Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER PADA HIV/ AIDS DAN LONG TERM CARE

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS

Dosen Pengampu : Dina Indrati, S.Kep.Ns, M.Kep Sp.Mat

Oleh:

Kelompok 1

1.Maulita Nur anisa (P1337420619096)

2. Nadya Fickry M.S (P1337420619099)

3.Nahar Willy Harso (P133740619105)

4. Nur Dwi Rahayu (P1337420619112)

5. Emi Yulina (P1337420619120)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab penyakit Acquired


Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dengan cara menyerang sel darah putih sehingga
dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Kasus HIV/AIDS merupakan
fenomena gunung es, dengan jumlah orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan yang sebenarnya. Hal ini terlihat dari jumlah kasus AIDS yang
dilaporkan setiap tahunnya sangat meningkat secara signifikan. Di seluruh dunia, setiap
hari diperkirakan sekitar 2000 anak di bawah 15 tahun tertular HIV dan sekitar 1400
anak di bawah usia 15 tahun meninggal dunia, serta menginfeksi lebih dari 6000 orang
berusia produktif (Purwaningsih, 2008). Berdasarkan hasil statistik kasus HIV/ AIDS
yang dilaporkan oleh Ditjen Pengendalian Penyakit (PP) dan Penyehatan Lingkungan
(PL) Kemenkes RI tahun 2013, jumlah kasus HIV/ AIDS di Provinsi Kalimantan
Selatan tahun 2013 adalah sebanyak 227 kasus HIV dan AIDS sebanyak 134 kasus
menempati urutan ke-28 dengan kasus tertinggi di Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak
189 orang kasus HIV dan tertinggi kedua kasus AIDS sebanyak 30 orang dari semua
Kabupaten di Kalimantan Selatan. Peningkatan kasus baru HIV/AIDS diproyeksikan
akan terjadi pada populasi kunci, termasuk sopir karena sopir termasuk mobile men
with money and migrant (lakilaki yang memiliki waktu yang banyak di luar rumah
dengan uang yang cukup serta jauh dari keluarga). Berdasarkan data Komisi
Penanggulangan AIDS menyebutkan bahwa sopir yang mengidap HIV/AIDS
meningkat setiap tahun. Pada tahun 2008, sopir yang mengidap HIV/AIDS berjumlah
14 orang (2,89%), naik menjadi 26 orang (6,73%) tahun 2009, tahun 2010 menjadi 47
orang (11,31%) dan bertambah menjadi 67 orang (19,08%) sampai bulan Maret 2011.
Kasus HIV/ AIDS pada sopir di Kalimantan Selatan yang dilaporkan berjumlah 1 kasus HIV
dan 2 kasus AIDS(Octavianty, Rahayu, Rosadi, & Rahman, 2015).

HIV dan AIDS sering dianggap penyakit yang tidak ada obatnya dan di kaitkan dengan
kematian secara cepat. Padahal, kita bisa hidup sehat dengan HIV di dalam tubuh untuk waktu
yang sangat lam, bahkan melebihi pikiran yang umum yaitu lima sampai sepuluh tahun.
Banyak cara yang bisa di tempuh agar kekebalan tubuh tidak berkurang dan kita tidak rentan
terhadap serangan penyakit.

Terapi komplementer merupakan terapi non medis merupakan pendukung


pengobatan medis,nikni pengobatan non konvensional .Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang penyelenggara
Pengobatan Komplementer Alternatif di fasilitas kesehatan RI, yang dimaksud
pengobatan komplementer alternatif adalah pengobatan non konfensional untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,preventif, kuratif
dan rehabiliyatif melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik(Hidayat, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan terapi komplomenter?

2. Apa terapi komplomenter bagi pasien HIV/AIDS

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari terapi komplementer

2, Mahasiswa mengetahui apa jenis terapi komplementer pada penderita HIV/AIDS

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu dan dapat


menambah wawasan dan informasi dalam mengenali secara keseluruhan berbagai
macam terapi komplementer pada pasien HIV/AIDS dan mampu mengaplikasikan
dalam asuhan keperawatan pada pasien atau klien tanpa ada kekeliruan dalam
melakukan tindakan keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan


sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan
lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Terapi ini pada dsarnya bertujuan
intuk memperbaiki fungsi sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan tubuh, agar
tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri.

