Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS

OLEH

KELOMPOK 1 :

 NESLY M. E. TANAEM YETRIS PINIS


 NOVRA ANDRAINI BLEGUR NILDA N. LIUFETO
 DERI JANI PA’I FERONIKA NUBATONIS
 PUTRI KARUNIA N. YAHBROB ELIVAS R. HAILITIK
 MARIA G. P. UTAMI GREGORIUS TAMPANI
 BURHAN KAWALI HOSIANA
 FASKO DA GAMA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat dan kasihnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN AIDS” untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan medikal bedah III.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan hal-hal yang belum sempurna . Oleh
karena itu penyusun mohon maaf serta kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun
harapkan

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini dan besar harapan penyusun semoga makalah ini memberikan manfaat dan
menambah pengetahuan.

kupang, 15 desmeber 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Tujuan Penulisan............................................................................................
C. Manfaat Penulisan..........................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................

A. Konsep HIV/AIDS.........................................................................................
1. Definisi.....................................................................................................
2. Etiologi.....................................................................................................
3. Patofisiologi.............................................................................................
4. Manifestasi klinis.....................................................................................
5. Penatalaksanaan
6. Komplikasi...............................................................................................

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ............................................................

A. Pengkajian......................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................
C. Intervensi........................................................................................................
D. Implementasi..................................................................................................
E. Evaluasi..........................................................................................................

BAB V PENUTUP.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia yang menjadi
wabah internasional sejak pertama kehadirannya. Penyakit ini merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit
infeksi yang dapat ditularkan ke orang lain melalaui cairan tubuh penderita yang terjadi
melalui proses hubungan seksual, tranfusi darah, penggunaan jarum suntik yang
terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan
melalui plasenta dan kegiatan menyusui
Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan
atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar dan sebagai bentuk
paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun dan tanpa
gejala yang nyata, hingga keadaan imunosupresi yang berkaitan dengan berbagai infeksi
yang dapat membawa kematian.

B. TUJUAN
1. Untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS
2. Untuk mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien dengan HIV
AIDS
3. Untuk mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan HIV
AIDS
4. Untuk mendeskripsikan intervensi, implementasi dan evaluasi pada pasien
dengan HIV AIDS
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP HIV/AIDS

A. DEFINISI
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit kekurangan
sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe 2. Infeksi HIV
adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi
oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada orang
dewasa). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan
kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV.
Infeksi HIV menular melalui cairan genitalia (sperma dan cairan vagina)
penderita dan masuk ke orang lain melalui jaringan epitel sekitar uretra, vagina dan anus
akibat hubungan seks bebas tanpa kondom, heteroseksual atau homoseksual. Ibu yang
menderita HIV/AIDS sangat beresiko menularkan HIV ke bayi yang dikandung jika
tidak ditangani dengan kompeten.

B. ETIOLOGI

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human


Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia yang termasuk dalam
keluarga lentivirus (termasuk pula virus imunodefisinsi pada kucing, virus
imunodefisiensi pada kera, visna virus pada domba, dan virus anemia infeksiosa pada
kuda). Dua bentuk HIV yang berbeda secara genetik, tetapi berhubungan secara
antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil diisolasi dari penderita AIDS.
Sebagian besar retrovirus, viron HIV-1 berbentuk sferis dan mengandung inti berbentuk
kerucut yang padat elektron dan dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari
membran se penjamu. Inti virus tersebut mengandung kapsid utama protein p24,
nukleokapsid protein p7 atau p9, dua sirina RNA genom, dan ketiga enzim virus
(protease, reserve trancriptase, dan integrase). Menurut Nursalam dan Kurniawati
(2011) virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan sesual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV.
2. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero).
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menular HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.

4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril

Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang
menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinveksi HIV, dan langsung
digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV langsung bisa tertular HIV.
5. Alat-alat untuk menoreh kulit

Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat
tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut
mungkin dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu.
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh
para pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi menularkan
HIV.
C. PATOFISIOLOGI
Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi antara virus
dan penjamu. (1) fase akut pada tahap awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan
(3) fase krisis, pada tahap akhir.
Fase akut : fase ini ditandai dengan gejala nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan,
mialgia, demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis aseptik. Fase ini juga ditandai
dengan produksi virus dalam jumlah yang besar, viremia dan persemaian yang luas pada
jaringan limfoid perifer, yang secara khas disertai dengan berkurangnya sel T CD4+.
dibuktikan melalui serokonversi (biasanya dalam rentang waktu 3 hingga 17 minggu
etelah pejanan) dan muali munculnya sel T sitoksik CD8+ yang spesifik terhadap virus.
Setelah viremia mereda, sel T CD4+ kembali mendekati jumlah normal. Namun,
berkurangnya virus dalam plasma bukan merupakan penanda berakhirnya replikasi
virus, yang akan terus berlanjut di dalam makrofag dan sel T CD 4+ jaringan.
Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukkan tahap penahanan relatif virus.
Pada fase ini, Pada pasien tidak menunjukkan gejala ataupun menderita limfadenopati
persisten, dan banyak penderita yang mengalami infeksi oportunistik “ringan” seperti
ariawan (Candida) atau harpes zoster selama fase ini replikasi virus dalam jaringan
limfoid terus berlanjut. Pergantian virus yang meluas akan disertai dengan kehilangan
sel CD4+ yang berlanjut. Namun, karena kemampuan regenerasi sistem imun besar, sel
CD4+ akan tergantikan dalam jumlah yang besar.

Tahap terakhir, fase krisis, ditandai dengan kehancuran ppertahanan penjamu yang
sangat merugikan peningkatan viremia yang nyata, serta penyakit klinis. Para pasien
khasnya akan mengalami demam lebih dari 1 bulan, mudah lelah, penurunan berat
badan, dan diare. Jumlah sel CD4+ menurun dibawah 500 sel/μL. Setelah adanya
interval yang berubah-ubah, para pasien mengalami infeksi oportunistik yang serius,
neoplasma sekunder, dan atau manifestasi neurologis (disebut dengan kondisi yang
menentukan AIDS), dan pasien yang bersangkutan dikatakan telah menderita AIDS
yang sesungguhnya.
D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi dini mencangkup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan


berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. Stadium
lanjutmencangkup ganggua kognitif global kelambatan dalam respon verbal, gagguan
afektif seperti pandangan yang kosong,hiperrefleksi paraparesis spastik, psikologis,
halusiansi, tremor, inkontenensia, serangan kejang, mutisme dan kematian.

manifestasi klinis berat dan akibat infeksi HIV yaitu :


1. Respiratori
Pneumonia Pneumocytis carini. Gejala nafas yang pendek, sesak nafas (dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunistik
seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium avium intracellulare (MAI),
sitomegalovirus (CMV) dan Legionella.
2. Gastrointerstinal
Manifestasi gastrointerstinal penyakit AIDS mencangkup hilagnya selera makan,
mual, vomitus, kondisiasis oral, serta esofagus, dan diare kronis. Bagi pasien
AIDS, diare dapat membawa akibat yang serius sehubungan dengan terjadinya
penurunan berat badan yang nyata (lebih dari 10% berat badan), gangguan
keseimbnagan cairan dan elektrolit, ekskoriasis kulit perianal, kelemahan dan
ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.

3. Kanker
Sarkoma Kaposi yaitu kelainan malignasi yang berkaitan dengan HIV yang
paling sering ditemukan merupakan penyakit yang melibatkan lapisan endotel
pembuluh darah dan limfe.Kaposi yang berhubungan dengan AIDS
memperlihatkan penyakit yang lebih agresif dan beragam yang berkisar mulai
dari lesi kutaneus setempat hingga kelainan yang menyebar dan mengenai lebih
dari satu sistem organ.

4. Neurologik
Ensefalopati HIV disebut juga sebagai kompleks demensia AIDS. Hiv ditemukan
dengan jumlah yang besar dalam otak maupun cairan serebrospinal pasien-pasien
ADC (AIDS dementia complex). Sel-sel otak yang terinfeksi HIV didominasi
olehsel-sel CD4 + yang berasal dari monosit/magrofag.
E. PENATALAKSANAAN

Perawatan suportif merupakan tindakan yang penting karena efek infeksi HIV dan
penyakit AIDS yang sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek tersebut
mencangkup malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan imobilisasi dan perubahan
status mental. Penatalaksanaan HIV AIDS sebegai berikut :

1. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV infeksi


Infeksi umum trimetroprime-sulfametokazol, yang disebut pula TMP- SMZ
(Bactrim,septra), merupakan preparat antibakteri untuk mengatasi berbagai
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi.

