DISUSUN OLEH :
MILA APRILIANA
NIM . 1030181022
1
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
DISUSUN OLEH:
MILA APRILIANA
1030181022
i
DAFTAR ISI
COVER LUAR
COVER DALAM............................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah................................................................ 5
1.4 Tujuan Penulisan.................................................................. 6
1.4.1 Tujuan Umum........................................................... 6
1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................... 6
1.5 Manfaat................................................................................. 7
1.5.1 Manfaat Teoritis....................................................... 7
1.5.2 Manfaat Praktis......................................................... 7
ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian................................................................... 41
3.2 Batasan Istilah....................................................................... 42
3.3 Partisipan............................................................................... 43
3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian................................................ 43
3.5 Pengumpulan Data................................................................. 43
3.6 Uji Keabsahan Data............................................................... 44
3.7 Analisa Data.......................................................................... 44
3.8 Etik Penelitian....................................................................... 45
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari
biasanya dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. Diare
secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua kelompok umur baik balita, anak-
langsung atau tidak langsung mempengaruhi terjadinya diare. Selain itu, diare
juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau makanan yang
diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri penyebab
2018).
antara anak-anak usia < 5 tahun di seluruh dunia pada tahun 2019, Ini berarti
>1.500 anak muda mati setiap hari / sekitar 500.000 anak setiap tahun, meskipun
diare terjadi pada anak-anak < 2 tahun yang tinggal di Asia Selatan dan Afrika
1
yang dipublikasikan pada 20 Mei 2018 diare merupakan salah satu dari 10
dijelaskan bahwa tingkat kematian akibat dari penyakit diare menurun hampir 1
juta antara tahun 2000 dan 2016, tetapi masih menyebabkan 1,4 juta kematian
pada tahun 2016 (WHO,2018). Mayoritas kematian ini 15% disebabkan oleh
diare pada balita berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan menurut provinsi dari
(Kementerian Kesehatan RI,2018). Diare pada balita pada tahun 2016 tercatat
sebanyak 17,85% pada tahun 2017 tercatat sebanyak 17,91% dan pada tahun
sedangkan kasus diare yang sudah ditangani sebanyak 77.235 kasus (Dinas
kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2018). Tahun 2018 berdasarkan kriteria KLB yang
tertuang dalam Permenkes 1501 tahun 2011 tentang jenis penyakit menular
Jawa Barat tidak terjadi KLB. Kasus diare tertinggi terjadi pada minggu ke 30
yaitu sebanyak 14.701 kasus dan yang terendah terjadi pada minggu ke 25 yaitu
2
sebanyak 9.755 kasus. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RT.02
RW.17 di Desa Cikahuripan pada bulan Januari 2021 dari jumlah keseluruhan
Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak diare yaitu resiko
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, resiko tinggi infeksi berhubungan
anak menderita Diare, konsistensi BAB cair dan muntah akan menjadi lebih
tubuh yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan, selain itu orang tua
yang diberikan kepada anaknya karena takut diare atau muntah akan bertambah
hebat, sehingga sebagai alternative orang tua hanya memberikan air teh atau susu.
Dalam keadaan anak menderita diare seringkali makanan yang diberikan tidak
dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik sehingga menyebabkan ganguan nutrisi
kedalam tubuh berkurang. Selain itu, penyebab kekurangan volume cairan bisa
diakibatkan demam yang sangat tinggi dan adanya luka bakar pada derajat 2-4.
3
Cairan yang ada dibawah kulit keluar atau menguap karena demam atau adanya
luka, sehingga cairan yang ada didalam intrseluler akan keluar menuju
menerus. Hal ini juga dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan (Nilam,
komplikasi yang dapat berujung pada hal-hal yang lebih fatal berupa kematian.
Dalam hal ini peran perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada
pasien anak diare dengan memberikan peran Promotif, Preventif, Kuratif dan
pengobatan Diare melalui media lainnya seperti leaflet ataupun spanduk, dan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) kepada keluarga maupun pasiennya.
keluarga atau pasiennya untuk membuang feses pada tempatnya dengan baik,
setelah BAB, masaklah air minum sampai mendidih, biasakan mencuci alat-alat
makan dan minum dengan air bersih yang mengalir, biasakan membuang sampah
bermain di tempat yang kotor, dan tutup makanan dan minuman dan ditaruh
ditempat yang aman dan bersih sehingga terhindar dari berbagai binatang lainnya.
Peran perawat dalam memberikan peran Kuratif yaitu dapat dengan pemberian
minum air putih dan konsumsi serat scukupnya, berikan Larutan Rehidrasi Oral
4
atau lebih akrab disebut Oralit bisa menjadi solusi pada saat anak mengalami
diare, konsumsi makanan yang berkuah, berikan suplemen zinc dan suplemen
yaitu mengontrol keadaan pasien secara berkala terutama untuk balita, memilih
makanan dengan baik dan tersedianya air yang bersih. setelah diare berhenti pada
tulis ilmiah dengan judul ” Asuhan Keperawatan Anak Yang Mengalami Diare
Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17
Masalah pada proposal karya tulis ilmiah ini dibatasi Pada Pasien Yang
Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah
Cikahuripan Bogor dengan 2 studi kasus yang sama pada tanggal 01 Maret sampai
Provinsi Jawa Barat Di Wilayah Jawa Barat diperkirakan terdapat 86.250 kasus
diare, sedangkan kasus diare yang sudah ditangani sebanyak 77.235 kasus (Dinas
dilakukan di RT.02 RW.17 di Desa Cikahuripan pada bulan Januari 2021 dari
5
diantaranya menderita Diare (Puskesmas Bojong, Bogor 2021). Sehingga
yang mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra
Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17
Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17
anak yang mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra
Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17
Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17
6
e. Penulis mampu Melaksanakan evaluasi Keperawatan anak yang mengalami
Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17
mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di
1.5 Manfaat
Proposal karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17
a. Bagi Pasien
Diare.
yang komprehensif pada pasien Diare dan sebagai masukan dalam peningkatan
mutu pelayanan keperawatan khususnya Pada Pasien Anak yang mengalami Diare
bidang ilmu kesehatan yaitu dalam bidang ilmu keperawatan dan dapat digunakan
7
sebagai bahan masukan pihak-pihak yang berkepentingan langsung dalam
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini untuk tenaga kesehatan khususnya keperawatan.
d. Bagi Perawat
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Bab II ini akan diuraikan secara teoritis tentang konsep dasar Diare
dan Kekurangan Volume Cairan. Konsep dasar yang akan diuraikan yaitu
definisi, etiologi, tanda dan gejala, dan cara penanganan secara medis.
Diare adalah Kejadian buang air besar (BAB) dengan konsistensi lebih cair
dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. Diare
dapat mengenai semua kelompok umur baik balita, anak-anak dan orang dewasa
Diare adalah sebagai suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran
pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh
Diare dapat diartikan suatu kondisi, Buang air besar yang tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai
atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi
dalam sistem saluran pencernaan yang menginflamasi lambung atau usus dengan
buang air besar lebih dari normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
9
tinja yang encer yang disebabkan oleh beberapa organisme makanan yang sudah
terkontaminasi.
atau malabsorbsi (penyakit celiac, cystic fibrosis pada pankreas). Iritasi langsung
Obstruksi Usus.
Diare akut pada anak paling sering terjadi disebabkan oleh virus, tetapi
toksin. Diare akut dapat berdarah atau tidak berdarah. Diare juga dapat terjadi
terkait dengan penggunaan antibiotik. Faktor risiko diare akut antara lain baru-
baru ini menelan daging yang belum matang, perjalanan ke daerah asing,
menghadiri tempat penitipan anak, dan penggunaan air sumur (Tablang et al.,
2018).
10
Meskipun sebagian kasus diare pada anak bersifat akut, diare juga dapat
terjadi secara kronik. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 2
minggu. Jenis diare ini biasanya tidak disebabkan oleh penyakit serius.
Karena sebagian besar kasus diare pada anak bersifat akut dan disebabkan
dan banyaknya diare (Tablang et al., 2018). Penyebab diare yang berasal dari
bakteri dapat ditangani dengan medikasi antibiotik dan diare yang berasal dari
2.1.1.4 Klasifikasi
Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare kronik.