Menurut WHO (Word Health Organization), pengobatan komplementer (terapi


komplementer) adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara
yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia , jamu misalnya bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah ada dari jaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun temurun dari satu generasi kepada generasi berikutnya pada
suatu negara. Tetapi di Thailand atau negara-negara diluar Indonesia , “jamu”
Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.

Penyertaan penggunaan komplementer dalam praktik keperawatan sebenarnya bukan


hal yang baru. Tetapi komplementer (dengan nama dan sebutan yang berbeda) dan
filosofi dasar yang khas sudah lama menjadi bagian dari profesi perawatan sejak
permulaan. Contohnya adalah pernyataan florence Nigfhtingale yang menekankan
betapa pentingnya untuk menciptakan lingkungan (suasana) dimana penyembuhan
pasien dari suatu penyakit dapat terjadi dan pentingnya penggunaan “terapi Musik”
dalam proses penyembuhan seorang pasien. Praktik semacam ini sebenarnya sudah
lama di praktikan AlKindi atau Al-Chendius (873 M), seorang Dokter dan sekaligus
filosof muslim terkenal bangsa Arab . Al-Kindi telah menciptakan alat musik piano dan
mempraktikan bagi penyembuhan pasien yang mengidap penyakit.

2.2. Tujuan Terapi komplementer

Tujuan pengaturan penyelenggara pengobatan Komplementer alternatif menurut


Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2007 adalah :

1. Memberikan perlindungan kepada pasien

2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga pengobatan


komplementer alternatif.
Menurut “National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM)
terapi komplementer atau pengobatan alternatif dapat diklasifikasikan menjadi 5 (lima)
Kelompok yaitu :

1. Mind Body Therapies


Teknik untuk meningkatkan kapasitas (kemampuan) pikiran guna
mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh. Contohnya : imejeri, meditasi, yoga,
terapi musik, berdoa (sembahyang), journaling, biofeedback, humor, taichi,
terapi seni (art therapy).
2. Biological Based Therapies
Terapi yang menggunakan zat- zat yang di temukan di alam, seperti preparat
yang berasal dari berbagai macam herbal dan minyak, diet kusus, pengobatan
orthomolekuler ( nutrisi dan suplemen makanan ).
3. Manipulative And Body Based Therapies
Terapi berdasarkan manipulasi atau menggerakan satu atau lebih anggota
tubuh. Contoh : pengobatan chiropractik, pijatan (masage), latihan tubuh
seperti rolfing.
4. Energy Therapies
Terapi yang berfokus pada energi (tenaga) seperti magnetik dan biofield yang
di yakini melingkungi dan menembus tubuh. Contoh : healing touch, reiki,
eksternal qi gong (ci qung) dan magnet.
5. System Of Care
Sistem perawatan yang di bangun berdasarkan teori dan praktik serta
seringkali berkembang terpisah dan lebih dulu dari sistem pengobatan Barat
(konvensional).

2.3 Terapi Komplementer HIV/AIDS

2.3.1. Terapi Informasi

Terapi informasi bukan hanya sekedar pengetahuan. Kita ambil contoh


seseorang yang baru di tes HIV dan hasilnya ternyata positif. Setelah lewat rasa terkejut
(shock) banyak pertanyaan akan muncul : apa itu AIDS ? Babaimana kelanjutanya ?
Bagaimana penularanya? Apa pengobatanya ? Gejalanya apa? Orang yang baru di
vonisterinfeksi HIV pasti akan merasamati kutu , tidak dapat berkata apa-apa dan penuh
rasa takut terhadap HIV dan AIDS.

Informasi yang benar dan jelas akan mengobati ketidakpahaman, depresi, memulihkan
dan menyelakan jiwa penderita HIV. Dan seperti halnya berbaga imacam terapi, terapi
informasi adalah suatu perjalanan, sebuah proses yang akan berlangsung secara terus
menerus dan berkesinambungan. Konseling paska tes yang paling sempurna pun tidak
mungkin dapat menjawab semua pertanyaan – pertanyaan HIV.

