Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOMIELITIS

KELOMPOK 3

1. Anatasia K E Ansanay
2. Astriani Ohoiner
3. Claodia Aknes Salmon
4. Endofita Kolong
5. Lia Afianti Loukaky
6. Maria Yunita Rahawarin

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Osteomielitis" dengan tepat waktu dan untuk memenuhi tugas Mata kuliah keperawatan medikal
bedah III.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Triani Banna, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Sorong, Desember 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................6
A. Latar Belakang.....................................................................................................................6
B. Rumusan Masalah................................................................................................................7
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................7
D. Metode Penulisan................................................................................................................8
E. Sistematika Penulisan..........................................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................8
A. Anatomi Fisiologi Sistem Skeletal.............................................................................................8
1. Definisi......................................................................................................................................11
2. Etiologi......................................................................................................................................12
3. Manisfestasi Klinis (Tanda dan Gejala )...................................................................................13
4. Patofisiologi...............................................................................................................................14
5. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................15

6. Penatalaksanaan.........................................................................................................................16

7. Asuhan Keperawatan.................................................................................................................17
BAB III PENUTUP......................................................................................................................24
A. Kesimpulan...............................................................................................................................24
B. Saran..........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem muskulokeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap
pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat titik sistem ini terdiri
dari tulang, sendi ,otot rangka, tendon, ligamen,bursa,dna jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan. Yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi
menimbulkan efek-efek pada ada sistem. Tanda-tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal
adalah ah nyeri dan rasa tidak nyaman yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan
sampai yang sangat berat (Wilson,2015)

Selain satu gangguan tersebut adalah osteomyelitis. Osteomyelitis adalah radang tulang
yang disebabkan oleh organisme piogenik. Walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat
menyebabkan, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang,
melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan periosteum (Roland ,2012).

Osteomielitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi biogenik atau
non piogenik seperti mycobacterium Tuberkuloda atau Staphylococcus aurcus. Infeksi dapat
terbatas pada sebagian kecil tempat pada tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti
sumsum, periosteum, dan jaringan lunak di sekitar tulang.

Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis adalah diagnosis isi dari operasi yang tepat
serta pemilihan jenis antibiotik yang tepat secara umum dibutuhkan multidisipliner yang
melibatkan orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan Ali Beda plastik pada kasus berat dengan
hilangnya jaringan lunak.

Dari Penelitian yang dilakukan riset total insiden tahunan terjadinya osteomyelitis pada
anak adalah 13 dari 100.000 orang. Paling sering terjadi pada anak di bawah 3 tahun. dengan
diagnosis dan perawatan awal yang tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada
ada penundaan yang lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah
pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit defisit permanen.

Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi


yang berkepanjangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan osteomielitis?

2. Bagaimana anatomi fisiologi dari skelet?

3. Apa penyebab dari osteomielitis?

4. Bagaimana klasifikasi dari osteomielitis?

5. Apa saja manifestasi klinik dari osteomielitis?

6. Bagaimana Patofisiologi dari osteomielitis?

7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk osteomielitis?

8. apa saja penatalaksanaan medis untuk osteomielitis?

9. Bagaimana Pencegahan untuk osteomielitis?

10. Bagaimana asuhan keperawatan untuk osteomielitis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan osteomielitis

2. Untuk memahami anatomi fisiologi dari sistem skelet

3. Untuk untuk mengetahui apa saja etiologi penyebab dari osteomielitis

4. Untuk mengetahui klasifikasi dari osteomielitis

5. Untuk mengetahui manis manifestasi klinik dari osteomielitis

6. Untuk memahami Bagaimana Patofisiologi dari osteomielitis


7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk osteomielitis

8. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan medis untuk osteomielitis

9. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari osteomielitis

10. Untuk memahami Bagaimana asuhan keperawatan untuk osteomielitis

D. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka yaitu, metode yang dilakukan
dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat,baik
berupa buku maupun informasi di internet.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab 1 berisi tentang latar belakang
dari penulisan makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan makalah. Bab 2 merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang pembahasann yang
membahas materi atau pokok bahasan dari makalah ini yaitu tentang "asuhan keperawatan klien
dengan osteomielitis". Bab 3 merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Sistem Skeletal