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara Diare
persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
1. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
2. Diare kronik adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi.
3. Diare persisten adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
infeksi
Gejala Diare atau mencret ialah tinja yang encer dengan frekuensi tiga kali
atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: Muntah, Badan lesu dan lemah,
11
Panas, Tidak nafsu makan, dan Terdapat darah dan lendir dalam kotoran. Rasa
mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi
virus. Secara tiba-tiba infeksi dapat menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah,
demam, penurunan nafsu makan, atau kelesuan. Selain itu, dapat menyebabkan
sakit perut dan kejang perut serta gejala-gejala lain seperti flu, misalnya agak
demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Kadang-kadang gangguan bakteri
dan parasite menyebabkan demam tinggi atau tinja mengandung darah. Muntah
memperberat dehidrasi karena dua hal, yaitu kehilangan cairan dalam jumlah
Gejala diare pada anak-anak ialah sebagai berikut: Bayi atau anak menjadi
cengeng dan gelisah, suhu badannya meninggi, Tinja bayi encer, berlendir, atau
berdahak, Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu, Anus
dan sekitarnya lecet, Gangguan gizi akibat intake asupan makanan yang kurang,
gula dalam darah), Dehidrasi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan,
ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir,
infeksi dimulai dari pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak
mengandung leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik
infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus diperiksa
12
bervariasi dari 45% - 95% tergantung dari jenis patogennya. Penanda yang lebih
inflamasi kolon.Positif palsu dapat terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu
studi, laktoferin feses, dideteksi dengan menggunakan uji agglutinasi lateks yang
dideteksi dengan biakan kotoran. Biakan kotoran harus dilakukan setiap pasien
test lekosit feses atau latoferin positip, atau keduanya. Pasien dengan diare
berdarah yang nyata harus dilakukan kultur feses untuk EHEC O157 : H7.
1. Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan
harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum, kreatinin, analisa
biasanya membantu untuk menilai tingkat peradangan rektal, jika ada, dan
Komplikasi Diare pada Anak Menurut Suryadi & Yulianti (2010) sebagai
berikut: Dehidrasi Kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul dehidrasi dan
13
Perubahan ekologi dalam Lumen usus dan mekanisme ketahanan isi usus,
.1.8 Penatalaksanaan
masyakarakat ialah air kelapa, air tajin, air susu ibu, air teh encer, sup wortel,
glukosa menjadi 75 mEql/L jika larutan oralit lama memiliki osmolaritas 311
mOsm/L. larutan baru memiliki osmolaritas lebih rendah, yakni 245 mOsm/L.
3. Penanganan Diet : Dietetik adalat praktik dan penerapan ilmu dan seni
kebutuhan gizi, dan social ekonomi pasien. Menurut Sunoto (1990) Dietetik
yang dapat diberikan kepada penderita diare, yaitu sebagai berikut : Pemberian
kebutuhan, Bagi yang mendapat ASI sebelumnya jangan dihentikan, Bagi yang
14
memperparah diare atau tidak apabila ya, maka pemberian susu formula harus
Setelah diare berhenti, terapi harus tetap dilakukan hingga dua minggu untuk
b. Terapi Farmakologi
.1.9 Pencegahan
Menggunakan air bersih, Mencuci tangan, Menggunakan Jamban yang baik, dan
Badan, Panjang Badan/Tinggi Badan, Lingkar Kepala, dan Lingkar Lengan Atas.
15
Perkembangan adalah suatu proses bertambahnya kemampuan (skill)
dalam stuktu dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
Pertumbuhan dan Perkembangan adalah dua hal yang berbeda yang tidak dapat
Perkembangan
a. Faktor Genetik
kembang anak. Melalui intruksi genetic yang terkandung dalam sel telur yang
positif sehingga dapat diperoleh hasil akhir yang optimal. Penyakit keturunan
yang disebabkan oleh kelainan kromosom seperti Sindro Down, Sindrom Turner,
dan lain-lain.
b. Faktor Lingkungan
gizi ibu saat hamil, adanya toksin atau zat kimia, radiasi, stress, anoksia embrio,
c. Faktor Biologis
16
Faktor Biologis meliputi ras (suku bangsa), jenis kelamin, umur, gizi,
metabolisme hormone.
d. Faktor Fisik
sanitasi, radiasi.
e. Faktor Psikososial
motivasi belajar, keluarga sebaya, sekolah, stress, cinta, dan kasih saying, kualitas
pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas
rumah tangga, kepribadian ayah dan ibu, adat istiadat, norma, agama, dan lain-
lain.
.2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Usia anak Pra Sekolah (umur 3-6
tahun).
masa ini selain lingkungan didalam rumah, anak mulai diperkenalkan pada
lingkungan di luar rumah. Anak mulai senang bermain di luar rumah dan menjalin
pertemanan dengan anak lain. Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah,
untuk itu panca indera dan system reseptor penerimaan rangsngan serta proses
memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik.
17
a. Pertumbuhan usia Pra Sekolah
1. Fisik
Tubuh anak usia Pra Sekolah akan tumbuh 6,5 hingga 7,8 cm per tahun.
Tinggi rata-rata anak usia 3 tahun adalah 96,2 cm, anak-anak usia 4 tahun
adalah 103,7 cm dan rata-rata anak usia 5 tahun adalah 228,5 cm. Pertambahan
Berat Badan selama periode usia Pra sekolah sekitar 2,3 kg per tahun. Rata-rata
berat badan usia anak 3 tahun adalah 14,5 kg dan akan mengalami peningkatan
menjadi 18,6 kg pada usia 5 tahun. Tulang akan tumbuh sekitar 5 hingga7,5
Sebagian besar sistem tubuh telah matang pada usia pra sekolah.
kandung kemih menjadi lengkap pada sebagian besar anak pada usia 3 tahun.
selama usia Pra sekolah, Suara Murmur Jantung yang bukan kelainan dapat di
dengan jelas.
c) Gigi : Anak usia Pra sekolah harus memiliki 20 gigi sulung pada usia 3
tahun.
18
d) Usus : Usus kecil terus bertambah panjang, Buang Air Besar (BAB)
sebanyak satu atau dua kali sehari, Anak usia 4 tahun umumnya memiliki
e) Uretra : Uretra atau saluran kencing tetap pendek pada anak laki-laki dan
g) Tulang dan Otot : Tulang terus bertambah panjang dan oto-otot terus
aktivitas berlebihan.
1. Perkembangan Otak
alam dan pengasuhan. Otak bayi terdiri dari 100 miliar neuron saat lahir, dan
pada usia 3 tahun. Jumlah sinaps tetap konstan selama dekade pertama
kehidupan karena jumlah neuron menurun, Sinaps pada jalur yang sering
demikian pengalaman memiliki efek langsung pada sifat fisik otak (alam).
19
Anak-anak dengan bakat dan tempramen yang berbeda (alam) juga mendapat
(Woodlandhillsrivateschool, 2018).
2. Perkembangan Psikososial
sekolah adalah Membangun Rasa Inisiatif Versus Rasa Bersalah, Anak usia
pra sekolah adalah siswa yang ingin tahu, mereka sangat antusias mempelajari
hal-hal baru. Anak usia pra sekolah merasakan suatu perasaan prestasi ketika
seseorang yang membantu anak untuk menggunakan inisiatif nya. Anak usia
hati nurani selesai selama periode prasekolah, dan tahap ini merupakan dasar
untuk tahap perkembangan moral yaitu anak dapat memahami benar dan salah.
kontrol lebih besar atas pemilihan makanan, mainan, dan pakaian. Anak-anak
dalam tahap perkembangan ini sering merasa perlu untuk melakukan hal-hal
secara mandiri, seperti memilih apa yang akan mereka kenakan setiap hari,
mengenakan pakaian mereka sendiri, dan memutuskan apa yang akan mereka
makan.
20
3. Perkembangan Kongnitif
Menurut Teori Jean Piaget anak usia pra sekolah berada di tahap
didasarkan pada pemahaman dunia yang mementingkan diri sendiri. Pada fase
mendekati masalah hanya dari satu sudut pandang. Anak usia pra sekolah
sekolah untuk membuat ruang di dunia nya yang nyata. Berikut adalah
Klasifikasi, Pengurtutan.
untuk melakukan fungsi sehari-hari, seperti berdiri dan berjalan, berlari dan
banyak Keterampilan motorik kasar pada periode usia pra sekolah fisik yang
21
b) Mengembangkan keterampilan bepergian dan keterampilan bergerak
dll.
aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan olrh anak-anak berusia 3-5 tahun
agar mereka memiliki kemampuan motorik halus yang baik. (Kak Zepe, 2016),
Playdough atau Wax, Menyobek dan Mendaur ulang kertas, Menggambar dan
6. Perkembangan Sensorik
22
Pendengaran utuh saat lahir dan harus tetap demikian sepanjang usia
tahun-tahun pra sekolah. Anak usia pra sekolah yang masih muda mungkin
yang lebih besar, mereka beresiko lebih tinggi untuk menelan benda asing
secara tidak sengaja. Ketajaman visual terus mengalami kemajuan dan harus
sama secara bilateral. Pada uaia 5 tahun memiliki ketajaman visual 20/40 atau
20/30. Penglihatan warna masih utuh pada usia ini. Berikut ini adalah contoh
kalimat pendek yang hanya berisi informasi penting. Kosa kata pada anak usia
3 tahun terdiri dari 900 kata. Anak usia pra sekolah dapat memperoleh
sebnayak 10 higga 20 kata baru per hari dan pada usia 5 tahun biasanya
23
2) Anak mampu merasa menyesal dan mengerti dia harus meminta maaf
3) Anak mampu lebih baik dalam mengelola emosi yang kuat dengan orang
3) Anak mampu lebih baik dalam mengelola emosi yang kuat seperti
persahabatan.
