Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

FASE INTRANATAL

“KETUBAN PECAH DINI”

PEMBIMBING : TIKA DESVICASARI, S.Tr, Kep

Disusun Oleh :

Nadia Ramadani

20186522028

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN PONTIANAK DAN NERS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN

KESEHATAN PONTIANAK

TAHUN 2020/2021
VISI MISI PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

VISI

“Menjadi Institusi Pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan Unggulan Kegawatdaruratan


Yang Bermutu Dan Mampu Bersaing Di Tingkat Regional Tahun 2020”

MISI

1. Meningkatkan Program Kerjasama tinggi Sarjana Terapan Keperawatan Unggulan


Kegawatdaruratan yang Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Kerjasama tinggi Sarjana Terapan Keperawatan Unggulan
Kegawatdaruratan yang berbasis penelitian.
3. Mengembangkan upaya pengabdian masyarakat bidang Sarjana Terapan Keperawatan
Unggulan Kegawatdaruratan berbasis IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan upaya pengabdian masyarakatbidang Sarjana Terapan Keperawatan
Unggulan Kegawatdaruratan yang mandiri, transparan, dan akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Keperawatan Maternitas

Fase Intranatal

“Ketuban Pecah Dini”

Laporan pendahuluan keperawatan maternitas fase intranatal “ketuban pecah dini” ini telah
mendapat persetujuan pembimbing akademik, pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Mahasiswa

Tika Desvicasari, S.Tr, Kep Nadia Ramadani

NIK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanawata'ala atas segala rahmatnya sehingga laporan
pendahuluan ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada pembimbing saya ibu Tika Desvicasari, S.Tr, Kep yang telah
membimbing saya dalam pengerjaan laporan pendahuluan ini.

Harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca dan dapat memimplementasikan kedalam kehidupan sehari-hari sebagai
perawat.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan pendahuluan ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.........................................................................................................iv

DAFTAR ISI.........................................................................................................................v

A. Konsep Keperawatan Maternitas Fase Intranatal “Ketuban Pecah Dini”.............6

1. Pengertian....................................................................................................................6

2. Etiologi........................................................................................................................6

3. Patofisiologi.................................................................................................................7

4. Pathways......................................................................................................................7

5. Komplikasi..................................................................................................................8

6. Tanda dan Gejala.........................................................................................................8

7. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................................9

8. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................9

9. Penatalaksanaan Medis................................................................................................9

B. Konsep dan Teori Asuhan Keperawatan Maternitas Fase Intranatal “Ketuban


Pecah Dini” (KPD).............................................................................................................12

1. Pengkajian.................................................................................................................12

2. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................15

3. Intervensi dan Rasional Tindakan.............................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................19

v
vi
A. Konsep Keperawatan Maternitas Fase Intranatal “Ketuban Pecah Dini”
1. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian
besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu,
sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput
amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
kontraksi.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
tanda-tanda persalinan. Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau
sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (masa laten). Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
2. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkuranya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan
masalah kontroversi obstetri.
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi
terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa
disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh Geri Morgan
(2009) yaitu:
a. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina,
b. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
1) Persalinan premature
2) Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
3) Malposisi atau malpresentasi janin
c. Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks
1) Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi
terapeutik, LEEP, dan sebagainya)
2) Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks
selama pelahiran sebelumnya

7
3) Inkompeteni serviks
d. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
e. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu:
1) Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
2) Penambahan berat badan sebelum kehamilan
f. Merokok selama kehamilan
g. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat
daripada ibu muda
h. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.
3. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai
berikut : Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kuranya jaringan ikat dan
vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dan mengeluarkan air ketuban. Kolagen terdapat pada
lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retiluler korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interlukin -1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi ,
terjadi peningkaan aktivitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase
jaringan , sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion /
amnion , menyebakan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
Patofisiologi pada intrapartum : acending infection, pecahnya ketuban
menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia
luar. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran melalui infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion. Atau juga jika ibu mengalam infeksi
sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
Tindakan iatrogenik traumatik atau hygine buruk, misalnya pemeriksaan
dalam yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.

