Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DISLOKASI

DOSEN PENGAMPU : Ns, Triani Banna, S.Kep., M.Kep

Di SusunOleh :Kelompok 2

1. Joan HomeliaEmray

2. Melinda Asty Fofidubun

3. Katarina Ngamelubun

4. Sinta Sawaki

5. Novalina Wafom

6. Anita Arloda Arunggear

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAAN (STIKES) PAPUA

T/A 2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
kasihNya, kami dari kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN DISLOKASI Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliah KMB III.

Kami selaku kelompok menyadari masih banyak kekurangan dan hal-hal yang perlu
diperbaiki., oleh Karena itu kami selaku kelompok mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penyusunan atau penulisan makalah ini. Maka dari itu, kami dari kelompok memerlukan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari teman-teman dan dosen pengampu.

Akhirnya, kami selaku kelompok 2 yang Menyusun makalah ini, mengucapkan


terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini, besar harap,
kiranya Makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Terimakasih.

Sorong, 4 Desember 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................................5
1.3 Manfaat........................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
1. Pengertian......................................................................................................................6
2. Etiologi...........................................................................................................................6
3. Tanda dan Gejala..........................................................................................................7
4. Patofisiologi....................................................................................................................7
5. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................7
6. Penatalaksanaan............................................................................................................8
7. Asuhan Keperawatan....................................................................................................8
8. Terapi Farmakologis dan Diet...................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................................15
1. Kesimpulan..................................................................................................................15
2. Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi
sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot
kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan kokoh
antar rangka yang membentuk tubuh dihubungkan oleh berbagai jenis sendi. Adanya
penghubung tersebut memungkinkan satu pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel
dan nyaris tanpa gesekan. Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai organ vital di
bawahnya disamping fungsi pergerakan (locomotor) / perpindahan makhluk hid up. Sendi
merupakan satu organ yang kompleks dan tersusun atas berbagai komponen yang spesifik
satu dengan lainnya. Pada umumnya terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen,
proteoglikan, glikorptein lain serta lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas
memungkinkan suatu pergerakan sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan tidak
mengakibatkan kerusakan besar dalam jangka panjang.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya
terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha).Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet.Selain
macet, juga terasa nyeri.Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

4
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan pembaca tentang dislokasi.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dislokasi.
2. Mengetahui faktor penyebab dislokasi.
3. Mengetahui tanda dan gejala dislokasi.
4. Mengerti patofisilogi dari dislokasi.
5. Mengetahui klasifikasi dislokasi.
6. Mengetahui komplikasi dislokasi.
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik dari dislokasi.
8. Mengetahui penatalaksanaan dari dislokasi.

9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dislokasi.

1.3 Manfaat
Dapat mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang dislokasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian

Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak


lagiberhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth).
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakansuatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur,
dkk. 2000).
Dislokasi adalah patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan
patahtulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu
Bedah, hal 1138).
Jadi, dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi inidapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulangdari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

2. Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh :
1) Cedera olahraga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
sertaolahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley.Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangandan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
2) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga

6
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi.
3) Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4) Patologis : terjadinya “ tear “ ligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang.

3. Tanda dan Gejala


a. Nyeri akut.
b. Perubahan kontur sendi.
c. Perubahan panjang ekstremitas.
d. Kehilangan mobilitas normal.
e. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi.
f. Deformitas pada persendiaan
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan menimbulkan celah
g. Gangguan gerakan yaitu otot-otot tidak dapat bekerja dengan baikpada tulang
tersebut.
h. Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat
menutupideformitas.
i. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi
j. Kekakuan.

4. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi.
Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik
karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari tiga hal
tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma
jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas
sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.