2) Anda dapat memulai dengan berbcara pada anak anda tentang siapa yang
bermain dengannya. Kemudian anda dapat bertbicara dengan orang tua lain
tentang teman bermain, baik dirumah anda, ditaman setempat atau tempat
3) Anda juga dapat membantu anak anda belajar tentang menjadi teman
yang baik sebagai bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari. Berbicara dan
dengan menunjukkan minat pada apa yang orang lain katakan dan ajukan
24
pertanyaan. Waktu makan keluarga bisa menjadi waktu yang tepat untuk
.3 Konsep Cairan
dan lingkungan. (Tarwoto Wartonah,2015). Cairan kita terdiri terdiri atas air yang
mengandung partikel –partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk
hidup. Cairan adalah larutan yang yang terdiri dari air dan zat kimia yang
Cairan tubuh dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler
1. Cairan intraseluler
Yakni cairan yang berada dalam sel tubuh seluruh tubuh dengan jumlah
sekitar 40% dari berat badan dan merupakan bagian dari protoplasma.
Yakni cairan yang berada di luar sel tubuh dengan jumlah sekitar 20% dari
berat badan,dan berperan dalam pemberian makanan bagi sel dan mengeluarkan
sampah metabolisme. Cairan ekstraseluler ini dibagi menjadi dua, yakni cairan
pada celah antar sel atau disebut pula cairan jaringan, berjumlah 15% dari berat
25
badan. Pada umumnya, cairan interstitial berfungsi sebagai pelumas agar tidak
terjadi gesekan pada saat dua jaringan tersebut bergerak. Contoh dari cairran
interstitial yaitu cairan pleura, cairan perikardial, dan cairan peritoneal. Cairan
2014).
kardiovaskular.
a. Osmosis
Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel dari larutan yang
berkonsentrasi tinggi, dengan kata lain, air bergerak menuju zat teralut yang
b. Difusi
gas atau zat padat yang di sebabkan oleh pergerakan molekul secara acak.
Kecepatan difusi zat bervariasi sesuai dengan ukuran molekul ,kosentrasi larutan
26
c. Filtrasi
Filtrasi merupakan sebuah proses pergerakan cairan dan zat larut secara
yang laen. pergerakan terjadi di area bertekanan tinggi ke arah bertekanan rendah.
d. Tanspor aktif
rendah ke kalarutan konsentrasi tinggi dengan sebuah transfor aktif. Prosen ini
kalium
cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan
ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume
1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit
secara seimbang
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air dari pada
elektrolit
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit dari
pada air
27
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume
osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan intrasel dalam waktu yang
interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis
dan hanya terdapat di antara jaringan. Pada kelebihan cairan, gejala yang sering di
timbulkan adalah edema perifer, asites, kelopak mata membengkak, suara napas
ronchi basa, penambahan berat badan tidak norlamatau sangat cepat, dan nilai
hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan
Menghitung balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air
Metabolisme yaitu :
Untuk IWL (Insensible Wter Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) X
cc/kgBB/hari.
28
Rumus IWL : 378 cc + (30 – usia) x BB
a. Usia
b. Temperature lingkungan
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi , tubuh akan memecah cadangan energi
d. Stress
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air
proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urin.
29
.4 Konsep Asuhan Keperawatan
.4.1 Pengkajian
data data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan asfek
untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
digunakan seperti :
a. Identitas Pasien/Biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, dan penghasilan. Pada pasien diare
akut, sebagian besar adalah anak yang berumur dibawah 2 tahun. Insiden paling
penting pada umur 6-11 bullan karena pada masa ini mulai diberikan makanan
pendamping. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan
perempuan.
b. Keluhan Utama
Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB <4 kali dan cair
(diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang),atau
30
BAB >10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare
tersebbut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau
2. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
3. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karna sering defekasi dan sifatnya
5. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan
atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat). (Nursalam,
2013)
1. Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau
berakibat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak
dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
31
3. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya ada batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama atau
setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda atau gejala infeksi
dan ensefalitis.
4. Pemeriksaan fisik
ringan atau sedang), lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat).
turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung
jari (bukan kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (kurang dari
2 detik) berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kulit kembali
dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti diare
(cubitan kembali lebih dari 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi
berat.
32
e) Mata Anak diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal.
(cowong).
f) Mulut dan Lidah ; mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi), mulut dan
(dehidrasi berat).
meningkat.
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual dan
respon manusia keadaan sehat atau pola interaksi dari individu atau kelompok.
33
48 data yang telah di kelompokkan. Diagnosis keperawatan di gunakan untuk
Diagnosa Keperawatan pada anak yang mengalami Diare menurut (Mendri &
1. Kurangnya Volume Cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan
encer.
besar.
elektrolit.
6. Resiko Infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman diare
8. Cemas dan takut pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan
kondisi sakit.
hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan. Harapannya adalah bahwa
34
perilaku yang dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan keluarga dalam
diidentifikasikan dan tujuan yang telah dipilih. Intervensi ini mempunyai maksud
memungkinkan.
cairan klien teratasi. Dengan kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal,
dengan usia dan berat badan, BJ urin normal, Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
seperti turgor kulit elastic, mukosa bibir lembab, tidak ada rasa haus yang
Intervensi : Kaji status hidrasi: ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membrane
mukosa, Kaji pengeluaran urine: gravitasi urine atau berat jenis urine (1.005-
1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam, Kaji
pemasukan dan pengeluaran cairan, Monitor tanda-tanda vital, Beri obat antidiare
dan antibiotic sesuai program, Beri cairan elektrolit sesuai protocol (dengan oralit,
35
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
cairan.
makanan klien teratasi. Dengan kriteri hasil: Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan, Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan, Mampu
Intervensi : Timbang Berat Badan anak setiap hari, Monitor intake dan output,
Setelah rehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang sesuai
dengan diet dan usia atau berat badan anak, Hindari minuman buah-buahan,
Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan, Bagi bayi, ASI tetap diteruskan,
Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa.
air besar.
kulit klien teratasi. Dengan kriteria hasil: Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi), Tidak ada luka atau lesi
pada kulit, Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami.
Intervensi : Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar, Gunakan
kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk membersihkan anus setiap
36
buang air besar, Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab,
Ganti popok/kain apabila lembab atau basah, Gunakan obat krim bila perlu untuk
perawatan parineal.
elektrolit.
terjadi. Dengan kriteria hasil: Orang tua dapat menjelaskan kembali tanda-tanda
perdarahan, Tanda-tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/menit, S: 36-
37,5ºC, RR: < 40 x/menit), Irama pernafasan dalam batas yang diharapkan, Irama
Intervensi: Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi perdarahan, Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih,
penyakit.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko Infeksi pada orang lain
tidak terjadi. Dengan kriteria hasil: Orang tua dapat menjelaskan tanda-tanda
Intervensi : Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan
pengunjung, Segera bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan tempatkan
37
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan Kurangnya Pengetahuan tidak
Intervensi : Kaji tingkat pemahaman orang tua, Ajarkan tentang prinsip diit dan
kontrol diare, Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya mencuci tangan untuk
anak/orang tua. Dengan kriteria hasil: Anak/orang tua tidak cemas dan takut,
Intervensi : Ajarkan pada orng tua unttuk mengekspresikan perasaan rasa takut
dan cemas (dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati dan sentuhan
sentuhan), Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua,
Libatkan orang tua dalam perawatan anak, Jelaskan kondisi anak, alasan
38
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Hipertemi berhubungan dengan
proses infeksi teratasi dengan kriteria hasil: Suhu normal : 36,6- 37,2 oC, Tidak
Intervensi : Monitor suhu sesering mungkin, Monitor warna kulit, Monitor tanda-
tanda vital, Monitor tingkta kesadaran, Kompres pasien pada lipatan paha dan
.4.4 Implementasi
terhadap klien yang di dasarkan pada rencana keperawatan yang telah disusun
pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan
oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan
39
spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan klien, melakukan
atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya,
seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus,
kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan
kerjasama ini misalnya dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek
klien, serta respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan
dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya,
misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah
dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
.4.5 Evaluasi
40
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tujuan evaluasi
a. Evaluasi formatif.
