Anda di halaman 1dari 23

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien

dengan Infeksi TORCH

Oleh:
Kelompok 4 (A4-A)
1. Ida Bagus GD Rama Praba Vananda

(10.321.0700)

2. Kadek Rabawati

(10.321.0861)

3. Pande Kadek Desi Karismawati

(10.321.0930)

4. A.A.Istri Gunawati

(10.321.0939)

5. Kadek Ayu Astri Novitasari

(10.321.0959)

6. Luh Putu Widiatmini

(10.321.0965)

7. Luh Yulia Adiningsih

(10.321.0966)

8. Ni Komang Sulistyawati

(10.321.0972)

9. Ni Putu Widya Santika Dewi

(10.321.0979)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2013

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Laporan Pendahuluan
dan Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Infeksi Torch.
Paper ini dibuat untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Reproduksi II. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini telah mendapat bantuan yang sangat
berharga dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini lebih lanjut.
Om Santi Santi Santi Om
Denpasar, 12 April 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI ...iii


BAB I 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II3
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori.........................................................................................................3


1. Pengertian....................................................................................................................3
2. Etiologi........................................................................................................................3
3. Tanda dan Gejala.........................................................................................................3
4. Patofisiologi.................................................................................................................5
5. Pemeriksaan Torch Saat Hamil..................................................................................11
6. Penatalaksanaan.........................................................................................................12
7. Pemeriksaan Diagnostic............................................................................................13
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Infeksi Torch.......................................................13
1. Pengkajian.................................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................14
3. Rencana Tindakan Keperawatan...............................................................................15
4. Implementasi.............................................................................................................18
5. Evaluasi.....................................................................................................................19
BAB III

..20

PENUTUP

..20

A. Kesimpulan

..20

B. Saran..............................................................................................................................20
Daftar Pustaka..21

iii

iv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit
Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex
(HSV1 HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas
(misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan
yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun
wanita.Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan
pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem
saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran,
sistem kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari infeksi torch?
b. Apa penyebab dari infeksi torch?
c. Bagaimana tanda dan gejala infeksi torch?
d. Bagaimana patofisiologi dari infeksi torch?
e. Apa pengaruh infeksi terhadap kehamilan?
f. Bagaimana Pemeriksaan Torch Saat Hamil?
g. Bagaimana Penatalaksanaan untuk infeksi torch?
h. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada infeksi Torch?
C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian infeksi torch
b. Mengatahui penyebab infeksi torch
c. Menegtahui tanda dan gejala infeksi torch
d. Mengetahui patofisiology infeksi torch
e. Mengetahui pengaruh infeksi terhadap kehamilan
f. Menegtahui pemeriksaan torch saat hamil
g. Mengetahui penatalaksanaan infeksi torch
h. Mengetahui konsep dasar askep pada infeksi Torch

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya

Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus
Coxsackie-B).
2. Etiologi
a.
Toxoplasma gondii (toxo) merupakan parasit protozoa
b.
Rubella
c. Cyto Megalo Virusinfeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan
d.

tubuh lemah.
Herpes Simplex Virus

3. Tanda dan Gejala


a.
Toxoplasmosis
1) Sakit Kepala
2) Lemah
3) Sulit berpikir jernih
4) Demam
5) Mati rasa
6) Koma
7) Serangan jantung
8) perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih sensitif
terhadap cahaya terang, atau kehilangan penglihatan)
9) kejang otot, dan sakit kepala parah

b. Rubella
1. Demam ringan
2) Merasa mengantuk
3) Sakit tenggorok
4) Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah
keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat.
5) Kelenjar leher membengkak
6) durasi 3 5 hari
c. Cyto Megalo Virus
1) Petekia dan ekimosis.
2) Hepatosplenomegali.
3) Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
4) Retardasi pertumbuhan intrauterine.
5) Prematuritas.
6) Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
7) Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih
besar:
Purpura.
Hilang pendengaran.
Korioretinitis; buta.
3

Demam.
Kerusakan otak.
d. Herpes Simplex Virus
1) Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit
region genitalis.
2) Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 3 hari
bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri.