4. Pathways

8
5. Komplikasi
Komplikasi ketuban pecah dini (KPD) yang paling sering dialami adalah
sebagai berikut :
a. Kelahiran prematur
b. kematian janin
c. Sindrom distres napas
d. Infeksi polimikrobial intraamnion
e. Perdarahan intraventrikular
f. Hipoplasia pulmonal
g. Prolaps tali pusat
h. Malpresentasi janin
6. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin

9
yang sudah terletak dibawah, biasanya “mengganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi..
7. Pemeriksaan Diagnostik
Lakukan tes lakmus (tes nitrasin) dengan cara :
a. Lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah ada cairan keluar
melalui ostium uteri eksternum (OUE) atau terkumpul di forniks
posterior.
b. Dengan pinset panjang atau klem panjang masukan cairan lakmus ke
dalam serviks.
c. Jika kertas lakmus berubah warna menjadi biru, maka tes lakmus
positif atau menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis).
Harus diperhatikan, darah dan infeksi vagina dapat memberikan hasil
positif palsu/false positive. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan
diagnostik lainnya seperti ultrasonografi untuk melihat indeks cairan amnion.
Cara lain yaitu dengan pemeriksaan mikroskopis yaitu tes pakis. Tes Pakis
dilakukan dengan cara meneteskan cairan amnion pada objek glas, tunggu
hingga kering dan diperiksa di mikroskop, Jika Kristal cairan tersebut
berbentuk seperti pakis, maka cairan tersebut adalah cairan amnion yang
menandakan tes pakis positif..
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi,
bau dan pH nya. Cairan vagina yang keluar ini kecuali air ketuban
mungkin urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu pH air ketuban 7 –
7,5 , darah dan infeksi vagina dapat menghasilakan tes postif yang
palsu. Mikroskopis (tes pakis), dengan meneteskan air ketubanpada
gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban

10
yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion.
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur
kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamlan dan letak janin.
Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS
dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan
perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk
persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru
sudah matang, chorioamnionitis yang diikiti dengan sepsis pada janin
merupakan sebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas janin.
Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan lama
pecahnya selaput ketuban aau lamanya periode laten. Penatalaksanaan KPD
pada kehamilan aterm ( > 37 Minggu). Beberapa penelitan menyebutkan lma
periode laten dan durasi KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna
dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak
antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten =
L.P = “lag” period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P nya.
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan
dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan
dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah bila dalam 24 jam setelah
kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi
persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah sectio caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walapun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamnionitis lebih penting dari pada pengobatannya
sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dlakukan. Waktu pemberian
antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan
dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan
infeksi mungkin telah terjadi , proses persalinan umumnya berlangsung lebih
dari 6 jam. Beberapa penulis menyarankan berperan aktif, (induksi persalinan)
segera dberikan atau ditunggu 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi
inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten, durasi KPD

11
dapat diperpendek sehngga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus
tindakan dapat dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat
terhadap keadaan janin, ibu dan jalannnya proses persalinan berhubungan
dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan
komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses
persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan
dngan memperhatikan bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan,
sebaliknya < 5 dilakukan pematangan serviks, jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan sectio cesarean. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan
preterem ( < 37 Minggu). Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan
yang kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaannya bersifat
konservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebgai profilaksi
penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan didalam posisi
trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah
terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-
obatan ultranelaksen atau tocolitic agar diberikan juga tujuan menunda proses
persalinan.

12
B. Konsep dan Teori Asuhan Keperawatan Maternitas Fase Intranatal “Ketuban
Pecah Dini” (KPD)
1. Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data
objektif dan subjektif dari klien (Baradah & Jauhar, 2013).
a. Identitas Klien (Istri dan Suami)
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, kepercayaan, suku,
alamat, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no register
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
e. Pola Fungsi Kesehatan
f. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus,
pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, nadi. Tentang keluhan-
keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,perkawinan dan
sebagainya. Tanyakan haid, kapan mendapat haid terakhir
(HT). bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat
dijabarkan taksiran tunggal persalinan.
2) Kulit
Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah
kelainan pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku
klien.
3) Kepala
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan,
nyeri kepala atau trauma pada kepala.
4) Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang
bagaimana keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya.
Muka bengkak/oedem tanda eklampsia, terdapat cloasma

