Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN DESAIN INOVATIF

TERAPI RELAKSASI SLOW DEEP BREATHING PADA PASIEN HIPERTENSI


DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI RUANGAN ARWANA (D) DI RSUD
dr.SOEDARSO PONTIANAK

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
DHEA RISKY APRILLIANTI 211133047
DINI ALHAFIZA 211133048
RADEN MEGA RAHAYUNINGSIH 211133065
REIKA OKTAVIANINGSIH 211133066

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
2020/2021
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal maupun Regional.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan “Terapi Slow Deep Breathing Pasien Hipertensi
Dengan Stroke Non Hemoragik di Ruangan Arwana (D) Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Soedarso Pontianak”pada Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah.
Dalam penyusunan telaah jurnal ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak.
2. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan dan
Ners.
3. Bapak Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep selaku Koordinator Praktik Klinik Stase
Keperawatan Medikal Bedah
4. Ibu Ismi Rahayani, S.Kep, Ners selaku kepala ruangan arwana (D)
5. Bapak Ardi Wahyudi, M.Kep selaku clinical instructure ruagan arwana D
6. Semua dosen Program Studi Profesi Ners Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Teman sekelompok yang tersayang atas semangat pepet waktunya.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Pontianak yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga telaah jurnal ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama dalam perkembangan
ilmu keperawatan dan kesehatan.

Pontianak, 26 Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke atau gangguan peredaran darah otak merupakan penyakit neurologis yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran otak yang
dapat menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,
proses berpikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan lainnya sebagai akibat
gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Indonesia merupakan salah satu Negara yang
memiliki angka kejadian hipertensi terbanyak setelah jantung dan kanker, dengan
jumlah persentase 28,5% penderita stroke yang meninggal dunia (Nasution, 2013). Dari
berbagai jenis stroke di Indonesia, stroke non hemoragik merupakan jenis stroke yang
paling sering terjadi. Dari 100% penderita stoke, hampir 80% diantaranya mengalami
stroke non hemoragik yang disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah yang
mengalir ke otak sehingga penderita akan mengalami kelemahan pada anggota gerak.

Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan segera untuk mencegah komplikasi
yang tidak diinginkan (Handayani & Dominica, 2018). Menurut Fitria (2010)
penanganan pada pasien stroke tidak hanya pemenuhan kebutuhuhan fisik saja, tetapi
penting juga dukungan terhadap kebutuhan psikologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan
spritual, yang kesemuanya akan terpenuhi dilakukan dengan pendekatan interdisiplin
oleh tim, dan yang lebih dikenal dengan sebutan perawatan palliative. Stroke
mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas hidup pasien. Secara fisik penderita
akan mengalami keterbatasan dan kesulitan saat menjalani aktivitas fisik (Kong &
Yang, 2006 dalam Handayani & Dominica, 2018). Penatalaksanaan yang tidak
dilakukan dengan baik pada pasien stroke, maka dapat berakibat meluasnya komplikasi
yang akan terjadi. Asuhan keperawatan sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien stroke dengan hipertensi. Salah satu tindakan yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan manjemen tekanan darah. Menurut Muttaqin
(2008), hiepertensi merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan terjadinya
stroke. Hipertensi dapat menyebabkan penyempitan aliran darah ke otak sehingga dapat
membuat pecahnya pembuluh darah di otak dan sel-sel otak akan mengalami gangguan
hingga kematian (Wibhisono, 2016).
Peningkatan ini mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
mengedarkan darah melalui pembuluh darah (Kurniadi & Ulfa, 2015 dalam Sumartini
dan Miranti, 2019). Pengendalian hipertensi merupakan kunci utama untuk mencegah
terjadinya stroke (Muttaqin, 2009). Tindakan keperawatan untuk menurunkan tekanan
darah pasien stroke dengan hipertensi yang dapat dilakukan diantaranya melalui
pendekatan secara farmakologis dan nonfarmakologis. Tindakan farmakologis yang
dapat dilakukan yaitu dengan pemberian medikasi obat antihipertensi. Tindakan non
farmakologi merupakan terapi pelengkap dalam mengurangi dan mengontrol tekanan
darah, intervensi ini dapat mencakup intervensi fisik dan perilaku kognitif. Menurut
Andri (2018), tindakan nonfarmakolgis yang dapat diberikan untuk menurunakan
tekanan darah pada penderita hipertensi salah satunya adalah dengan meningkatkan
Latihan relaksasi dengan latihan pernapasan. (Rasyidah, 2018). Menurut Rasyidah
(2018), terapi nonfarmakologi pada pasien hipertensi yang dapat digunakan yaitu
latihan slow deep breathing. Terapi slow deep breathing ini mudah untuk dilakukan,
dan efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Andri (2018) didapatkan bahwa meskipun intervensi slow deep
breathing pernah dilakukan namun di Indonesia penerapannya masih jarang dilakukan.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk membuat studi kasus mengenai
terapi relaksasi slow deep breathing pada pasien hipertensi dengan stroke non
hemoragik di ruangan arwana (D) rumah sakit umum daerah dr.Soedarso Pontianak

