Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DISLOKASI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK : 4
❖ ADE PRIMA SAPUTRI
❖ IIAL KIYATI
❖ NOVITA MELLINDA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA


PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas
limpahan rahmat taufik hidayat karunianya lah sehingga penyusunan tugas “
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dislokasi” dapat terselesaikan walaupun
dalam bentuk yang sederhana.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambahkan pengetahuan
para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Palembang, November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................. ii

Daftar isi ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuanmakalah .......................................................................................... 3

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................. 4

2.1 Pengertian Dislokasi .................................................................................. 4

2.2 Etiologi ...................................................................................................... 4

2.3 Jenis jenis dislokasi .................................................................................... 5

2.4 Manisfetasi klinis ....................................................................................... 7

2.5 Anatomi fisiologi ....................................................................................... 7

2.6 Patofisiologi ............................................................................................... 12

2.7 Pathway ...................................................................................................... 13

2.8 Penatalaksanaan .......................................................................................... 14

2.9 Komplikasi dislokasi .................................................................................. 15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................ 17

3.10 Pengkajian ................................................................................................ 17

3.11. Intervensi keperawatan ............................................................................ 20

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 29

4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 29

4.2 Saran .......................................................................................................... 30

4.3 Daftar pustaka ............................................................................................. 31

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat
mendorong dirinya sendiri diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah
cedera olahraga. Cedera terhadap sistem mukoluskletal dapat bersifat akut
(sprain, strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat penggunaan
berlebihan secara bertahap (kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet
profesional juga rentan terhadap cedera, meskipun latihan mereka
disupervisi ketat untuk meminimalkan terjadinya cedera. Namun sering kali
atlet tersebut juga dapat mengalami cedera muskoluskletal, salah satunya
adalah dislokasi.
Dislokasi atau keseleo merupakan cedera umum yang dapat
menyerang siapa saja, tetapi lebih mungkin terjadi pada individu yang
terlibat dengan olahraga, aktivitas berulang, dan kegiatan dengan resiko
tinggi untuk kecelakaan. Ketika terluka ligamen, otot atau tendon mungkin
rusak, atau terkilir yang mengacu pada ligamen yang cedera, ligamen
adalah pita sedikit elastis jaringan yang menghubungkan tulang pada sendi,
menjaga tulang ditempat sementara memungkinkan gerakan. Dalam
kondisi ini, satu atau lebih ligamen yang diregangkan atau robek. Gejalanya
meliputi nyeri, bengkak, memar, dan tidak mampu bergerak.
Dislokasi biasanya terjadi pada jari-jari, pergelangan kaki, dan lutut.
Bila kekurangan ligamen mayor, sendi menjadi tidak stabil dan mungkin
diperlukan perbaikan bedah.
Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal
antara kedua permukaan sendi secara komplet / lengkap ( Jeffrey m.spivak
et al ,1999) terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi,
dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya
kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya

4
terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain, sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,
maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah
sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungi beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan
menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena
fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya
tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan dislokasi ?
2. Apa penyebab terjadinya dislokasi ?
3. Apa jenis-jenis dislokasi sendi ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari dislokasi ?
5. Menjelaskan anatomi fisiologi disloaksi ?
6. Menjelaskan patofisiologi dislokasi ?
7. Bagaimana pathway dislokasi ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dislokasi ?
9. Menjelaskan komplikasi dislokasi ?
10. Bagaimana askep teoritis dislokasi ?

5
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi dislokasi
2. Untuk mengetahui etiologi dislokasi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dislokasi sendi
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari dislokasi
5. Untuk mengetahui anatomi fisiologi disloaksi
6. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dislokasi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dislokasi
8. Untuk mengetahui komplikasi dislokasi
9. Untuk mengetahui askep teoritis dislokasi

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dislokasi adalah cedera struktur ligameno di sekitar sendi, akibat
gerakan menjepit atau memutar / keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan, secara anatomis (tulang lepas
dari sendi). (Brunner & Suddarth. 2002).
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari
mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan
pertolongan segera. (Arif Mansyur, 2000).
Dislokasi merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen
penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini terjadi
sesudah gerakan memuntuir yang tajam (Kowalak, 2011).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini terdapat hanya kepada komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya (dari mangkuk sendi).