4. Patofisiologi
a. Toxoplasmosis
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing.kucing tersebut
terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang
terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang
terdapat pada fesesnya.Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2
minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali.Feses kucing sudah
sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan ketika
dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi
setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa
partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus air hujan. Sisa oocyst dapat
bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif .
b. Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan
peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar
keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke
sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan
dieksresikan dari faring selama. pada rubella yang kongenal saluran
pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal
ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk
mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk
kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan
mencegah terjadinya infeksi ulangan.
c. Cyto Megalo Virus
4

Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di


amerika utara.CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak
langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret
servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah
perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3
sampai 12 minggu; dan setelah transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin
sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah
infeksi.Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi
masih dapat diaktifkan kembali.Hingga kini belum ada imunisasi untuk
mencegah penyakit ini.
d. Herpes Simplex Virus
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody maka
infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat.Ini
disebut infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf
sensoris ke ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan berdiam disana
secara laten. kalau pada saat virus masuk pertama kali tidak terjadi gejalagejala primer, maka tubuh akan membuat antibody sehingga pada serangan
berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi primer. Bila sewaktu-waktu ada
faktor pencetus, virus akan mengalami aktifasi dan multiplikasi kembali
sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai
antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. Faktor-faktor pencetus,
virus akan mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali sehiangga terajadi
infeksi neklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka
gejalanya tidak seberat infeksi primer.
Dampak pada kehamilan dan persalinan
1. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta
2. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin
apabila ketuban pecah.
3. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu
bayi lahir.
1. Toxoplasmosis
Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan keguguran atau bayi
lahir mati.Bisa pula menyebabkan kelainan pada bayi saat dewasa.
Infeksi ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada manusia.parasit ini
masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan.Sumbernya terutama adalah
5

daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang
tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak
mencuci tangan sebelum makan Pada kasus infeksi maternal primer yang
terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan
cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski
prosentasenya kecil.Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut
Toxoplasma gondi. Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai
gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksiToxoplasma yang
disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise,
demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.Infeksi Toxoplasma
berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ
yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi
Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau
keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.
pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya
kelinan

mata

dan

atelinga,

retardasi

mental,

kejang-kejang

dn

ensefalitis.Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena


gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub
klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk
mendapatkan diagnosis yang tepat.Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah
Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma
IgG.Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi
Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif
pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap
trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
2. Rubella
Rubela yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90 persennya
menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental,
bahkan keguguran.Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang
yang sedang sakit campak Jerman.Untuk mencegahnya, kaum wanita
disarankan untuk melakukan vaksinasi rubela.Perlindungannya mencapai 100
persen.Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan
pembesaran kelenjar getah bening.Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella,
6

dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.Infeksi Rubella berbahaya bila


tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada
bayinya.Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko
terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester
pertama maka risikonya menjadi 25%.Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella
sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak
dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu,
diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan
pemeriksaan laboratorium.Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil.Jika
ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.Pemeriksaan
Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi
akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama
kehamilan, maka resiko terjadinya kelaianan adalah 50%, sedanggkan jika
infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% Rubella dapat
menimbulkan abortfus, anomaly congenital dan infeksi pada neonates
(Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi)
Pengaruh rubella pada janin
Rubella dapat meningkatkan

angka

kematian

perinatal

dan

sering

menyebabkan cacat bawaan pada janin.


3. Cyto Megalo Virus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk
golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus
CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu
penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi
janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu hamil terinfeksi.maka
janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami
gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi
mental, dan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk
mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai
risiko yang lebih tinggi.Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi
7

Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.Virus ini ditularkan
melalui kontak seksual atau selama kehamilan.Akibat infeksi ini bisa fatal
karena menyebabkan cacat bawaan pada janin.Belum ada pengobatan yang
bisa mencegah infeksi virus ini.
4. Herpes Simplek Virus
Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa.HSV 1
juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak.Prevelansi
HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan
hubungan seks tanpa kondom.Infeksi herpes pada alat genital (kelamin)
disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat
berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan
berdiam diganglion sistem syaraf otonom.Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak
selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi
yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus) Pemeriksaan
laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II
dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat
kehamilan.