2. Penatalaksanaan Diare Kronik


Terapi dengan oktreotid asetat (sandostain), yaitu suatu analog sintetik
somatostatin, ternyata efektif untuk mengatasi diare yang berat dan kronik.

3. Penatalaksanaan Sindrom Pelisutan


Penatalaksanaan sindrom pelisutan mencangkup penanganan penyebab yang
mendasari infeksi oportunitis sistematik maupun gastrointerstinal. Malnutrsi
sendiri akan memperbesar resiko infeksi dan dapat pula meningkatkan insiden
infeksi oportunistis.

4. Penanganan keganasan
Penatalaksanaan sarkoma Kaposi biasanya sulit karena sangat beragamnya gejala
dan sistem organ yang terkena.Tujuan terapinya adalah untuk mengurangi gejala
dengan memperkecil ukuranlesi pada kulit, mengurangi gangguan rasa nyaman
yang berkaitan dengan edema dll.

5. Terapi Antiretrovirus
Saat ini terdapat empat preparat antiretrovirus yang sudah disetujui oleh FDA
untuk pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; Zidovudin,
Dideoksinosin , dideoksisitidin dan Stavudin.

6. Inhibitor Protase
Inhibitor protase merupakan obat yang menghambat kerja enzim protase, yaitu
enzim yang dibutuhkan untuk replikasi virus HIV dan produksi virion yang
menular.
7. Terapi nutrisi
Menurut Nursalam (2011) nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien
HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem iun,
meningkatkan kemampuan tubuh, utuk memerangi infeksi, dan menjaga orang
yang hidup dengan infeksi HIV AIDS tetap aktif dan produktif.

F. KOMPLIKASI

1. Tuberculosis (TBC )

Adalah infeksi paru-paru yang sering menyerang penderita HIV , bahkan menjadi
penyebab utama kematian pada penderita AIDS.

2. Toksoplasmosis

Adalah infeksi parasite yang dapat memicu kejang bila sampai menyebar keotak.

3. Cytomegalovirus
Adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu kelompok virus herpes. Infeksi ini
dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan dan paru-paru.

4. Hivan

HIVAN ( HIV-associated nephropathy ) adalah peradangan pada saringan diginjal.


Dan kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada proses pembuangan limbah sisa
metabolism dari dalam tubuh.

5. Gangguan neurologis

Meski AIDS tidak menginfeksi sel saraf, tetapi penderitanya bisa mengalami
depresi, mudah marah, bahkan sulit berjalan, salah satu gangguan saraf yang paling
sering menyerang penderita AIDS adalah DEMENSIA
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Klien :
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawab, tanggal
pengkajian, dan diagnose medis.

2. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :


Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri panggul, rasa terbakar saat
miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di mulut, pusing, sakit kepala,
kelemahan otot, perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada extremitas, batuk
produkti / non.

3. Riwayat Kesehatan :

a. Riwayat kesehatan sekarang :


Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluhkan diare,demam

berkepanjangan,dan batuk berkepanjangan.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat menjalani tranfusi darah, penyakit herper simplek, diare yang hilang

timbul, penurunan daya tahan tubuh, kerusakan immunitas hormonal

(antibody), riwayat kerusakan respon imun seluler (Limfosit T), batuk yang

berdahak yang sudah lama tidak sembuh.


c. Riwayat Keluarga

Human Immuno Deficiency Virus dapat ditularkan melalui hubungan

seksual dengan penderita HIV positif, kontak langsung dengan darah penderita

melalui ASI.

4. Pemeriksaan Fisik
 Aktifitas Istirahat :
Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang, progresi, kelelahan / malaise,

perubahan pola tidur.

 Gejala subyektif :
Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali,

lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.

 Psikososial :
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan poa hidup, ungkapkan perasaan

takut, cemas, meringis.

 Status Mental :
Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilanginterest pada

lingkungan sekiar, gangguan proses piker, hilang memori, gangguan atensi dan

konsentrasi, halusinasi dan delusi.

 Neurologis :
Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak seimbangan, kaku kuduk,

kejang, paraf legia.

 Muskuloskeletal :

Focal motor deficit,lemah,tidak mampu melakukan ADL


 Kardiovaskuler :
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

 Pernapasan :
Napas pendek yang progresif batuk (seang –parah), batuk produktif /non produktif,
bendungan atau sesak pada dada

 Integument :
Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.