B. Etiologi
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan
serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30- 40 tahun kekuatan
otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun
pada usia 30 tahun.
2. Terjatuh atau kecelakan
Dislokasi dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh
sehingga lutut mengalami dislokasi.
3. Pukulan
Dislokasi lutut dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada
bagian lututnya dan menyebabkan dislokasi.
4. Tidak melakukan pemanasan

7
Pada atlet olahraga sering terjadi keseleo karena kurangnya
pemanasan.
5. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi.
6. Cedera olahraga. Pemain basket dan kiper pemain sepak bola paling
sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak
sengaja menangkap bola dari pemain lain.
7. Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai
yang licin.
8. Kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

C. Jenis-jenis Dislokasi Sendi


Dislokasi sendi dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Dislokasi kongenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
b. Dislokasi patologik
Terjadi akibat penyakit sendi dan jaringan sekitar sendi. Misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Hal ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang.
c. Dislokasi traumatic
Kedaruratan orteoprodi( pasokan darh, susunan saraf rusuk dan
mengalami stres berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema
(karena mengalami pengerasan) terjadi karena trauma yang kuat
sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekelilingnya dan
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi sebagai berikut:
a. Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip serta disertai
nyeri akut dan pembengkakan disekitar sendi
b. Dislokasi berulang

8
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut
dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint. Dislokasi
biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang yang disebabkan
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma,
tonus/kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempaat terjadiny
a. Dislokasi sendi rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena menguap/terlalu lebar
serta terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya
penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali
b. Dislokasi sendi bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral berada
dianteriordan medial glenoid (dislokasi anterior), di posteroir (dislokasi
posterior), dan bawah glenoid (dislokasi inferior).
c. Dislokasi sendi siku
Mekanisme cideranya biasanya jatuh pada tangan yang dapat
menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas
berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan
tulang siku.
d. Dislokasi sendi jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong
dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari
dapat mengalami dislokasi kearah telapak tangan / punggung tangan.
e. Dislokasi sendi metacarpophalangeal dan interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperektensi-ekstensi
persendian
f. Dislokasi panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada diposterior
dan atas acetabulum (dislokasi posterior), dianterior
acetabulum(dislokasi anterior), dan caput femur menembus
acetabulum(dislokasi sentra)

9
g. Dislokasi patella
Dislokasi patella paling sering terjadi kearah lateral. Reduksi
dicapai dengan memberikan tekanan kearah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan. Apabila dislokasi
dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena
kuatnya trauma, tonus/kontraksi otot dan tarikan.

D. Manifestasi Klinis
1. Adanya bengkak / oedema
2. Mengalami keterbatasan gerak
3. Adanya spasme otot(kekauan otot)
4. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
5. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
6. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
7. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan
sekitarnya (tampak kemerahan).
8. Perubahan kontur sendi
9. Perubahan panjang ekstremitas
10. Kehilangan mobilitas normal
11. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

E. ANATOMI & FISIOLOGI

10
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
mengurus pergerakan. Komponen utama sistem meskuloskeletal adalah
jaringan ikat. Sitem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligamen, dan jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam :
1. Tulang panjang : misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus.
Didaerah ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit
karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak
mengandung pembuluh darah.
2. Tulang pendek : misalnya tulang-tulang karpal.
3. Tulang pipih : misalnya tulang parietal, iga, skapula dan pelvis.
4. Tulang tak beraturan : misalnya tulang vertebra.
5. Tulang sesamoid : misalnya tulang patela
6. Tulang sutura : ada di atap tengkorak.
Histologi tulang :
1. Tulang imatur : terbentuknya pada perkembangan embrional dan tidak
terlihat lagi pada usia 1 tahun. Tulang imatur mengandung jaringan
kolagen.
2. Tulang matur : ada dua jenis, yaitu tulang kortikal (compact bone) dan
tulang trabekular (spongiosa).
Secara histologi, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam
jumlah sel, dan jaringan kolagen.