13
gravidarum sebagai tanda kehamilan. Muka pucat tanda
anemia, perhatikan ekspresi ibu, kesakitan atau meringis.
5) Mata
Bagaimana keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak.
Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan.
Slera tampak ikterus atau tidak. Konjungtiva pucat menandakan
anemia pada ibu yang akan mempengaruhi kehamilan dan
persalinan yaitu perdarahan, Sclera icterus perlu dicurugai ibu
mengidap hepatitis.
6) Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing.
Bagaimana bentuknya, apa ada gangguan pendengaran.
7) Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada
obstruksi atau polip, apakah hidung berbau dan adakah
pernafasan cuping hidung.
8) Mulut dan faring
Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada
perdarahan atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah
pembesaran tonsil. Bibir pucat tanda ibu anemia, bibir kering
tanda dehidrasi, sariawan tanda ibu kekurangan vitamin C.
Caries gigi menandakan ibu kekurangan kalsium.
9) Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran
kelenjar limphe. Adanya pembesaran kelenjar tyroid
menandakan ibu kekurangan iodium, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kretinisme pada bayi dan bendungan
vena jugularis/tidak.
10) Thoraks
Bagaimana kebersihannya, Terlihat hiperpigmentasi pada
areola mammae tanda kehamilan, puting susu datar atau
tenggelam membutuhkan perawatan payudara untuk persiapan
menyusui. Adakah striae gravidarum
11) Paru

14
Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan.
Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas
tambahan seperti ronchi , wheezing atau egofoni.
12) Jantung
Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana
dengan iktus atau getarannya.
13) Abdomen
DJJ (+) normal 120-160 x/menit, teratur dan reguler.
a) Leopold I: Untuk menentukan usia kehamilan
berdasarkan TFU dan bagian yang teraba di fundus
uteri.
b) Leopold II: Menentukan letak punngung anak padaletak
memanjang dan menentukan letak kepala pada ketak
lintang.
c) Leopold III: Menentukan bagian terbawah janin, dan
apakah bagian terbawah sudah masuk PAP atau belum.
d) Leopold IV: Seberapa jauh bagian rerbawah masuk
PAP.
14) Genitalia dan anus
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan vagina yang keluar ini
kecuali air ketuban mungkin urine atau sekret vagina.
15) Ekstremitas
Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah dapat
dicurigai adanya hipertensi hingga Preeklampsi dan Diabetes
melitus, varises.tidak, kaki sama panjang/tidak memepengaruhi
jalannya persalinan.
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan vagina yang keluar ini
kecuali air ketuban mungkin urine atau sekret vagina. Sekret
vagina ibu pH air ketuban 7 – 7,5 , darah dan infeksi vagina
dapat menghasilakan tes postif yang palsu. Mikroskopis (tes

15
pakis), dengan meneteskan air ketubanpada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan
gambaran daun pakis.
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah
cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan
pada penderita oligohidramnion
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b.d krisis situasional (kecemasan ibu terhadap keselamatan
janin dan dirinya) d.d gelisah dan tegang
b. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
c. Risiko infeksi d.d ketuban pecah sebelum waktunya

16
3. Intervensi dan Rasional Tindakan
a. Ansietas b.d krisis situasional (kecemasan ibu terhadap
keselamatan janin dan dirinya) d.d gelisah dan tegang

No/ Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


tgl Keperawatan Hasil Keperawatan

1. Ansietas b.d Setelah diberikan 1. Identifikasi saat 1. Dengan mengetahui


krisis situasional tindakan keperawatan tingkat ansietas kecemasan ibu dan
(kecemasan ibu diharapkan berubah (mis. Kondisi, meminta ibu untuk
terhadap 1. Tingkat Ansietas waktu, stressor) mengutarakan hal-hal
keselamatan Ekpektasi : menurun 2. Integrasikan seperti stressor
janin dan a. verbalisasi keyakinan dalam tersebut dapat
dirinya) d.d kebingungan menurun rencana keperawatan membantu ibu lebih
gelisah dan b.verbalisasi khawatir sepanjang tidak rileks
tegang c. kemampuan membahaykan/berisik 2. Memberikan
menjelaskan tentang o sesuai kebutuhan ibu kesempatan kepada
suatu topik (penyakit) hamil ibu hamil untuk
meningkat 3. Diskusikan menguatkan diri
d. perilaku sesuai perencanaan realistis terhadap kondisi yang
dengan pengetahuan tentang peristiwa yang dialami
meningkat akan datang 3. Mendiskusikan dan
e. persepsi yang keliru 4. Fasilitasi mencari jalan keluar
terhadap masalah mengekspresikan bersama mengenai
menurun perasaan dengan cara kecemasan ibu dapat
yang tidak destruktif membuat ibu lebih
5. Anjurkan tenang.
keluarga/suami untuk 4. Mengetahui
tetap bersama jika perasaan apa yang
perlu sedang dialami ibu
5. Dukungan suami
atau orang terkedat
dapat memberi
semangat dan
mengurangi
kekhawatiran ibu