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat atau
b. Evaluasi sumatif.
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
41
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
.1 Desain Penelitian
hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal; pertama, rancangan
pengkajian suatu unit penelitian secara intensif misalnya satu pasien, keluarga,
namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas. Oleh karena itu, sangat penting
adalah studi kasus. Studi kasus menurut Sugiyono (2016) adalah analisis individu,
kelompok, peristiwa, keputusan, periode, kebijakan, institusi atau sistem lain yang
diselidiki secara holistik menggunakan satu atau lebih metode. Studi kasus ini
Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17
observasi dan wawancara dengan sumber data diperoleh dari pasien, keluarga
42
.2 Batasan Istilah
Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah Cikahuripan
Bogor.
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
Anak adalah manusia dari lahir sampai usia 18 tahun yang berada pada
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun,
43
Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
.3 Partisipan
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien anak yang
mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di
Lokasi yang dipakai untuk melaksanakan penelitian untuk karya tulis ilmiah di
Daerah Cikahuripan Bogor dengan Waktu yang ditetapkan pada tanggal 01 Maret 2021
.5 Pengumpulan Data
data yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah penelitian lapangan,
3.5.1 Wawancara
(Saryono, 2013).
44
3.5.5.2 Observasi
dengan seluruh alat indra, tidak terbatas hanya pada apa yang dilihat (Saryono,
sumber berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya. Yang diamati dalam studi dokumentasi adalah
benda mati ( Saryono, 2013). Dalam studi ini menggunakan studi dokumentasi
pendekatan literatur catatan rekam medis pasien, dan data lain yang relevan.
narasumber utama yaitu pasien atau keluarga, perawat dan narasumber pustaka
.7 Analisa Data
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
45
wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik
analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi
dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subjektif
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
.8 Etik Penelitian
46
informasi yang harus ada dalam informed consent antara lain: pastisipasi pasien,
responden pada lembaran alat ukur, dan hanya menuliskan kode pada lembaran
47
BAB IV
.1 Hasil
.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
pasien Anak yang mengalami Diare Dengan Kekurangan Volume Cairan Pada
Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah Cikahuripan Bogor. Desa Cikahuripan
Lokasi strategis mudah dijangkau dengan kendaraan umum dan Fasilitas lainnya.
keperawatan. Waktu 3 hari sejak klien mengalami keluhan yang dilakukan dari
2021.
.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1
Identitas Pasien
Identitas Klien Klien 1 Klien 2
48
Identitas
Klien 1 Klien 2
Orang Tua Klien
Nama Tn. P Tn. E
Usia 48 Tahun 50 Tahun
Pekerjaan Buruh Karyawan
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Sunda Sunda
Alamat Rumah Perum.BKI, RT 02/17 No. 04 Perum BKI, RT 02/17 No. 18 kel:
Kel: Cikahuripan Kec: Bogor Cikahuripan Kec: Bogor
3. Riwayat Penyakit
Tabel 4.3
Riwayat penyakit
Riwayat Penyakit Sekarang Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan tidak
Asma ada
Tabel 4.4
Perubahan pola kesehatan (pendekatan Gordon/Pendekatan Sistem)
49
Data Klien 1 Klien 2
1. Nutrisi
1. Sebelum Sakit Ibu Klien mengatakan Ibu klien mengatakan
makan 4x sehari, nasi, makan 3x sehari, nasi, lauk
lauk pauk, sayur, 1 porsi pauk, sayur, 1 porsi habis
habis (400 cc), minum 5 (300 cc), minum 5 gelas
gelas/hari (500 cc), air /hari (500 cc), air putih.
putih, susu.
2) Selama sakit
Ibu Klien mengatakan Ibu klien mengatakan BAB
BAB 6x/hari (600 cc), lebih dari 6x/hari (600 cc),
konsistensi encer, bau konsistensi encer, bau
khas, warna kuning khas, warna kuning
kecoklatan. kecoklatan
b. BAK
1) Sebelum sakit Ibu Klien mengatakan Ibu klien mengatakan pipis
pipis 2-3x/hari (200 cc), 2-4x/hari (200 cc),
pancaran kuat, bau pancaran kuat, bau
amoniak, warna kuning amoniak, warna kuning
pucat. pucat.
3. Personal Hygiene
1) Sebelum sakit Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan klien
klien mandiri dalam mandiri dalam mandi
mandi dengan 2x/hari, dengan 2x/hari, sikat gigi
sikat gigi 3x/hari, cuci 3x/hari, cuci rambut
rambut 2x/minggu, 2x/minggu, berpakaian
berpakaian, pergi ke toilet, dibantu, pergi ke toilet
berpindah/berjalan, sendiri, berpindah/berjalan,
mengontrol BAB & BAK, mengontrol BAB & BAK,
dan makan minum. dan makan minum.
50
2) Selama sakit Ibu klien mengatakan klien Ibu klien mengatakan klien
dibantu dalam mandi dibantu dalam mandi
dengan 2x/hari, sikat gigi dengan 2x/hari, sikat gigi
3x/hari, cuci rambut 3x/hari, cuci rambur
1x/minggu, berpakaian, 1x/minggu, berpakain
BAB dan BAK dibantu dibantu, BAB & BAK
keluarga, dan makan dibabntu keluarga dan
minum dibantu. makan minum dibantu.
4. Pola tidur/istirahat
1) Sebelum sakit Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
Tidur malam 6-7 jam & Tidur malalm 5-6 jam &
tidur siang tidak teratur, tidur siang 2-3 jam, tidak
tidak ada pengantar dan ada pengantar dan
gangguan tidur, perasaan
gangguan tidur, perasaan
waktu bangun lega.
waktu bangun lega.
2) Selama sakit Ibu klien mengatakan tidur
Ibu klien mengatakan malam 5 jam sering
Tidur malam 6 jam sering terbangun karena sering
terbangun karena badannya terbangun ingin BAB, tidur
hangat, tidur siang 1 jam, siang kurang lebih 2 jam
tidak ada pengantar tidur. an, tidak ada penghantar
tidur.
5. Seksualitas / Reproduksi Ibu klien mengatakan tidak Ibu klien mengatakan tidak
ada keluhan pada saat ada keluhan pada saat
BAK dan tidak ada BAK dan tidak ada
kelainan pada organ kelainan pada organ
reproduksi. reproduksi.
6. Aktivitas/Latihan
1) Sebelum sakit Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
sering bermain dan sering bermain dan
mengaji. mengaji.
Tabel 4.5
Pemeriksaan Fisik (pendekatan Head to Toe/pendekatan sistem)
Data objektif Klien 1 Klien 2
Data klinik
a) Suhu 38,2 °C 36,5 oC
b) Nadi 110x/menit 114x/menit
c) Pernafasan 24x/menit 22x/menit
d) Kesadaran Composmentis Composmentis
51
e) Bb sebelum sakit 30,3 kg 22 kg
f) Bb sesudah sakit 30 kg 19 kg
g) Tinggi badan 102 cm 108 cm
Pemeriksaan Sistematis
1. Kepala:
a. Rambut Bersih, tidak berketombe, Bersih, tidak berketombe,
tidak mudah rontok tidak mudah rontok, ubun-
ubun cekung
52
otot normal, tidak ada otot normal, tidak ada
fraktur, keterampilan fraktur, keterampilan
motorik baik motorik baik
7. Genitalia Preputrium bersih, tidak Preputium bersih, tidak
ada Hipospadia, skrotum ada Hipospodia, skrotum
baik, terdapat kemerahan baik, terdapat kemerahan
dan lecet di area anus di bokong
Tabel 4.6
Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
7. Penatalaksanaan Medis
Tabel 4.7
Penatalaksaan Medis
Therapi Klien 1 Klien 2
Oralit 2x/hari (200 cc) Oralit 2x/hari (200 cc)
L-Bio 2-3/hari ( 3 cc) Lacto B 3x/hari ( 3 cc )
Sanmol syrup 250 mg (15 cc)
53
4.1.3 Analisa Data
Tabel 4.8
Analisis Data
Data
Etiologi Masalah
Klien 1
DS :
Ibu klien mengatakan BAB lebih
dari 6x sehari, BAB encer.
DO :
Kekurangan Volume Seringnya buang air besar
1. Klien tampak minum Cairan dan encer
dengan lahap (haus) 5
gelas/hari : 750 cc
2. Turgor kulit tidak elastis
3. suhu: 38,2 oC
4. klien tampak lemas, dan
lesu
5. BAB 6x/hari (600 ml)
6. BAK 4-6x /hari (400 ml)
DS :
Ibu klien mengatakan badan anak
teraba hangat .
Hipertermi Proses Infeksi
DO :
DS :
1. Ibu klien mengatakan
kemerahan dan ada luka lecet Resiko gangguan Seringnya buang air besar
di sekitar anus integritas kulit dan encer
DO :
1. Klien terlihat Iritasi dibagian
belakang bokong
2. Klien terlihat Turgor kulitnya
kembali sangat lambat
54
DS:
Ibu klien mengatakan BAB lebih
dari 6x sehari, BAB encer.
DO :
Kekurangan Volume Seringnya buang air besar
1. Turgor kulit tidak elastis dan encer
Cairan
2. Membran mukosa kering
3. Mata dan ubun-ubun cekung
4. suhu: 36,5 oC
5. klien tampak lemas, dan lesu
6. minum 7 gelas/hari (700 cc)
7. BAB lebih dari 6x/hari (600 cc)
8. BAK 5-7x/hari (500 cc)
9. Mual dan muntah 2-3x/hari
(150 cc)
DS:
DO :
1. BB sekarang 19 kg
2. BAB lebih dari 6x/hari
3. Bising usus 19x/menit
4. Anak tampak lemas dan lesu
5. Mual dan muntah
55
DS :
1. Ibu klien mengatakan bokong
kemerahan
DO :
1. Klien terlihat Iritasi dibagian Resiko gangguan
seringnya buang air besar
belakang bokong integritas kulit
2. Klien terlihat Turgor kulitnya
kembali sangat lambat
56
Terputusnya kontinuitas
jaringan
DO :
1. Klien terlihat Iritasi dibagian belakang bokong
2. Klien terlihat Turgor kulitnya kembali sangat lambat
Tanggal Tanggal
Klien 2
ditemukan teratasi21
57
2. Membran mukosa kering
3. Mata dan ubun-ubun cekung
4. suhu: 36,5 oC
5. klien tampak lemas, dan lesu
6. minum 7 gelas/hari (700 cc)
7. BAB lebih dari 6x/hari (600 cc)
8. BAK 5-7x/hari (500 cc)
9. Mual dan muntah 2-3x/hari (150 cc)
DO :
1. BB sekarang 19 kg
2. BAB lebih dari 6x/hari
3. Bising usus 19x/menit
4. Anak tampak lemas dan lesu
5. Mual dan muntah
DO :
1. Klien terlihat Iritasi dibagian belakang bokong
2. Klien terlihat Turgor kulitnya kembali sangat lambat
58
1.1.5 Rencana Keperawatan
Tabel 4.10
Perencanaan Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Tujuan Kriteria Hasil) KRITERIA HASIL INTERVENSI
Klien 1 PARAF
Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Setelah dilakukakan askep 3x8 jam 1. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata,
seringnya buang air besar dan encer diharapkan kekurangan volume cairan turgor kulit dan membran mukosa
teratasi ditandai dengan : 2. Kaji pengeluaran urine; gravitasi
DS : 1. Turgor kulit tidak terganggu urine atau berat jenis urine (1.005-
Ibu klien mengatakan BAB lebih dari 6x sehari, BAB 2. Berat badan stabil 1.020) atau sesuai dengan usia
encer. 3. Kelembapan membran mukosa tidak pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam
terganggu 3. Kaji pemasukan dan pengeluaran
DO : 4. Perut tidak kembung cairan
5. Bising usu normal : 5-30x/menit 4. Monitor tanda-tanda vital
1. Klien tampak minum dengan lahap (haus) 5 6. Klien tidak lemas dan lesu 5. Pemeriksaan laboratorium sesuai
gelas/hari : 750 cc program; elektrolit, Ht, Ph, dan serun
2. Turgor kulit tidak elastis albumin
3. suhu: 38,2 oC 6. Pemeberian cairan dan elektrolit
4. klien tampak lemas, dan lesu sesuai protokol (dengan oralit, dan
5. BAB 6x/hari (600 ml) cairan parenteral bila ada indikasi)
6. BAK 4-6x /hari (400 ml) 7. Pemberian obat anti diare dan
antibiotik sesuai program
8. Anak diistirahatkan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Setelah dilakukan askep 3x8 jam diharapkan 1. Monitor suhu sesering mungkin
Hipertemi teratasi ditandai dengan : 2. Monitor warna kulit
DS : 1. Suhu normal : 36,6- 37,2 oC 3. Monitor tanda- tanda vital
2. Tidak terjadi peningkatan suhu 4. Monitor tingkta kesadaran
Ibu klien mengatakan badan anak teraba hangat . tubuh 5. Kompres pasien pada lipatan paha dan
DO : aksilla
6. Monitor kelembaban mukosa mulut
1
1. Kulit teraba hangat 7. Kolaborasi pemberian antibiotik
2. Suhu tubuh 38,2 oC
Resiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Setelah dilakukakan askep 3x8 jam 1. Anjurkan pasien untuk memakai
seringnya buang air besar dan encer diharapkan Resiko gangguan integritas kulit pakaian yang longgar
DS : teratasi ditandai dengan : 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
1. Integritas kulit yang baik bias dan lembab
1. Ibu klien mengatakan kemerahan dan ada luka dipertahankan (sensasi, elastisitas, 3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
lecet di sekitar anus temperatur, hidrasi, pigmentasi) 4. Monitor proses kesembuhan area
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit insisi
DO : 3. Perfusi jaringan baik 5. Monitor tanda dan gejala infeksi pada
4. Menunjukan pemahaman dalam area insisi
1. Iritasi dibagian belakang bokong proses perbaikan kulit dan mencegah 6. Oleskan lotion/minyak/baby oil pada
2. Turgor kulit kembali sangat lambat terjadinya secara berulang daerah yang tertekan
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit
dan perawatan alami
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Setelah dilakukakan askep 3x8 jam 1. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata,
seringnya buang air besar dan encer diharapkan kekurangan volume cairan teratasi turgor kulit dan membran mukosa
DS: ditandai dengan : 2. Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine
Ibu klien mengatakan BAB lebih dari 6x sehari, BAB 1. Turgor kulit tidak terganggu atau berat jenis urine (1.005-1.020)
encer. 2. Berat badan stabil atau sesuai dengan usia pengeluaran
3. Kelembapan membran mukosa tidak urine 1-2 ml/kg per jam
2
DO : terganggu 3. Kaji pemasukan dan pengeluaran
4. Perut tidak kembung cairan
1. Turgor kulit tidak elastis 5. Bising usu normal : 5-30x/menit 4. Monitor tanda-tanda vital
2. Membran mukosa kering Klien tidak lemas dan lesu 5. Pemeriksaan laboratorium sesuai
3. Mata dan ubun-ubun cekung program; elektrolit, Ht, Ph, dan serun
4. suhu: 36,5 oC albumin
5. klien tampak lemas, dan lesu 6. Pemeberian cairan dan elektrolit
6. minum 7 gelas/hari (700 cc) sesuai protokol (dengan oralit, dan
7. BAB lebih dari 6x/hari (600 cc) cairan parenteral bila ada indikasi)
8. BAK 5-7x/hari (500 cc) 7. Pemberian obat anti diare dan
9. Mual dan muntah 2-3x/hari (150 cc) antibiotik sesuai program
Anak diistirahatkan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukakan askep 3x8 jam 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) diharapkan Perubahan nutrisi kurang dari 2. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
dan menrunkan absorpsi makanan dan cairan kebutuhan tubuh teratasi ditandai dengan : kalori
DS: 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai 3. Kaji kemampuan klien untuk
dengan tujuan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
1. Ibu klien mengatakan makan 2x sehari, nasi, lauk 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi 4. Monitor adanya penurunan BB
pauk, sayur, ½ porsi tidak habis. badan 5. Monitor mual dan muntah
2. Ibu klien mengatakan nafsu makan anak menurun 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan 6. Anjurkan klien makn sedikit tapi
3. Ibu klien mengatakan BB sebelum sakit 22 kg nutrisi sering
setelah sakit 19 kg 4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 7. Ajarkan kllien membuat catatn
4. Minum 8 gelas/hari 5. Menunjukkan peningkatan fungsi makanan harian
pengecapan dan menelan 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
5. Ibu klien mengatakan mual dan muntah setelah
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang menentukan jumlah kalori dan nutrisi
makan
berarti yang dibutuhkan klien
DO :
1. BB sekarang 19 kg
2. BAB lebih dari 6x/hari
3. Bising usus 19x/menit
4. Anak tampak lemas dan lesu
5. Mual dan muntah
3
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan Setelah dilakukakan askep 3x8 jam 1. Anjurkan pasien untuk memakai
seringnya buang air besar diharapkan Resiko gangguan integritas kulit pakaian yang longgar
DS : teratasi ditandai dengan : 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
1. Integritas kulit yang baik bias dan lembab
1. Ibu klien mengatakan bokong kemerahan dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 4. Monitor proses kesembuhan area insisi
DO :
3. Perfusi jaringan baik 5. Monitor tanda dan gejala infeksi pada
1. Iritasi dibagian belakang bokong 4. Menunjukan pemahaman dalam proses area insisi
2. Turgor kulit kembali sangat lambat perbaikan kulit dan mencegah terjadinya 6. Oleskan lotion/minyak/baby oil pada
secara berulang daerah yang tertekan
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami
4
1.1.6 Pelaksanaan Keperawatan
Tabel 4.11
Implementasi Keperawatan
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
Kekurang 08.30 1. Memonitor Tanda-tanda vital 08.30 1. Memonitor tanda- tanda vital 13.10 1. Memonitor tanda-tanda vital
an WIB Hasil : WIB Hasil: WIB Hasil:
Volume S: 38,2 °C S: 37,5 oC S: 36,8 oC
Cairan N:110x/menit N: 112x/menit N: 110x/menit
berhubun RR: 22x/menit RR: 24x/menit RR: 22x/menit
gan
dengan 08.35 2. Mengkaji status hidrasi, ubun-
seringnya WIB ubun, mata, turgor kulit dan 13.30
buang air membran mukosa 09.00 2. Mengkaji status hidrasi, ubun- WIB 2. Mengkaji pemasukan dan
besar dan Hasil: WIB ubun, mata, turgor kulit dan pengeluaran cairan
encer a. Klien tampak minum membran mukosa Hasil:
dengan lahap (haus) Hasil: Ibu Klien mengatakan makan
b. Turgor kulit tidak elastis a. Klien Masih minum 3x sehari, 1 porsi habis,
c. Klien tampak lemas dan dengan lahap (haus) minum 15 gelas/hari, BAB
lesu b. Turgor kulit sedikit elastis 2x/hari konsistensi BAB
c. Klien masih terlihat lemas lunak, BAK 4-6x /hari (360
dan lesu ml).