Strukur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% Berat badan, dan
otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan dan baiknya fungsi sistem muskuloskeletal
sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang memberi perlindungan
terhadap organ vital, termasuk otak, jantung, dan paru.
Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyanggah struktur tubuh. Otot
yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak. Matriks tulang menyimpan
kalsium, fosfor, magnesium dan fluor. Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat dalam
tulang. Sumsum tulang merah dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoesis.
Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas
untuk mempertahankan temperatur tubuh.
Anatomi sistem skelet. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam
4 kategori : Tulang panjang (misalnya femur), tulang pendek (misalnya tulang tarsalia),
tulang pipih(misalnya sternum), tulang tak teratur(misalnya vertebra). Bentuk dan
kontruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius) atau
kortikal(kompak). Tulang panjang misalnya femur berbentuk seperti tangkai atau batang
panjang dengan ujung yang membulat). Batang, atau diafisis, terutama tersusun atas
tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis, dan terutama tersusun oleh
tulang kansenlus. Plat efisis memisahkan efisis dari diafisis dan merupakan pusat
pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa, mengalami klasifikasi,
ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinha. Tulang
panjang disusun untuk menyanggah berat Badan dan gerakan. Tulang pendek (misalnya
metakarpal) terdiri dari tulang kanselus ditutupu dengan selaput tulang kompak. Tulang
pipih (strenum) merupakan tempat penting untuk hemotopoiesis dan sering memberikan
perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus diantara dua
tulang kompak. Tulang tak teratur (vertebra) mempunyainya bentuk yang unik sesuai
dengan fungsinya. Secara umum tulang tak teratur sama dengan tulang pipih.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral sel-selnya terdiri
atas 3 jenis dasar osteoblas, osteosit, dan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun
atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida dan
proteoglikakan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yg terlibat dalam pemeliharaan tulang dan terletak
dalam osteon (unit matriks tulang) . Osteoklas adalah sel multinuklir (berinti banyak) yg
berperan dalam penghancuran resorpsi dan remodeling tulang.
Osteon merupakan unit fungsional mikroskopi tulang dewasa. Ditengah osteon
dapat kapiler. Di sekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang yg dinamakan
lamela. Di dalam lamela terdapat osteosit. Yg memperoleh nutrisi melalui proses yg
berlanjut ke dalam kenalikuli yg halus (kanal yg menghubungkan dengan pembuluh
darah yg terletak sejauh kurang dari 0,1mm) .
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrus padat dinamakan
periosteum. Poriesteum memberikan nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh,
selain sebagai tempat perlekatkan tendon dan ligamen periosteum mengandung saraf,
pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yg paling dekat dengan tulang yg mengandung
osteoblast yg merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yg menutupi rongga sumsum, tulang
panjang dan rongga-rongga tulang kanselus. Osteoklast, yg melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lakuna howship
(jekukan dalam permukaan tulang) .
Sumsum tulang merupakan jaringan vaskular dalam rongga sumsum (batang) tulang
panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah , terutama terletak di stemum,
ilium, vetebra dan rusuk pada orang dewasa bertanggung jawab pada pruksi dalam sel
darah merah dan Putih. Pada orang dewasa, tulang panjang terisi oleh sumsum tulang
kuning.
Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus
menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembulu metavisis dan epivisis.
pembulu periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal volkman yang
sangat kecil. selain itu, ada arteri nutrien yang menembus periosteum dan memasuki
rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrien memasok darak
ke sumsum dan tulang sistem vena ada yang mengikuti arteri ada yang keluar sendiri

1. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang, yang dapat terjadi dengan beberapa cara : infeksi di
satu bagian tubuh dapat menyebar melalui aliran darah ke tulang atau fraktur
terbuka/pembedahan dapat menyebabkan tulang terkena infeksi (Istianah,2017).

Pada anak-anak, osteomilitis sering terjadi pada tulang panjang lengan dan tungkai. Pada
orang dewasa, biasanya muncul dipinggul, tulang belakang, dan tulang kaki (Smeltzer
dkk.,2010). Dalam kebanyakan kasus, bakteri yang disebut staphylococcus aureus, merupakan
penyebab terjadinya osteomielitis. Kondisi kronis tertentu seperti diabetes dapat meningkatkan
risiko osteomielitis. Hanya 2 dari 10.000 orang yang mengalami osteomielitis. Kondisi tersebut
mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa, meski dengan cara yang berbeda.