Tabel I : Kelainan Bawaan Pada Bayi Akibat Infeksi TORCH Kongenital


(MenurutSardjono TW, Hidayat 1998;48 : 431-435)
Infeksi
TOXO

Rubella

KeKelainan Utama
Hidro

Microsefalus,

Kelainan Lain
Hepato-spenomagali,

Khorio-retinitis,

Ikterus Limfadenopati, Retardasi

Klasifikasi intracranial

psikhomotor

Katarak,

tuli,

jantung, strabimus

kelainan Hepato-spenomagali,
Trombositopeni,

Retardasi

psikhomotor
CMV

Microsefalus, tuli

Klasifikasi intrakranial, Hepatospenomagali,


Khorioretinitis
psikhomotor
8

Trombositopeni,
Retardasi

HSV

Microsefalus

Khorioretinitis,

Hepatitis

intrapartum,

Retardasi

psikhomotor

Tabel II : Pemilihan Lab Diagnostik Pada Infeksi TORCH


Infeksi
TOXO

Pilihan I

Pilihan II

Demonstrasi Antibody IgM terhadap Toxo Demonstrasi titer


Hydrosefalus

chorioretinitis,

klasifikasi Antibody,

cerebral yang terbesar

Toxo

anti
(I&II)

pengamatan IgM IgG


Rubella Isolasi virus Rubella dari urin, usapan Demonstrasi titer
tenggorok, darah atau demostrasi IgM ati Antibody
Rubella

Katarak,

Penyakit

Jantung Rubella

Kongenital, mikrophthalmis, lesi - lesi tulang pengamatan


panjang

spesifik

Anti
(I&II)
IgM
kalau

perlu IgG spesifik.


CMV

Isolasi CMV dari urin, usapan tenggorok, Demonstrasi titer


darah.
Cara

Antibody,
Biakan

jaringan

FAT. CMV

anti
dan

Pewarnaan secara FAG pada sel - sel urin. pelacakan


Klinik

adanya

mikrosefali

Pneumonitis, Antibody

klasifikasi serebral periventrikuler

spesifik
kalau
9

IgM
CMV,
perlu

spesifik
HSV

Amati dan bedakan gejala klinis HSV 1, Demonstrasi titer


HSV 2 atau sindroma neurologik pada anak Antibody
baru lahir s.d balita kalau perlu sampai HSV
remaja.

anti
tanpa

memperhatikan

Adanya mikrosefali, retardasi psikhomotor, Antibody


cephalgia

berat

intermiten,

keseimbangan

IgM

gen spesifik anti HSV.


Pemeriksaan titer
Antibody IgG anti HSV

5. Pemeriksaan Torch Saat Hamil


Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi
infeksi TORCH, yang disebabkan oleh parasit TOxoplasma, virus Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan virus Herpes. Cara mengetahui infeksi TORCH adalah
dengan mendeteksi adanya antibodi dalam darah pasien, yaitu dengan pemeriksaan :
a.

Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi


infeksi Toxoplasma)

b.

Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi


Rubella)

c.

Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi


Cytomegalovirus)

d.

Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus


Herpes)

Infeksi toksoplasma dan CMV dapat dapat bersifat laten tetapi yang berbahaya
adalah infeksi primer (infeksi yang baru pertama terjadi di saat kehamilan, terutama
pada trimester pertama). Jadi, bila hasil pemeriksaan (yang dilakukan saat hamil)
positif maka perlu dilihat lebih lanjut apakah infeksi baru terjadi atau telah lama
berlangsung. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan :
a.

Aviditas Anti-Toxoplasma IgG

b.

Aviditas Anti-CMV IgG


10

Indikasi pemeriksaan TORCH :


a.

Wanita yang akan hamil atau merencanakan segera hamil

b.

Wanita yang baru/sedang hamil bila hasil sebelumnya negatif atau


belum diperiksa, idealnya dipantau setiap 3 bulan sekali

c.

Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil

Panel torch
a.

Anti-Toxoplasma IgM

b.

Anti-Toxoplasma IgG

c.

Anti-Rubella IgM

d.

Anti-Rubella IgG

e.

Anti-CMV IgM

f.

Anti-CMV IgG

g.

Anti HSV2 IgM

h.

Anti HSV2 IgG

6. Penatalaksanaan
a. Toxoplasmosis
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoid T.
gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya.
Pirimetamin dan sulfonamide
Spiramisin adalah antibiotic makrolid
Klindamisin
Azitromisin
b. Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah
satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Vaksin rubella dapat diberikan bagi
orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh
diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian
vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan
dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang .
c. Cyto Megalo Virus
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala(misalnya:
penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan).
11

d. Herpes Simpleks Virus


Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu
terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam sesudah
pecah ketuban. sedang untuk herpes genitalis sekunder SC tidak dikerjakan
secara rutin, hanya yang masih menularkan saat persalinan dianjurkan untuk
SC. Bayi baru lahir Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal
dan kalau perlu kultus virus. kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka
bayinya diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 7 hari

7. Pemeriksaan Diagnostic
a. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi
Toxoplasma)
b. Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
Anti-CMV

IgM

dan

Anti-CMV

IgG

(untuk

mendeteksi

infeksi

Cytomegalovirus)
c. Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Infeksi Torch
1. Pengkajian
Identitas klien:
a. Keluhan utama: Demam
b. Riwayat kesehatan:
1) Suhu tubuh meningkat
2) Malaise
3) Sakit tenggorokan
4) Mual dan muntah
5) Nyeri otot
c. Riwayat kesehatan dahulu:
1) Kliensering berkontak langsung dengan binatang
2) Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
3) Klien pernah mendapatkan tranfusi darah
d. Data psikologis
e. Data spiritual
f. Data social dan ekonomi
g. Pemeriksaan fisik
1) Mata :
Nyeri
2) Perut :
Diare
12

Mual dan muntah


3) Integument :
Suka berkeringat malam
Suhu tubuh meningkat
Timbulnya rash pada kulit
4) Muskuloskletal:
Nyeri
Kelemahan
5) Hepar
Hepatomegali
Ikterus

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.
b. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit
c. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya informasi

3. Rencana Tindakan Keperawatan


NO

TUJUAN &

Dx.
KRITERIA HASIL
1 Setelah dilakukan

INTERVENSI

RASIONAL

Observasi :

tindakan keperawatan

1. Observasi adanya

1. Memudahkan

selama x24 jam

nyeri dan tingkat nyeri

tindakan keperawatan

diharapkan nyeri dapat


berkurang dengan

Mandiri :

kriteria hasil :

2. Ajarkan dan catat

2. Meningkatkan

Px dapat

tipe nyeri serta

persepsi klien terhadap

melaporkan

tindakah untuk

nyeri yang dialaminya.

nyeri berkurang

mengatasi nyeri

dan dapat

3. Ajarkan teknik

3. Meningkatkan

terkontrol

relaksasi

kenyamanan klien

Px tampak rileks
13

Px dapat tidur

Health Education :

dan istirahat

4. Berikan penjelasan

4. Membantu

tanpa harus

kepada px dan keluarga

mengurangi nyeri dan

terganggu oleh

untuk menggunakan

meningkatkan

rasa nyerinya

kompres hangat dalam

kenyamanan klien

mengurangi nyeri
Kolaborasi :
5. Kolaborasi
2

5. Mengurangi nyeri

Setelah dilakukan

pemberian analgesik
Observasi :

tindakan keperawatan

1. Observasi dan catat

1. Menentukan

selama x 24 jam

hasil pemeriksaan suhu

intervensi selanjutnya

diharapkan suhu tubuh

tubuh px

pasien dapat normal


kembali dengan criteria

Mandiri :

hasil :

2. Berikan kompres

2. Kompres dapat

hangat

menurun suhu tubuh

Suhu normal :

yang non farmakologis

36,5-37,5oC

Kulit pasien tidak


tampah

Health Education :

kemerahan dan

3. Berikan penjelasan

3. Hidrasi yang adekuat

tidak panas

kepada px dan keluarga

dapat menurunkan suhu

ketika disentuh

untuk banyak minum

tubuh dan mencegah

Tubuh px tidak

minimal 1,5 liter/hari

kekurangan cairan dan


elektrolit.

menggigil
4. Berikan penjelasan

4. Kulit yang kotor dapat

kepada px dan keluarga

menghalangi penguapan

untuk mempertahankan

tubuh terhadap panas.

kebersihan kulit
Kolaborasi :
5. Kolaborasi
pemberian antipiretik
14

5. Dapat menurunkan
panas

Setelah dilakukan

Observasi :

tindakan keperawatan

1. Observasi tanda-

1. Perubahan tanda vital

selama x 24 jam

tanda vital

yang signifikan

diharapkan volume

menandakan adanya

cairan pasien dapat

kegawatan

terpenuhi dengan criteria

2. Observasi tanda-

2. Menentukan

hasil :

tanda dehidrasi

intervensi selanjutnya

Px dapat

3. Pantau mambran

3. Hipovolemia akan

mempertahankan

mukosa kering, torgor

memperkuat tanda-tanda

volume sirkulasi

kulit yang kurang baik,

dehidrasi

adekuat

dan rasa haus

Tanda tanda
vital dalam batas

Mandiri :

normal :