B. Diagnosa keperawatan

1. (KODE : D.0077) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien tampak
meringis,gelisa,frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur.

2. (KODE : D.0056) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat > 20% dari
kondisi istirahat, dyspnea saat /setelah aktivitas
C. Intervensi Keperawatan

KODE SDKI KODE SLKI KODE SIKI


D.0077 Nyeri akut b.d agen L.08066 setelah dilakukan tindakam I.08238 Manajemen Nyeri
pencedera fisik d.d keperawatan selam 1x24
pasien tampak Tindakan :
jam di harapkan tingkat
meringis,gelisa,frekuensi nyeri menurun dengan Observasi
nadi meningkat dan sulit kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
tidur.
- Keluhan Nyeri frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
Menurun (5) - Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri non verbal
(5)
- Identifikasi faktor yang memperberat
- Gelisah menurun (5) dan memperingan nyeri
- Kesulitan tidur - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
menurun (5) tentang nyeri
- Monitor efek samping penggunaan
analgenik
Terapeutik
- Berikan tenik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( mis. Tenf
,hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofitback, terapi pijat, aroa terapi )
- Kontrol lingkungan yang meperberat
nyeri ( mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan )
- Fasilitasi istrahat dn tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode da pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberin anassslgetik jika
perlu
D.0056 Intoleransi aktivitas b.d L.05047 setelah dilakukan tindakam I.05178 Manajemen energi
ketidakseimbangan keperawatan selam 1x24
antara suplai dan Tindakan :
jam di harapkan toleransi
kebutuhan oksigen d.d aktivitas meningkat. dengan Observasi
mengeluh lelah, kriteria hasil : - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
frekuensi jantung
- Keluhan lelah yang mengakibatkan kelelaan
meningkat > 20% dari
kondisi istirahat, menurun (5) - Monitor kelelaan fisik dan emosional
dyspnea saat /setelah - Dispnea saat - Monitor pola dan jam tidur
aktivitas aktivitas menurun
Terapuetik
(5)
- Sediakan lingkungan nyaman dan
- Frekuensi nadi
rendah stimulus (mis. Cahaya suara,
membaik (5)
kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
/aktif
- Berikan akivitas distraksi yang
memenangkan
Edukasi
- Edukasi tirah baring
- Anjurkan melaukan aktivitas secara
bertahap

- Ajarkan strategi koping untuk


mengurangi kelelaan
Kolaborasi
- Kolaboarasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
D. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana

rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah

ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas

yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan

dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi

prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan

mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi

ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan

data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses

keperawatan berikitnya.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang

diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan

kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses

keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas diri klien

Nama : Tn. R

Umur : 20 Tahun

No. MR : 499193

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Menikah

Agama : Kristen protestan

Pekerjaan : wiraswata

Pendidikan : Tamat SD

Ruang Rawat : Mayar

Alamat : sikumana

Tanggal masuk :15 Desember 2021

Tanggal pengkajian : 16 Desember 2021

Suku bangsa : Indonesia

Sumber informasi : Ibu kandung dan Istri

Diagnosa Medis : AIDS

38
2. Identitas Penaanggung Jawab

Nama : Ny. M

Umur : 42 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen protestan

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Hub.keluarga : Ibu kandung

39
3. ALASAN MASUK
Klien masuk ke rumah sakit dr.Achmad mochtar kiriman atau rujukan dari
Rumah Sakit di kota kupang melalui IGD pada tanggal 15 desember 2021
dengan keluhan demam hilang timbul sejak 2 bulan sebelum masuk rumah
sakit
4. RIWYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian tanggal 16 desember 2021 pada pukul
08.00WIB, keluargaklien mengatakan klien mempunya riwayat hubungan
sex bebas semenjak 3 tahun yang lalu, klien mengatakan badan letih,klien
mengatakan nafsu makannya kurang, makan klien selama dirumah sakit
hanya 2 sendok makan,muntah ( - ) , mual (+ ) klien mengatakan
tenggorokannya sakit saat menelan klien mengatakan tidur sering
terbangun pada malam hari.klien kadang merasakan pusing,klien
mengatakan badan nya terasa lemas, nyeri pada perut nyeri tekan ( + )
skala nyeri 5-6, pasien merasakan nyeri pada persendian saat istirahat dan
aktivitas. klien mengatakan batuk berdahak, klien mengatakan dada sakit
jika batuk, nafas sesak,pendengaran pasien mulai terganggu pada telingga
bagian kanan, pasien mengatakan dia tidak mampu untuk beraktivitas dari
berbaring ke posisi duduk sangat lemah, pasien mengalami penurunan
berat badan seberat8 Kg, klien tampak pucat.BAB ( - ) sejak 1 hari saat
pengkajianSelama dirawat dirumah sakit klien tampak tidak
menghabiskan porsi makan nya, hanya 2 sendok makan, klien tampak
lemah dan letih, klien tampak susah untuk beraktifitas secara mandiri,
klien tampak kurus, klien tampak meringis menahan sakit, klien tampak
pucat, mulut klien tampak ada sariawan dan kering, klien tampak terbaring
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya, keluarga mengatakan pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


