OSTEOMILITIS
OLEH
1. AGRINTO TALOIM
2. APRILIA F. RATU
3. CHYNDYELIS N. SEUBELAN
4. FREDERICO E. KAKE
5. MANAS M. TOLEU
6. MARIA F. OEMATAN
KELAS : V/B
PRODI : S1 KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas tuntunan-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Osteomilitis yang Dirawat Di
Rumah sakit” dengan baik. Semoga makalah ini dapat di pergunakan untuk membantu proses
belajar mengajar. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................
B. TUJUAN....................................................................................................................
C. MANFAAT................................................................................................................
BAB II. TINJAUAN TEORI.............................................................................................
A. DEFINISI...................................................................................................................
B. ANATOMI FISIOLOGI............................................................................................
C. ETIOLOGI.................................................................................................................
D. KLASIFIKASI...........................................................................................................
E. MANIFESTASI KLINIS...........................................................................................
F. PATOFISIOLOGI.....................................................................................................
G. PATWAHY................................................................................................................
H. PENATALAKSANAAN...........................................................................................
I. KOMPLIKASI...........................................................................................................
J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI.......................................................................
BAB III. TINJAUAN KASUS.............................................................................................
A. PENGKAJIAN...........................................................................................................
B. ANALISA DATA......................................................................................................
C. DIAGNOSA...............................................................................................................
D. INTERVENSI............................................................................................................
E. IMPLEMENTASI......................................................................................................
....................................................................................................................................
F. EVALUASI................................................................................................................
BAB IV. PENUTUP...........................................................................................................
A. KESIMPULAN..........................................................................................................
B. SARAN......................................................................................................................
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah satu
penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya
disebabkan oleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa menjadi penyebabnya.
Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra,tulang pelvic, tulang
tengkorak dan mandibula. Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti
diyakini bahwa infeksi akan berlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh,
padahal hal yang sebenarnya adalah osteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh
karena jaringan lain tersebut punya aliran darah yang baik dan terproteksi oleh sistem
imun tubuh. Kecuali apabila terdapat sendi buatan dibagian tubuh yang lain. Dalam
keadaan ini, benda asing tersebut menjadi patogen. Secara umum, terapi infeksi tulang
bukanlah kasus yang emergensi. Tubuh memiliki mekanisme pertahanan yang
mempertahankan agar infeksi tetap terlokalisasi di daerah yang terinfeksi.( Corwin 2001)
Insiden osteomilitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus/100.000 penduduk. Kejadian
tertinggi pada Negara berkembang. Tingket mortalitas osteomilitis adalah rendah, kecuali
jika sudah terdapt sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari ( Randall 2011).
Pasien dengan osteomilitis perlu dilakukan dengan asuhan keperawatan yang ada
maka sebagai calon perawat perlu melakukan komunikasi dan koordinasi dalam
Merencanakan Asuhan Keperawatan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyusun makalah ini di harapkan mahasiswa memahami konsep
osteomilitis dan asuhan keperawatan osteomilitis
2. Tujuan khusus
A. Setelah menyusun makalah ini di harapkan mahasiswa/mahasiswi mampu :
a. Menyebutkan Definisis Osteomilitis
b. Menyebutkan Anatomi fisiologi osteomilitis
c. Menyebutkan Etiologi Osteomilitis
d. Menyebutkan Klasifikasi Osteomilitis
e. Mneyebutkan Manifestas Osteomilitisi
f. Menyebutkan Patofisiologi Osteomilitis
g. Menyusun Phatway Osteomilitis
h. Menyebutkan Penatalaksanaan Osteomilitis
i. Menyebutkan Komplikasi Osteomilitis
j. Menyusun Asuhan keperawatan teori
B. Setelah Menyusun asuhan keperawatan Ini Mahasiswa/mahasiswi mampu:
Awatan osteomilitisa. Melakukan pengkajian Osteomilitis
b.Menyusun analisa data Osteomilitis
c. Menegakan diagnose Osteomilitis
d. Menyusun intervensi Keperawatan
e. Melakukan implementasi Osteomilitis
f. Menevaluasi asuhan keper
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang mencangkup sumsum dan atau korteks
tulang, yang terjadi secara eksogen dan hematogen, akut atau kronis, dan biasanya
menyerang metafis tulang panjang( Mansjoer 2000)
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang
baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Brunner,
suddarth. 2002).
