Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN PALIATIF
KONSEP DASAR PALIATIF

Anggota Kelompok:
1. Maulita Nur Anisa P13374206191xx
2. Via Umi Salava P1337420619103

PRODI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKESSEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul Konsep Dasar
Paliatif.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Semarang, 16 Januari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Palliative Care adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang menyeluruh
dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan
kualitas hidupnya, dan juga memberikan support kepada keluarganya. Dari
definisi tersebut didapatkan bahwasannya salah satu tujuan dasar dari palliative
care adalah mengurangi penderitaan pasien yang termasuk didalamnya adalah
menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien tersebut.
Terdapat banyak alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut
tidak mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada
akhirnya berakar pada konsep terapi yang eksklusif dalam menyembuhkan
penyakit daripada meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan.
Itulah mengapa, seringkali keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru
dilakukan setelah segala usaha penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif.
Padahal seharusnya, palliative care dilakukan secara integral dengan perawatan
kuratif dan rehabilitasi baik pada fase dini maupun lanjut.
Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu ini, ruang lingkup dari
palliative care yang dulunya hanya terfokus pada memberikan kenyamanan bagi
penderita, sekarang telah meluas menjadi perawatan holistik yang mencakup
aspek fisik, sosial, psikologis, dan spiritual. Perubahan perspektif ini
dikarenakan semakin hari semakin banyak pasien yang menderita penyakit
kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan adalah mutlak adanya.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membuat makalah tentang
Palliative Care untuk mengulas materi tersebut lebih dalam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah ini
adalah: “Apakah palliative care?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang palliative care.
2. Tujuan Khusus :
a Mengetahui definisi palliatif
b Mengetahui prinsip palliatif
c Mengetahui ruang lingkup palliatif
d Mengetahui multidisiplin team palliatif
e Mengetahui model asuhan palliatif
f Mengetahui kompetensi perawat paliatif
g Mengetahui peran dan fungsi perawat paliatif
h Mengetahui asuhan keperawatan paliatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keperawatan Paliatif


Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap
bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan
keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda,
atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan
menyembuhkan. Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi
penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi yang serius,
penyakit yang kompleks.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Palliative Care adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan
kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada
akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap
secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang
dideritanya.

B. Prinsip Keperawatan Paliatif


Keperawatan paliatif (palliative care) diberikan sejak diagnosa ditegakkan
sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut,
masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Palliative Care harus diberikan
kepada penderita itu. Palliative Care tidak berhenti setelah penderita meninggal,
tetapi masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga
yang berduka. Palliative Care tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu
yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosial dan spiritual.
Titik pusat dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan
hanya penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien
secara individu, namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu
metode pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan
mengikutsertakan beberapa profesi terkait. Dengan demikian, pelayanan pada
pasien diberikan secara paripurna, hingga meliputi segi fisik, mental, social, dan
spiritual. Maka timbullah pelayanan palliative care atau perawatan paliatif yang
mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas social-
medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang diperlukan.
Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa
pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses
yang normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
C. Ruang Lingkup Paliatif
Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim multidisipliner yang tidak
hanya mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli
fisioterapi, pekerja sosial, psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang
bekerja secara terkoordinasi dan melayani sepenuh hati. Perawatan dapat
dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home care), day care dan
respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien,
terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan
oleh tim untuk memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang
dialami pasien dan keluarganya, baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan
spiritual.