11
Fisiologi sel tulang
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel :
osteoblas, osteosit, osteoklas.
1. Osteoblas, membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu
proses yang disebut osifikasi.
2. Osteosit, sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklas, sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit,
osteoklas mengikis tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral
tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah.
Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan
absorpsi pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa
pertumbuhan kanak-kanak yang lebih banyak terjadi pembentukan dari
pada absorpsi tulang. Proses ini penting untuk fungsi normal tulang.
Keadaan ini membuat tulang dapat berespons terhadap tekanan yang
meningkat dan mencegah terjadi patah tulang.
Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan
mekanis yang semakin meningkat. Perubahan membantu
mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organi
yang sudah tua berdegenerasi sehingga membuat tulang relatif menjadi
lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks
organik baru sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon. Peningkatan
kadar hormon paratiroid mempunyai efek langsung dan segera pada
mineral tulang yang menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorpsi dan
bergerak memasuki serum. Peningkatan kadar hormon paratiroid secara
perlahan meneyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteklas
sehingga terjadi demineralisasi. Metabaolisme kalsium dan fosfat sangat

12
berkaitan erat. Tulang mengandung 99% dari seluruh kalsium tubuh dan
90% dari seluruh fosfat tubuh.
Vitamin D memengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin D
dalam jumlah besar dapat menyebabkan absropsi tulang seperti yang
terlihat pada kadar hormon paratiroid yang tinggi. Bila tidak ada vitamin
D, hormon paratiroid tidak akan menyebabkan absorpsi tulang. Vitamin
D dalam jumlah yang sedikit membantu klasifikasi tulang, antara lain
dengan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat oleh usus halus.

Anatomi Sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang
ini dipadukan dengan berbagai cara,misalnya dengan kapsul sendi, pita
fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot. Ada 3 tipe sendi sebagai berikut :
1. Sendi fibrosa (sinartrodial),merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.
Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan. Tulang yang satu
dengan tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa.
2. Sendi kartilaginosa (amfiartrodia), merupakan sendi yang dapat sedikit
bergerak. Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya
dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen, dan hanya
dapat sedikit bergerak.
3. Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan
dengan bebas. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi
dilapisi tulang rawan hialin.

13
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu
lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh
darah banyak, serta sinovium yang membentuk suatu kantung yang
melapisi seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon yang melintasi
sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang
membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening , tidak
membeku, dan tidak berwarna, jumlah yang ditimbulkan dalam tiap-tiap
sendi relatif kecil (1-3ml).
Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran
darah, limfe,atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme
lain dibawa oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut.
Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat
terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah.beberapa kolagen baru
pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa.
Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya.
Perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan kemampuannya
untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat.
Aliran darah kesendi banyak yang menuju sinovium. Pembuluh
darah mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul.
Jaringan kapiler sangat tebal dibagian sinovium yang menempel
langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan didalam
plasma berdifusi dengan mudah kedalam ruang sendi. Proses
peradangan dapat sangat menonjol disinovium karena didaerah tersebut
banyak mendapat aliran darah dan juga terdapat banyak sel mast dan
sel lain serta zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk
merangsang dan memperkuat respon peradangan.
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah yang berdekatan
terutama adalah jaringan penyambung yang tersusun dari sel-sel dan
substansi dasar. Dua macam sel yang ditemukan pada jaringan
penyambung adalah sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada pada
jaringan penyambung ( seperti sel mast, sel palsma, limfosit, monosit,
dan leukosit polimorfonuklear).

14
Serat- serat yang terdapat pada substansi dasar adalah kolagen
dan elastin. Kolagen dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase. Serat-
serat elastin memiliki sifat elastis, serat ini terdapat dalam ligamen,
dinding pembuluh darah besar, dan kulit. Elastin dipecahkan oleh enzim
yang disebut elastase.

F. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena
kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen
sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat
dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya
penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma
jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang
ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi
kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu
masalah yang disebut dengan dislokasi yang terutama terjadi pada
ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya
serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan
ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal
tersebut akan membuat pembuluh darah akan terputus dan terjadilah
edema. Sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri.
Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam
setelah cedera akibat membengkak dan pendarahan yang terjadi maka
menimbulkan masalah yang disebut dengan dislokasi.