B. ANATOMI FISOLOGI
Sistem Muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa. Masalah
yang berhubungan dengan stuktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua kelompok
usia. Masalah sistem muskuloskeletal biasanya tidak mengancam jiwa, namun
mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan produktivitas penderita.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai
bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Anatomi :
Ada sekitar 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori :
1. Tulang Panjang
2. Tulang Pendek
3. Tulang Pipih
4. Tulang Tak Teratur
Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan daya yang bekerja
padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (Trabekular atau Spongius) atau
koltikal (kompak). Tulang panjang berbentuk seperti tangkai atau batang panjang dengan
ujung yang membulat, misalnya femur. Batang atau diafisis terutama tersusun atas tulang
3
kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh tulang
kanselus. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan. Tulang
pendek terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak. Tulang pipih
merupakan tempat penting untuk hematopoiesis dan sering memberikan perlindungan
bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang konselus diantara kedua tulang
kompak. Tulang tak teratur mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan fungsinya.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas
tiga jenis dasar osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.Matriks tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar glukosaminoglikosan (asam polosakarida) dan
proteoglikan}.Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang berfungsi dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang).Osteoklast adalah sel multinuklear (berinti
banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorbsi dan remodelling tulang.
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrus padat dinamakan periosteum.
Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat
pelekatan tendon dan ligamen.
Sum – sum tulang merupakan jaringan vaskular dalam rongga sum – sum (batang)
tulang panjang dan tulang pipih.Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat
baik.Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh
darah metafisis dan epifisis.Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak
melalui kanal volkman yang sangat kecil.Selain itu ada arteri nutrien yang menembus
periosteum dan memasuki rongga medular melalui foramina (lubang-lubang kecil).Arteri
nutrien memasok darah ke sumsum dan tulang.Sistem vena ada yang mengikuti arteri dan
ada yang keluar sendiri. Lokasi yang tersering mengalami Osteomilitisi ialah Tulang-
tulang panjang seperti femur,tibia,radius,humerus,dan Ulna karena merupakan tulang
yang banyak vaskularisasinya (Yuliani anak 2010).
Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran.Osifikasi adalah proses dimana
matriks tulang (disini serabut kolagen dan substansi dasar) terbentuk dan pergeseran
mineral (disini garam kalsium) ditimbun diserabut kolagen dalam suatu lingkungan
elektro negatif. Serabut kolagen memberi kekuatan terhadap tekanan kepada tulang.
4
C. ETIOLOGI
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi
di tempat lain (misal tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat
trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis.
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misal
ulkusdekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang
(misalfraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).
(Lukman &NurmaNingsih. 2009)
Staphylocuccus merupakan penyebab 70%-80% infeksi tulang. Organisme lain
meliputi proteus, pseudomonas, dan Escherichia coli. Pada anak-anak infeksi tulang
sering kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi
faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya
(staphylocuccusaureus, Streptococcus, haemophylusinfluenzae) berpindah melalui aliran
darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke
dalam sinusoid. Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat
peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan. Mikroorganisme yang
menginfeksi tulang akan membentuk koloni pada tulang perivaskuler, menimbulkan
edema, infiltrasi seluler dan akumulasi produk-produk inflamasi yang akan merusak
trabekula tulang yang hilangnya matriks dan mineral tulang. (Lukman &NurmaNingsih.
2009)
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi osteomielitis dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Osteomielitis primer penyebarannya secara hematogendimana mikroorganisme
berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis sekunder (osteomielitispercontiniutatum), terjadi akibat penyebaran
kuman dan sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya
(Lukman & NurmaNingsih, 2009).
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis tergantung pada etiologi dan lokasi tulang yang cedera, dapat
berkembang secara progresif atau cepat. Infeksi hematogen akut, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia yaitu menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
5
malaiseumum sedangkan gejala lokal yang terjadi berupa rasa nyeri tekan, bengkak dan
kesulitan menggerakkan anggota tubuh yang sakit. Klien menggambarkan nyeri konstan
berdenyut, semakin nyeri bila digerakkan, dan berhubungan dengan tekanan pus yang
terkumpul (Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septekemia. Daerah infeksi bengkak, hangat, nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan, dan pengeluaran
pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan
darah (Lukman &NurmaNingsih. 2009).