2. Etiologi
Osteomielitis disebabkan oleh jaringan terinfeksi atau sendi prostetik terinfeksi; organisme
yang ditularkan melalui darah (osteomielitis hematogen); serta luka terbuka (dari fraktur terbuka
yang terkontaminasi atau operasi tulang). Sementara itu, trauma, iskemia, dan benda asing
menjadi predisposisi osteomielitis. Osteomielitis dapat terbentuk dibawah ulkus tekanan
mendalam.
Penyebaran dari jaringan terinfeksi yang berdekatan atau luka terbuka menyebabkan sekitar
80% osteomielitis dan seringkali dan melibatkan beberapa agen infeksi (polimikrobial).
Staphylococcus aureus (termasuk strain yang resisten methicillin) ada lebih dari 50% pasien,
bakteri umum lainnya termasuk Streptococci, organisme enterik gram negatif, dan bakteri
anaerob. Osteomielitis yang dihasilkan dari penyebaran umumnya terjadi di kaki (pada pasien
dengan diabetes atau penyakit vaskular perifer), di tempat di mana tulang tembus selama trauma
atau pembedahan, di tempat yang rusak oleh terapi radiasi, dan pada tulang yang berdekatan
dengan tekanan ulkus, seperti pinggul dan sakrum. Infeksi sinus, gusi, atau gigi dapat menyebar
ke tengkorak (Schmitt,2017).
Penyebaran hematogen osteomielitis biasanya berasal dari satu organisme. Pada anak-anak,
bakteri gram positif adalah yang paling umum, biasanya mempengaruhi metafisis tibia, tulang
paha, atau humerus. Pada orang dewasa, osteomielitis yang menyebar secara hematogen
biasanya menyerang vertebra. Faktor risiko pada orang dewasa adalah usia, kelemahan,
hemodialisis, penyakit sel sabit, dan penggunaan narkoba suntikan. Organisme yang menginfeksi
umum termasuk yang berikut
1). Pada lansia; kelemahan atau orang yang menjalani hemodialisis: S.aureus (S.aureus
resisten metchilin [MRSA]) dan bakteri gram negatif enterik.
2). Pada pengguna narkoba suntikan : S.aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Serratia sp.
3). Pada pasien dengan penyakit sel sabit, penyakit hati, atau immunocompromised:
Salmonela sp.

Jamur dan mycobacteria dapat menyebabkan osteomielitis hematogen, biasanya pada


pasien immunocompromised atau di area infeksi endemik dan histoplasmosis, blastomycosis,
atau coccidioidomycosis. Vertebra sering terlibat.

3. Manisfestasi Klinis (Tanda dan Gejala )

1. Demam

2. Nafsu makan menurun


3. Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik

4. Gangguan sendi karena adanya pembengkakan.

Pada anak - anak, infeksi tulang yang di dapat melalui aliran darah,menyebabkan demam,
menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan
membengkak, dan pergerakanakan menimbulkan nyeri, Infeksi tulang belakang biasanya timbul
secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri timbul secara bertahap, menyebabkan
nyeri punggung dan nyeri tumpul jika di sentuh . Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak
dan tidak berkurang istrahat.

Infeksi tulang yang di sebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal
dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan
abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya.Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan
pemeriksaan darah menunjukan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi
buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang tetap di daerah tersebut. Jika suatu
infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun ( osteomielitis kronis) .
Kadang - kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun- tahun dan tidak menimbulkan
gejalah selama beberapa bulan atau beberapa tahun.

Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas
tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari
kulit.Peneluaran nanah terjadi jika nanah dan tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit
dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

4. Patofisiologi
Staphyloccocus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang organisme
patogenik lainnya sering di jumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan
Escerichia Coli. Terdapat penigkatan insiden infeksi resistensi penisilin,nosokomial, gram
negative dan anaeorobik.

Awitan Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(Akut fulminan - stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan.Osteomielitis awitan lama ((stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan
terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembulih darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan peningkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan kebawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. kecuali bila proses
infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamianya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk
daerah jaringan mati (sequestrum)tidak mudah mencari dan mengalir keluar.Rongga tidak dapat
mengepis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya . Terjadi
pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi, meskipun tampak
terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

5. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah.

