Disusun Oleh :
Kartika Indriyani P1337420619097
Rita Rahayu P1337420619110
1
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalahyang bejudul “Komunikasi Efektif Pada Klien Paliatif”.
Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawakan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Akhirnya, kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca terutama pembimbing mata kuliah kami Ibu
Titin Suheri, S.Kp., MSc demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
4. Apoteker ..............................................................................14
5. Pekerja Sosial ......................................................................15
6. Psikolog ...............................................................................15
7. Rohaniawan .........................................................................15
8. Terapis .................................................................................16
9. Relawan ...............................................................................16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................17
B. Saran ........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
‘Paliatif Care’ atau Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa
inggris) berarti meringankan, dan ‘Palliare’ (bahasa latin yang berarti
‘menyelubungi’) merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk
meringankan gejala klien, bukan berarti menyembuhkan. Perawatan paliatif
care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan
keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan
penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri
dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita, terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang
dimaksud antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta
mengupayakan perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual. Paliatif
care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan
penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan-pencegahan sempurna
dan pengobatan rasa sakit, fisik, psikososial, spiritual (kemenkes RI Nomor
812, 2007).
Menurut Dadang Hawari (1977,53), orang yang mengalami penyakit
terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit
kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembina kerohanian
saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pasien biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah dan
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien
tersebut selalu berada disamping perawat. Karena peran perawat yang
komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas
mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak
sebagai fasilitator agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering sekali diabaikan
1
2
oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien
terminal yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dan teknik komunikasi dalam perawatan paliatif ?
2. Apa saja hambatan dalam komunikasi efektif pada perawatan paliatif ?
3. Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien paliatif ?
4. Bagaimana solisi penanganan reaksi sulit pada pasien paliatif ?
5. Bagaimana prinsip dan cara komunikasi dengan tenaga professional
lainnya ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan teknik komunikasi dalam
perawatan paliatif.
2. Mahasiswa dapat mengetahui hambatan dalam komunikasi efektif pada
perawatan paliatif.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menyampaikan berita buruk pada pasien
paliatif.
4. Mahasiswa dapat mengetahui solusi penanganan reaksi sulit pada pasien
paliatif.
5. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan cara komunikasi dengan tenaga
professional lainnya.
D. Manfaat
Mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai perawatan paliatif terutama
dari pola komunikasi, karena komunikasi dalam keperawatan secara umum
akan beda dengan komunikasi pada pasien paliatif
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Cara Komunikasi
a. Komunikasi Verbal
Menggunakan kata-kata yang diungkapkan atau ditulis.
Hal yang harus diperhatikan :
1) Kesederhanaan: Kalimat yang digunakan harus sederhana, mudah
dimengerti, singkat dan jelas.
2) Kejelasan: Komunikasi bias lebih jelas apabila ada kecocokan dengan
apa yang diungkapkan dan yang diekspresikan oleh wajah serta
gerakan tubuh.
3) Tepat waktu dan relevan: Perawat harus peka terhadap kebutuhan
yang sedang dirasakan oleh pasien.
3
4
3. Prinsip Komunikasi
Prinsip Komunikasi terapeutik (Keliat:1996)
a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,
memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling
percaya, dan saling menghargai.
c. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
d. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental.
e. Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah
lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi.
f. Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun masalah.
g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
h. Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
i. Kejujuran dan komunikasi terbuka.
j. Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan
menyakinkan orang lain tentang kesehatan.
k. Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara
manusiawi
l. Bertanggung jawab
4. Teknik Komunikasi
a. Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan
bahwa apa yang dikatakannya adalah penting.
b. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
4
5
i. Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang
dirasakan dan difikirkan.
j. Identifikasi “tema”
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan
berguan untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang
penting.
k. Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses
informasi, menunjukan bahwa perawat bersedia menunggu respon.
l. Informing
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut.
m. Humor
5
6
6
7
7
8
b. Mendapatkan informasi
1) Menanyakan keluhan pasien selama beberapa hari setelah pertemuan
pertama (jika sudah ada pertemuan sebelumnya).
2) Menanyakan bagaimana respon obat yang telah diberikan sebelumnya.
c. Membangun hubuungan
1) Menangkap respon verbal dan non-verbal dari pasien.
2) Memberikan respon emphati kepada pasien.
3) Prilaku non-verbal yang sesuai.
4) Copartnership dan advocacy
8
9
8) Negosiasi.
9) Tidak memberikan harapan palsu.
e. Menutup pembahasan/wawancara
1) Memberikan kesimpulan akhir.
2) Menanyakan kepada pasien apakah ada yang ditanyakan atau pasien
sudah mengerti.
3) Menginformasikan apa tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
4) Cek kembali apabila masih ada yang ditanyakan.
9
10
10
11
2. Membuat Rencana
Rencana sangat diperlukan untuk menarik klien ke realita yang perlu
dihadapi secara perlahan. Mencatat hal hal yang sering klien tolak dan
menuliskan fakta yang perlu diketahuinya. Menuliskan rencana yang bisa
dilakukan, seperti memberikan penjelasan secara perlahan setiap kali klien
menolak hal tersebut, atau mungkin terus menerus menceritakan kenyataan
yang sebenarnya dalam bentuk cerita atau metafor. Namun, yang perlu
diingat adalah tidak ada satu cara yang cocok untuk diaplikasikan ke semua
orang. Jadi, jika sebuah rencana yang dijalankan malah menimbulkan
masalah baru, lebih baik kamu menghentikannya.