F. PATOFISIOLOGI
Factor-faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit yaitu virulensi organisme
dan kerentanan hospes dengan status imun yang rendah. Penyakit ini lebih terbatas pada
metafisis tulang karena pembuluh darah cenderung melingkari metafissi sehingga
meninmbulkan emboli terinfeksi menyangkut di daerah itu dan lapisan epifisis dapat
mencegah pencyebaran infeksi ke sendi sehingga infeksi terkoalisir di metafisis. Itulah
sebabnya mengapa infeksi terjadi pada lapisan metafisis tulang yang mengalami
pertumbuhan pada anak-anak. Tetapi pada orang dewasa terjadi di diafisis . emboli yang
terinfeksi menyangkut dalm pembuluh darah, menyebabkan thrombosis sehingga
mengakibatkan nekrosis afaskuler pada bagian korteks tulang.
Res[on peradangan terhadap infeksi mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan terjadi
oedem dan mengakibatkan terangkatnya teriosteum dari tulang sehingga memutuskan
lebih banyak suplai darah. Pengangkatan peristeum ini menimbulkan nyeri hebat, apalagi
dengan adanya pegangan eksudat dibawahnya, infeksi dapt pecah ke superiosteal
kemudian menembus subkutis dan menyebar menjadi selulitis atau menjalar melalui
rongga superiosteal ke diafisis. Infeksi juga dapat pecah kebagian tulang diafisis melalui
kanalis medularis penjalaran superiosteal kearah diafisis akan memasuki pembuluh darah
yang ke diafisis sehingga menyebabkan nekrosis tulang. Tulang yang mengalami nekrosis
dikenal sebagai sekuestrum. Tulang dimana periosteum terangkat melapisi tulang yang
matidikenal dengan infolukrum. Pus mencari jalan keluar dari lapisan tulang baru melalui
serangkaian lubang yang di kenal dengan kloaka ( sachdeva,1996, Hal 92 dan
sjamsuhidayat , 1997,1221).
6
G. PATHWAY
Faktor predisposisi: usia, virulensi kuman, riwayat
trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi
Infasi kuman ke
tulang dan sendi
osteomielitis
fagositosis
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi
akut. Infeksi yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan
berat badan,kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya
implantprosthetic, selolitis pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomilitis di
daerah cranium, dan Kematian.
a. Komplikasi tahap Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
8
3) Atritisseptik
b. Komplikasi tahap Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan
fungsi tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kosong yang ditinggalkan
dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk
kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan
pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada
9
tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari
permukaan tulang masuk ke dalam darah.(Brunner, suddarth. 2002)
10
Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit
yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit
yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
2. Nutrisi – Metabolik
Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena demam yang ia
diderita.
3. Eliminasi
Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien mengalami
penurunan nafsu makan akibat demam.
4. Aktivitas – Latihan
Biasaya pada pasien Osteomielitis mengalami penurunan aktivitas karena rasa
nyeri yang ia rasakan
5. Istirahat – Tidur
Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri yang ia
rasakan pada tulangnya.
6. Seksual – Reproduksi
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.
6 Riwayat Psikologi
1. Kognitif – Persepsi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan persepsinya.
2. Koping – Toleransi Stress
Biasanya pasien mengalami stressysng berat karena kondisinya saat itu.
7 Riwayat Sosial
1. Persepsi Diri – Konsep Diri
Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi
takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang,
gagal menepati janji atau banyak janji.
2. Peran – Hubungan
Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang dialaminya.
Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga tidak
dapat melakukan perannya dengan baik.
11
8 Riwayat Spiritual
1. Nilai Kepercayaan
Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual
klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah ada
pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien biasanya mengalami
gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.
9. Pemeriksaan Fisik
1) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
4) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
5) Identisikasi peningkatan suhu tubuh
6) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
(Lukman &NurmaNingsih, 2009).
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan
gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
Keadaan umum meliputi:
o Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada
keadaan klien).
o Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus
osteomielitis biasanya akut).
o Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi
septikimia.
B1 (Breathing). Pada inspeksi, didapat bahwa klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan
kiri. Pada auskultasi, tidak didapat suara napas tambahan.
12
B2 (Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan S1 dan S2 tunggal, tidak ada
mundur.