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl di sertai peningkatan laju endap darah

2. Pemeriksaan titer antibody-anti staphylococcuc

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positf) dan diikutib dengan
sensitivitas.

3. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
salmonella

4. Pemeriksaan biopsy tulang


Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian
tes.

5. Pemeriksaan ultra sound

Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi

6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah
2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difusi dan kerusakan tulang dan
pembentukan tulang yang baru.

7. Pemeriksaan tambahan:

a. Bone scan : dapat dilakukan pada Minggu pertama

b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis

6. Penatalaksanaan
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri sesuai kepekaan penderita dan
reaksi alergi penderita.

2. Penicilian cair 500.000 Milion unit IV setiap 4 jam.

3. Erithomisin 1-2gr IV setiap 6 jam.

4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam

5. Gentamicin 5mg/kg BB IV selama 1 bulan

6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu transfusi darah

7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan Antibiotik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan
menstabilkan tulang serta ruang kosong yang ditinggalkan dengan cara mengisinya
menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi hambatan aliran pembuluh
balik.

9. Asupan nutrisi tinggi protein, Vit A,B,C,D dan K.

a. Vitamin K

Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat kalsium. Karena tulang itu
bentunya berongga, vitamin K membantu mengikat kalsium dan menempatkannya di tempat
yang tepat.

b. Vitamin A,B dan C

Untuk dapat membantu pembentukan tulang

c. Vitamin D

Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk kalsium dan fosfor pada tubuh
agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu
cara pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang
pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk kedalam darah

7. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan
osteomielitis meliputi ,

a. Identitas klien

Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku, bangsa, pendidikan,
bahasa yang digunakan, pekerjaan, dan alamat.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan masa lalu


Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka, atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia,
sinusitis, kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai
riwayat pembedahan tulang

2. Riwayat kesehatan sekarang

Apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri dan demam.

3. Riwayat Kesehatan keluarga

Adakah dalam keluarga yang mederita penyakit keturunan. (Misalnya diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.

4. Riwayat Psikososial

Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stres.

c. Kebiasaan sehari-hari

1. Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.

2. Pola eliminasi : adakan retensi urin dan konstipasi, karena pasien yang kurang aktifitas maka
pasien tersebut akan mengalami konstipasi dan bisa berakibat urine bertahan apabila kalsium
pada tulang kandungannya terlalu tinggi.

3. Pola Aktivitas :

N Kemampuan 0 1 2 3 4
O Perawatan
Diri
1 Makan/minum
2 Mandi
3 Toileting
4 Berpakaian
5 Mobilitas
di tempat tidur
6 Berpindah
7 ROM

d. Pemeriksaan Fisik
1. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam, dan keluarnya pus dari
sinus disertai nyeri.

2. Kaji adanya faktor resiko indentifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi
(pada osteomielitis akut)

3. Observasi adanya daerah inflmasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.

4. Indentifikasi peningkatan tanda-tanda vital

5. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang respon
manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan.

Diagnosa pada pasien osteomielitis adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut b/d agen injury fisik

2. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas tulang.

