.

Diagnosa keperawatan pada Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

diagnosa kedua pada pasien kedua, tujuan penulis dalam pemberian perencanaan

dalam waktu 3 x 8 jam pada kasus kedua yaitu diharapkan Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh teratasi ditandai dengan : Adanya peningkatan berat

badan sesuai dengan tujuan, Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan,

5
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi,

Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan, Tidak terjadi

penurunan berat badan yang berarti. Dengan membuat rencana keperawatan yang

sesuai dengan teori yang ada yaitu Kaji adanya alergi, Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori, Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan, Monitor adanya penurunan BB, Monitor mual dan muntah, Anjurkan

klien makan sedikit tapi sering, Ajarkan kllien membuat catatan makanan harian,

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan klien.

Diagnosa keperawatan pada Resiko gangguan integritas kulit diagnosa

ketiga dari pasien pertama dan kedua, tujuan penulis dalam pemberian

perencanaan dalam waktu 3 x 8 jam pada kasus kedua yaitu diharapkan Resiko

gangguan integritas kulit teratasi ditandai dengan Integritas kulit yang baik bias

dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi), Tidak ada

luka/lesi pada kulit, Perfusi jaringan baik, Menunjukan pemahaman dalam proses

perbaikan kulit dan mencegah terjadinya secara berulang, Mampu melindungi

kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami. Dengan

membuat rencana keperawatan yang sesuai dengan teori yang ada yaitu Anjurkan

pasien untuk memakai pakaian yang longgar, Jaga kebersihan kulit agar tetap

bersih dan lembab, Monitor kulit akan adanya kemerahan, Monitor proses

kesembuhan area insisi, Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi, Oleskan

lotion/minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.

6
1.2.4 Pelaksanaan Keperawatan

Diagnosa pertama Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan

seringnya buang air besar dan encer penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus

sesuai intervensi di teori. Penulis dapat melaksanakan semua intervensi yang telah

direncanakan, penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam.

Diagnosa kedua Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada pasien

pertama penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan intervensi di teori. Penulis

dapat melaksanakan semua intervensi yang telah direncanakan, penulis melakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam.

Diagnosa kedua Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menrunkan absorpsi

makanan dan cairan pada pasien kedua penatalaksanaan yang dilakukan sesuai

dengan intervensi di teori. Penulis dapat melaksanakan semua intervensi yang

telah direncanakan, akan tetapi masalah teratasi sebagian karena BB klien belum

ideal tetapi nafsu makan sudah meningkat, penulis melakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 8 jam.

Diagnosa ketiga Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan

seringnya buang air besar Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai intervensi di

teori maupun yang ada pada penulis buat, Penulis dapat melaksanakan semua

intervensi yang telah direncanakan, penulis melakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 8 jam. Ada faktor pendukung yaitu adanya pendekatan yang dilakukan

pada klien dan keluarga dengan baik sehingga klien merasa percaya pada

kelompok dan mudah dalam pemberian serta pelaksanaan tindakan keperawatan.

7
1.2.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan

dimana tahap untuk melihat perkembangan yang disesuaikan dengan kriteria

waktu, kriteria hasil, dan tujuan yang di capai. Pada tahap evaluasi penulis

melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan pada An. R dan An. D yang

telah dilakukan dari tanggal 16 Januari 2021 – 18 Januari 2021 dan 02 Februari

2021 – 04 Februari 2021.

Dari diagnosa keperawatan Kekurangan Volume Cairan pada kedua kasus

tidak terdapat perbedaan hanya saja An.R lebih cepat pulih dalam tindakan

keperawatan selama 3 hari karena pada hari ketiga pasien tampak bersemangat,

turgor kulit membaik, mukosa bibir kembali lembab dan frekunensi dan

konsistensi BAB kembali normal sedangkan pada An.D lebih dari 3 hari

dilakukan tindakan keperawatan dikarenakan pada hari ketiga pasien masih sedikit

lesu, turgor kulit membaik hanya mukosa bibir lembab, frekuensi dan konsistensi

sudah membaik. Pada pasien pertama masalah teratasi sedangkan pada pasien

kedua masalah teratasi juga.

Terdapat perbedaan dari dua diagnosa keperawatan ada yang teratasi dan

tidak teratasi yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada pasien

pertama yaitu teratasi karena demam sudah menurun dan diagnosa keperawatan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya

intake (pemasukan) dan menrunkan absorpsi makanan dan cairan pada pasien

kedua teratasi sebagian karena BB nya masih dalam status kurang dan belum

mencapai BB ideal, tetapi nafsu makan sudah meningkat 3x/hari.