B3 (Brain)
Kepala : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan tidak ada sakit kepala).
Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
reflex menelan ada).
Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
Mata : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien
osteomielitis yang desrtai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami
konjungtivaanemis.
Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf cranial :
Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil
isokor.
Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex
kornea tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
13
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak da deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
Pemeriksaan reflex : Biasanya tidak terdapat reflex patologis.
B4 (Bladder). Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik dan
berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada system ini.
B5 (Bowel). Inspeksi abdomen; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi:
Turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi: Suara timpani, ada pantulan gelombang
cairan. Auskultasi: Peristaltik usus normal (20 kali/menit). Inguinal-genitalia-anus:
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe,tidak ada kesulitan defekasi.Pola nutrisi
dan metabolisme.:Klien osteomielitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-hari,seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu
proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat
membantu menentukan penyebab masalah muskuloskletal dan mengantisipasi
komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat, terauma kalsium atau protein. Masalah
nyeri pada osteomielitismenebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga
pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi: Tidak ada gangguan pola eliminasi,
tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feces. Pada pola
berkemih, dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
B6 (Bone). Adanya oteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien.
Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
3. Deficit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Resiko cedera ditandai dengan perubahan fungsi psikomotor
5. Gangguan mobilitas fisuk berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
6. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal
14
C. INTERVENSI
SDKI SLKI SIKI RASIONAL
1. Nyeri akut setelah dilakukan manajemen nyeri
berhubung Tindakan Tindakan
an dengan keperawatan 1×24 Observasi 1. Dapat membantu
agen jam diharapkan - Identifikasi lokasi, perawat untuk berfokus
pencedera tingkat nyeri kerakteristik, pada penyebab nyeri
fisik menurun dengan durasi, frekuensi, dan manajemennya
kriteria hasil kwalitas dan
Kemampuan intensitas nyeri
meningkatkan - Identifikasi skala 2. dapat membantu
aktifitas nyeri perawat untuk
meningkat(5) mengetahui tingkat
Keluhan nyeri nyeri klien
menurun (5) - Identifikasi respon 3. Untuk dapat
Mual menurun nyeri nonverbal mengetahui seberapa
(5) kuat nyeri yang
15
kenyamanan
Edukasi 7. untuk memberikan
- Jelaskan pemahaman agar pasien
penyebab, peroide tidak gelisah saat nyeri
dan pemicu nyeri timbul
- Jelaskan straregi 8. agar pasien dapat
meredakan nyeri melakukan manajemen
nyeri secara mandiri
- Anjurkan 9. membantu meredakan
menggunakan rasa nyeri
analgetic secara
tepat
- Ajarkan teknik 10. untuk meningkatkan
nonfarmakologis kerja sama dengan
untuk mengurangi aturan terapeutik
rasa nyeri
Kolaborasi 11. untuk membantu
- Kolaborasi proses penyembuhan
pemberian untuk mengurangi nyeri
analgetic jika
perlu
16
kriteria hasil - Ubah posisi tiap 2 jam 3. membantu kelembapan
Perfusi jika tirah baring kulit
jaringan - Gunakan produk
meningkat (5) berbahann petroleum 4. untuk tidak terjadi
Kerusakan atau minyak pada dehidrasi
jaringan kulit kering 5. untuk memenuhi
menurun (5) Edukasi kebutuhan metabolic
Nyeri menurun - Anjurkan minum air
(5) yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
17
makan - Lakukan oral hygiene 8. untuk meningkatkan
membaik (5) sebelum makan jika napsu makan
Nafsu makan perlu 9. untuk mencegah
membaik (5) - Sajiakan makan secara konstipasi
menarik dan suhu 10. kepatuhan terhadap
yang sesuai diet untuk mencegah
- Berikan makanan komplikasi terjadinya
tinggi serat untuk hipoglikemia
mencegah konstipasi 11. untuk menentukan
Edukasi jumblah kalori dan
- Anjurkan diet yang nutrisis yang diberikan
diprogramkan pasien
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
1. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan.
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat memberikan intervensi
keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien.
2. EVALUASI
18
BAB III
KASUS
A. PENGKAJIAN
I. Identitas klien
Nama : Tn.s
Tempat / tanggal lahir :
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : lakilaki
Alamat : batu karang
Status perkawinan : belum menikah
Agama/suku : Kristen/sabu
Waraga negara : WNI
Pendidkan : S!