5. Pemeriksaan Penunjang
Untuk pemeriksaan penunjang dalam mendiagno-sa penyakit ini, umumnya
digunakan salah satu atau beberapa radiografi berikut seperti, foto bilateral oblique,
7
foto panoramik, Towne radiografi, CT scan atau 3-D CT scan untuk melihat kelainan
tulang dan MRI untuk melihat kelainan di jaringan lunak, yang keseluruhannya
difokuskan ke daerah sendi tem-poromandibula dan sekitarnya.
a. Sinar-x (Rontgen)
Pemeriksaan rountgen merupakan pemeriksaan diagnostic noninvasif untuk
membantu menegakan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
b. CT scan
CT-scan yaitu pemeriksaan sinar-x yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat di buat gambar secara 3
dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya.
c. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-x atau bahan radio aktif, sehingga dapat di peroleh
gambaran tubuh (terutama jaringan lemak) dengan lebih detail, seperti halnya CT-
scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi.

6. Penatalaksanaan
a). Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat.
b). Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi.
c). Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan
dijagaagar tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi
dilakukan mobilisasi, harus 3-4x sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran
sendi.
d). Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

7. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas Klien

8
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan,pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari disklokasi yang
nantinyamembantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.Ini bisa berupa
kronologi terjadinyapenyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang
pernahdiderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat prosespenyembuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri, deformitas,
fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.

2) Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna
atauketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan seldarah merah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
e. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk
tubuh.

3) Intervensi Keperawatan
No
Dx Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan. Setelah
diberikantindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri teratasi, dengan kriteria hasil :
a). Klien tampak tidak meringis lagi.
b). Klien tampak rileks.
1. Kaji skala nyeri.
9
2. Berikan posisi relaks pada pasien.
3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
4. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktifitas hiburan.
5. Kolaborasi pemberian analgesik.
Mengetahui intensitas nyeri.
Posisi relaksasi pada pasien dapat mengalihkan focus pikiran pasien pada nyeri.
Tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri.
Meningkatkan relaksasi pasien.
Analgesik mengurangi nyeri

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat


mobilisasi.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan gangguan mobilitas fisik klien
teratasi,dengan kriteria hasil :
a). Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
b). Klien menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dantekanan darah masih dalam rentang normal.
1. Kaji tingkat mobilisasi pasien.
2. Berikan latihan ROM.
3. Anjurkan penggunaan alat bantu jika diperlukan.
4. Monitor tonus otot.
5. Membantu pasien untuk imobilisasi baik dari perawat maupun keluarga.
Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.
Memberikan latihan ROM kepada klien untuk mobilisasi.
Alat bantu memperingan mobilisasi pasien.
Agar mendapatkan data yang akurat.
Dapat membantu pasien untuk imobilisasi.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan


untukmencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrient yang
diperlukan untukpembentukan sel darah merah. Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan kebutuhannutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil :
a).Klien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratoriumnormal.
10
b). Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
c). Klien menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
ataumempertahankan berat badan yang sesuai.
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
2. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
3. Timbangberat badan setiap hari.
4. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu
makan.
5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
6. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigihalus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang
di encerkan bila mukosa oralluka.
7. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
8. Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
9. Kolaborasi; berikan obat sesuai indikasi.
Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral.
Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dannyeri berat.
Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang
dibutuhkan.
Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral
yangburuk dan defisiensi yang diidentifikasi.

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.


Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan pasien teratasi,
dengan kriteriahasil :
11
a). Klien tampak rileks.
b). Klien tidak tampak bertanya-tanya.
1. Kaji tingakat ansietas klien.
2. Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya.
3. Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya.
4. Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien.
Mengetahui tingakat kecemasan pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.
Mengali pengetahuan dari pasien dan mengurangi kecemasan pasien.
Agar perawat mengetahui seberapa tingkat pengetahuan pasien dengan penyakitnya.
Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan tidak cemas lagi.

5. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk


tubuh. Setelahdiberikan tindakan keperawatan diharapkan gangguan body image
teratasi.
1. Kaji konsep diri pasien.
2. Kembangkan BHSP dengan pasien.
3. Bantu pasien mengungkapkan masalahnya.
4. Bantu pasien mengatasi masalahnya.
Dapat mengetahui pasien.
Menjalin saling percaya pada pasien.
Menjadi tempat bertanya pasien untuk mengungkapkan masalahnya.
Mengetahui masalah pasien dan dapat memecahkannya.