8
Adapun Diagnosa Keperawatan Resiko gangguan integritas kulit

berhubungan dengan seringnya buang air besar tidak terdapat perbedaan dari

kedua kasus pasien , masalah dari kedua pasien sama-sama teratasi yaitu

kemerahahn disekitar bokong sudah membaik dan memudar, dan penulis sudah

memberikan pendidikan untuk menghindari pakaian yang ketat, hindari

penggunaan lotion ataupun minyak yang mengandung alkohol untuk kulit, dan

sering membersihkan kulit dengan sabun yang bersih menggunakan air hangat.

Ada foktor pendukung pasien satu dan kedua tidak menolak saat dilakukan

tindakan keperawatan. Dalam melakukan evaluasi keperawatan penulis tidak

mengalami hambatan dikarenakan penulis dapat mngevaluasi hasil tindakan

keperawatan dengan adanya kerjasama antara keluarga pasien .

9
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5. Kesimpulan

Setalah melakukan tindakan asuhan keperawatan klien yang mengalami

Diare pada An. R dan An. D dengan masalah anak yang mengalami Diare Dengan

Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah

Cikahuripan Bogor, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang

dibuat berdasakan laporan kasus adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian

Hasil pengkajian pada klien yang mengalami diare pada An. R dan An. D.

Data subjektif pada tinjauan kasus, dari pengkajian 2 klien didapatkan orang tua

klien mengatakan BAB cair lebih dari 3x/hari, akan tetapi klien 1 disertai Demam,

sedangkan pada klien 2 disertai dengan penurunan BB.

2. Diagnosa Keperawatan

Pada klien 1 dan klien 2 menunjukkan diagnosa Kekurangan volume

cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar. ditandai dengan adanya

tanda dehidrasi atau kekurangan volume cairan seperti: mukosa bibir kering,

turgor kulit menurun, kencing berkurang, mata cekung dan kongjungtiva pucat.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan pada An. R dan An. D dengan

diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

akibat dari diare yaitu : Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit dan

membran mukosa, Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine atau berat jenis urine

(1.005-1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam, Kaji

10
pemasukan dan pengeluaran cairan, Monitor tanda-tanda vital, Pemeriksaan

laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, Ph, dan serun albumin, Pemeberian

cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan parenteral bila ada

indikasi), Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program, Anak

diistirahatkan.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan pada klien 1 dan klien 2 dilakukan sesuai

dengan rencana keperawatan, yang membedakan hanya pada pemberian terapi

pada klien 1 diberikan terapi yaitu L-Bio 2-3x/hari (3cc), Sanmol syrup 2-3x/hari

(15 cc) , Oralit (air putih 200 cc dicampur gula 1 sendok makan dan ¹/₄ sendok teh

garam). Dan klien 2 diberikan terapi Lacto-B 3 x sehari 3 saset (3cc/24 jam),

Oralit (air putih 200 cc dicampur gula 1 sendok makan dan ¹/₄ sendok teh garam).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi Keperawatan pada catatan perkembangan klien 1 dan 2

mengalami kemajuan yang signifikan, serta menunjukan penyembuhan dengan di

tandai berkurangnya frekuensi BAB dan perubahan pada konsistensi serta tidak

ada tanda-tanda dehidrasi.

5.2 Saran

1. Bagi Perawat

Petugas kesehatan atau perawat dalam melakukan asuhan keperawatan

klien yang mengalami diare dengan masalah kekurangan volume cairan lebih

menekankan pada status hidrasi pasien, kebersihan lingkungan, sehingga

intervensi dapat dilakukan secara tepat.

2. Bagi institusi Pendidikan

11
Di harapkan memperbanyak referensi yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan klien yang mengalami diare dengan masalah kekurangan volume

cairan agar dapat memperluas wawasan serta siapapun yang berminat

memperdalam topic tersebut.

3. Bagi Mahasiswa

Keseriusan dalam belajar, kemauan untuk lebih memperdalam ilmu

pengetahuan sangat diperlukan guna mempertinggi kualitas ilmu dan ketrampilan.

