Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN

PADA PASIEN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Disusun oleh :

Naila Ruchama (P07120220014)

Aly Sahid Saifullah (P07120220026)

Andini A. Syahdan (P07120220036)

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA 2020/2021

i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih kami ucapkan kepada
IbuYustiana Olfah,. Selaku dosen mata kuliah Komunikasi

Terima Kasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, khususnya semua anggota kelompok. Sehingga makalah yang berjudul
"Komunikasi Keperawatan Pada Pasien Menjelang Ajal" ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya serta dapat digunakan dengan sebaik mungkin. Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi.

Yogyakarta, April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian Palliative Care................................................................................................................3
B. Prinsip dan Elemen Perawatan Paliatif............................................................................................4
C. Permasalahan Yang Sering Muncul.................................................................................................6
D. Komunikasi.....................................................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................................9
GAMBARAN KASUS................................................................................................................................9
A. Tahap Komunikasi Terapeutik.........................................................................................................9
BAB IV.....................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran
perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena peran
perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk
pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-
spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar
spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang
konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia
mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai
fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.

Menurut Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,
dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”

1
Kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan atau
pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan
psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang
dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care. Dalam perawatan paliatif maka
peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Menjelang ajal
untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan seoptimal mungkin.

Palliative Care adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang menyeluruh


dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga
memberikan support kepada keluarganya. Dari definisi tersebut didapatkan bahwasannya
salah satu tujuan dasar dari palliative care adalah mengurangi penderitaan pasien yang
termasuk didalamnya adalah menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan palliative care ?
2. Apa saja prinsip dari perawatan paliatif?
3. Apa saja permasalahan yang sering muncul pada pasien paliatif ?
4. Bagaimana komunikasi pada pasien paliatif?

C. Tujuan
1. Mampu memahami pengertian dari palliative care
2. Mampu menyebutkan prinsip dan elemen dari palliative care
3. Mampu menentukan dan mengatasi permasalahan yang sering muncul pada pasien
palliative
4. Mampu mempraktikkan teknik komunikasi pada pasien palliative

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Palliative Care


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik
fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk
memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus
Project for Quality Palliative Care, 2013).
Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus
di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari
siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
Titik pusat dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya
penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara individu,
namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu metode pendekatan yang
terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi
terkait. Dengan demikian, pelayanan pada pasien diberikan secara paripurna, hingga
meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Maka timbullah pelayanan palliative care
atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat,
terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang
diperlukan.
Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa
pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

3
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Palliative Care adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

B. Prinsip dan Elemen Perawatan Paliatif


a. Prinsip Perawatan
Prinsip Perawatan Palliative Care Menghormati atau menghargai martabat dan
harga diri dari pasien dan keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care
merupakan accses yang competent dan compassionet, Mengembangkan professional dan
social support untuk pediatric palliative care, Melanjutkan serta mengembangkan
pediatrik palliative care melalui penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)
Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
8. Menghindari tindakan yang sia-sia

b. Elemen perawatan

4
Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project dalam Campbell (2013),
meliputi :

1. Populasi pasien.
Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien dengan semua usia, penyakit
kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan.
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga.
Dimana pasien dan keluarga merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif.
Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung mulai sejak terdiagnosanya
penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal sampai periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif.
Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan untuk menanggulangi gejala
penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik, psikologis, sosial maupun keagamaan.
5. Tim interdisiplin.
Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi, pekerja sosial,
sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama, psikolog, asisten perawat,
ahli diet, sukarelawan terlatih.
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan
Tujuan perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang
disebabkan oleh penyakit maupun pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi
Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan informasi, mendengarkan aktif,
menentukan tujuan, membantu membuat keputusan medis dan komunikasi efektif
terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan.
Dimana seluru sistem pelayanan kesehatan yang ada dapat menjamin koordinasi,
komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan yang
tidak diperukan.
10. Akses yang tepat.
Dalam pemberian perawatan paliatif dimana tim harus bekerja pada akses yang tepat bagi
seluruh cakupan usia, populasi, kategori diagnosis, komunitas, tanpa memandang ras,
etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.

5
11. Hambatan pengaturan.
Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan, pelaksanaan undang-
undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas.
Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi teratur dan sistemik dalam
kebutuhan pasien.

C. Permasalahan Yang Sering Muncul


Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan
paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah
dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Perawatan
paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien
aktif dan dapat bertahan hidup selama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi
mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematian sebagai
proses yang normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati &
Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien terminal tetap
dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan tenang (Bertens,
2009).