B. Tujuan
Mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan terapi slow deep breathimg
pada pasien hipertensi dengan stroke non hemoragik di ruangan arwana (D) rumah
sakit dr.Soedarso Pontianak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak berupa tanda-
tanda klinis baik lokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menimbulkan kematian yang disebabkan gangguan peredaran darah ke otak, antara
lain peredaran darah sub arakhnoid, peredaran intra serebral dan infark serebral
(Nur’aeni Y R, 2017) Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak
dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh
iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut suplai oksigen ke
otak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai dengan adanya
peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan nyeri kepala dan
mengalami penurunan kesadaran (Ayu R D, 2018).

Stroke non-hemoragik adalah jenis stroke yang terjadi akibat penyumbatan pada
pembuluh darah otak. Stroke yang juga disebut stroke infark atau stroke iskemik ini
merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi. Diperkirakan sekitar lebih dari 80%
kasus stroke di seluruh dunia disebabkan oleh stroke non-hemoragik. (Titis, 2020).

Slow deep breathing ialah salah satu bagian dari latihan relaksasi dengan teknik
latihan pernapasan yang dilakukan secara sadar. Slow deep breathing merupakan
relaksasi yang dilakukan secara sadar untuk mengatur pernapasan secara dalam dan
lambat (Martini, 2006). Terapi relaksasi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari untuk dapat mengatasi berbagai masalah, misalnya stress, ketegangan otot, nyeri,
hipertensi, gangguan pernapasan, dan lain-lain (Martini, 2006). Relaksasi secara
umum merupakan keadaan menurunnya kognitif, fisiologi, dan perilaku (Andarmoyo,
2013).

Slow deep breathing merupakan salah satu metode untuk membuat tubuh lebih
relaksasi dan menurunkan kecemasan. Relaksasi akan memicu penurunan hormone
stress yang akan memengaruhi tingkat kecemasan(Andarmoyo, 2013).
C. Mekanisme
Systematic Review ini disusun berdasarkan pendapatan hasil pencarian yang
dilakukan pada mesin pencarian otomatis google scholar dengan kata kunci
“TERAPI” dan “SNH” yang kemudian mendapatkan hasil dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DENGAN
HIPERTENSI DAN IMPLIKASI KEPERAWATAN DENGAN TERAPI
RELAKSASI SLOW DEEP BREATHING” yang kemudian di dapatkan kriteria
inklusi pada pasien sebagai berikut :
(1) pasien dewasa yang terdiagnosis hipertensi pada pasien stroke non hemoragik
(2) pasien sedang menjalani pengobatan stroke non hemoragik
(3) Komposmetis dan kooperatif

D. Manajemen
Pelayanan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kiat dan ilmu keperawatan
yang diintegrasikan dalam pelayanan melalui penerapan intervensi keperawatan
dalam menambah pengetahuan serta wawasan dan mampu mengikuti kegiatan yang
diberikan.

E. Teknik atau Cara


Slow Deep Breathing adalah salah satu teknik pengontrolan napas dan relaksasi.
Langkah-langkah melakukan latihan Slow Deep Breathing yaitu sebagai berikut:
1. Atur pasien dengan posisi duduk atau berbaring
2. Kedua tangan pasien diletakkan di atas perut
3. Anjurkan melakukan napas secara perlahan dan dalam melalui hidung dan
tarik napas selama tiga detik, rasakan perut mengembang saat menarik napas.
4. Tahan napas selama tiga detik
5. Kerutkan bibir, keluarkan melalui mulut dan hembuskan napas secara perlahan
selama enam detik. Rasakan perut bergerak ke bawah.
6. Ulangi langkah a sampai e selama 15 menit
7. Latihan Slow Deep Breathing dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore
hari (Tarwoto, 2015).
BAB III
METODOLOGI