4. Ukur dan catat urine

4. Untuk mengetahui

S = 36,5-37,50C

setiap kali berkemih

adanya perubahan warna

RR = 16-24

dan untuk mengetahui

x/menit

input/output

TD = 120/80
mmHg

N = 60-100

Health Education :

x/menit

5. Berikan penjelasan

5. Mempertahankan

Nadi perifer px

kepada pasien untuk

intake cairan peroral

teraba

banyak minum minimal

Haluaran urine

1,5 liter/hari

adekuat

Membrane
mukosa px

Kolaborasi :
6. Berikan cairan IV

volume sirkulasi,

lembab

meningkatkan fungsi

Turgor kulit

ginjal

elastis

6. Mempertahankan

Setelah dilakukan

Observasi :

tindakan keperawatan

1. Kaji ulang proses


15

1. Memberi informasi

selama x 24 jam,

penyakit, ulangi

pada tingkat

diharapkan px dan

penjelasan sesuai

pemahaman

keluarga dapat memiliki

kebutuhan.

pasien/orang terdekat

pengetahuan terkait

akan menurunkan

masalah kesehatan yang

ansietas dan

dialaminya dengan

kesalahan konsep

kriteria hasil :

tentang apa yang

Pasien dan
keluarga

Mandiri :
2. Perhatikan tingkat

mengerti tentang

ansietas dan

penyakitnya

perubahan proses

Pasien dan

pikir.

dialami pasien.

2. Faktor ini secara


langsung
mempengaruhi

keluarga

kemampuan untuk

mengetahui

berpartisipasi/menga

penanganan

3. Dorong dan berikan

penyakitnya

kesempatan untuk
bertanya.

kses dan
menggunakan
pengetahuan.
3. Meningkatkan proses
belajar,
meningkatkan
pengambilan

Health Education :
4. Berikan penjelasan
kepada pasien dan
keluarga tentang
penyakitnya
5. Berikan penjelasan
kepada pasien untuk
berobat secara rutin

keputusan dan
menurunkan ansietas
sehubung dengan
ketidaktahuan.
4. Mengetahui
pemahaman keluarga
dan pasien
5. Terapi yang
berkelanjutan dapat
memulihkan keadaan
pasien

16

4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi
NO.
Dx
1.

EVALUASI

Px dapat melaporkan nyeri berkurang dan dapat terkontrol

Px tampak rileks

Px dapat tidur dan istirahat tanpa harus terganggu oleh rasa

nyerinya
Suhu normal : 36,5-37,5oC

Kulit pasien tidak tampah kemerahan dan tidak panas ketika


disentuh

Tubuh px tidak menggigil


Px dapat mempertahankan volume sirkulasi adekuat

Tanda tanda vital dalam batas normal :


S = 36,5-37,50C
RR = 16-24 x/menit
TD = 120/80 mmHg
N = 60-100 x/menit

Nadi perifer px teraba

Haluaran urine adekuat

Membrane mukosa px lembab

Turgor kulit elastis


Pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya

Pasien dan keluarga mengetahui penanganan penyakitnya


17

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Yang dapat kami simpulkan dari penjelasan di atas, yaitu :

TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV)

Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari masing-masing penyakit, yaitu :


Toxoplasmosis (Sakit Kepala, Lemah, Sulit berpikir jernih, Demam), Rubella
(Demam

ringan,

Merasa

mengantuk,

Sakit

tenggorok,

Kelenjar

leher

membengkak), Cyto Megalo Virus (Petekia dan ekimosis, Hepatosplenomegali,


Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung), Herpes Simplex Virus (Timbul
erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis).

Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi


infeksi TORCH, yang disebabkan oleh parasit toxoplasma, virus Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan virus Herpes.

B. Saran
Sebagai mahasiswa perawat, sudah sepatutnya kita untuk memahami konsep penyakit
beserta asuhan keperawatan tiap penyakit, dan khusunya yang dibahas dalam makalah ini
18

adalah infeksi TORCH. Mengingat infeksi TORCH merupakan salah satu penyakit
infeksi kombinasi dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV),
Herpes Simplex Virus (HSV), maka perlu untuk kita gali lebih dalam lagi mengenai
dasar-dasar yang harus dijadikan pedoman.

Daftar Pustaka

Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
Jakarta: EGC, 1998.
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/ diakses tanggal 03 April 2013

19

Anda mungkin juga menyukai