08.40
WIB 3. Memberikan cairan dan
elektrolit sesuai protokol 14.00 3. Mengkaji status hidrasi, ubun-
(dengan oralit, dan cairan 09.30 3. Memberikan obat anti diare WIB ubun, mata, turgor kulit dan
parenteral bila ada indikasi) WIB dan antibiotik sesuai program membran mukosa
Hasil: Hasil: Hasil:
Anak sudah diberikan oralit a. Klien tampak membaik
5
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
700 cc/3jam Suplemen Zinc 2x sehari b. Turgor kulit elastis
c. Klien sudah tidak lemas
08.50 09.35 dan lesu
WIB 4. Mengkaji pengeluaran urine; WIB 14.10 7. Memberikan obat anti diare
gravitasi urine atau berat jenis 4. Memberikan cairan dan WIB dan antibiotik sesuai program
urine (1.005-1.020) atau sesuai elektrolit sesuai protokol Hasil:
dengan usia pengeluaran urine (dengan oralit, dan cairan
1-2 ml/kg per jam parenteral bila ada indikasi) Suplemen Zinc 2x sehari
Hasil: Hasil:
Ibu Klien mengatakan BAK 4- Anak sudah diberikan oralit
6x /hari (360 ml), warna 700cc/3 jam 14.20 8. Memonitor intake dan output
kuning pekat, bau amoniak 09.40 WIB Intake
WIB Makan = 300 cc
(3x100cc)
09.00 5. Mengkaji pemasukan dan 5. Mengkaji pemasukan dan Minum = 750 cc
WIB pengeluaran cairan pengeluaran cairan (5x150cc)
Hasil: Hasil: Obat = 218 cc
Ibu Klien mengatakan makan Ibu Klien mengatakan makan (oralit=200cc+sanmol=15
3x sehari, 1/2 porsi, minum 10 3x sehari, 1 porsi habis, cc+lactoB=3cc)
gelas/hari, BAB 6x/hari minum 8 gelas/hari, BAB AM = 240 cc (8cc x 30
konsistensi encer, BAK 4-6x berkurang 4x/hari konsistensi kg)
/hari (360 ml). encer, BAK 4-6x /hari (360 1.508 cc
09.50 ml).
09.10 6. Memberikan penyuluhan WIB Menghitung IWL
WIB kesehatan tentang penyakit = (30-5 tahun) x 30 kg
diare 6. Memberitahukan Informasi = (25) x 30 kg
Hasil: ibu klien dan keluarga kesehatan = 750
mampu memahami dan Hasil: Output
menyebutkan kembali apa saja Memberitahukan kepada ibu BAK = 300 cc (3x100cc)
6
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
penyebab nya dan pengobatan untuk tetap memberikan BAB = 300 cc (3x100cc)
nya . anaknya minum sesering IWL = 750 cc +
mungkin 1,350 cc
09.30 7. Memonitor intake dan output 10.00
WIB Intake WIB Balance cairan
Makan = 300 cc 7. Memonitor intake dan output = Intake – Output
(3x100cc) Intake = 1,508 – 1,350 = + 158
Minum = 750 cc Makan = 300 cc
(5x150cc) (3x100cc)
Obat = 218 cc Minum = 750 cc
(oralit=200cc+sanmol=15 (5x150cc)
cc+lactoB=3cc) Obat = 218 cc
AM = 240 cc (8cc x 30 (oralit=200cc+sanmol=15
kg) cc+lactoB=3cc)
1.508 cc AM = 240 cc (8cc x 30
kg)
Menghitung IWL 1.508 cc
= (30-5 tahun) x 30 kg
= (25) x 30 kg Menghitung IWL
= 750 = (30-5 tahun) x 30 kg
Output = (25) x 30 kg
BAK = 400 cc (4x100cc) = 750
BAB = 600 cc (6x100cc) Output
IWL Demam BAK = 400 cc (4x100cc)
= 750 + 200 (38,2oC – BAB = 400 cc (4x100cc)
36.8oC) IWL Demam
= 750 + 200 (1,4) = 750 + 200 (37,8oC –
= 750 + 280 36.8oC)
7
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
= 1,030 + = 750 + 200 (1)
2,030 cc = 750 + 200
= 950 +
Balance cairan 1,750 cc
= Intake – Output
= 1,508 – 2,030 = - 522 Balance cairan
= Intake – Output
= 1,508 – 1,750 = - 242
Hiperter 10.25 1. Memonitor suhu sesering 10.50 1. Memonitor Tanda- tanda vital 14.20 1. Memonitor tanda-tanda vital
mi WIB mungkin WIB Hasil: WIB Hasil:
berhubun Hasil: S: 37,5 oC S: 36,8 oC
gan S: 38,2 oC N: 112x/menit N: 110x/menit
dengan RR: 24x/menit RR: 22x/menit
proses
infeksi 10.30 2. Memonitor Tanda-tanda vital
WIB Hasil:
S: 38,2 °C 11.00 14.25
N:110x/menit WIB 2. Memberikan Antibiotik WIB 2. Memberikan Antibiotik
RR: 22x/menit Hasil: Hasil:
Klien diberikan sanmol syrup Klien diberikan sanmol syrup
250 mg, 3x/ hari 250 mg, 3x/ hari
8
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
Klien sudah di kompres hangat Hasil:
pada bagian aksilla Memantau perubahan suhu
4. Memberikan Antibiotik anak setelah diberikan sanmol
10.40 Hasil: S: 36,2oC
WIB Klien diberikan sanmol syrup 13.00
250 mg, 3x/ hari WIB 4. Memonitor suhu sesering
mungkin
Hasil:
5. Memberikan informasi untuk Memantau perubahan suhu
10.55 peningkatan kesehatan anak anak setelah diberikan sanmol
WIB Hasil: dan di kompres S: 37,2 oC
Memberitahu ibu untuk tetap
memberikan minum kepada
anaknya sesering mungkin
kurang lebih 4 gelas dalam 8
jam
Resiko 10.55 1. Menganjurkan pasien untuk 13.10 1. Memonitor kulit adanya 15.25 1. Memonitor kulit adanya
gangguan WIB memakai pakaian yang WIB kemerahan WIB kemerahan
integritas longgar Hasil: masih terdapat Hasil: kemerahan disekitar
kulit Hasil: anak sudah kemerahan dan luka lecet anus sudah sedikit menghilang
berhubun menggunakan pakaian yang sedikit kering dan luka lecet mengering
gan longgar
dengan 13.20 2. Menjaga kebersihan kulit agar 2. mengoleskan
seringnya 11.00 2. Memonitor kulit adanya WIB tetap bersih dan lembab 15.30 lotion/minyak/baby oil pada
buang air WIB kemerahan Hasil: klien sudah mandi dan WIB daerah yang tertekan
besar Hasil: Kulit bagian anus diberi lotion pada kulit klien, Hasil: area kemerahan sudah
terdapat kemerahan dan sedikit mecebok anak menggunakan diberikan salep untuk kulit,
9
Diagnosa
keperawa 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
tan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
luka lecet air hangat hindari bahan yang
mengandung alkohol
11.30 3. Memonitor tanda dan gejala 13.30 3. mengoleskan
WIB infeksi pada area insisi WIB lotion/minyak/baby oil pada 3. Menjaga kebersihan kulit agar
Hasil: terdapat kemerahan pada daerah yang tertekan 15.35 tetap bersih dan lembab
area anus dan sedikit luka lecet Hasil: area kemerahan sudah WIB Hasil: klien sudah mandi dan
diberikan salep untuk kulit, diberi lotion pada kulit klien,
hindari bahan yang mencebok anak menggunakan
mengandung alkohol air hangat
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan
10
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan
11
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan
12
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan
Balance cairan
= Intake – Output
= 1,155 – 1,725
= - 570
Perubahan 11.00WIB 1. Mengkaji adanya 10.50 WIB 1. Memonitor jumlah nutrisi 10.30 WIB 1. Memonitor jumlah nutrisi