A. Topik
Slow deep breathing berpengaruh pada system persarafan yang mengontrol
tekanan darah. Slow deep breathing berpengaruh terhadap modulasi system
kardiovaskular yang akan meningkatkan fluktuasi dari interval frekuensi pernapasan
dan berdampak pada peningkatan efektivitas barorefleks serta dapat berkonstribusi
terhadap penurunan tekanan darah. Barorefleks akan mengaktifkan aktivitas system
saraf parasimpatis yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah, penurunan
output jantung dan mengakibatkan tekanan darah menurun (Sepdianto et al., 2007)

F. Sub Topik
Terapi non-farmakologi merupakan pengobatan hipertensi yang dilakukan dengan
cara menjalani pola hidup sehat yaitu diet rendah garam dan kolesterol, menghentikan
pemakaian zat yang membahayakan tubuh, istirahat yang cukup, mengelola stres,
aktivitas fisik (Susilo & Wulandari, 2011).

G. Kelompok
Adapun beberapa kategori dalam kelompok penelitian ini ialah:
1. Pasien bersedia menjadi responden
2. Pasien kooperatif
3. Pasien dengan psikologi mengeluh cemas
4. pasien mendapatkan pengobatan hipertensi dengan stroke non hemoragik
5. Pasien yang berada di rumah sakit umum daerah dr.soedarso pontianak
6. Pasien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
7. Pasien memiliki kesadaran composmentis

H. Tujuan Umum
Mengetahui keefektifan terapi non-farmakologi pada pasien hipertensi dengan stroke
non hemoragik guna menurunkan tekanan darah pada pasien serta mengurangi
komplikasi lanjut dari stroke non hemoragik.
I. Tujuan khusus
Megetahui terapi non farmakologi yang paling efektif guna menurunkan tekanan
darahtinggi pada pasien stroke non hemoragik serta menghindari komplikasi lanjutan
yang mungkin berdampak pada kesehatan pasien.

J. Waktu (tanggal dan jam pelaksanaan)


Dilakukan 3x pertemuan pada tanggal 19, 20, 21 Oktober 2021 di hari selasa, rabu,
kamis selama ± 30 menit

K. Tempat
Ruangan Arwana (D) rumah sakit umum daerah dr.Soedarso Pontianak

L. Setting
Jumlah perawat yang melakukan Tindakan sejumlah 2 orang setiap shift pagi pada
hari selasa, rabu, kamis, dengan menjelaskan terlebih dulu prosedur Tindakan,
pemeriksaan fisik pasien dan kelayakan pasien untuk melakukan terapi yang
diberikan, kemudian perawat melakukan tindakan sesuai prosedur yang ada, pasien
juga di damping oleh keluarga sehingga keluarga dapat membantu pasien mengulangi
Tindakan yang telah diberikan diluar shift perawat.

M. Media atau alat yang digunakan


Alat TTV, pulpen, buku kecil

N. Prosedur operasional Tindakan yang dilakukan


Standar operasional prosedur Tindakan terapi non farmakologi yang sudah terpilih
dan di pahami

O. Refrensi
Andri, J., dkk. (2018). “Efektivitas Isometric Handgrip Exercise Dan Slow Deep
Breathing Exercise Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi”.
Jurnal Keperawatan Silampari 2 (1), 371-384.
Berek, P. A. L. (2018). “Pengaruh Slow Deep Breathing dan Pengaturan Natrium
terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Primer”. LP2M-Undhira Bali
Siniesa, 499-508.
Brunner dan Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Volume 1.
Jakarta: EGC.
Handayani, D., dan Dominica, D. (2018). “Gambaran Drug Related Problems
(DRP’s) pada Penatalaksanaan Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik
di RSUD Dr M Yunus Bengkulu”. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia 5
(1), 36-44.
Jaji. (2019). “Pengalaman Keluarga Merawat Anggota Keluarga dengan Palliative
Care (Studi Fenomenologi)”. Jurnal Keperawatan Sriwijaya 6 (2), 18-25.
BAB IV