D. Komunikasi
Komunikasi pada klien paliatif dan menjelang ajal tentunya memiliki teknik-
teknik tertentu yang mana ini sangat berkaitan dengan bagaimana seorang perawat dapat
menyampaikan informasi dengan baik dan mampu membantu pasien dalam membawa
diri dan mengontrol emosi serta perasaannya, mampu menyalurkan energi positif yang
membangun motivasi dalam diri klien tersebut, meskipun klien tersebut akan menerima
informasi yang mungkin tidak mengenakkan bagi dirinya. Selain pada klien paliatif,
komunikasi yang baik dan tepat juga penting terhadap pasien yang sedang dalam kondisi
menjelang ajal. Hal yang terpenting dalam komunikasi terhadap klien menjelang ajalnya
adalah bagaimana memberikan ketenangan serta penerimaan terhadap kondisinya,
membangun motivasi diri, serta bagaimana agar klien dapat tetap tenang dipenghujung
usianya.

6
Kondisi-kondisi yang dialami oleh klien paliatif dan klien menjelang ajal akan
menimbulkan respon serta emosi yang berbeda-beda satu sama lain. Kondisi-kondisi
respon tersebut dibagi menjadi beberapa fase kehilangan. Perawat harus bisa
mengidentifikasi pada fase apa klien tersebut berada, serta harus menggunakan teknik
komunikasi yang tepat. Fase-fase tersebut antara lain adalah
1. Fase Denial ( pengikraran )
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “
Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang
mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi
fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus
berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai
beberapa tahun. Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
a) Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
b) Selalu berada di dekat klien
c) Pertahankan kontak mata
2. Fase anger ( marah )
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di
proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –orang tertentu atau di
tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara
kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak becus.
Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan menggepai. Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
a) Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya,
hearing.. hearing.. dan hearing..dan menggunakan teknik respek
3. Fase bargening ( tawar menawar )
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan

7
tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di
tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses berduka ini di alami keluarga,
maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
a) Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada
pasien apa yang di ingnkan
4. Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau
berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau
dengan ungkapAn yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala
fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan
libugo menurun Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
a) Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan kesedihannya.
5. Fase acceptance ( penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima
ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada
fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada
pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami
kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan..Teknik komunikasi yang
di gunakan perawat adalah:
a) Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan
perasaan keluarga terhadap kematian pasien

8
BAB III

GAMBARAN KASUS
A.   Tahap Komunikasi Terapeutik

1. Pre interaksi
a. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
b. Menganalisa kekuatan profesional diri dan keterbatasan
c.  Mengumpulkan data tentang klien
d.  Menentukan masalah klien
e.  Merencanakan tindakan
2. Orientasi
a. salam, perkenalan
b. Evaluasi/ validasi
c. Kontrak: waktu, tempat, tujuan
3. Kerja
a. Melakukan kegiatan yang telah direncanakan
b. Mengeksplorasi stresor yang tepat
c. Meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab
d. Mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif
e. Menangani tingkah laku klien yang dipertahankan/resistance
4. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
b. Evaluasi objektif
c. Rencana tindak lanjut
d. Kontrak: waktu, tempat dan tujuan

B. Teknik Komunikasi Terapeutik dalam Tahapan Komunikasi Terapeutik

I. Tahap Pre Interaksi

9
1) Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien :
Inem (25 tahun) di rawat di rumah sakit karena mengidap penyakit kanker getah
bening sejak 2 tahun terakhir. Inem belum bisa menerima keadaan tersebut karena
sedang berada di puncak karier sebagai fashion stylist. Semenjak didiagnosa
mengidap kanker, Inem selalu murung dan seringkali terlihat menangis.
b. Diagnosa Keperawatan :
Penyakit yang sedang diderita oleh pasien menyebabkan pasien merasa down dan
putus asa
c. Intervensi :
Menerapkan manajemen nyeri dan memberikan konseling
2) Tujuan Interaksi
a. Klien dapat menceritakan isi hatinya
b. Klien dapat mencari jalan keluar dari masalah yang dimilikinya
3) Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi kondisi umum klien
b. Mengidentifikasi perasaan klien
c. Memberikan konseling pada klien
4) Pengaturan
Interaksi dilakukan di kamar pasien di ruangan rawat inap rumah sakit
5) Alat dan Bahan
a. Alat tulis
b. Jaringan
6) Metode
a. Curah pendapat
b. Konseling
II. Tahap Orientasi
1. Salam Terapeutik

10
Perawat  : “Selamat pagi, Mbak Inem”
Inem  : “Pagi”
Perawat  : “Saya Perawat Laras, akan merawat mbak Inem pagi hari ini mulai dari pukul
07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB.”