2.3.2 Terapim Spiritual

Di Indonesia pengobatan spiritual biasanya dikaitkan dengan agama. Seseorang


pemeluk agama Islam misalnya cenderung untuk menjalani pengobatan spiritual yang
dilaksanakan sesuai ajaran agama islam,misalnya berzikir, berdoa, berpuasa, sholat
hajat dsb. Dalam agama lain juga terdapat kegiatan ritual untuk penyembuhan baik yang
di bimbing oleh rohaniawan maupun yang dilakukan sendiri.

Terapi spiritual (terapi Doa/ prayer) merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas lainya dari kehidupan manusia, baik secara individu maupun kelompok .
Doa pada dasarnya merupakan bentuk komunikasi antara seseorang hamba dengan sang
maha pencipta. Doa memberikan efek besar dalam kehidupan manusia. Fungsi doa
bukan hanya sekedar bentuk pengabdian pada yang sakral, tetapi juga memiliki fungsi
yang lainya; mulai dari permohonan perlindungan sampai dengan hal-hal yang bersifat
praktis, seperti berdoa untuk ketenangan dan kesehatan.

Penelitian ilmiah tentang pengaruh doa terhadap kesehatan dan kesembuhan seseorang
telah banyak dilakukan.Hasil survei Time CNN, dan USA Weeken (1996), menunjukan
bahwa lebih dari 70% pasien di Amerika percaya bahwa doa (prayer) merupakan obat
bagi penderita selain dalam pengertian medis (Amin Syukur, 2012;81).

Ketika doa dijadikan terapi atau pengobatan, kususnya dalam asuhan keperawatan,
maka langkah pertama yang harus di lakukan adalah melakukan penilaian keagamaan.
Penilaian keagamaan harus menjadi bagian dari catatan sejarah pasien yang diperoleh
seseorang perawat atau profesional kesehatan.Penilain itiu setidak- tidaknya meliputi
informasi kepercayaan pasien, bagaimana mereka berbicara dengan Tuhan (berdoa),
mazhab atau keyakinan dan praktik keagamaan apa yang mereka anut, seperti tipe
keagamaan apa yang dapat membantu hasrat pasien.

2.3.3 Terapi Nutrisi

Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV untuk mempertahankan
kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh untuk
memerangi infeksi dan menjaga tubuh tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan
mineral bisa di jumpai pada orang dengan HIV dan defisiensi sudah terjadi sejak dini
walaupun pada ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi
terjadi karena HIV menyebabkan kehilangan nafsu makan dan gangguan absrobsi zat
gizi dan 90 % ODHA umumnya memiliki berat badan di bawah normal.

Study ilmiah tgentang hubungan makanan dan kesehatan manusia sudah banyak
dilakukan ilmuan, baik hubungan makanan tertentu dengan kesehatan maupun akibat
kelebihan makanan tertentu terhadap timbulnya suatu penyakit atau kekurangan asupan
makanan suatu zat terhadap munculnya suatu penyakit tertentu. Tujuan dan manfaat
terapi nutrisi adalah memenuhi kebutuhan nutrisi pasien secara umum. Perlu di
perhatikan bahwa kebutuhan tersebut perlu di modifikasi sesui kebutuhan pasien dan
penyakit tertentu dan manfaat dari terapi nutrisi di antaranya :

 Siatem kekebalan tubuh


 Meningkatkan tingkat energi
 Hormon yang seimbang
 Identifikasi intoleransi makanan
 Memperbaiki sistem pencernaan
 Memperbaiki pola tidur
 Menjaga berat badan
 Memperbaiki kondisi kulit dengan membuang racun dari tubuh
 Meningkatkan seluruh fungsi tubuh
 Menghilangkan stres (pikiran)

2.2.4. Terapi Yoga


Secara saintifik, aktivitas yoga sebenarnya diharapkan dapat mengendalikan
kecendrungan untuk tertarik kearah hal- hal eksternal, mengidentifikasi menarik
kebahagian dengan memutar kedalam dan menyadari sifat sejati kita, dan dapat
memahami bagaimana mengembangkan kebahagiaan dan kebijaksanaan (wisdom)
melalui pembebasan (moksa) (Hartranft, 2203). Studi lain telah mendokumentasikan
efek positif dari latihan Yoga bagi orang yang mengalami gangguan perhatian “devicit
hiperaktif”, osteoarthritis, carpal tunnel syndrom, gangguan obsesif komplusif, sindrom
iritasi usus, HIV/AIDS, multiple sclerosis dan nyeri punggung kronis (Lipton, 2008).