LAPORAN KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan

Hari pertama : Selasa, 19 Oktober 2021 jam 10.00 wib


1. Perawat masuk kedalam ruanagn untuk mengenalkan diri kepada pasien kelolaan guna
melakukan izin Tindakan keperawatan terapi non farmakologi slow deep breathing
2. kemudian perawat memberikan penjelasan singkat tentang prosedur yang akan
dilakukan.
3. bila pasien bersedia menerima Tindakan perawat yang diberikan, kemudian perawat
menilai kelayakan pasien untuk dilakukan Tindakan mulai dari pemeriksaan TTV dan
kesadaran umum pasien, bila pasien sesuai perawat melangsungkan Tindakan keperawatan
terapi non farmakologi slow deep breathing sesuai prosedur yang ada.
4. Pada hari yang bersamaan perawat yang telah melakukan Tindakan mengevaluasi hasil
Tindakan yang sudah diberikan, dan kontrak waktu besok harinya untuk Tindakan yang
sama.
Hari kedua : Rabu, 20 Oktober 2021 jam 09.30 wib
1. perawat menyapa dan menanyakan keadaan pasien, kontrak waktu Kembali untuk
melakukan Tindakan yang sama seperti sebelumnya, dengan tetap menanyakan efek dari
terapi yang diberikan
2. menilai keadaan pasien Kembali dengan TTV dan keadaan umum pasien, bila layak
lakukan Tindakan yang sama seperti kemarin sesuai prosedur yang ada
3. evaluasi perasaan dan kenyaman pasien setelah mendapatkan Tindakan terapi yang
diberikan
Hari ketiga : Kamis, 21 Oktober 2021 jam 11.00
1. Perawat menyapa pasien dengan menanyakan keadaan pasien dan perasaan pasien
2. Perawat mengevaluasi Tindakan yang diberikan sebelumnya Kembali, apakah dilakukan
Kembali diluar dari jam perawat
3. Perawat meningatkan Kembali dan mengajarkan kepada keluarga pasien dan pasien
untuk selalu melakukan terapi nonfarmakologi yang sudah diberikan

B. Faktor Pendukung

Dalam pelaksaanaan pemberian Tindakan terapi non faramakologi, keluarga dan pasien
sangat antusian dalam memahami penjelasan yang diberikan oleh perawat, sehingga
pelaksanaan dari hari pertama hingga hari terkahirnya diberikan terapi pasien sangat
kooperatif untuk melakukan kegiatan sesuai dengan instruksi dari perawat, faktor dukungan
tersebut pun menjadi salah satu keberhasilan Tindakan yang diberikan oleh perawat dalam
penurunan hipertensi pada paisen stroke non hemoragik.

C. Faktor Penghambat

Selain faktor pendukung keberhasilan Tindakan keperawatan yang diberikan, terdapat faktor
penghambat kelnacaran Tindakan yang diberikan, salah satunya kurang pengetahuan pada
kleuarga pasien, karena Pendidikan pasien dan keluarga pasien lulusan SMP sederajat,
kemudian pemahaman keluarga dan pasien cukup lama dalam menerima Tindakan yang
diberikan, namun perilaku kooperatif Tindakan ini dapat berjalan dengan lancar

D. Evaluasi Kegiatan

Terapi yang diberikan perlu memiliki evaluasi Kembali tentang evektifitas terapi, apakah
berpengaruh pada keadaan pasien, ataukah menyebabkan komplikasi khusu pada pasien,
kemudian untuk kedepannya perlu mencari Kembali Tindakan yang lebih baik dan beru pada
dunia kesehatan khsusunya untuk pasien hipertensi dengan stroke non hemoragik.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Terapi non farmakologi slow deep breathing pada pasien hipertensi dengan stroke non
hemoragik terbukti dapat menurunkan tingkat cemas. Hal ini membuktikan beberapa hasil
penelitian yang pernah dilakukan kepada klien bahwa cemas dapat teratasi. Walaupun
pemberian terapi dilakukan berulang-ulang tidak hanya sekali.