keluarga mengatakan keluarganya tidak ada mengalami riwayat penyakkit
yang sama dengan yang diderita klien dan tidak memiliki penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi, Jantung. Penyakit menular seperti, TBC, HIV,
Hepatitis, dll

GENOGRAM

Keterangan :
 : Laki - laki
 : Perempuan
 : Pasien
 : Meninggal
 ...... : Tinggal serumah
5. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis
(CM) GCS :13 ( E4 M5V4)
BB sehat : 51 kg
BB sakit : 43 kg
TB : 160 cm
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah: 92/57 mmHg
Nadi : 104x/i
Temperatur : 36,9 C
Pernafasan : 22 x/m
1. Kepala
 Rambut :
I:rambut klien tampak kotor, berminyak, tidak ada ketombe,
rambuttidak beruban, rambut tampak kering, mulai rontok, bau tidak
sedap,
dan rambut klien tampak tidak rapi
P:tekstur rambut kering
 Mata
I: Mata terlihat simetris kiri dan kanan, penglihatan mulai
menurun,konjungtivaanemis, palpebra tidak oedema, skeleraikterik,
mata
tampak cekung, pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
 Telinga
I:Telinga tampak simetris kiri dan kanan,
P: tidak ada nyeri tekan, pendengaran mulaiterganggu pada telinga
kanan, tidak ada pembesaran disekitar telinga, tidak ada oedema,
tidak ada perdarahan disekitar telinga
 Hidung
I: Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada lecetan di
daerahhidung, lubang hidung tampak bersih tidak ada secret,
penciuman masih bagus dan normal
 Mulut dan gigi
I: Rongga mulut tampak kotor, mokusa bibir kering, gigi tidak
lengkap,gigi berkaries, lidah klien kotor, tonsil tidak ada
peradangan
2. Leher
I: Simetris kiri dan kanan, warna kulit sawo matang
P:Tidak ada pembembesaran kelenjer tiroid.KGB.
3. Thorax
Paru-paru
I: Terlihat simetris kiri dan kanan (ekspansi dinding dada),
frekuensipernafasan 22x/menit
P: Traktil premitus melemah di bagian paru ka/ki
P: bunyi sonor
A: Bunyi nafas whezing
Jantung
I: Tidak terlihat pembengkakan, iktus kordis tidak terlihat
P: Tidak ada nyeri tekan,iktus teraba, nadi 104x/i
P: Terdengar bunyi redup
A: Iramanya teratur (BJ 1 Lup, BJ 2 Dup ) heart Rate : 104x/i
4. Abdomen
I: Tidak ada pembesaran
A: Bising usus 18x/i
P: nyeri tekan pada epigastrium
P: bunyi normal (tympani )
5. Punggung
I :Tidak ada lesi,lecet dan tanda dekubitus pada klien.
P:Tidak ada pembengkakan.
6. Ekstermitas
Atas: Simetris kiri dan kanan, ada mengalami kelemahan,ada ototpada
lengan kanan klien
Bawah :simetris kiri dan kanan mengalami kelemahan,ada otot
padakaki kanan klien
Kekuatan otot :

4444 4444
4444 4444

Keterangan :
5 : dapat melakukan ROM secara penuh dan
dapat melawan gravitasi dan tahanan
4 : dapat melakukan ROM yang penuh dan dapat
melawan tahanan yang sedang
3 : dapat melakukanROM secara penuh dengan
melawan gravitasi tetapi tidak bisa melawan tahanan
2 : tidak mampu melawan gaya gravitsi
1 : kontraksi otot hanya dapat dipalpasi
0 : tidak ada kontraksi otot

7. Genetalia : genetalia tampak kotor, ada herpes dibagian batang penis


dan scrotum,sudah bernanah, rumbut pubis tidak ada,
berbau,
8. integument : Warna kulit sao matang, , turgor kulit kering
ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 DS: Nyeri akut Agen
-Klien mengatakan nyeri tekan pada perut pencederah
-Klien mengatakan nyeri pada fisik
persendian, saat beraktivitas dan istirahat
-Klien mengatakan dada sakit jika batuk
P :Klien mengatakan nyeri di
persendian,
Q :Klien mengatakan nyeri saat
beraktivitas, nyeri juga datang tiba
tiba
R : Klien mengatakan nyeri di persendian
S : Klien meringis, skala nyeri 5-6, klien
mengatakan tidak nyaman saat nyeri
datang
T : Klien mengatakan nyeri hilang
timbul,
DO:
-Klien tampak meringis menahan sakit
-Skala nyeri 5 -6
-Nyeri tekan pada perut

2 DS: Intoleransi aktifitas ketidakseimban


gan antara
suplai dan
kebutuhan
oksigen
Klien mengatakan sulit untuk
beraktifitas sendiri
-Klien mengatakan badan terasa letih dan
lemas jika beraktifitas
DO:
-Klien tampak susah beraktivitas
-Klien tampak tidak bersemangat
-Klien tampak terbaring
-Klien tampak tidak mampu untuk
beraktifitas secara mandiri

B. Diagnosa keperawatan

a. (KODE : D.0077) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien tampak
meringis,gelisa,frekuensi nadi meningkat dan sulit tidu(KODE : D.0056) Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d mengeluh
lelah, frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat, dyspnea saat /setelah
aktivitas
C. Intervensi Keperawatan

KODE SDKI KODE SLKI KODE SIKI


D.0077 Nyeri akut b.d agen L.08066 setelah dilakukan tindakam I.08238 Manajemen Nyeri
pencedera fisik d.d keperawatan selam 1x24
pasien tampak Tindakan :
jam di harapkan tingkat
meringis,gelisa,frekuensi nyeri menurun dengan Observasi
nadi meningkat dan sulit kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik,
tidur.
- Keluhan Nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan
Menurun (5) intensitas nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
(5) - Identifikasi skala nyeri non verbal
- Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang
(5) memperberat dan memperingan
- Kesulitan tidur nyeri
menurun (5) - Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Monitor efek samping penggunaan
analgenik
Terapeutik
- Berikan tenik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri ( mis.
Tenf ,hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofitback, terapi pijat, aroa
terapi )
- Kontrol lingkungan yang
meperberat nyeri ( mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan )
- Fasilitasi istrahat dn tidur
Edukasi
47
- Jelaskan penyebab, periode da
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberin anassslgetik
jika perlu
D.0056 Intoleransi aktivitas b.d L.05047 setelah dilakukan tindakam I.05178 Manajemen energi
ketidakseimbangan keperawatan selam 1x24
antara suplai dan Tindakan :
jam di harapkan toleransi
kebutuhan oksigen d.d aktivitas meningkat. Observasi
mengeluh lelah, dengan kriteria hasil : - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
frekuensi jantung
- Keluhan lelah yang mengakibatkan kelelaan
meningkat > 20% dari
kondisi istirahat, menurun (5) - Monitor kelelaan fisik dan
dyspnea saat /setelah - Dispnea saat emosional
aktivitas aktivitas menurun - Monitor pola dan jam tidur
(5)
Terapuetik
- Frekuensi nadi
- Sediakan lingkungan nyaman dan
membaik (5)
rendah stimulus (mis. Cahaya suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan /aktif
- Berikan akivitas distraksi yang
memenangkan
Edukasi
- Edukasi tirah baring
- Anjurkan melaukan aktivitas secara
bertahap

48
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelaan
Kolaborasi
- Kolaboarasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

49
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No. HARI DIAGNOSA Jam IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


TANGGAL
1 Kamis Nyeri akut b.d 08.00 1. Melakukan pengkajian nyeri S: Klien mengatakan persendian
16 desember
Agen pencederah secara komprehensif termasuk nya nyeri saat beraktivitas.
2021
fisiologis Klien mengatakan nyerinya
lokasi, karakteristik, durasi, hilang-hilang timbul.
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi. O: Klien tampak meringis saat
melakukan aktivitas.
08.35 2. Mengontrol lingkungan Skalanya nyeri klien 5-6.
yang dapat mempengaruhi nyeri, Mengajarkan klien teknik

seperti suhu ruangan, napas dalam untuk

pencahayaan dan kebisingan. mengurangi nyeri

3. Mengajarkan tentang tehnik


08.55
nonfarmakologi. A: Masalah belum teratasi
Tindakan 2,3

50
09.10 4. Memberikan analgetik P: Intervensi dilanjutkan
untuk mengurangi nyeri. Tindakan 2,3

11.00 5. Mengjarkan teknik relaksasi


nyeri

2 Kamis Intoleransi 08.05 1. Memonitoring vital sign S: pasien mengatakan susah


16 desember
aktifitas b.d sebelum/sesudah latihan dan untuk bergerak karena penurunan
2021
penurunan lihat respon pasien saat kekuatan otot

kekuatan otot latihan.


O: Ttv klien Td : 92/57mmHg.
09.15 2. Berkonsultasi dengan terapi
Nadi : 104x/i. Temperatur : 36,9.
fisik tentang rencana
P: 22x/i
ambulasi sesuai dengan
Klien tampak susah saat
kebutuhan melakukan aktivitas
09.40 3. Bantu klien untuk
menggunakan tongkat saat A: Masalah belum teratasi
berjalan dan cegah terhadap Tindakan 2,4,7,8

cedera.
11.00 4. Mengajarkan pasien tentang P: Intervensi dilanjutkan
Tindakan 2,4,7,8
teknik Ambulasi.
12.00 5. Mengkaji kemampuan
pasien dalam mobilisasi

13.00 6. Melatihatih pasien dalam


menuhan kebutuhan

13,15 7. Membantu ADLs secara


mandiri sesuai kemampuan

8. Mendampingi dan
13,30
membantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
Kebutuhan

14.00
9. Mengajarkan pasien
bagaimana merubah posisi
berikan bantuan jika
Diperlukan
No. HARI DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
TANGGAL
1 Kamis Nyeri akut b.d 8.00 1. Mengontrol lingkungan S: Klien mengatakan persendian
16 agen pencedera yang dapat mempengaruhi nya nyeri saat beraktivitas

desembe fisik nyeri, seperti Suhu ruangan, O: Klien tampak meringis saat
melakukan aktivitas
r 2021 pencahayaan dan kebisingan.
Mengajarkan klien teknik
nafas dalam
10.20 2. Mengajarkan tentang tehnik
A: Masalah belum teratasi
non farmakologi.
Tindakan 2
P: Intervensi dilanjutkan 2
2 Kamis Intoleransi 11.00 1. Berkonsultasi dengan terapi S: pasien mengatakan susah
16 aktifitas b.d fisik tentang rencana ambulasi untuk bergerak karena
desember penurunan kekuatan otot
2021 Penurunan sesuai dengan kebutuhan
kekuatan otot O: klien tampak susah saat
12.00 2. Mengajarkan pasien tentang melakukan aktivitas .
teknik ambulasi Membantu klien saat
melakukan mobilisasi duduk
di tempat tidur
3. Membantu ADLs secara
12.30
mandiri sesuai kemampuan
A: masalah belum teratasi
Tindakan 1,2

13,00
4. Mendampingi dan membantu
P: intervensi dilanjutkan
pasien saat mobilisasi dan bantu Tindakan 1,2
memenuhi kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

Dapertemen kesehatan RI. 2007 . Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang
dewasa dan Remaja Edisi Kedua, Jakarta
Dinas kesehatan kota Bukittinggi 2016.Gambaran kasus HIV dan AIDS di Sumatra Barat
Sampai dengan 2016.
Dirjen. PP & PL. Kemenkes. RI. (2012). Laporan Kasus Hiv-Aids Di Indonesia Triwulan IV,
bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2011
Drew , W. Lawrence . 2001. HIV & AIDS Retrovirus. USA: The McGraw-Hill Companies.
Jakarta, Gramedia

Muma, Richard D. (1997). HIV : Manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC Nasronudin .
2007. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Mollekuler, Klinis dan Sosial.
Surabaya
Pohan H.T .2009. Infeksi dibalik ancaman HIV . Jakarta. Farmacia

Profil Kesehatan Sumatra Barat 2017, Diakses dari http://id.kesehatan+sumbar pada 11 juni
2008

Anda mungkin juga menyukai