15
Pathway

Etiologi

Cedera olahraga Trauma kecelakaan

Terlepasnya kompresi jar. Tulang dari kesatuan sendi

Merusak struktur sendi, ligamen

Kompresi jaringan tulang yg terdorong ke depan

Merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi

Ligamen memberikan jalan

Tlg. Berpindah dari posisi yg normal

dislokasi

radang Cedera jar.lunak ekstremitas

Ketidakmampuan mengunyah Spasme otot Hambatan


mobilitas fisik

Ketidak seimbangan Nyeri akut


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
16
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
a. Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan dengan RICE.
• R: Rest = Diistirahatkan adalah pertolongan pertama yang penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
• I : Ice = Terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan
meredakan rasa nyeri.
• C: Compression = Membalut gunanya membantu mengurangi
pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih lanjut.
• E: Elevasi = Peninggian daerah cedera gunanya mengurangi
oedema (pembengkakan) dan rasa nyeri.
b. Terapi dingin
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
1) Kompres dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya :
dua puluh – tiga puluh menit dengan interval kira-kira sepuluh
menit.
2) Massage es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah
dibungkus dengan lama lima - tujuh menit, dapat diulang dengan
tenggang waktu sepuluh menit.
3) Pencelupan atau perendaman
Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh
kedalam bak air dingin yang dicampur dengan es. Lamanya
sepuluh – dua puluh menit.
4) Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau
fluorimethane ke bagian tubuh yang cedera.
c. Latihan ROM

17
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan
perdarahan, latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung
jaringan yang sakit.
Penatalaksanaan medis : Farmakologi
d. Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri.
Berikut contoh obat analgetik :
1) Aspirin:
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis
dewasa 1tablet atau 3tablet perhari, anak > 5tahun setengah sampai
1tablet, maksimum 1 ½ sampai 3tablet perhari.
2) Bimastan :
Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ;
Indikasi : nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif,
tungkak lambung, asma, dan ginjal ; efeksamping : mual muntah,
agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal 500mg lalu
250mg tiap 6jam.
3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat).

H. Komplikasi
Komplikasi dislokasi meliputi :
a. Komplikasi dini
• Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera. Pasien tidak dapat
mengerutkan oto deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tersebut.
• Cedera pembuluh darah : arteri aksilla dapat rusak
• Fraktur dislokasi
• Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak
adanya nadi,CRT(capillary refill time) menurun,sianosis pada bagian
distal,hematoma melebar,dan dingin pada ekstremitas yang

18
disebabkan oleh tindakan darurat spilinting,perubahan posisi pada
yang sakit,tindakan reduksi,dan pembedahan.
b. Sindrome kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang
menentukan otot, saraf dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari
luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
c. Komplikasi lanjut
d. Kekakuan sendi bahu
Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu. Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi.
e. Kelemahan otot.
f. Dislokasi yang berulang
Terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid.

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Anamnesis
1. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama,
bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi golongan darah, nomor registrasi, tanggal dan jam masuk
rumah sakit, (MRS), dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :
1) Umur
pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang
sehingga menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang
normal dan dislokasi cenderung terjadi pada orang dewasa dari
pada anak-anak, biasanya klien jatuh dengan keras dalam
keadaan strecth out
2) Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh
kecelakaan yang mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya
terjadi pada klien yang mempunyai pekrjaan buruh bangunan.
Seperti terjatuh, atupun kecelakaan di tempat kerja, kecelakaan
industri dan atlit olahraga, seperti pemain basket , sepak bola dll
3) Jenis kelamin
Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari
pada permpuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda
.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan,
ekstermitas, nyeri tekan otot, dan deformitas pada daerah trauma,
untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien
dapat menggunakan metode PQRS.
3. Riwayat penyakit sekarang

20
Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas,
kecelekaan industri, dan kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon
atau bangunan, pengkajian yang di dapat meliputi nyeri, paralisis
extermitras bawah, syok.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit,
seperti osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya
kelainan, penyakit alinnya seperti hypertensi, riwayat cedera,
diabetes milittus, penyakit jantung, anemia, obat-obat tertentu yang
sering di guanakan klien, perlu ditanyakan pada keluarga klien .
5. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang
disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat,
dokter, maupun dengan perawat.

b. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan
klien pemekrisaan fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian
anamnesis sebaiknya dilakukan persistem B1-B6 dengan fokus
pemeriksaan B3( brain ) dan B6 (bone)
1. Keadaan umum
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak
mengalami penurunan kesadaran, periksa adanya perubahan tanda-
tanda vital yang meliputi brikardia, hipotensi dan tanda-tanda
neurogenik syok.
2. B3 ( brain)
✓ Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi
adalah kompos mentis
✓ Pemeriksaan fungsi selebral
Status mental :observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara
,ekspresi wajah aktivitas motorik klien .
✓ Pemeriksaan saraf kranial

21
✓ Pemeriksaan refleks .pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs
achiles menghilang dan refleks patela biasanya meleamh karna
otot hamstring melemah
3. B6 (Bone)
✓ Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga
mengompresi sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai
dengan distribusi segmental dan saraf yang terkena
✓ Look ,pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya
pendarahan ,pembengkakakn dan deformitas
✓ Fell , kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan
palpasi pada ramus dan simfisi fubis
✓ Move , disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan
dan kelumpuhan pada daerah ekstermitas.

c. Klasifikasi Data
A. Data subjektif
a) Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
b) Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
c) Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi
d) Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi
e) Klien mengatakan sangat lemas
f) Klien bertanya-tanya tentang keadaannya
g) Klien mengatakan susah bergerak
B. Data objektif
a) Klien nampak lemas
b) Wajah nampak meringis
c) Keterbatasan mobilitas
d) Skala nyeri 6 (0-10)
e) Klien nampak cemas

B. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan.

22
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan
atau absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pegetahuan tentang penyakit.
e. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan
bentuk tubuh.

C. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Gangguan Rasa nyeri teratasi • Kaji skala nyeri • Mengetahui
rasa nyaman dengan • Berikan posisi intensitas nyeri.
nyeri Kriteria Hasil : relaks pada • Posisi relaksasi
berhubungan • Klien tampak pasien pada pasien
dengan tidak meringis • Ajarkan teknik dapat
diskontinuita lagi. distraksi dan mengalihkan
s jaringan. • Klien tampak relaksasi focus pikiran
rileks • Berikan pasien pada
lingkungan yang nyeri.
nyaman, dan • Tehnik relaksasi
aktifitas hiburan dan distraksi
• Kolaborasi dapat
pemberian mengurangi rasa
analgesic nyeri.
• Meningkatkan
relaksasi pasien
• Analgesic
Mengurangi
nyeri

Gangguan Memberikan • Kaji tingkat • menunjukkan

23
mobilitas kenyamanan dan mobilisasi pasien tingkat mobilisasi
fisik melindungi sendi Berikan latihan pasien dan
berhubungan selama masa ROM menentukan
dengan penyembuhan. • Anjurkan intervensi
deformitas Kriteria hasil penggunaan alat selanjutnya.
dan nyeri • melaporkan bantu jika • Memberikan
saat peningkatan diperlukan latihan ROM
mobilisasi toleransi • Monitor tonus kepada klien
aktivitas otot untuk mobilisasi
(termasuk • Membantu • Alat bantu
aktivitas pasien untuk memperingan
sehari-hari) imobilisasi baik mobilisasi pasien
• menunjukkan dari perawat • Agar
penurunan maupun keluarga mendapatkan
tanda data yang akurat
intolerasi • Dapat membantu
fisiologis, pasien untuk
misalnya nadi, imobilisasi
pernapasan,
dan tekanan
darah masih
dalam rentang
normal
Perubahan Kebutuhan nutrisi • Kaji riwayat • Mengidentifikasi
nutrisi terpenuhi nutrisi, termasuk defisiensi,
kurang dari Kriteria hasil: makan yang memudahkan
kebutuhan • Menunujukkan disukai intervensi
tubuh b.d peningkatan • Observasi dan • Mengawasi
kegagalan atau catat masukkan masukkan kalori
untuk mempertahank makanan pasien atau kualitas
mencerna an berat badan • Timbang berat kekurangan
atau ketidak dengan nilai badan setiap konsumsi