nutrisi kurang alergi dan kandungan kalori dan kandungan kalori
dari kebutuhan Hasil : Ibu klien Hasil: Ibu klien Hasil: Ibu klien mengatakan
tubuh mengatakan tidak mengatakan makan 2x makan 2x sehari, nasi, lauk
berhubungan ada alergi terhadap sehari, nasi, lauk pauk, pauk, sayur, ½ porsi habis
makanan sayur, ½ porsi habis
13
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan
14
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan
6. Menghitung IMT
11.50 WIB Hasil :
R= BB = 19 kg
(TB)2 (1,08)2
= 16,29
(BB kurang :
Depkes)
Resiko 12.20 WIB 1. Menganjurkan 14.10 WIB 1. Memonitor kulit adanya 11.00 WIB 1. Memonitor kulit adanya
gangguan pasien untuk kemerahan kemerahan
integritas kulit memakai pakaian Hasil: masih terdapat Hasil: kemerahan disekitar
berhubungan yang longgar kemerahan pada area anus anus sudah sedikit
dengan Hasil: anak sudah menghilang
seringnya menggunakan 14.20 WIB 2. mengoleskan
buang air besar pakaian yang lotion/minyak/baby oil 11.30 WIB 2. mengoleskan
longgar pada daerah yang tertekan lotion/minyak/baby oil
Hasil: area kemerahan pada daerah yang tertekan
sudah diberikan baby oil Hasil: area kemerahan
12.30WIB sudah diberikan baby oil
2. Memonitor kulit 14.30 WIB 3. Menjaga kebersihan kulit
adanya kemerahan agar tetap bersih dan 3. Menjaga kebersihan kulit
Hasil: Kulit bagian lembab 11.35 WIB agar tetap bersih dan
anus terdapat Hasil: klien sudah mandi lembab
kemerahan dan diberi lotion pada kulit Hasil: klien sudah mandi
15
Diagnosa
02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
keperawatan
16
1.1.7 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.12
Evaluasi Keperawatan
17
Diagnosa keperawatan 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
P : Lanjutkan intervensi
18
Diagnosa keperawatan 16 Januari 2021 17 Januari 2021 18 Januari 2021
P : intervensi dihentikan
19
Diagnosa keperawatan 02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
20
Diagnosa keperawatan 02 Februari 2021 03 Februari 2021 04 Februari 2021
Resiko gangguan integritas 13.30 S : Ibu klien mengatakan bokong 15.10 S : Ibu klien mengatakan 12.30 S : Ibu klien mengatakan
kulit berhubungan dengan WIB kemerahan WIB kemerahan di bokong sedikit WIB kemerahan di bokong
seringnya buang air besar berkurang memudar
O:
1. Iritasi dibagian belakang O: O:
bokong 1. Sudah diberikan lotion 1. Sudah diberikan lotion
2. Turgor kulit kembali 2. Menggunakan pakaian 2. Menggunakan pakaian
sangat lambat yang longgar yang longgar
3. Dibersihkan setiap mandi 3. Dibersihkan setiap
A : Resiko gangguan integritas mandi
kulit belum teratasi A : Resiko gangguan integritas
kulit teratasi sebagian A : Resiko gangguan integritas
P : intervensi dilanjutkan kulit teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
P : intervensi dilanjutkan
21
1.2 Pembahasan
Pada bab ini penulisan akan membahas antara kasus 1, kasus 2, teori dan
Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah Cikahuripan Bogor”. Dalam
pelaksanaan dan evaluasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2021 –
1.2.1 Pengkajian
untuk memperoleh informasi atau data dari pasien sehingga masalah keperawatan
pengkajian pada kedua kasus dengan waktu yang berbeda, yaitu pada pasien
pertama diare pada hari pertama sedangkan pada pasien kedua diare pada hari
kedua. Hasil pengkajian riwayat kesehatan yang peneliti temukan pada pasien
pertama sejak semalam tanggal 16 Januari 2021 mengeluh BAB 6x/hari dengan
konsistensi BAB encer, demam, anak tampak lemah, agak pucat, mukosa bibir
tampak kering, mata tampak cekung dan turgor kulit tampak kering . sedangkan
pada pasien kedua pada tanggal 02 Februari 2021 dengan keluhan BAB 6x/hari
dengan konsistensi encer, tampak lemas, nafsu makan menurun, mual dan
1
muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit kering, badan terlihat kurus dan pasien
rewel.
pada pasien pertama dan pasien kedua dengan gangguan pemenuhan sistem
pencernaan diare. Dimana pasien mengeluh BAB encer sudah 5 kali, konsistensi
buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir. Anak yang
mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami kram perut, muntah, demam,
mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri invasif akan mengalami
cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang. BAB cair,
mungkin disertai lendir dan darah. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena
sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak
asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Menurut penulis keluhan yang ditemukan pada kasus pasien satu dan
pasien dua sesuai dengan teori dimana tanda dan gejala pasien yang mengalami
diare adalah keluhan BAB encer dan lebih dari 3 kali dalam sehari, anak gelisah
dan rewel serta dehidrasi. Hal ini disebabkan karena jenis dari bakteri yang
Hasil pemeriksaan fisik pada pasien satu dan pasien dua ditemukan
perbedaan yaitu BB anak pasien satu lebih gemuk dibanding BB pasien dua. Hasil
penelitian Sulaiman (2011), Dimana pasien diare yang disertai gizi buruk 8,6%
2
dan gizi kurang 38,5%. Dan hasil penelitian Arini (2012), tentang asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien satu dan dua
dengan gastroenteritis akut (GEA). Dimana pasien tampak lemas dan dan sering
menangis, kulit pucat, turgor kulit kembali lambat, konjungtiva anemis, mukosa
bibir kering, pada bokong terlihat kemerahan, mata cekung, pasien tampak pucat.
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan hingga berat turgor
kulit biasanya kembali sangat lambat. Karena tidak adekuatnya kebutuhan cairan
dan elektrolit pada jaringan tubuh anak sehingga kelembapan kulitpun menjadi
berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa bibir kering.
bahwa anak sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang sama dan pada
saat itu diberikan susu formula yang tidak biasa dikonsumsi pasien satu, pada
pasien satu makan nya lahap sedangkan keluarga pasien dua mengatakan anak
sebelumnya pernah mengalami diare selama 1 minggu sejak 1 tahun yang lalu dan
makan nasi.