3. Gangguan integritas kulit b/d imobilisasi fisik

4. Ansietas b/d status kesehatan

5. Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


O Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Tujuan : Ketidaknyamanan yang Mengobservasi
b/d agen Setelah dilakukan dianjurkan pasien melalui ketidaknyamaman yang
injuri fisik asuhan bahasa non verbal ditunjukan pasien, perawat
keperawatan,  Mengekplorasi dapat mengetahui pasien
nyeridapat perasaan pasien dalam keadaan tidak
berkurang. tentang nyaman
Kriteria Hasil : pengetahuan dan  Dengan
 Klien dapat manfaat mengekplorasi
melaporka menegemen nyeri. pengetahuan
n nyerinya  Mengedukasi pasien, perawat
berkurang pasien tentang dapat mengetahui
 Ekspresi prinsip menegemen tingkat menegemen
wajah nyeri nyeri pasien
kloen tidak  Berkolaborasi  Dengan
meringis dengan dokter mengedukasi
 Klien tidak untuk memberikan pasien, perawat
tampak obat anti nyeri dapat
gelisah (contoh : meningkatkan
(nyaman) asammefanemat) mengemen nyeri
pasien
 Dengan
berkolaborasi
dengan dokter
perawat dapat
mengetahui tingkat
nyeri pasien
berkurang
2 Hambatan Tujuan :  Monitor adanya Aktivitas yang disukainya,
mobilitas Setelah dilakukan emotional, psikis, perawat dapat mengetahui
fisik b/d asuhan sosial, dan ADL pasien.
kurasakan keperawatan , spriritual, terhadap  Dengan
integritas diharapkan adanya respon aktivitas mengintruksikan
tulang peningkatan  Membantu pasien pasien atau
mobilitas fisik mengidentifikasi keluarga
Kriteri Hasil : ADLnya bagaimana, perawat
 Pasien  Mengintruksi dapat mengetahui
dapat pasien atau ADL yang
berjalan keluarga untuk diinginkan pasien.
melangkah membantu ADL  Dengan
 Kekuatan pasien yang berkolaborasi
tubuh diinginkannya terhadap
bagian atas  Berkolaborasi occupational,
pasien terhadap psical, perawat
meningkat occupational, dapat mengetahui
 Kekuatan pisical, atau rencana terapi yang
tubuh membuat rencana akan diberikan
pasien terapi dan kepada pasien
bagian memonitor program
bawah aktivitas yang
meningkat dibutuhkan.
3. Gangguan Tujuan :  Monitor kesadaran  Dengan monitor
Integritas Setelah dilakukan pasien dengan kesadaran pasien,
kulit b/d asuhan lebarnya luka perawat dapat
imobilitas keperawatan  Lakukan mengetahui
fiaik diharapkan adanya debridemen pada keadaan luka
peningkatan jaringan yang pasien.
integritas kulit. sudah mati.  Dengan melakukan
Kriteria Hasil :  Merekomendasika debridemen,
 Kerusakan n cara yang efektif perawat dapat
integritas untuk melindungi mengetahui
kulit luka nefrotik pasien
pasien  Berkolaborasi berkurang.
berkurang dengan dokter  Dengan
(5 menjadi untuk memberikan merekomendasikan
3). antibiotik cara yang efektif
 Tekstur  untuk melindungi
kulit luka, perawat
pasien dapat mengetahui
normal pasien terhindar
(kenyal) dari infeksi
 Turgor
kulit
pasien
normal
kembali
dalam
waktu 2
detik
4 Ansietas b/d Tujuan :  Mengontrol  Dengan
status Setelah dilakukan stimulasi yang mengontrol
kesehatan asuhan tepat dan yang stimulasi yang
keperawatan dibutuhkan. tepat, perawat
diharapkan  Membantu pasien dapat mengetahui
kecemasan klien mengidentifikasi stimulasi tersebut
dapat berkurang. situasi cemas berdampak tidak
Kriteria Hasil :  Mengintruksikan pada pasien
 Pasien pasien  Dengan membantu
tidak menggunakan pasien
mengalami teknik relaksasi mengidentifikasi
panik (nafas dalam, cemas, perawat
 Pola tidur mendengarkan dapat mengetahui
pasien musik) apa yang membuat
tidak  Berkolaborasi pasien cemas
terganggu dengan dokter  Dengan
 Ekspresi untuk memberikan mengintruksikan
wajah obat penenang. pasien
tertekan menggunakan
pasien teknik relaksasi,
berkurang perawat dapat
mengetshui apakah
teknik tersebut
mengurangi
kecemasan pasien
 Dengan
berkolaborasi
dengan dokter
untuk memberikan
obat penenang,
perawat dapat
mengetahui apakah
cemas pasien
berkurang
5. Resiko Tujuan :  Memonitor nutrisi  Dengamn
Infeksi b/d Setelah dilakukan pasien memonitor nutrisi
pertahanan asuhan  Selalu pasien, perawat
tubuh primer keperawatan menggunakan dapat mengetahui
yang tidak diharapkan resiko peralatan yang apakah kebutuhan
adekuat infeksi tidsk steril pada waktu nutrisi pasien
terjadi. melakukan tercukupi
Kriteria Hasil : tindakan kepada  Dengan selalu
 Kadar pasien menggunakan
leukosit  Ajarkan pada peralatan yang
dalam pasien dan steril, perawat
rentang keluarga tentang dapat mengetahu
normal tata cara menjaga luka pasien tetap
 Pasien luka supaya tidak steril
mengetahui terkena infeksi  Dengan
faktor  Kolaborasi dengan mengajarkan pada
resiko dokter untuk pasien dan
memberikan keluarga tentang
antibiotik pada tata cara menjaga
pasien luka supaya
perawat dapat
mengetahui luka
paisien tidak
terkena infeksi
 Dengan
berkolaborasi
dengan dokter
untuk memberikan
antibiotik, perawat
dpat mengetahu
pasien terhindar
dari infeksi