Pekerjaaan : Wiraswasta
Dx medis : Osteomilitis
Sumber informasi : Dokter
Penanggung jawab : Ny.A
Keluarga yang dapat : Tn. B
Di hubungi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Alamat : batu karang
hubungan drngan : Bapak
klien
19
mual dan muntah, serta tidak ada napsu makan, latergi
dan demam , pasien di bawah ke rumah sakit dan
mendapatkan perawatan
3. Keluhan saat dikaji : saat di rawat pasien mengeluh nyeri pada lutut, mual
dan tidak napsu makan.
III. Riwayat Kesehatan masa lalu
1. Penyakit yang pernah dialami : pasien memiliki riwayat otitis media
2. Riwayat alergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi
3. Pengobatan : pasien tidak mengomsusmsi obat-obatan
IV. Riwayat penyakit keluarga
Genogram (3 generasi)
IV. Pengkajian pola-pola fingsi Kesehatan
1. Persepsi dan pemeliharaan Kesehatan: pasien tidak terlalu hidup bersih dan sehat
2. Pola nutrisi dan metabolic
a. Sebelum sakit
Berat badan : 46 cm Tinggi Badan: 155 cm LLA:
Makan
Frekuensi : 3 ×/hari
Jenis makanan: nasi : sayur dan buah-buahan
Yang disukai : nasi goreng
Yang tidak disukai : udang
Pantangan : tidak ada pantangan
Alergi : tidak ada alergi
Nafsu makan : tidak ada napsu makan 1 hari sebelum sakit
Minum
Frekuensi : 5 ×/hari
Jenis minuman : sir putih, air es dan jus
Yang disukai ; air es
Yang tidak disukai : tidak ada yang tidak di sukai
Pantangan ; tidak ada pantangan
20
Alergi : tidak ada alergi
b. Perubahan setelah sakit:
BB saat sakit :43 kg, perubahan BB : 3 kg
Jenis diet: ; Tida ada diet yang di programkan
Nafsu makan : napsu makan menurun
Keluhan mual muntah : pasien mengeluh ada mual dan muntah
Porsi makan : 1 piring tidak di habiskan
Intake cairan: : minum 3 gelas/ hari
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit:
Buang air besar:
Frekuensi:: 2 ×/hari, penggunaan laktasif:-
Konsistensi: lunak
Karakter feses: berwarna kuning BAB terakhir: tadi pagi
Riwayat perdarahan:- hemoroid:-
Konstipasi : - diare:-
Buang air kecil
Frekuensi : 4 ×/hari
Produksi: : 1500 cc/ hari
Warna: kuning pekat bau : khas
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: tidak ada masalah dalam BAK
Lain-lain-
b. Perubahan setelah sakit
BAB:: 1 x/hari
BAK: 4x/hari
4. Pola aktifitas dan Latihan
a. Sebelum sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
21
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
0: mandiri, 1: alat bantu. 2: dibantu, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
b. Setelah sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
0: mandiri, 1: alat bantu. 2: dibantu, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
22
Lapang pandang:-
Gangguan fungsi:-
Pendengaran
Fungsi pendengaran: telinga kiri: terdengar baik, telinga kanan:
terdengar baik
Kelainan fungsi-
Penciuman
Fungsi penciuman: tidak ada gangguan fungsi penciuman
Kelainan fungsi-
Pengecapan
Fungsi pengecapan: tidak ada gangguan fungsi pengecapan
Kelainan fungsi:-
Perabaan
Fungsi perabaan: tidak ada gangguan fungsi perabaam
Kelainan fungsi:-
b. Perubahan setelah sakit: tidak ada gangguan pola persepsual setelah sakit
7. Pola persepsi diri
a. Sebelum sakit
Pandangan klien tentang penyakitnya: klien memikirkan bahwa dirinya
baik-baik saja
Konsep diri
1. Gambaran diri: klien mengantakan bersyukur akan dirinya saat ini
2. Identitas diri: klien mengatakan ia masih berada dengan orang tua
yang lengkap
3. Peran: klien adalah anak pertama
4. Harga diri: klien menganggap bahwa dirinya berharga
5. Ideal diri: klien mengatakan dirinya kurang berolahraga