24
mampuan laboratorium hari. makanan
mencerna normal. • Berikan makan • Mengawasi
makanan • Tidak sedikit dengan penurunan berat
/absorpsi mengalami frekuensi sering badan atau
nutrient yang tanda mal dan atau makan efektivitas
diperlukan nutrisi. diantara waktu intervensi nutrisi
untuk • Menununjukka makan • Menurunkan
pembentukan n perilaku, • Observasi dan kelemahan,
sel darah perubahan catat kejadian meningkatkan
merah pola hidup mual atau pemasukkan dan
untuk muntah, flatus mencegah
meningkatkan dan dan gejala distensi gaster
dan atau lain yang • Gejala GI dapat
mempertahank berhubungan menunjukkan
an berat badan • Berikan dan efek anemia
yang sesuai Bantu hygiene (hipoksia) pada
mulut yang baik : organ.
sebelum dan • Meningkatkan
sesudah makan, nafsu makan dan
gunakan sikat pemasukkan
gigi halus untuk oral.
penyikatan yang Menurunkan
lembut. Berikan pertumbuhan
pencuci mulut bakteri,
yang di encerkan meminimalkan
bila mukosa oral kemungkinan
luka. infeksi. Teknik
• Kolaborasi : perawatan mulut
pantau hasil khusus mungkin
pemeriksaan diperlukan bila
laboraturium. jaringan
• Kolaborasi : rapuh/luka/perda

25
berikan obat rahan dan nyeri
sesuai indikasi berat.
• Meningkatakan
efektivitas
program
pengobatan
• Kebutuhan
penggantian
tergantung pada
tipe anemia dan
atau adanya
masukkan oral
yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.

Ansietas kecemasan pasien • Kaji tingkat • Mengetahui


berhubungan teratasi dengan ansietas klien tingakat
dengan kriteria hasil : • Bantu pasien kecemasan
kurangnya • klien tampak mengungkapkan pasien dan
pengetahuan rileks rasa cemas atau menentukan
tentang • klien tidak takutnya intervensi
penyakit tampak • Kaji pengetahuan selanjutnya.
bertanya – Pasien tentang • Mengali
tanya prosedur yang pengetahuan
akan dijalaninya. dari pasien dan
• Berikan informasi mengurangi
yang benar kecemasan
tentang prosedur pasien
yang akan • Agar perawat tau
dijalani pasien seberapa tingkat
pengetahuan

26
pasien dengan
penyakitnya
• Agar pasien
mengerti tentang
penyakitnya dan
tidak cemas lagi
Gangguan Pasien bisa • Kaji konsep diri • Dapat
bodi image mengatasi body pasien mengetahui
berhubungan image pasien • Kembangkan pasien
dengan BHSP dengan • Menjalin saling
deformitas pasien percaya pada
dan • Bantu pasien pasien
perubahan mengungkapkan • Menjadi tempat
bentuk tubuh masalahnya bertanya pasien
• Bantu pasien untuk
mengatasi mengungkapkan
masalahnya. masalahnya
• Mengetahui
masalah pasien
dan dapat
memecahkannya

D. Implementasi Keperawatan

Diagnosa Implementasi
Gangguan rasa nyaman nyeri 1. Telah dilakukan pengkajian
berhubungan dengan skala nyeri.
diskontinuitas jaringan. 2. Telah diberikan posisi relaksasi
pada pasien.
3. Telah diajarkan teknik distraksi

27
dan relaksasi.
4. Telah diberikan lingkungan
yang nyaman, dan pemberian
aktifitas hiburan.
5. Telah dilakukan tindakan
kolaborasi dalam pemberian
analgesic.
Gangguan mobilitas fisik 1. Telah dilakukan pengkajian
berhubungan dengan deformitas tingkat mobilisasi pasien.
dan nyeri saat mobilisasi. 2. Telah diberikan latihan ROM
3. Telah dianjurkan penggunaan
alat bantu.
4. Telah dilakukan monitoring
tonus otot.
5. Telah dilakukan tindakan
membantu pasien untuk
imobilisasi baik dari perawat
maupun keluarga.
Perubahan nutrisi kurang dari 1. Telah dilakukan pengkajian
kebutuhan tubuh berhubungan riwayat nutrisi , termasuk makan
dengan kegagalan untuk mencerna yang disukai.
atau ketidak mampuan mencerna 2. Telah dilakukan observasi dan
makanan /absorpsi nutrient yang pencatatan masukkan makanan
diperlukan untuk pembentukan sel pasien.
darah merah 3. Telah dilakukan timbang berat
badan setiap hari.
4. Telah diberikan makan sedikit
dengan frekuensi sering dan
atau makan diantara waktu
makan.
5. Telah dilakukan observasi dan
pencatatan kejadian mual atau