8. Terapi Farmakologis dan Diet


 Terapi Farmakologis
1) Farmakologis : pemberian obat-obatan : analgesic non narkotik
 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3x1 kapsul, anak: sehari 3x1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 50mg lalu 250mg tiap 6 jam.
2) Untuk Dislokasi Sendiri penanganan medis yang dilakukan pada kasus dislokasi
adalah :
1) Reduksi adalah rosedur mengembalikan sendinke posoisi normal

12
2) Imobilisasi adalah tindakan melindungi sendi dengan membatasi sendi
menggunakan penyangga sendi contoh nya penggunaan Gips selama beberapa
minggu atau bulan pemakean Gips ini dinkakukan setelah Tulang di
kembalikannke posisi anatomi nya.
Operasi, yaitu suatu tindakan yang dilakukan jika tulang tidak dapat dikembalikan
ke posisi semula atau jika terdapat kerusakan pembuluh darah, saraf, atau ligamen
yang berdekatan dengan sendi yang mengalami dislokasi.
Rehabilitasi, prosedur ini akan dilakukan setelah peyangga sendi sudah boleh dilepas.
Rehabilitasi ini bertujuan untuk memulihkan jangkuan gerak, sekaligus kekuatan
sendi.
Beberapa langkah penanganan lainnya yang dapat dilakukan untuk membantu
proses penyembuhan, antara lain: Istirahatkan sendi yang cedera, jangan banyak
digerakkan.Mengonsumsi obat pereda nyeri jika diperlukan untuk meredakan rasa
nyeri yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Kompres sendi yang sakit menggunakan es. Tindakan ini bisa dilakukan pada
1-2 hari pertama untuk mengurangi rasa nyeri. Bisa juga mengompresnya dengan air
hangat pada hari berikutnya untuk membantu melemaskan otot yang tegang.
Bila sudah membaik, cobalah latih sendi secara bertahap. Namun, pastikan lakukan
latihan ini atas saran dan rekomendasi dari dokter.
 Diet
Diet untuk penyakit Dislokasi adalah: tinggi kalori, tinggi protein, tinggi kalsium.
 Bahan makanan sumber kalsium:
- Susu dan hasil olahan, rebon, teri kering, udang kering, sarden, sayuran
hijau, dan kedelai.
 Faktor nutrisi adalah bagian penting kesehatan tulang karena faktor yang dapat
dikendalikan
- Kalsium dan vitamin D merupakan nutrisi penting untuk tulang.
- Kalsium merupakan mineral paling banyak terdapat dalam tubuh, 99%
kalsium disimpan di dalam tulang dan gigi sisanya dalam darah
- Bila konsumsi kalsium kurang tubuh akan mengambil mineral ini dari
tulang untuk mempertahankan kadar normal kalsium dalam darah (10-15
mg/100ml).
 Bahan makanan yang dihindari

13
- Yang mengandung oksalat seperti bayam
- Yang mengandung asam fitat seperti kacang-kacangan
- Kafein
- Garam
- Rokok
- Alcohol

14
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan
jalan
sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Karena
terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi
kendor.
Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

2. Saran
Diharapkan perawat dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan
keperawatan sehari-hari sesuai dengan prosedur yang berlaku.

15
DAFTAR PUSTAKA

Budiono. (2016). Modul Bahan AjarCetak Keperawatan: Konsep Dasar


Keperwatan. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Definisi dan Indikator Diagnostik (Vol. 1). Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Akinbami BO. Evaluation of the mechanism and principles of management of


Temporomandibular Joint Dislocation.Systematic Review of literature and a proposed new
classification of Temporo-mandibular Joint Dislocation.Akinbami Head & Face
Medicine.2011; 7: 10.

16

Anda mungkin juga menyukai