2. Evaluasi/ Validasi
Perawat  : “Bagaimana kabarnya hari ini mbak Inem?”
Inem      : “Seperti biasa sus”
Perawat : “Oh begitu ya. Mbak, saya dengar Mbak besok akan melakukan operasi
pengangkatan sel kankernya ya?” (Klarifikasi / Validasi)
Inem  : “Iya”

3. Kontrak : Topik/ Tujuan, Waktu dan Tempat


Perawat  : “Maaf sebelumnya ya mbak Inem, saya akan mengganti infus dan memberikan
obat pereda rasa nyeri, kira-kira lima belas menit tidak apa-apa ya Mba?”
Inem  : “Iya sus, silakan” (memalingkan wajahnya)
Perawat  : (Memasangkan infus)

III. Tahap Kerja

1. Mengevaluasi Kondisi Umum Pasien


Perawat : “Nah sudah selesai Mbak, bagaimana? Apakah mbak Inem masih merasakan
nyeri?” (Eksploring)
Inem   : “Masih Sus”
Perawat : “Bagian sebelah mana Mba?” (Eksploring)
Inem      : “Di kepala bagian belakang  masih terasa nyeri sus”
Perawat : “Baik, saya periksa  dulu ya Mba. Maaf ya” (memeriksa)
Perawat  : “Mohon ditunggu sebentar ya mbak, menunggu reaksi obatnya terlebih dahulu”.
(Klarifikasi / Validasi)
Inas : “Hmm..”
Inem    : (diam sambil menangis)

11
Perawat   : “Ada apa mbak Inem? Apakah mbak Inem ingin berbagi cerita dengan saya?”
Inas     : (menangis)
Perawat :(memberikansentuhan/pelukan) “Sudah mbak Inem, tidak apa-apa. Minum dulu
mbak supaya lebih tenang”. (Menawarkan diri)
Inem        : (menangis)
Perawat : (Diam) (Penerimaan)
Inem : “Aku sedih sus, aku merasa menjadi orang yang paling tidak berguna dan sial”
Perawat  : “Bagaimana Mbak bisa berfikir seperti itu?” (Eksplorasi)
Inem  : “Aku dulu adalah wanita independen. (menatap ke jendela sambil tersenyum) aku
bisa melakukan segalanya sendiri, tidak perlu bantuan siapapun. Apapun yang aku
inginkan selalu kuperjuangkan sampai dapat. Pekerjaan yang menjanjikan, gaji
besar, kendaraan mewah, liburan ke luar negeri tiap tahun, pacar yang setia. Aku
merasa hidupku tidak akan pernah lebih sempurna daripada ini. Tapi sekarang apa?
(menitikkan air mata) Aku hampir kehilangan kerjaan, Cuma bisa berbaring disini
sambil nahan sakit. Bahkan uang tabungan yang tidak pernah kusentuh hampir
habis. Aku Cuma seorang penyakitan yang hanya bisa menyusahkan orang lain”
(menangis tersedu-sedu)
Perawat  :(Menjadi pendengar aktif) “Mbak Inem tidak boleh berfikir negatif seperti itu,
saya punya cerita yang sama dengan masalah mbak Inem sekarang. Kakak saya
juga pernah mengalami kanker. Beliau mengidap kanker otak stadium 3B dan
harus melakukan operasi tepat 5 tahun yang lalu. Saya dan keluarga sangat
terpukul mendengar berita tersebut, sempat merasa pesimis akan kesembuhan
kakak saya.” (menghadirkan realita)
Inem        : “Lalu apa yang terjadi dengan kakak suster ?”
Perawat : “Alhamdulillah, Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya mbak
Inem . kakak saya sekarang terbebas dari sel kanker yang dulu menyerang tubuhnya mbak
Inem”  (memberikan informasi)
Inem       : (mengangguk namun masih terlihat murung)
Perawat  : “Mbak Inem, apakah saya boleh memberi sedikit masukan kepada mbak
Inem ?” (menawarkan diri)