28
muntah, flatus dan gejala lain
yang berhubungan.
6. Telah diberikan dan dibantu
hygiene mulut yang baik,
sebelum dan sesudah makan
dengan menggunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang
lembut. Telah diberikan pencuci
mulut yang di encerkan bila
mukosa oral luka.
7. Telah dilakukan kolaborasi
dengan memantau hasil
pemeriksaan laboratorium
8. Telah dilakukan kolaborasi
dengan memberikan obat
sesuai indikasi.

Ansietas berhubungan dengan 1. Telah dilakukan pengkajian


kurangnya pengetahuan tentang tingkat ansietas klien.
penyakit. 2. Telah dilakukan membantu
pasien mengungkapkan rasa
cemas atau takutnya.
3. Telah dilakukan pengkajian
pengetahuan pasien tentang
prosedur yang akan dijalaninya.
4. Telah diberikan informasi yang
benar tentang prosedur yang
akan di jalani pasien.
Gangguan bodi image 1. Telah dilakukan pengkajian
berhubungan dengan deformitas konsep diri pasien.
dan perubahan bentuk tubuh. 2. Telah diajarkan pola BHSP
dengan pasien.

29
3. Telah dilakukan tindakan
membantu pasien
mngungkapkan masalahnya.
4. Telah dilakukan tindakan
membantu pasien mengatasi
masalahnya.

E. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Evaluasi
Gangguan rasa nyaman nyeri S : Pasien mengatakan “ Sus, saat ini
berhubungan dengan diskontinuitas saya merasa lebih rileks dan bisa tidur
jaringan. dengan nyenyak”.
O : Pasien tidak terlihat meringis nyeri.
A : Masalah dapat teratasi.
P : Intervensi dihentikan
Gangguan mobilitas fisik S : Pasien berkata bahwa ia sudah
berhubungan dengan deformitas bisa jalan-jalan dengan kruk.
dan nyeri saat mobilisasi. O : Tekanan darah 120/80 mmHg.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Perubahan nutrisi kurang dari S : Pasien mengatakan “ makanan
kebutuhan tubuh berhubungan saya pagi ini sudah saya habiskan,
dengan kegagalan untuk mencerna Sus”.
atau ketidak mampuan mencerna O : Adanya peningkatan berat badan.
makanan /absorpsi nutrient yang A : Masalah teratasi sebagian
diperlukan untuk pembentukan sel P : Intervensi dilanjutkan
darah merah
Ansietas berhubungan dengan S : Pasien mengatakan “ Saya sudah
kurangnya pengetahuan tentang tidak merasa cemas dengan penyakit
penyakit. ini “.
O : Pasien terlihat tenang.
A : Masalah teratasi sebagian.

30
P : Intervensi dilanjutkan.
Gangguan bodi image berhubungan S : Pasien mengatakan “ saya sudah
dengan deformitas dan perubahan dapat menerima kondisi saya saat ini”.
bentuk tubuh. O : Pasien mulai nampak percaya diri
dengan kondisi saat ini.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja
yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat
yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,
maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi
lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung
dan me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan
panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan
menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena
fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan
yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

32
B. Saran
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan sekali kritik yang
membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi
di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Terimakasih

33
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8, Jakarta : EGC, 2002


Mansyur arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II. Penerbit
Buku
Aesculapius Fakultas Kedokteran IV, Jakarta
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi
6.
Volume 2. Jakarta: EGC
NANDA NIC NOC International. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC, 2013
Arif Muttaqin. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskululoskeletal. Jakarta : EGC, 2008
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8, Jakarta : EGC, 2002
Arif Muttaqin. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta : EGC, 2011
https://www.scribd.com/doc/249352807/askep-dislokasi-sendi

34

Anda mungkin juga menyukai