Merawat seseorang yang mengalami denial diperlukan kerjasama dengan
orang terdekat lainnya atau keluarganya. Dengan begitu, intervensi bisa
langsung dilakukan ketika klien mencoba melakukan kegiatan yang
membahayakan atau menyakiti dirinya sendiri dan/ atau juga orang lain.
11
12
12
13
2. Perawat
Perawat tersebut harus memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai
prinsip-prinsip pengelolaan paliatif. Perawat yang bekerja di program
paliatif bertanggung jawab dalam penilaian, pengawasan, dan pengelolaan
asuhan keperawatan pasien paliatif serta supervisi terhadap pelaku rawat
dan mengontrol kondisi pasien secara periodik.
4. Apoteker
Terapi obat merupakan komponen utama dari manajemen gejala dalam
pelayanan paliatif. Apoteker memastikan bahwa pasien dan keluarga
memiliki akses penting terhadap obat-obatan untuk pelayanan paliatif.
Keahlian apoteker dibutuhkan untuk memberikan informasi yang tepat
mengenai dosis, cara pemberian, efek samping dan interaksi obat-obatan
kanker, morfin dan anti nyeri lainnya yang diberikan kepada pasien untuk
menjalani terapi paliatif-nya.
13
14
5. Pekerja sosial
Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah
pribadi dan sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan dukungan
emosional/konseling selama perkembangan penyakit dan proses berkabung.
Masalah pribadi biasanya akibat disfungsi keuangan, terutama karena
keluarga mulai merencanakan masa depan.
Pekerja Sosial Medik
a. Menerima dan menganalisa masalah sosial ekonomi pasien dan keluarga
b. Melaksanakan program sosial medis seperti bimbingan sosial (misalnya
masalah pendidikan dan masalah di tempat kerja) dan memberikan
alternatif pemecahan sosial ekonomi
c. Menjembatani dalam persiapan kelengkapan administra-si untuk klaim
asuransi
d. Bekerjasama dengan perusahaan atau badan sosial untuk memecahkan
masalah yang dihadapi pasien dan keluarga
e. Reevaluasi program yang telah dilaksanakan dan melaporkan
perkembangan pasien, serta mengusulkan program baru bila diperlukan
6. Psikolog
Peran psikolog:
a. Menerima permintaan penanganan psikologi
b. Menganalisa dan menegakkan diagnosa gangguan psikologi
c. Melakukan pendekatan psikologi sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
• Melakukan evaluasi pendekatan yang telah diberikan
• berkoordinasi dengan anggota tim paliatif
7. Rohaniwan
Rohaniwan seharusnya terampil dan bukan sebagai pendengar yang
menghakimi, mampu mengatasi pertanyaan yang berkaitan dengan makna
kehidupan. Dengan berkoordinasi dengan anggota tim paliatif lainnya,
diharapkan mampu menganalisa kebutuhan rohani dan keagamaan bagi
pasien dan keluarga serta memberikan dukungan dalam tradisi keagamaan,
14
15
8. Terapis
Melakukan program rehabilitasi medis sesuai anjuran dokter spesialis
rehabilitasi medik
Berkoordinasi dengan dokter spesialis rehabilitasi medik dan anggota tim
paliatif lainnya
9. Relawan
Melibatkan relawan dalam tim paliatif berarti terdapat dukungan masyarakat
dan menunjukkan bahwa masyarakat itu mampu berperan serta.
Peran relawan dalam paliatif:
Relawan yang terlibat dalam rumah sakit dan tim pelayanan paliatif
membantu profesional kesehatan untuk memberikan pendampingan bagi
pasien dan keluarga.
Relawan berasal dari semua lini masyarakat, dan dapat menjembatani
antara institusi layanan kesehatan dan pasien.
Dengan pelatihan dan dukungan yang tepat, relawan dapat memberikan
pelayanan langsung kepada pasien dan keluarga, membantu tugas-tugas
administratif, atau bahkan bekerja sebagai konselor. Selain itu, dapat
berperan membantu meningkatkan kesadaran, memberikan pendidikan
kesehatan, menggalang bantuan dana, serta membantu rehabilitasi pasien.
15
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan dan komunikasi antara perawat dan klien bersifat trapeutik,
artinya hubungan yang dibangun hanya sebatas memberi asuhan dan
menghilangkan keluhan klien. Komunikasi trapeutik adalah isntrumen holistik
yang digunakan disetiap lini keperawatan begitu pula untuk pasien dengan
keperawatan paliatif.
Pemahaman mendalam mengenai komunikasi trapeutik secara umum akan
membantu perawat memahami komunikasi dalam perawatan paliatif secara
khusus, yang membedakan komunikasi paliatif dengan yang lain salah satunya
adalah perawat melibatkan segenap support system dalam berkomunikasi untuk
menunjang paliatif care tersebut.
B. Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
secara spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien
dengan menerima klien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan
melalui duduk bersama klien yang menangis,minta maaf atas hal yang tidak
disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan
pengalaman tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat
dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan
klien,terutama pada pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa
hidupnya berguna lagi.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
17