D. Multidisiplin Keperawatan Paliatif


Dalam melakukan palliative care membutuhkan tim kerja yang terdiri dari
berbagai multidisiplin ilmu karena ilmu kedokteran pada zaman sekarang ini
telah berkembang menjadi adanya interaksi dari fisik, fungsional, emosional,
psikologis, sosial, dan aspek spiritual yang akan menjadi multidisiplin ilmu.
Tim palliative care dapat terdiri dari perawat, dokter, psikiater, petugas
sosial medis, rohaniawan, terapis, dan anggota lain sesuai kebutuhan. Setiap
anggota tim sebaiknya memahami dan menguasai prinsip-prinsip dan praktek
palliative care. Tim harus berani menjamin bahwa pasien akan mendapat
pelayanan seutuhnya, baik fisik maupun mental, sosial, serta spiritual dengan
cara yang benar dan dalam porsi yang seimbang.
Tim paliatif ini akan dipimpin oleh seorang dokter yang memiliki
pengalaman yang luas tentang menangani penyakit tingkat lanjut dan gejala
yang kompleks. Dokter dapat memberikan konsultasi untuk membantu dokter
lain. Perawat yang diberi pelatihan khusus dalam merawat pasien dengan
penyakit stadium lanjut dan terminal akan merawat pasien di dalam pallitaitive
care. Perawat bertanggung jawab untuk memberikan kasih saying dan
pendidikan kepada pasien dan keluarganya.
Konseling spiritual juga merupakan salah satu dari tim interdisiplin.
Konseling spiritual dapat diberikan kepada penderita yang tidak memiliki
agama sekalipun. Konseling spiritual dapat membantu meningkatakan iman yan
berfungsi sebagai mekanisme koping bahkan terapi pada penderita yang sedang
sekarat. Pendeta, ustadz, atau pemuka agama lainnya dapat membantu
membentuk ikatan di dalam tim palliative care.
Tim paliatif memiliki ciri khas yakni profesi setiap anggota tim telah dikenal
cakupan dan lingkup kerjanya. Para professional ini bergabung dalam satu
kelompok kerja secara bersama mereka menyusun dan merancang tujuan akhir
perawatan melalui beberapa langkah tujuan jangka pendek. Tim adalah motor
penggerak dari semua kegiatan pasien. Proses interaksi komunikasi merupakan
kunci keberhasilan pengobatan palliative care.
E. Model Asuhan Paliatif
Day care adalah menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau
keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day care pada
penitipan anak). Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat psikologis
melalui konseling dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan
penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, dan lain-lain.
Palliative care / perawatan (terapi) paliatif terbagi menjadi beberapa macam
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Palliative Care Religius
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi
religious sangat penting dalam memberikan palliative care. Kurangnya
pemenuhan kehidupan beragama, menimbulkan masalah pada saat
terapi. Pengetahuan dasar dari masing-masing agama sangat membantu
dalam mengembangkan palliative care.
Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan terapi
paliatif religious. Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada pasien
yang banyak meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual suatu
agama dan bisa juga sebagai terapinreligius dimana selain meyakini
ritual agama memiliki tata cara beribadah dalam suatu agama.
2. Terapi Paliatif Radiasi
Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode pengobatan
dengan menggunakan radiasi / sinar untuk mematikan sel kanker yang
akan membantu pencegahan terhadap terjadinya kekambuhan. Terapi
radiasi dapat diberikan melalui dua cara. Pertama dengan menggunakan
cara radiasi eksterna, dan kedua dengan brakiterapi. Radiasi eksterna
adalah suatu teknik radiasi dimana sumber radiasi berada di luar tubuh
pasien. Radiasi ini menggunakan suatu mesin yang mengeluarkan
radiasi yang ditujukan kea rah sel kanker. Brakiterapi adalah suatu
teknik radiasi dimana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh pasien
dekat dengan sel kanker tersebut. Peran radioterapi pada palliative care
terutama adalah untuk mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang disebabkan
oleh infiltrasi tumor local.
3. Terapi Paliatif Kemoterapi
Pemakaian kemoterapi pada stadium paliatif adalah untuk
memperkecil masa tumor dan kanker dan untuk mengurangi nyeri,
terutama pada tumor yang kemosensitif. Beberapa jenis kanker yang
sensitive terhadap kemoterapi dan mampu menghilangkan nyeri pada
lymphoma. Myeloma, leukemia, dan kanker tentis.Pertimbangan
pemakaian kemoterapi paliatif harus benar-benar dipertimbangkan
dengan menilai dan mengkaji efek positif yang diperoleh dari berbagai
aspek untuk kepentingan pasien.
4. Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk
mengurangi nyeri dan menghilangkan gangguan fungsi organ tubuh
akibat desakan massa tumor / metastasis. Pada umumnya pembedahan
yang dilakukan adalah bedah ortopedi / bedah untuk mengatasi obstruksi
visceral. Salah satu contoh tindakan pembedahan pada stadium paliatif
adalah fiksasi interna pada fraktur patologis / fraktur limpeding / tulang
panjang.
5. Terapi Musik
Alunan musik dapat mempercepat pemulihan penderita stroke,
demikian hasil riset yang dilakukan di Finlandia. Penderita stroke yang
rajin mendengarkan music setiap hari, menurut hasil riset itu ternyata
mengalami Peningkatan pada ingatan verbalnya dan memiliki mood
yang lebih baik dari pada penderita yang tidak menikmati musik. Musik
memang telah lama digunakan sebagai salah satu terapi kesehatan,
penelitian di Finlandia yang dimuat dalam Jurnal Brain itu adalah riset
pertama yang membuktikan efeknya pada manusia. Temuan ini adalah
bukti pertama bahwa mendengarkan music pada tahap awal pasca stroke
dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya
perasaan negative.
6. Psikoterapi
Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan citra
fisik, harga diri dengan citra fungsi sosial, fungsi fisiologis, dan
sebagainya dapat dicegah / dikurangi dengan melakukan penanganan
antisipatorik yang memadai. Tetapi hal ini belum dapat dilaksanakan
secara optimal karena kondisi kerja yang belum memungkinkan.
7. Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran,
perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi bisa bermanfaat dalam menerapi
banyak gangguan psikologis-organis seperti hysteria, stress, fobia
(ketakutan terhadap benda-benda tertentu atau keadaan tertentu),
gangguan kecemasan, depresi, perilaku merokok, dan lain-lain.