8. Terapi Farmakologis dan diet

Antibiotika empiris dapat diberikan sambil menunggu hasil kultur, antara lain adalah kombinasi
vancomycin dan sefalosporin generasi 3 atau antibiotik beta laktamase, seperti ceftriaxone,
cefotaxime, dan cefixime. Penggunaan antibiotika ini banyak digunakan karena dapat digunakan
untuk membunuh bakteri gram positif dan gram negatif.

Antibiotika empiris umumnya diberikan selama 4-6 minggu atau sambil menunggu antibiotika
definitif ditentukan dari hasil kultur. Akan tetapi, bila tindakan debridement dapat
menghilangkan semua tulang terinfeksi, maka antibiotik dapat hanya diberikan selama 10 hari.

Pilihan antibiotik setelah diketahui hasil kultur adalah klindamisin atau trimethoprim-
sulfamethoxazole untuk mengobati bakteri gram positif, termasuk stafilokokus. Klindamisin
diberikan peroral selama 1-2 minggu setelah terapi inisial intravena. Sedangkan untuk mengobati
bakteri gram negatif, antibiotik pilihan adalah golongan kuinolon peroral, seperti levofloxacin,
ofloxacin. Untuk mengobati Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dapat
digunakan rifampin.

Pola makan untuk klien osteomielisis

Pola makan sehat perlu dijalani pengidap selama perawatan osteomielitis. Misalnya dengan
memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan vitamin A, C dan E, mangan, folat,
magnesium, zat besi, kalsium dan kalium. Nutrisi tersebut bisa ditemukan pada bayam, buah-
buahan, biji-bijian, dan ikan.

Sebaiknya hindari konsumsi alkohol dan makanan berlemak tinggi. Pasalnya alkohol berpotensi
meningkatkan aliran darah. Sedangkan makanan berlemak tinggi menyebabkan penumpukan
lemak di arteri. Akibatnya, timbunan lemak memicu kenaikan berat badan dan peningkatan
tekanan darah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit di seumbuhkan daripada
nfeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi,
sehingga tingginya tekanan jaringan dan pembentuksn involukrum(pembentukan tulang baru
disekeliling jaringan tulang mati).
Etiologi osteomielitis bakteri terdiri dari staphylococcus aureus sebanyak 90%,
Haemophylus influenzae(50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun, streptococcus
hemolitikus, Pseudomonas aurenginosa, Escherecia coli, Clatridium perfringen, Neisseria
gonorhoeae, dan Salmonella thyposa. Manifestasi klinis dari osteomielitis adalah Demam,
nafsu makan menurun, nyeri tekan saat pemeriksaan fisik dan gangguan sendi karena adanya
pembengkakan. Cara pencegahan osteomielitis dapat dilakukan dengan cara berhenti
merokok, diet sehat, mengelola berat badan, ,menghindari alkohol dan olahraga teratur.

B. Saran
Cukup sekian makalah dari kami, semoga memberi masukan yang positif terhadap
pembaca. Semoga pembaca semakin mengetahui tentang penyakit Osteomielitis dan dpat
menjaga pola hidup sehingga dapat terhindar dari penyakit Osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Wangi. 2010. Tulang dan Tubuh Kita. Yogyakarta : Getar Hati.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Kapita selekta kedokteran/editor, Chris Tanto (et al.). -- Ed. 4, Jakarta : Media Aesculapius. 2014

Schmitt, Steven. 2017. Osteomyelitis.

Anda mungkin juga menyukai