Latihan yoga pun dibuktikan secara ilmiah dapat meningkatkan kebugaran tubuh,
meningkatkan keseimbangan tubuh, menambah kekuatan tubuh , jangkauan gerak dan
kelenturan tubuh dapat meringankan gejala nyeri , gangguan cemas, insomnia, depre, si
dan melenturkan bagian tubuh yang sakit (Halodokter, 3/11/2017).

2.2.5.Terapi Fisik

Terapi fisik merupakan upaya yang bisa dijadikan altermatif pelengkap dalam
upaya memperbaiki disfungsi yang berkaitan dengan tubuh yang disebabkan HIV.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa jenis olah fisik seperti berlari –lari kecil dan
renang mampu menghilangkan stres dan membuat tubuh tenang. Ketenangan yang di
peroleh bisa meningkat pertumbuhan sei kekebalan tubuh didalam tubuh(Aziza’, 2018).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

HIV/ AIDS kini bukan dari akhir segalanyia, dengan kemajuan diagnosis dan
terapi, organ yang terinfeksi HIV memiliki harapan hidup lebih panjang dan bisa
menjalani hidup yang produktif. Meski tidak bisa menyembuhkan, terapi komplementer
seperti: terapi informasi, terapi spiritual, terapi nutrisi yoga dan terapi fisik, setidaknya
bisa memberikan harapan hidup yang lebih bagi pengidap HIV/AIDS positif dan
membuat mereka hidup lebih produktif.

3.2 Saran

Diharapkan bagi perawat agar

DAFTAR PUSTAKA

Aziza’, W. (2018). Pengaruh Terapi Doa Terhadap Kadar Limposit Pasien AIDS Di
Rumah Sakit umum Daerah DR.M.Haulussy Ambon. Journal of Chemical
Information and Modeling, i(9), 1–7.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hidayat, D. A. A. (2019). Khazanah Terapi komplementer Alternatif (I; M. A. Elwa &
I. Kurniawan, eds.). Garut: Penerbit nuansa Cendikia.
Octavianty, L., Rahayu, A., Rosadi, D., & Rahman, F. (2015). Pengetahuan, Sikap Dan
Pencegaha
Hiv/Aids Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), 53.
https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3464

Aziza’, W. (2018). Pengaruh Terapi Doa Terhadap Kadar Limposit Pasien AIDS Di
Rumah Sakit umum Daerah DR.M.Haulussy Ambon. Journal of Chemical
Information and Modeling, i(9), 1–7.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hidayat, D. A. A. (2019). Khazanah Terapi komplementer Alternatif (I; M. A. Elwa &
I. Kurniawan, eds.). Garut: Penerbit nuansa Cendikia.
Octavianty, L., Rahayu, A., Rosadi, D., & Rahman, F. (2015). Pengetahuan, Sikap Dan
Pencegahan Hiv/Aids Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
11(1), 53. https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3464
Aziza’, W. (2018). Pengaruh Terapi Doa Terhadap Kadar Limposit Pasien AIDS Di
Rumah Sakit umum Daerah DR.M.Haulussy Ambon. Journal of Chemical
Information and Modeling, i(9), 1–7.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hidayat, D. A. A. (2019). Khazanah Terapi komplementer Alternatif (I; M. A. Elwa &
I. Kurniawan, eds.). Garut: Penerbit nuansa Cendikia.
Octavianty, L., Rahayu, A., Rosadi, D., & Rahman, F. (2015). Pengetahuan, Sikap Dan
Pencegahan Hiv/Aids Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
11(1), 53. https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3464

Anda mungkin juga menyukai