Keadaan emosional pasien: klien mengatakan dirinya mampu mengontrol
keadaan emosional
Lain-lain
23
b. perubahan setelah sakit:klien mengatakan setelah sakit konsep dirinya
tetap sama tidak ada yang berubah
8. pola seksualitas dan reproduksi
a. sebelum sakit
hubungan seksual: -
gangguan hubungan seksual
() fertilitas
() libido
() ereksi
()lain-lain
b. perubahan setelah sakit:
9. pola peran hubungan
a. sebelum sakit
komunikasi: klien berkomunikasi dengan baik
hubungan dengan orang lain : klien mengatakan selalu bersosialisasi
dengan orang lain
dukungan keluarga: keluatga klien selalu mendukung apa yang di alami
klien
dukungan teman/ kelompok/ masyarakat: klien selalu mendapat dukungan
dari orang-orang sekitar
konflik terhadap peran/nilai: tidak ada konflik
lain-lain:-
b. perubahan setelah sakit: klien mengatakan setelah sakit tidak ada perubahan
pola peran hubungan dengan orang lain
10. pola manajemen koping -stres
a. sebelum sakit
pengambilan keputusan: klien mamp mengambil keputusan secara mandiri
yang disukai tentang diri sendiri: selalu berbaur dengan orang lain
yang ingin dirubah dari kehidupan: menjadi lebih baik lagi
24
yang dilakukan jika stress: klien mengatakan jika stress yang di lakukan
klien berolahraga dan jalan-jalan
lain-lain
b. perubahan setelah sakit: perubhan setelah sakit jika stress hanya berdoa dan
mendengarkan musik
11. system nilai dan keyakinan
a. sebelum sakit
keyakinan dan penguasaan kehidupan: -
sumber kekuatan saat sakit: Keluarga
ritual keagamaan yang sering dilakukan: beribadah
b. perubahan setelah sakit: Tidak ada perubahan setelah sakit
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesehatan umum: [asien tampak sakit sedang
GCS : E4 V5 M6 nilai GCS: 15
2. Tanda vital TD: 120/90 mmHg,Nadi: 88×/menit,suhu: 37,7 oc,RR: 18 ×/menit
3. Kepala:
Inspeksi:terlihat bersih, tidak ada lesi, rambut berwarna hitam
Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan
4. Mata
Inspeksi: mata simetris, penglihatan baik, konjungtiva anemis
Palpasi: tidak ada nteri tekan
5. Telinga
Inspeksi: terlihat simetris, tidak ada secret
Palpasi: tidak ada polip, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
6. Hidung
Inspeksi: Hidung simetris, tidak ada lesi, tidak ada secret, terdapat bulu halus
Palpasi: tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
7. Mulut dan tenggorokan
25
Inspeksi: gigi terlihat bersih,lidah berwarna merah mudah, tenggorokkan
berwarna merah mudah, tidak terlihat benjolan, tidak ada tanda-tanda radang,
tidak ada sariawan
Palpasi: tidak ada benjolan ddan nyeri tekan
8. Dada
Inspeksi: dada terlihat simetris, terdapat dua payudara
Palpasi: tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi: tidak ada benjolan
Auskultasi: terdengar bunyi jantung dan paru-paru, tidak ada suara napas
tambahan
9. Abdomen
Inspeksi: terlihat simetris,tidak ada lesi
Palpasi: tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi: tympani
Auskultasi: terdengar suara bising usus, 12x/menit
10. Genetalia
Inspeksi: terlihat bersih, tidak ada cairan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
11. Ekstremkitas
Inspeksi : terlihat simetris
Palpasi: tidak ada lesi, nyeri tekan dan benjolan
VII. pengobatan
Nama obat Dosis Cara pemberian indikasi kontraindikasi
Seftriaxone 500 mg Intravena Untuk mengatasi Pada orang
26
bakteri gram riwayat
negative maupun hipersensitivitas
gram positif
B. ANALISA DATA
No Data pasien Penyebab Masalah
1 Ds: Pasien mengeluh nyeri pada Agen pencedera fisik Nyeri akut
lutut kir
P : Nyeri lutut akibat terbentur
tiang gawang saat bermain
bola.