Diagnosa yang muncul pada kasus pertama dan kedua yang prioritas
3
keluhan BAB lebih dari 3x/hari, konsistensi encer, turgor kulit kering ,mukosa
diagnosa yang kedua pada pasien pertama karena anak Demam yaitu dengan suhu
makanan dan cairan mnejadi diagnosa yang kedua pada pasien kedua karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan, penurunan BB, dan mual muntah.
integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar sebagai diagnosa
ketiga karena terdapat kemerahan disekitar anus dan turgor kulit kering.
pada tahap ini penulis menetapkan tujuan, kriteria hasil dan prioritas masalah.
dalam pemberian perencanaan dalam waktu 3x8 jam pada kasus pertama dan
kedua yaitu diharapkan kekurangan volume cairan teratasi ditandai dengan Turgor
4
kulit tidak terganggu, Berat badan stabil, Kelembapan membran mukosa tidak
terganggu, Perut tidak kembung, Bising usus normal : 5-30x/menit, Klien tidak
lemas dan lesu. Penulis telah membuat rencana keperawatan yang sesuai dengan
teori yaitu Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran
mukosa, Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine atau berat jenis urine (1.005-
1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam, Kaji
laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, Ph, dan serun albumin, Pemeberian
cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan parenteral bila ada
indikasi), Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program, Anak
diistirahatkan.
pada kasus kedua yaitu diharapkan Hipertemi teratasi ditandai dengan : Suhu
normal : 36,6- 37,2oC, Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh. Dengan membuat
rencana keperawatan yang sesuai dengan teori yang ada yaitu Monitor suhu
sesering mungkin, Monitor warna kulit, Monitor tanda- tanda vital, Monitor
tingkta kesadaran, Kompres pasien pada lipatan paha dan aksilla, Monitor
diagnosa kedua pada pasien kedua, tujuan penulis dalam pemberian perencanaan
dalam waktu 3 x 8 jam pada kasus kedua yaitu diharapkan Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratasi ditandai dengan : Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan, Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan,
5
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi,
penurunan berat badan yang berarti. Dengan membuat rencana keperawatan yang
sesuai dengan teori yang ada yaitu Kaji adanya alergi, Monitor jumlah nutrisi dan
dibutuhkan, Monitor adanya penurunan BB, Monitor mual dan muntah, Anjurkan
klien makan sedikit tapi sering, Ajarkan kllien membuat catatan makanan harian,
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan klien.
ketiga dari pasien pertama dan kedua, tujuan penulis dalam pemberian
perencanaan dalam waktu 3 x 8 jam pada kasus kedua yaitu diharapkan Resiko
gangguan integritas kulit teratasi ditandai dengan Integritas kulit yang baik bias
luka/lesi pada kulit, Perfusi jaringan baik, Menunjukan pemahaman dalam proses
membuat rencana keperawatan yang sesuai dengan teori yang ada yaitu Anjurkan
pasien untuk memakai pakaian yang longgar, Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan lembab, Monitor kulit akan adanya kemerahan, Monitor proses
kesembuhan area insisi, Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi, Oleskan
6
1.2.4 Pelaksanaan Keperawatan
seringnya buang air besar dan encer penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus
sesuai intervensi di teori. Penulis dapat melaksanakan semua intervensi yang telah
makanan dan cairan pada pasien kedua penatalaksanaan yang dilakukan sesuai
telah direncanakan, akan tetapi masalah teratasi sebagian karena BB klien belum
teori maupun yang ada pada penulis buat, Penulis dapat melaksanakan semua
selama 3 x 8 jam. Ada faktor pendukung yaitu adanya pendekatan yang dilakukan
7
1.2.5 Evaluasi
waktu, kriteria hasil, dan tujuan yang di capai. Pada tahap evaluasi penulis
melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan pada An. R dan An. D yang
telah dilakukan dari tanggal 16 Januari 2021 – 18 Januari 2021 dan 02 Februari
tidak terdapat perbedaan hanya saja An.R lebih cepat pulih dalam tindakan
keperawatan selama 3 hari karena pada hari ketiga pasien tampak bersemangat,
turgor kulit membaik, mukosa bibir kembali lembab dan frekunensi dan
konsistensi BAB kembali normal sedangkan pada An.D lebih dari 3 hari
dilakukan tindakan keperawatan dikarenakan pada hari ketiga pasien masih sedikit
lesu, turgor kulit membaik hanya mukosa bibir lembab, frekuensi dan konsistensi
sudah membaik. Pada pasien pertama masalah teratasi sedangkan pada pasien
Terdapat perbedaan dari dua diagnosa keperawatan ada yang teratasi dan
tidak teratasi yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada pasien
pertama yaitu teratasi karena demam sudah menurun dan diagnosa keperawatan
intake (pemasukan) dan menrunkan absorpsi makanan dan cairan pada pasien
kedua teratasi sebagian karena BB nya masih dalam status kurang dan belum
8
Adapun Diagnosa Keperawatan Resiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan seringnya buang air besar tidak terdapat perbedaan dari
kedua kasus pasien , masalah dari kedua pasien sama-sama teratasi yaitu
kemerahahn disekitar bokong sudah membaik dan memudar, dan penulis sudah
penggunaan lotion ataupun minyak yang mengandung alkohol untuk kulit, dan
sering membersihkan kulit dengan sabun yang bersih menggunakan air hangat.
Ada foktor pendukung pasien satu dan kedua tidak menolak saat dilakukan
9
BAB 5
5. Kesimpulan
Diare pada An. R dan An. D dengan masalah anak yang mengalami Diare Dengan
Kekurangan Volume Cairan Pada Usia Pra Sekolah di Rt.02 Rw.17 Daerah
Cikahuripan Bogor, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada klien yang mengalami diare pada An. R dan An. D.
Data subjektif pada tinjauan kasus, dari pengkajian 2 klien didapatkan orang tua
klien mengatakan BAB cair lebih dari 3x/hari, akan tetapi klien 1 disertai Demam,
2. Diagnosa Keperawatan
cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar. ditandai dengan adanya
tanda dehidrasi atau kekurangan volume cairan seperti: mukosa bibir kering,
turgor kulit menurun, kencing berkurang, mata cekung dan kongjungtiva pucat.
3. Intervensi keperawatan
akibat dari diare yaitu : Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit dan
membran mukosa, Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine atau berat jenis urine
(1.005-1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam, Kaji
10
pemasukan dan pengeluaran cairan, Monitor tanda-tanda vital, Pemeriksaan
laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, Ph, dan serun albumin, Pemeberian
cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan parenteral bila ada
indikasi), Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program, Anak
diistirahatkan.
4. Implementasi keperawatan
pada klien 1 diberikan terapi yaitu L-Bio 2-3x/hari (3cc), Sanmol syrup 2-3x/hari
(15 cc) , Oralit (air putih 200 cc dicampur gula 1 sendok makan dan ¹/₄ sendok teh
garam). Dan klien 2 diberikan terapi Lacto-B 3 x sehari 3 saset (3cc/24 jam),
Oralit (air putih 200 cc dicampur gula 1 sendok makan dan ¹/₄ sendok teh garam).
5. Evaluasi keperawatan
tandai berkurangnya frekuensi BAB dan perubahan pada konsistensi serta tidak
5.2 Saran
1. Bagi Perawat
klien yang mengalami diare dengan masalah kekurangan volume cairan lebih
11
Di harapkan memperbanyak referensi yang berkaitan dengan asuhan
3. Bagi Mahasiswa
sehingga kritik dan saran sangat diharapkan untuk memperbaiki penulisan dari
studi ini untuk menghasilkan karya yang dapat diterima dan baik untuk dibaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
Atikah Pustikasari, Dkk. (2019). Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah :
Studi kasus. Jakarta: Universitas Mohammad Husni Thamrin.
Hasanah,N.(2020).http://repo.stikesicmejbg.ac.id/3613/33/KARYA%20TULIS
%20ILMIAH%20NUR%20HASANAH%20fiks.pdf, Diakses pada tanggal
22 September 2020 pada jam 15.00 WIB.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas Tahun 2018. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Kyle dan Carman (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri vol.3 Edisi:2. Jakarta:
EGC.
Lestari, T. (2016). Asuhan Keperawatan Anak . Yogyakarta: Nuha Medika.
Mendri, Ni Ketut & Agus. (2017). Asuhan Keperawatan Anak Sakit dan Bayi
Resiko Tinggi. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Nailirrohmah,F.(2017).http://repo.stikesicmejbg.ac.id/158/1/Farikhah
%20Nailirohman.pdf , Diakses pada tanggal 18 September 2020 pada jam
12.00 WIB.
UNICEF. (2019). One is too many : Ending child deaths from pnumonia and
diarrhoea. https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2016/11/UNICEF-
Pneumonia-Diarrhoea-report2016-web-version_final.pdf, Diakses pada
tanggal 17 Januari 2021 pada jam 09.00 WIB.
2
Fund, U. N. (2016). Diarrhoea Remains a Leading Killer of Young Children,
Despite the Availability of a Simple TreatmentSolution.
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.72.165103., Diakses pada tanggal 19
Januari 2021.