17
b. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

No/ Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


tgl Keperawatan Hasil Keperawatan

2. Defisit Setelah diberikan 1. Identifikasi tingkat 1. Mengetahui batas


pengetahuan b.d tindakan keperawatan pengetahuan ibu hamil pengetahuan ibu
kurang terpapar diharapkan dengan kondisinya tentang kondisinya
informasi 1. Tingkat 2. Identifikasi faktor- saat ini
Pengetahuan faktor yang dapat 2. Agar dapat
Ekpektasi : meningkat meningkatkan dan menghindari faktor
a. Perilaku sesuai menurunkan motivasi yang dapat
anjuran meningkat perilaku ibu hamil menyebabkan
b. Perilaku yang sesuai 3. Jelaskan metode pengetahuan ibu
dengan pengetahuan persalinan yang sesuai menurun
meningkat dengan kondisi ibu 3. Agar ibu
c. Persepsi yang keliru hamil saat ini mengetahui metode
terhadap masalah 4. Anjurkan ibu persalinan yang dpilih
menurun menggunakan teknik sesuai dengan kondisi
d. Perilaku membaik manajemen nyeri tiap ibu hamil
kala 4. Mengurai nyeri
5. Berikan pada ibu hamil akibat
reinforcement positif kontraksi tiap kala
terhadap perilaku ibu 5. Memberkan
dukungan pada ibu
hamil

c. Risiko infeksi d.d ketuban pecah sebelum waktunya

No/ Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


tgl Keperawatan Hasil Keperawatan

3. Risiko infeksi Setelah diberikan 1. Monitor tanda dan 1. Mengetahui secara


d.d ketuban tindakan keperawatan gejala infeksi local dan komprehensif tanda-
pecah sebelum diharapkan sistemik tanda infeksi
waktunya 1. Tingkat Infeksi 2. Cuci tangan 2. Mencegah infeksi
Ekpektasi : menurun sebelum dan sesudah silang antara ibu

18
a. Demam menurun kontak dengan ibu hamil dengan prang
b. Kemerahan hamil sekitar
menurun 3. Kaji tanda-tanda 3. Mengetahui tanda-
c. Nyeri menurun vital ibu hamil tanda votal dalam
d. Bengkak menurun 4. Anjurkan ibu batas normal
2. Kontrol Risiko menggunakan teknik 4. Mengurai nyeri
Ekspektasi : manajemen nyeri tiap pada ibu hamil akibat
meningkat kala kontraksi tiap kala
a. Kemampuan 5. Kolaborasi dengan 5. Meningkat sistem
melakukan strategi dokter pemberian tubuh dalam
kontrol resiko antiobiotik, bila perlu mencegah infeksi
b. Kemampuan
menghindari faktor
risiko

19
DAFTAR PUSTAKA

Irsa M, Dewi Kartika Arum, Wulandari Ellen, 2013, “Jumlah Paritas dan
Anemia sebagai Faktor Prediktor Kejadian Ketuban Pecah Dini”, Jurnal
Kesehatan Primer, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang., diakses pada tanggal 06 Februari 2021.
(file:///C:/Users/ASUS/Downloads/4-1-80-1-10-20170518.pdf)

Huda. A.N, Kusuma. H, 2016, “Asuhan Keperawatan Praktis (Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC, Dalam Berbagai Kasus”),
MediAction Publisher, Yogyakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia”,
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”,
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, “Standar Luaran Keperawatan Indonesia”,
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta Selatan.

20

Anda mungkin juga menyukai