12
Perawat   :“Tidak apa-apa jika mbak Inem merasa sedih dan pesimis, itu hal yang wajar.
Masalah ini memang bukan masalah yang mudah diterma dan dilewati oleh
kebanyakan orang,” (Mendukung persepsi)
Inem        : (menangis)
Perawat  :“Saya menyarankan mbak Inas agar selalu berfikir positif dan selalu berserah diri
kepada Allah SWT. Karena hanya Allah yang dapat membantu kita dalam
mengatasi masalah dalam hidup kita.” (Membuka diri) (Empati)
Inem       :“Lalu apa yang harus saya lakukan sus? Bahkan dokter saja sudah mengatakan
apabila operasi yang akan saya jalani tidak berhasil maka itu dapat
mengakibatkan kematian. Percuma saja rangkaian pengobatan yang sudah saya
lalui sus.” (menjawab dengan lemah)
Perawat :“Begini mbak Inem, memang pikiran seperti itu selalu menghantui pasien pasien
dengan masalah kesehatan seperti mbak Inem. Namun, akan lebih baik apabila
mbak Inem selalu semangat dan yakin bahwa mbak Inem bisa dan mampu
melewaati segala cobaan dari Allah. Percaya bahwa setiap cobaan yang diberikan
tidak akan melebihi batas kemampuan kita. Saya yakin mbak Inem bisa melawan
kanker ini, saya percaya bahwa mbak Inem lebih kuat daripada kanker
ini.” (memberikan dukungan)
Inem  :“Begitu ya sus?” (keadaan sudah mulai membaik)
Perawat :“Iya mbak Inem. Bagaimana perasaan mbak Inem sekarang? Ada yang ingin
disampaikan?” (klarifikasi)
Inem       :“Saya merasa jauh dari Allah sus, perkataan suster tadi membuat saya jadi sadar
bahwa  sesungguhnya segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan kuasa dari
Allah. Saya harusnya bersyukur ya sus, karena banyak orang yang mendukung
dan memberi saya semangat..”
Perawat   :“Iya mbak, hadapi segala cobaan dari Allah ini dengan semangat karena Allah
tidak suka dengan orang yang mudah mneyerah.”
Inem        :“Iya sus, bismillah saya akan berusaha semaksimal mungkin.”
Perawat    :“Kalau begitu, tenangkan diri mbak dulu. Setelah itu saya berharap  Mbak Inem
dapat lebih baik lagi.”
Inem  :"Iya sus,"

13
IV. Terminasi
Perawat     :“Sekarang mbak Inem terlihat lebih segar dan lebih semnagat.” (Memberikan
penghargaan)
Inem        :“Iya sus, terimakasih sudah mendengarkan cerita saya dan memberikan saya
pencerahan serta dukungan.”

Perawat :“Sama-sama mbak. Bagaiamana perasaannya sekarang? Apakah masih ada yang
mengganjal?” (Evaluasi subjektif) (Eksplorasi)
Inem      :“Sudah lebih lega sus.”
Perawat :“Baguslah mbak Inem, kalau boleh saya tahu apa yang akan mba lakukan setelah
ini?” (Evaluasi objektif) (Eksplorasi)
Inem      :“Saya mau tenangin diri dulu, setelah itu saya akan menghadapi segala cobaan ini
dengan doa dan usaha yang maksimal.”
Perawat     :”Baik kalau begitu, saya harap operasi yang akan dilakukan lancar dan menjadi
kabar baik untuk mbak dan keluarga.”
Inem  :"Iya Sus."
Perawat    :“Apabila mbak  Inem membutuhkan teman untuk bercerita dan sungkan bercerita
pada keluarga mbak, saya siap mendengarkan cerita mbak Inem. Besok saya
shift pada pukul 14.00 sampai 21.00.”
Inem        :“Iya sus, terimakasih banyak atas  waktunya sus.”
Perawat  :“Iya Mbak Inem, berhubung infusnya sudah diganti, dan mbak Inem juga perlu
istirahat, saya izin untuk mengecek pasien lain ya mbak. Jika ada apa-apa tekan
tombol merah dibelakang kasur saja ya mbak.”
Inem :"Iya sus"

14
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan perawat – klien yang paliatif adalah pengalaman belajar bersama dan
pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara paliatif
dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang
positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan paliatif, ia harus menganalisa
dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal atau non
verbal) hendaknya bertujuan paliatif untuk klien.

B. Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara spontan.
Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan menerima klien apa
adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang
menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk
tidak menanyakan pengalaman tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.
Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan
klien,terutama pada pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya
berguna lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA
Milia,Iva. 2018 Modul Pembelajaran Keperawatan Menjelang Palliative/Stikes Insan Cendekia
Medika. Jombang. Icme Press

https://id.scribd.com/document/420251402/Komunikasi-Keperawatan-Menjelang-Ajal

diakses pada 1 April 2021 pukul 12.00

https://pdfcoffee.com/prinsip-komunikasi-pada-pasien-menjelang-ajal-5-pdf-free.html

diakses pada 1 April 2021 pukul 14.00

https://www.academia.edu/40361349/MAKALAH_KOMUNIKASI_DALAM_PERAWATAN_
PALIATIF

diakses pada 1 April 2021 pukul 13.27

16

Anda mungkin juga menyukai