B. Saran dan Rencana Tindak Lanjut

Diharapkan pelaksanaan kegiatan ini dapat menjadi alternatif yang baik dalam mengatasi
pemberian terapi cemas slow deep breathing pada pasien hipertensi dengan stroke non
hemoragik Saran untuk pelaksanaan berikutnya diharapkan untuk dapat memberikan terapi
berulang ulang hingga pasien dapat memahami dan kooperatif dalam mengikuti instruksi
dalam pelaksanaan terapi anxietas atau cemas sumber Evidence Based yang ditemukan
setelah dilakukan pemberian terapi pasien tingkat cemas berkurang Setelah dilakukan
tindakan ini diharapkan keluarga dapat menerapkan ilmu dan informasi yang telah didapat
secara mandiri setelah pasien pulang ke rumah nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Andri, J., dkk. (2018). “Efektivitas Isometric Handgrip Exercise Dan Slow Deep Breathing
Exercise Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi”. Jurnal
Keperawatan Silampari 2 (1), 371-384.
Berek, P. A. L. (2018). “Pengaruh Slow Deep Breathing dan Pengaturan Natrium terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Primer”. LP2M-Undhira Bali Siniesa, 499-508.
Brunner dan Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Volume 1. Jakarta:
EGC.
Handayani, D., dan Dominica, D. (2018). “Gambaran Drug Related Problems (DRP’s) pada
Penatalaksanaan Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik di RSUD Dr M Yunus
Bengkulu”. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia 5 (1), 36-44.
Jaji. (2019). “Pengalaman Keluarga Merawat Anggota Keluarga dengan Palliative Care
(Studi Fenomenologi)”. Jurnal Keperawatan Sriwijaya 6 (2), 18-25.
Karim, N. U., dan Lubis, E. (2017). “Kualitas Hidup Pasien Stroke dalam Perawatan
Palliative Homecare”. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia 5 (1), 42-50.
Kemenkes, RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Noname (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nasution, L. F. (2013). “Stroke Non Hemoragik pada Laki-Laki Usia 65 Tahun”. Medula 1
(3), 1-9.
Nipa, N. (2017). “Pengaruh Latihan Relaksasi Napas Dalam terhadap Perubahan Skor
Kecemasan Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah
Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin”. Makassar: Fakultas Keperawatan Universitas
Hasanuddin.
Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogyakarta: MediaAction.
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta: PERKI.
Potter, A., dan Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsepm Proses
dan Praktik, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Pudiastuti, R. D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rasyidah, A.Z. (2018). “Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi”. Riset Informasi
Kesehatan 7 (2), 155-159.
Sartika, A., Wardi, A., dan Sofiana, Y. (2018). Perbedaan Efektivitas Progressive Muscle
Relaxation (PMR) dengan Slow Deep Breathing Exercise (SDBE) terhadap Tekanan Darah
Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan Silampari 2 (1), 356-370.
Sepdianto, T. C., Nurachmah, E., dan Gayatri, D. (2011). “Penurunan Tekanan Darah dan
Kecemasan Melalui Latihan Slow Deep Breathing Pada Pasien Hipertensi Primer”. Jurnal
Keperawatan Indonesia 13 (1), 37-41.
Setyaningrum, N., Permana, I., & Yuniarti, F. A. (2018). “Progressive Muscle Relaxation dan
Slow Deep Breathing pada Penderita Hipertensi”. JPPNI 2(1), 33-43.
Siswanti, H., dan Purnomo, M. (2018). “Slow Deep Breathing terhadap Perubahan Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi”. The 8th University Research Colloquium 2018, 129-135.
Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Sumartini, N. P., & Miranti, I. (2019). “Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Tekanan
Darah Lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah”. Jurnal Keperawatan
Terpadu 1(1), 38-49.
Suranata, F.M., dkk. (2019). “Slow Deep Breathing dan Alternate Nostril Breathing terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi”. Jurnal Keperawatan Silampari 2(2), 160-
175.
Tarwoto dan Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Tim Pojka SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
PPNI.
Tim Pojka SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
PPNI.
Tim Pojka SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Trybahari, R., Busjra., & Azzam, R. (2019). “Perbandingan Slow Deep Breathing dengan
Kombinasi Back Massage dan Slow Deep Breathing terhadap Tekanan Darah”. Journal of
Telenursing (JOTING) 1(1), 106-118.
Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wibhisono, H. (2016). “Wanita 55 Tahun dengan Stroke Non-Hemoragik dan Hipertensi
Derajat II”. Jurnal Medula Unila 4 (3), 69-72.
Yanti, N. P. E. D., Mahardika, I. A., & Prapti, N. K. G. (2016). “Pengaruh Slow Deep
Breathing terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas I
Denpasar Timur”. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah 2(4), 1-10.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai