Oleh:
Kelompok 4 (A4-A)
1. Ida Bagus GD Rama Praba Vananda
(10.321.0700)
2. Kadek Rabawati
(10.321.0861)
(10.321.0930)
4. A.A.Istri Gunawati
(10.321.0939)
(10.321.0959)
(10.321.0965)
(10.321.0966)
8. Ni Komang Sulistyawati
(10.321.0972)
(10.321.0979)
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Laporan Pendahuluan
dan Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Infeksi Torch.
Paper ini dibuat untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Reproduksi II. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini telah mendapat bantuan yang sangat
berharga dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini lebih lanjut.
Om Santi Santi Santi Om
Denpasar, 12 April 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ii
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II3
PEMBAHASAN
..20
PENUTUP
..20
A. Kesimpulan
..20
B. Saran..............................................................................................................................20
Daftar Pustaka..21
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit
Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex
(HSV1 HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas
(misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan
yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun
wanita.Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan
pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem
saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran,
sistem kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari infeksi torch?
b. Apa penyebab dari infeksi torch?
c. Bagaimana tanda dan gejala infeksi torch?
d. Bagaimana patofisiologi dari infeksi torch?
e. Apa pengaruh infeksi terhadap kehamilan?
f. Bagaimana Pemeriksaan Torch Saat Hamil?
g. Bagaimana Penatalaksanaan untuk infeksi torch?
h. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada infeksi Torch?
C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian infeksi torch
b. Mengatahui penyebab infeksi torch
c. Menegtahui tanda dan gejala infeksi torch
d. Mengetahui patofisiology infeksi torch
e. Mengetahui pengaruh infeksi terhadap kehamilan
f. Menegtahui pemeriksaan torch saat hamil
g. Mengetahui penatalaksanaan infeksi torch
h. Mengetahui konsep dasar askep pada infeksi Torch
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus
Coxsackie-B).
2. Etiologi
a.
Toxoplasma gondii (toxo) merupakan parasit protozoa
b.
Rubella
c. Cyto Megalo Virusinfeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan
d.
tubuh lemah.
Herpes Simplex Virus
b. Rubella
1. Demam ringan
2) Merasa mengantuk
3) Sakit tenggorok
4) Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah
keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat.
5) Kelenjar leher membengkak
6) durasi 3 5 hari
c. Cyto Megalo Virus
1) Petekia dan ekimosis.
2) Hepatosplenomegali.
3) Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
4) Retardasi pertumbuhan intrauterine.
5) Prematuritas.
6) Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
7) Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih
besar:
Purpura.
Hilang pendengaran.
Korioretinitis; buta.
3
Demam.
Kerusakan otak.
d. Herpes Simplex Virus
1) Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit
region genitalis.
2) Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 3 hari
bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri.
4. Patofisiologi
a. Toxoplasmosis
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing.kucing tersebut
terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang
terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang
terdapat pada fesesnya.Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2
minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali.Feses kucing sudah
sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan ketika
dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi
setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa
partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus air hujan. Sisa oocyst dapat
bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif .
b. Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan
peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar
keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke
sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan
dieksresikan dari faring selama. pada rubella yang kongenal saluran
pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal
ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk
mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk
kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan
mencegah terjadinya infeksi ulangan.
c. Cyto Megalo Virus
4
daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang
tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak
mencuci tangan sebelum makan Pada kasus infeksi maternal primer yang
terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan
cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski
prosentasenya kecil.Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut
Toxoplasma gondi. Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai
gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksiToxoplasma yang
disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise,
demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.Infeksi Toxoplasma
berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ
yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi
Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau
keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.
pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya
kelinan
mata
dan
atelinga,
retardasi
mental,
kejang-kejang
dn
angka
kematian
perinatal
dan
sering
Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.Virus ini ditularkan
melalui kontak seksual atau selama kehamilan.Akibat infeksi ini bisa fatal
karena menyebabkan cacat bawaan pada janin.Belum ada pengobatan yang
bisa mencegah infeksi virus ini.
4. Herpes Simplek Virus
Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa.HSV 1
juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak.Prevelansi
HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan
hubungan seks tanpa kondom.Infeksi herpes pada alat genital (kelamin)
disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat
berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan
berdiam diganglion sistem syaraf otonom.Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak
selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi
yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus) Pemeriksaan
laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II
dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat
kehamilan.
Rubella
KeKelainan Utama
Hidro
Microsefalus,
Kelainan Lain
Hepato-spenomagali,
Khorio-retinitis,
Klasifikasi intracranial
psikhomotor
Katarak,
tuli,
jantung, strabimus
kelainan Hepato-spenomagali,
Trombositopeni,
Retardasi
psikhomotor
CMV
Microsefalus, tuli
Trombositopeni,
Retardasi
HSV
Microsefalus
Khorioretinitis,
Hepatitis
intrapartum,
Retardasi
psikhomotor
Pilihan I
Pilihan II
chorioretinitis,
klasifikasi Antibody,
Toxo
anti
(I&II)
Katarak,
Penyakit
Jantung Rubella
spesifik
Anti
(I&II)
IgM
kalau
Antibody,
Biakan
jaringan
FAT. CMV
anti
dan
adanya
mikrosefali
Pneumonitis, Antibody
spesifik
kalau
9
IgM
CMV,
perlu
spesifik
HSV
anti
tanpa
memperhatikan
berat
intermiten,
keseimbangan
IgM
b.
c.
d.
Infeksi toksoplasma dan CMV dapat dapat bersifat laten tetapi yang berbahaya
adalah infeksi primer (infeksi yang baru pertama terjadi di saat kehamilan, terutama
pada trimester pertama). Jadi, bila hasil pemeriksaan (yang dilakukan saat hamil)
positif maka perlu dilihat lebih lanjut apakah infeksi baru terjadi atau telah lama
berlangsung. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan :
a.
b.
b.
c.
Panel torch
a.
Anti-Toxoplasma IgM
b.
Anti-Toxoplasma IgG
c.
Anti-Rubella IgM
d.
Anti-Rubella IgG
e.
Anti-CMV IgM
f.
Anti-CMV IgG
g.
h.
6. Penatalaksanaan
a. Toxoplasmosis
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoid T.
gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya.
Pirimetamin dan sulfonamide
Spiramisin adalah antibiotic makrolid
Klindamisin
Azitromisin
b. Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah
satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Vaksin rubella dapat diberikan bagi
orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh
diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian
vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan
dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang .
c. Cyto Megalo Virus
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala(misalnya:
penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan).
11
7. Pemeriksaan Diagnostic
a. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi
Toxoplasma)
b. Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
Anti-CMV
IgM
dan
Anti-CMV
IgG
(untuk
mendeteksi
infeksi
Cytomegalovirus)
c. Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Infeksi Torch
1. Pengkajian
Identitas klien:
a. Keluhan utama: Demam
b. Riwayat kesehatan:
1) Suhu tubuh meningkat
2) Malaise
3) Sakit tenggorokan
4) Mual dan muntah
5) Nyeri otot
c. Riwayat kesehatan dahulu:
1) Kliensering berkontak langsung dengan binatang
2) Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
3) Klien pernah mendapatkan tranfusi darah
d. Data psikologis
e. Data spiritual
f. Data social dan ekonomi
g. Pemeriksaan fisik
1) Mata :
Nyeri
2) Perut :
Diare
12
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.
b. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit
c. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya informasi
TUJUAN &
Dx.
KRITERIA HASIL
1 Setelah dilakukan
INTERVENSI
RASIONAL
Observasi :
tindakan keperawatan
1. Observasi adanya
1. Memudahkan
tindakan keperawatan
Mandiri :
kriteria hasil :
2. Meningkatkan
Px dapat
melaporkan
tindakah untuk
nyeri berkurang
mengatasi nyeri
dan dapat
3. Ajarkan teknik
3. Meningkatkan
terkontrol
relaksasi
kenyamanan klien
Px tampak rileks
13
Px dapat tidur
Health Education :
dan istirahat
4. Berikan penjelasan
4. Membantu
tanpa harus
terganggu oleh
untuk menggunakan
meningkatkan
rasa nyerinya
kenyamanan klien
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
5. Kolaborasi
2
5. Mengurangi nyeri
Setelah dilakukan
pemberian analgesik
Observasi :
tindakan keperawatan
1. Menentukan
selama x 24 jam
intervensi selanjutnya
tubuh px
Mandiri :
hasil :
2. Berikan kompres
2. Kompres dapat
hangat
Suhu normal :
36,5-37,5oC
Health Education :
kemerahan dan
3. Berikan penjelasan
tidak panas
ketika disentuh
Tubuh px tidak
menggigil
4. Berikan penjelasan
menghalangi penguapan
untuk mempertahankan
kebersihan kulit
Kolaborasi :
5. Kolaborasi
pemberian antipiretik
14
5. Dapat menurunkan
panas
Setelah dilakukan
Observasi :
tindakan keperawatan
1. Observasi tanda-
selama x 24 jam
tanda vital
yang signifikan
diharapkan volume
menandakan adanya
kegawatan
2. Observasi tanda-
2. Menentukan
hasil :
tanda dehidrasi
intervensi selanjutnya
Px dapat
3. Pantau mambran
3. Hipovolemia akan
mempertahankan
memperkuat tanda-tanda
volume sirkulasi
dehidrasi
adekuat
Tanda tanda
vital dalam batas
Mandiri :
normal :
4. Untuk mengetahui
S = 36,5-37,50C
RR = 16-24
x/menit
input/output
TD = 120/80
mmHg
N = 60-100
Health Education :
x/menit
5. Berikan penjelasan
5. Mempertahankan
Nadi perifer px
teraba
Haluaran urine
1,5 liter/hari
adekuat
Membrane
mukosa px
Kolaborasi :
6. Berikan cairan IV
volume sirkulasi,
lembab
meningkatkan fungsi
Turgor kulit
ginjal
elastis
6. Mempertahankan
Setelah dilakukan
Observasi :
tindakan keperawatan
1. Memberi informasi
selama x 24 jam,
penyakit, ulangi
pada tingkat
diharapkan px dan
penjelasan sesuai
pemahaman
kebutuhan.
pasien/orang terdekat
pengetahuan terkait
akan menurunkan
ansietas dan
dialaminya dengan
kesalahan konsep
kriteria hasil :
Pasien dan
keluarga
Mandiri :
2. Perhatikan tingkat
mengerti tentang
ansietas dan
penyakitnya
perubahan proses
Pasien dan
pikir.
dialami pasien.
keluarga
kemampuan untuk
mengetahui
berpartisipasi/menga
penanganan
penyakitnya
kesempatan untuk
bertanya.
kses dan
menggunakan
pengetahuan.
3. Meningkatkan proses
belajar,
meningkatkan
pengambilan
Health Education :
4. Berikan penjelasan
kepada pasien dan
keluarga tentang
penyakitnya
5. Berikan penjelasan
kepada pasien untuk
berobat secara rutin
keputusan dan
menurunkan ansietas
sehubung dengan
ketidaktahuan.
4. Mengetahui
pemahaman keluarga
dan pasien
5. Terapi yang
berkelanjutan dapat
memulihkan keadaan
pasien
16
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
NO.
Dx
1.
EVALUASI
Px tampak rileks
nyerinya
Suhu normal : 36,5-37,5oC
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang dapat kami simpulkan dari penjelasan di atas, yaitu :
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV)
ringan,
Merasa
mengantuk,
Sakit
tenggorok,
Kelenjar
leher
B. Saran
Sebagai mahasiswa perawat, sudah sepatutnya kita untuk memahami konsep penyakit
beserta asuhan keperawatan tiap penyakit, dan khusunya yang dibahas dalam makalah ini
18
adalah infeksi TORCH. Mengingat infeksi TORCH merupakan salah satu penyakit
infeksi kombinasi dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV),
Herpes Simplex Virus (HSV), maka perlu untuk kita gali lebih dalam lagi mengenai
dasar-dasar yang harus dijadikan pedoman.
Daftar Pustaka
Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
Jakarta: EGC, 1998.
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/ diakses tanggal 03 April 2013
19