Anda di halaman 1dari 22

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem muskuloskeletal yang
berjudul Askep Dislokasi tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengrjaan makalah ini.
Kami juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat
berbuat lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi kami pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Page | 1
DAFTAR ISI

Kata pengantar........................................................................................................................................ 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3

1. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 5

A. DEFINISI DISLOKASI SENDI .......................................................................................................... 5

B. KLASIFIKASI DISLOKASI SENDI ..................................................................................................... 6

C. ETIOLOGI DISLOKASI SENDI ......................................................................................................... 8

D. MANIFESTASI KLINIS DISLOKASI SENDI ....................................................................................... 8

E. PATOFISIOLOGI DISLOKASI SENDI ............................................................................................... 8

F. PATHWAY DISLOKASI SENDI ..................................................................................................... 10

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI SENDI ......................................................................... 10

H. PENATALAKSANAAN DISLOKASI SENDI ..................................................................................... 11

I. KOMPLIKASI DISLOKASI SENDI .................................................................................................. 13

J. PENCEGAHAN DISLOKASI SENDI ............................................................................................... 13

K. ASKEP DISLOKASI SENDI ............................................................................................................ 13

1. PENGKAJIAN .......................................................................................................................... 13

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................................................................... 15

3. INTERVENSI KEPERAWATAN ................................................................................................. 16

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ........................................................................................... 19

BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 21

A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 21

B. SARAN ....................................................................................................................................... 21

Page | 2
BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi
sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot
kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan kokoh
antar rangka yang membentuk tubuh dihubungkan oleh berbagai jenis sendi. Adanya
penghubung tersebut memungkinkan satu pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel
dan nyaris tanpa gesekan. Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai organ vital di
bawahnya disamping fungsi pergerakan (locomotor) / perpindahan makhluk hidup. Sendi
merupakan satu organ yang kompleks dan tersusun atas berbagai komponen yang spesifik
satu dengan lainnya. Pada umumnya terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen,
proteoglikan, glikorptein lain serta lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas
memungkinkan suatu pergerakan sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan tidak
mengakibatkan kerusakan besar dalam jangka panjang.

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya
terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-
ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

Page | 3
A. RUMUSAN MASALAH

1) Apa itu definisi dislokasi sendi?


2) Apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi?
3) Apa saja etiologi dislokasi sendi?
4) Bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi?
5) Bagaimana patofisiologi dislokasi sendi?
6) Bagaimana WOC dislokasi sendi?
7) Apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi?
8) Apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi?
9) Bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi?
10) Apa saja komplikasi dari dislokasi sendi?
11) Bagaimana askep dari dislokasi sendi?

B. TUJUAN PENULISAN

1) Dapat mengetahui definisi dari dislokasi sendi.


2) Dapat mengetahui apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi.
3) Dapat mengetahui apa saja etiologi dislokasi sendi.
4) Dapat mengetahui bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi.
5) Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi dislokasi sendi.
6) Dapat mengetahui bagaimana WOC dislokasi sendi.
7) Dapat mengetahui apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi.
8) Dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi.
9) Dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi
10) Dapat mengetahui apa saja komplikasi dari dislokasi sendi.
11) Dapat mengetahui bagaimana askep dari dislokasi sendi?

Page | 4
BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI DISLOKASI SENDI


Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi
3,Halaman 1046).

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi
8, vol 3,Halaman 2355).

Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito, 2000, edisi
6, Halaman 1118).

Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan deformitas.
(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).

Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang
lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6, vol 2,
Halaman1368 ).

Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal
usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

Page | 5
B. KLASIFIKASI DISLOKASI SENDI
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3, Halaman 2356) adalah :

1) Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
2) Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3) Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi (Brunner & Suddart,
2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :

1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Berdasarkan tempat terjadinya :


1) Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
Menguap atau terlalu lebar.

Page | 6
Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita
tidak dapat menutup mulutnya kembali.
2) Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid
(dislokasi inferior).
3) Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat
menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk
dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4) Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah
telapak tangan atau punggung tangan.
5) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6) Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum
(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7) Dislokasi Patella
Paling sering terjadi ke arah lateral.
Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.

Page | 7
C. ETIOLOGI DISLOKASI SENDI
Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :
1) Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada
tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga


Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

3) Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

4) Patologis
Terjadinya tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.

D. MANIFESTASI KLINIS DISLOKASI SENDI

a. Nyeri akut
b. Perubahan kontur sendi
c. Perubahan panjang ekstremitas
d. Kehilangan mobilitas normal
e. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
f. Gangguan gerakan
g. Kekakuan
h. Pembengkakan
i. Deformitas pada persendian

E. PATOFISIOLOGI DISLOKASI SENDI


Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena
adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut,

Page | 8
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan
tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi,
perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.

Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise
sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur
sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong
ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang
berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.

Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan
suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman
memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya
terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal
yang menyebabkan dislokasi.

Page | 9
F. PATHWAY DISLOKASI SENDI

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI SENDI


1) Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu
menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi
dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.

2) CT Scan

Page | 10
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi.
Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.

3) MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran
tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.

H. PENATALAKSANAAN DISLOKASI SENDI

MEDIS

1) Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)


a) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 31 kapsul, anak: sehari 31/2 kapsul.
Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri
setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg
tiap 6 jam.

2) Pembedahan
a) Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis
yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah
invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering
dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF

Page | 11
(Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan
ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang
yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang
yang patah.
Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.
Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis.
Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.

NON MEDIS

1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika


dislokasi berat.
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

Page | 12
I. KOMPLIKASI DISLOKASI SENDI

1) Komplikasi Dini
Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
Fraktur Dislokasi

2) Komplikasi Lanjut
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot

J. PENCEGAHAN DISLOKASI SENDI


a) Cedera Akibat Olahraga
Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
Latihan atau exercise
Conditioning
b) Trauma Kecelakaan
Kurangi kecepatan
Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
Patuhi peraturan lalu lintas

K. ASKEP DISLOKASI SENDI

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data
pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :

Page | 13
Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji
penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri
dirasakan menurun.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan
terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang
pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat
proses penyembuhan.

Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami
dislokasi.
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi.
- Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi

Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan


dasar manusia yang terganggu adalah :
- Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada
bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
- Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas
dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
- Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga
klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
- Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa
aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.

Page | 14
Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
- Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan
gambar 3 dimensi.
- Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar
yang lebih detail.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).


b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.

Page | 15
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC

1. Nyeri Akut b.d Tujuan: Setelah Dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 Aktivitas
jam nyeri akut teratasi.
Manajemen nyeri (1400)
Kriteria Hasil:
1. Lakukan pengkajian nyeri
1. Tingkat nyeri (2102) komprehensif (lokasi, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
Kode Indikator S.T
210201 Nyeri yang nyeri)
dilaporkan
2. Kolaborasi pemberian analgasik
210204 Panjang
Episode nyeri bagi pasien.
210206 Ekspresi wajah
210224 mengerinyit 3. Gali bersama pasien faktor-
Keterangaan: faktor yang dapat memperberat
nyeri
1. Berat
4. Dukung istirahat/tidur yang
2. Cukup berat
3. Sedang adekuat untuk membantu
4. Ringan penurunan nyeri
5. Tidak ada

Page | 16
2. Keparahan cedera fisik (1913)

Kode Indikator S.T


191302 Memar
191305 Ekstremitas
keseleo
191316 Gangguan
imobilitas
191323 Perdarahan
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

2. Hambatan Mobilitas Fisik Tujuan: Setelah Dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 Aktivitas
jam hambatan mobilitas fisik sebagian teratasi.
Terapi latihan : ambulasi (0221)
Kriteria Hasil:
1. Sediakan tempat tidur
1. Ambulasi: kursi roda (0201) berketinggian rendah yang
sesuai
Kode Indikator S.T 2. Bantu pasien untuk duduk di
Perpindahan
ke dan dari tempat tidur
kursi roda 3. Terapkan/ sediakan alat bantu
Menjalankan

Page | 17
kursi roda (tongkat, walker, kursi roda)
dengan aman
Keterangan : untuk ambulasi
4. Beritahu keluarga untuk selalu

1. Sangat terganggu mengawasi dan membantu

2. Banyak terganggu pasien ketika ingin bergerak.

3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

Page | 18
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Implementasi Evaluasi

1. Nyeri akut Tanggal 1. Lakukan pengkajian nyeri S:


implementasi komprehensif (lokasi, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas O:
nyeri)
R: A:
2. Kolaborasi pemberian analgasik
bagi pasien. P:

R:
3. Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat memperberat
nyeri
R:
4. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
R:

Page | 19
2. Hambatan mobilitas fisik Tanggal 1. Sediakan tempat tidur S:
implementasi berketinggian rendah yang
sesuai O:
R:
2. Bantu pasien untuk duduk di A:
tempat tidur
R: P:

3. Terapkan/ sediakan alat bantu


(tongkat, walker, kursi roda)
untuk ambulasi
R:
4. Beritahu keluarga untuk selalu
mengawasi dan membantu
pasien ketika ingin bergerak.
R:

Page | 20
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal
usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

B. SARAN

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Dan penulis juga berharap dapat menerima saran dan kritik dari para pembaca yang dapat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page | 21
Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal-Bedah. 2002. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2009. Jakarta : EGC

Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008.
Jakarta : EGC

Nanda Internasional. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. 2012.


Jakarta : EGC

Page | 22

Anda mungkin juga menyukai