Q : nyeri yang di rasakan sakit
R : nyeri yang di rasakan
berfokus ppada satu tempat
saja
S : Skala Nyeri 7(1-10)
T : Nyeri yang di rasakan terus-
menerus
DO: pasien tampat sakit sedang
TTV :
- TD : 120/90
Mmhg
- N : 88 x/m
- RR : 18 x/m
- S : 37,7℃
2 DS : pasien mengeluh mual , Factor psikologis Deficit nutrisi
muntah dan tidak ada napsu
makan
DO : Pasien tampak sakit sedang
,
27
C. DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik di tandai dengan pasien
mengeluh nyeri, tampak sakit sedang , skala nyeri 7
2. Dwfisit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis di tandai dengan mual muntah
dan tidak ada napsu makan
D. INTERVENSI
No Diagnose SLKI SIKI RASIONAL
1 Nyeri akut b.d Setelah di lakukan Manajemen nyeri - Dengan
agen pencedera tindakan keperawatan 1. Observasi megidentifikasi
fisik d.d pasien selama 2x 24 jam - Identifikasi lokasi, dapat membantu
mengeluh nyeri, maka di harapkan frekuensi, perawat untuk
tampak sakit Nyeri akut meurun karakteristik,durasi, berfokus pada
sedang, skala dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas penyebab nyeri
nyeri 7 - Keluhan nyeri nyeri dan manajemennya
menurun (5) - Identifikasi skala - Dengan
- Muntah menurun nyeri mengetahui skala
(5) nyeri klien dapat
- Mual menurun (5) membantu perawat
- Nafsu makan untuk mengetahui
membaik (5) 2. Terapeutik tingkat nyeri klien
- Fasilitasi istirahat - Membantu pasien
dan tidur untuk tubuh
mendapatkan
3. Edukasi istrhat yang cukup
- Ajarkan teknik - Dapat membantu
nonfarmakologis klien lebih baik,
untuk mengurangi lebih rileiks, dan
rasa nyeri dapat melupakan
4. Kolaborasi nyeri
Kolaborasi - Pemberian
pemberian analgetik dapat
28
analgetik memblok nyeri
pada susunan saraf
pusat
29
untuk untuk pasien
menentukan
numblah kalori
dan jenis nutrient
yang dibutuhkan.
E. IMPLEMENTASI
No Hari/tanggal Diagnose Jam Implementasi
1 Rabu,22/09/2 Nyeri akut b.d 08.00 - Mengidentifikasi lokasi, frekuensi,
021 agen pencedera karakteristik,durasi, kualitas, intensitas
fisik d.d pasien nyeri
mengeluh 08.02 - Mengidentifikasi skala nyeri
nyeri, tampak 08.03 - Memfasilitasi istirahat dan tidur
sakit sedang, - Mengajarkan teknik nonfarmakologis
skala nyeri 7 08.05 untuk mengurangi rasa nyeri
08.07 - Mengkolaborasi pemberian analgetik
F. EVALUASI
30
No Diagnosa Hari/t Jam Catatan perkembangan Paraf
anggal
1 Nyeri akut b.d Rabu, 11.00 S : Pasien meengatakan Nyeri yang
agen pencedera 22/09/ di rasakan sudah Kurang membaik,
fisik d.d pasien 2021 skala Nyeri 5
mengeluh nyeri,
tampak sakit 11.05 O : Pasien Tampak tidak terlihat
sedang, skala menahan sakit
nyeri 7 TTV : TD : 10/80, N : 86 x/m. S:
36,5℃ , RR : 20 x/m
P : Intervensi Di Lanjutkan
P : Intervensi di lanjutkan
3 Nyeri akut b.d Kamis 10.00 S : Pasien mengatakan Nyeri tidak
agen pencedera , Lagi di rasakan
fisik d.d pasien 24/09/
mengeluh nyeri, 2021 O : Pasien tampak tidak menhan sakit
tampak sakit lagi
sedang, skala
nyeri 7 A : Masalah teratasi
P : Intervensi Di Hentikan
31
2 Deficit nutrisi Kamis 10.20 S : Pasien mengatakan Nafsu makan
b.d factor ,24/09/ sudah membaik
psikologis d.d 2021
mual, muntah O: Pasien tampak segar
dan tidak ada TTV ; TD : 120/80, N : 87 x/m, S:
napsu makan 36,5 ℃, RR : 22 x/m
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi Di hentikan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah satu
penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya
disebabkan oleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa menjadi penyebabnya.
Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra,tulang pelvic, tulang
tengkorak dan mandibula merupakan tulang yang paling beresiko untuk terkena
32
osteomilitis karena merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya. Osteomlitis bisah
mengenai semua usia tetapi umumnya mengenai anak-anak dan orang tua.
Osteomilitis umumnya disebabkan oleh bakteri, diantaranya dari species
staphylococcus dan stertoccus. Osteomlitis umumnya dibagi Menjadi 2 yaitu
Osteomielitis primer penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal
dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah dan Osteomielitis sekunder (o
steomielitispercontiniutatum), terjadi akibat penyebaran kuman dan sekitarnya akibat dari
bisul, luka fraktur dan sebagainya. Manifestasi klinis tergantung pada etiologi dan lokasi
tulang yang cedera, dapat berkembang secara progresif atau cepat. Infeksi hematogen
akut, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia yaitu menggigil, demam tinggi,
denyut nadi cepat dan malaiseumum sedangkan gejala lokal yang terjadi berupa rasa
nyeri tekan, bengkak dan kesulitan menggerakkan anggota tubuh yang sakit. Klien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut, semakin nyeri bila digerakkan, dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Adapun konsep teori yang ditampilkan dan dapat menjadi konsep untuk asuhan
keperawatan kasus pada Tn.s yang mengalami Nyeri pada Lutut kiri yang terjadi akibat
terkena tiang gawang , maka mahasiswa melakukan Asuhan keperawatan pada Tn.S .
pada Kasus Tn.S Penulis mendapatkan dua diagnosa keperawatan yaitu perencanaan
untuk diagnose pertama Nyeri aku berhubungan dengan agen pencedera fisik dan
perencanaan diagnose yang kedua Defisit Nutrisi berhubungan dengan factor psikologis.
B. SARAN
Setelah menyusun makalah ini diharapkan untuk calon Perawat untuk lebih
Meningkatkan Ilmu tetang penyakit osteomilitis , dan Semoga makalah ini menjadi
pedoman bagi pembaca sebagai calon perawat yang Mengerjakan tugas asuhan
keperawatan tentang penyakit osteomilitis.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta; Media Aesculapius
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku saku. Jakarta: EGC.
33
Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl M. Wagner. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Mosby: United States of
America.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC.
Slone, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Suratun., dkk. 2008. Klien Dengan Sistem Muskoloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
sachdeva,1996, Hal 92 dan sjamsuhidayat , 1997,1221)
Format penilaian :
Nama mahasiswa :
Topik :
Tanggal pengumpulan tugas :
34
Komponen Bobot Nilai Komentar
No
Menggunakan teori yang tepat
2 Pengorganisasian penulisan 20
Alur penulisan mudah dipahami
Keterkaitan antara tema
3 Format penulisan 15
Cara penulisan (APA Style)
Ejaan /kaidah penulisan
4 Referensi 10
Jumlah dan jenis referensi (buku
wajib dan jurnal)
Total
Tanggal koreksi :
Fasilitator :
35
Format penilaian Makalah
36
1 Konten isi makalah : 50
Judul makalah
introduction
Jawaban atas pertanyaan makalah
Menggunakan teori yang tepat
2 Pengorganisasian penulisan 20
Alur penulisan mudah dipahami
Keterkaitan antara tema
3 Format penulisan 15
Cara penulisan (APA Style)
Ejaan /kaidah penulisan
4 Referensi 10
Jumlah dan jenis referensi (buku
wajib dan jurnal)
Total
N a m a ma hasis wa :
2………………………………. Evaluator : … … … … … … … … … .
4………………………………..
5……………………………….
37
6…………………………………
38
(peran nama) Nama (peran nama)
1………………………………….. 4……………………………………
2…………………………………. 5……………………………………
3…………………………………. 6……………………………………..
K
o
m
en
ta
Komponen Bobot Nilai r
mempresiapkan preentasi 5
dengan baik
Han out : 25
Ketepatan pemilihan desain dan
gambar
Satu informasi dalam satu slide
Isi sesuim dengan tujuan
39
Memakai media dan metode presentasi 10
dengan tepat
masalahselama presentasi 15
didiskusikan/ direspon/dijawab secara
Total
40