F. Kompetensi Perawat Paliatif


1. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan, pekerja sosial,
rohaniawan, keluarga, relawan.
2. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti
pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat.
3. Pelatihan
a Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan
kerjasama antara para pakar perawatan paliatif dengan Departemen
Kesehatan (Badan Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik). Modul-modul
tersebut terdiri dari modul untuk dokter, modul untuk perawat, modul
untuk tenaga kesehatan lainnya, modul untuk tenaga non medis.
b Pelatih : Pakar perawatan paliatif dari RS Pendidikan dan Fakultas
Kedokteran.
c Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan c.q Pusat Pelatihan dan
Pendidikan Badan PPSDM. Pada tahap pertama dilakukan sertifikasi
pemutihan untuk pelaksana perawatan paliatif di 5 (lima) propinsi yaitu
: Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar. Pada tahap
selanjutnya sertifikasi diberikan setelah mengikuti pelatihan.
4. Pendidikan Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif,
ilmu keperawatan paliatif).

G. Peran dan Fungsi Perawat Paliatif


Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam palliative care,
perawat harus menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan,
memberikan kenyamanan pasien dan pasien merasa bermartabat yang sudah
tercermin dalam rencana asuhan keperawatan. Perawat memiliki tanggung
jawab mendasar untuk mengontrol gejala dengan mengurangi penderitaan dan
support yang efektif sesuai kebutuhan pasien. Peran perawat sebagai pemberi
layanan palliative care harus didasarkan pada kompetensi perawat yang sesuai
kode etik keperawatan. Hal hal yang berkaitan dengan pasien dan keluarga
yang merupakan standar asuhan keperawatan yang professional. Menurut
American Nurse Association Scope and Standard Practice perawat yang
terintegrasi harus mampu berkomunikasi denga pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya mengenai perawatan pasien dan ikut berperan serta dalam
penyediaan perawatan tersebut dengan berkolaborasi dengan membuat rencana
yang berfokus pada hasil dan keputusan yang berhubungan dengan perawatan
dan pelayanan, mengindikasikan komunikasi dengan pasien, keluarga dan yang
lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan
lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang
kehilangan/berduka. Palliative care ini bertujuan mengurangi rasa sakit dan
gejala tidak nyaman lainnya, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan
pengaruh positif selama sakit, membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai
saat meninggalnya, menjawab kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk
dukungan disaat-saat sedih dan kehilangan, dan membantu keluarga agar tabah
selama pasien sakit serta disaat sedih. Klasifikasi palliative ada beberapa
macam yaitu religious, music, kemoterapi, hipnoterapi, dan lain-lain.
B. Saran
Bagi pembaca makalah ini penulis menyarankan supaya kita semua selalu
menerapkan pola gaya hidup yang baik dan menyehatkan. Oleh karena itu
penulis menyarankan juga supaya kita bisa meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat sehingga dapat terhindar dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2010). Proyek CPP-Indonesian Aged Care Project “Memahami


Perawatan
Paliatif.http://indonesianwelfare.org.au/dmdocuments/CPP/Articles/Perawatan_Pa
liatif_June_2010.pdf. Diakses tanggal 17 Mei 2013.

Ferrell, B.R. & Coyle, N. (2010). Oxford Textbook of palliative nursing 3nd ed.
New York : Oxford University Press Nugroho, Agung.(2011). Perawatan Paliatif
Pasien Hiv /
Aids. http://www.healthefoundation.eu/blobs/hiv/73758/2011/27/palliative_care.p
df.Diakses tanggal 17 Mei 2013.

Menkes RI.(2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


812/Menkes/Sk/Vii/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.http://spiritia.or.id/Dok/skmenkes812707.pdf.
Diakses tanggal 17 Mei 2013.

Anda mungkin juga menyukai