4. Bagi Klien dan keluarganya

Sebaiknya mengikut sertakan dalam memberikan asuhan keperawatan

klien yang mengalami diare dengan masalah kekurangan volume cairan,

dukungan dan keaktifan dari keluarga khususnya sangat menunjang dalam

mengatasi permasalah klien dan membantu intervensi keperawatan.

5. Bagi Penulis Selanjutnya

Melihat keterbatasan penelitian yang dilakukan dalam karya tulis ini,

penulis berharap dalam penulisan laporan mengenai asuhan keperawatan yang

sama, penulis selanjutnya mampu memanfaatkan waktu dengan seefektif

mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien secara

optimal. Penulisan yang dilakukan oleh penulis masih banyak kekurangan,

sehingga kritik dan saran sangat diharapkan untuk memperbaiki penulisan dari

studi ini untuk menghasilkan karya yang dapat diterima dan baik untuk dibaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

A, Aziz. Alimul hidayat. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Salemba Medika.

Aprilianingsih. (2017). Asuhan Keperawatan Anak Yang Mengalami Diare


Dengan Kekurangan Volume Cairan di Rsud. Dr. Soedirman Kebumen.
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/452/1/APRILIANINGSIH%20NIM.
%20A01401858.pdf, Diakses pada tanggal 19 september 2020 pada jam
13.00 WIB.
Arif mansur, R. (2019). Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Padang:
Andalas University Press.

Atikah Pustikasari, Dkk. (2019). Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah :
Studi kasus. Jakarta: Universitas Mohammad Husni Thamrin.

Carpenito, L. J. (2017). Diagnosa Keperawatan: Buku Saku E.6. Jakarta: EGC.


Darmainis. (2018). Karya Tulis Ilmiah Diare Anak.
http://repo.stikesperintis.ac.id/156/1/35%20DARMAINIS.pdf.
DINKES, Jawa Barat. (2017). Profil Kesehatan di Jawa Barat.
http://diskes.jabarprov.go.id/dmdocuments, Diakses pada tanggal 19
September 2020 pada jam 10.30.

Hasanah,N.(2020).http://repo.stikesicmejbg.ac.id/3613/33/KARYA%20TULIS
%20ILMIAH%20NUR%20HASANAH%20fiks.pdf, Diakses pada tanggal
22 September 2020 pada jam 15.00 WIB.

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas Tahun 2018. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI

Kyle dan Carman (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri vol.3 Edisi:2. Jakarta:
EGC.
Lestari, T. (2016). Asuhan Keperawatan Anak . Yogyakarta: Nuha Medika.
Mendri, Ni Ketut & Agus. (2017). Asuhan Keperawatan Anak Sakit dan Bayi
Resiko Tinggi. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Nailirrohmah,F.(2017).http://repo.stikesicmejbg.ac.id/158/1/Farikhah
%20Nailirohman.pdf , Diakses pada tanggal 18 September 2020 pada jam
12.00 WIB.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


Edisi.4. Jakarta: Salemba Medika.

Sariani, N. (2019). Pendahuluan Diare Pada Anak.


http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/2269/2/BAB%20I.pdf, Diakses
pada tanggal 18 September 2020 pada jam 11.30 WIB.

Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam Bidang


Kesehatan . Yogyakarta: Nuha Medika.
Suriadi dan Yuliani. (2010). Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan
Pada Anak Edisi : 2. Jakarta: Sagung Seto.

Tarwoto danWartono. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta.

Tyas, R. A. (2018). Prevalensi Gangguan Elektrolit Serum pada Pasien Diare


dengan Dehidrasi Usia Kurang dari 5 Tahun. Retrieved from
https://saripediatri.org/index.php/sari-pe, Diakses pada tanggal 20
September 2020pada jam 16.00 WIB.

UNICEF. (2019). One is too many : Ending child deaths from pnumonia and
diarrhoea. https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2016/11/UNICEF-
Pneumonia-Diarrhoea-report2016-web-version_final.pdf, Diakses pada
tanggal 17 Januari 2021 pada jam 09.00 WIB.

2
Fund, U. N. (2016). Diarrhoea Remains a Leading Killer of Young Children,
Despite the Availability of a Simple TreatmentSolution.
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.72.165103., Diakses pada tanggal 19
Januari 2021.

WHO. (2018). The Top 10 Causes Of Death . http://www.who.int/news-


room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-death, Diakses pada tanggal
18 September 2020 pada jam 17.00.

Yuniarti, S. (2015). Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi-Balita dan Anak


Pra-Sekolah. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai