Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TENTANG ASKEP PADA KLIEN DENGAN PENYALAHGUNAAN

NAFZA

Untuk menyelesaikan salah satu Tugas Kelompok Mata Kuliah HIV AIDS

Dosen Pengampu: Ibu Denni Fransiska Helena M., S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :

M. Nur Wahyu Farhan (211FK05002)

Susi Sepiani (211FK05003)

Eggi Adri Salam (211FK05007)

Rina Lestari (211FK05010)

FAKULTAS S1 KEPERAWATAN EKSTENSI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya

karena penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam semoga

senantiasa tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, serta kepada

keluarganya, sahabatnya, hinggs kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Pada

makalah ini penulis membahas mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Penyalahgunaan Nafza. Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan beberapa

sumber sebagai referensi, penulis mengambil referensi dari internet. Pembuatan makalah ini

tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan, baik materi maupun moral dari

pihak-pihak tertentu. Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan pembelajaran

pada masa depan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi semua pihak

Bandung, 03 Desember 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

pembangunan di segala bidang, baik pembangunan maupun pembangunan di segala

bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual manusia

seutuhnya lahir maupun batin. Seiring dengan perkembangan ilmu pengentahuan dan

teknologi, dewasa ini berkembang pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan

masyarakat. Hal ini sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semakin lama semakin berkembang dengan pesat, dan salah satu yang paling marak

saat ini adalah masalah Narkotika dan Psikotropika.

Masalah penyalahgunan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lsinnys

(NAPZA) atau istilah yang populer dikena; masyarakat sebagai NARKOBA

(Narkotika dan Bahan/Obat berbahaya) merupakan masalah yang sangat kompleks

yang memerlukan upaya penanggulangan serta secara komprehensif dengan

melibatkan kerja sama multifispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara

aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.

Meskipun dalam kedokteran, sebagian besar Narkotika, Psikotropika dan Zat Adikyif

lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, pelayanan kesehatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat pula menimbulkan

addication ( ketagihan dan ketergantungan) tanpa adanya pembatasan, pengendalian

dan pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak yang berwenang, dan juga jika

disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan

akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya

generasi muda
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa definisi dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif) ?

b. Apa saja jenis-jenis dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif) ?

c. Bagaimana Epidemiologi , Demografi dan Komobiditas dari pengguna NAPZA ?

d. Bagaimana Penyalahgunaan dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat

adiktif) ?

e. Efek Dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari pemakaian NAPZA (Narkotika,

Psikotropika dan Zat adiktif) ?

f. Faktor apa saja yang menjadi penyebab penggunaan NAPZA (Narkotika,

Psikotropika dan Zat adiktif) ?

g. Bagaimana Penanggulangan dan pencegahan yang dilakukan ?

h. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan penggunaan NAPZA?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui definisi dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)

b. Mengetahui jenis-jenis dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)

c. Mengetahui Epidemiologi , Demografi dan Komobiditas dari pengguna NAPZA .

d. Mengetahui Penyalahgunaan dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat

adiktif)

e. Mengetahui dan memahami Efek Dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari

pemakaian NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)

f. Mengetahui Faktor apa saja yang menjadi penyebab penggunaan NAPZA

(Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)

g. Memahami dan dapat mengaplikasikan Penanggulangan dan pencegahan yang

dilakukan terhadap NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)


h. Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan NAPZA

BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI

Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,

dan dapat menimbulkan ketergantungan ( Undang-undang RI No.22 thn 1997 ttg

Narkotika)

Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar yang

disebut Narkotika dan Psikotropika.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Di Amerika, prevalensi :

o 16,7 % > usia 18 tahun

o Alkohol 13,8%

o Non – alcohol 6,2%

o Marijuana 12- 33% per tahun, 5% pengguna baru

o Zat psikotherapetic dan kokain : 12,5% zat psikotherapetic, 11,5% kokin


o Zat – zat lain inhalan – halusinogen : 9%

Di Indonesia, prevalensi 0,065% pada tahun 1971 Bakilah dan hasil penelitian 10x lebih

besar. Jumlah pecandu sampai sekarang ± 3.800.000 orang

2.3 DEMOGRAFI

o Usia : 18- 25 tahun

o Jenis kelamin : laki-laki > wanita

o Ras dan etnik : kulit hitam > kulit putih

o Daerah padat pendudukmetropolitan lebih tinggi

o Daerah barat > timur

2.4 KOMORBIDITAS

o Ditemukan 76% laki-laki dan 65% wanita


o Paling sering penggunaan alcohol dan zat lain

o Gangguan kepribadian atau autisosial

o Depresi dan bunuh diri

2.5 JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

A. Golongan Narkotika

1. Narkotika Golongan I :

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,

dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi

menimbulkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan 1 heroin/putauw,

kokain, ganja .

2. Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir

dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan .Contoh kodein

3. Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).

B. Golongan Psikotropika

Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan

digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :

1. Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan

dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).

2. Psikotropika Golongan II :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi,

dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan

sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).

3. Psikotropika Golongan III :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).

4. Psikotropika Golongan IV :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam,

Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo,

Rohip, Dum, MG).

C. Zat adiktif lainnya

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang

disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

1. Minuman berakohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf

pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau

psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3

golongan minuman beralkohol :

a. Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)

b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

c. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,

Johny Walker, Kamput.)

2. Inhalansia

Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa

organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan

sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner,

Penghapus Cat Kuku, Bensin.

3. Tembakau

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.

Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan

alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena

rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang

berbahaya.

2.6 PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

 Golongan Narkotika

OPIOID (OPIAD)

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver

somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opioid
juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik

yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain atau

opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-

methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).

o Efek samping yang ditimbulkan

Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan

penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan

resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum

suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas

seksual, kematian karena overdosis.

o Gejala intoksitasi (keracunan) opioid

Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat )

dan satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah

pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau

daya ingat.

Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya:

euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan

pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan ) yang berkembang

selama, atau segera setelah pemakaian opioid.

o Gejala putus obat dari ketergantungan opioid

Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea

lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi

temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia.


Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus opioid,

kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit

jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan

kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu

selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan

semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi,

tremor, kelemahan, mual, dan muntah.

Turunan OPIOID (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah :

a. Candu

Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores)

buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates".

Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat

kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal

lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar

mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu

masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan

kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang,

bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

b. Morfin

Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan

alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung

halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara

dihisap dan disuntikkan.


c. Heroin ( putaw )

Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan

merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada

akhir - akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin

menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu.

Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi

diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena

efek analgesik dan euforik-nya yang baik.

d. Codein

Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah

daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.

Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan

disuntikkan.

e. Demerol

Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau

dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

f. Methadon

Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan ketergantungan

opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan

ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat,

termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan

propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam

pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati


overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone

(Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah

senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan

senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine

(Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu

pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid :

putauw, etep, PT, putih.

g. Kokain

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat

yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman

belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari

tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk

mendapatkan efek stimulan.

Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk

pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga

membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin

dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali. Nama lain untuk

Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni

dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).

 Golongan Psikotropika

Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah

psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II

yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.


a. Ecstasy

Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-Amphetamine

(MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad

lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat

mengalami kegagalan didalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum

kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa. XTC

mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung

maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan,

kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata membesar

dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa

juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara

segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan

timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala

perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam

keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman

bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan

berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan

merasa sangat lelah dan tertekan.

b. SHABU-SHABU

Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi

dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung

satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup

dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut

berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut.
Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena

takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang

terhirup.

Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan),

menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering

tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami

efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Jika sedang banyak mempunyai

persoalan / masalah dalam kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak

dikonsumsi. Hal ini mungkin dapat dirumuskan sebagai berikut: MASALAH +

SABU = SANGAT BERBAHAYA. Selain itu, pengguna Sabu sering mempunyai

kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar

berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu

tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah

(The Law Of Diminishing Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak

mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan

berkurang jika sedang mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan

berat badannya berkurang drastis selama memakai Sabu.

 Jenis-Jenis Bahan Berbahaya Lainnya

Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika

atau Zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan.

a. Minuman Keras

Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.

o Efek Samping Yang Ditimbulkan

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera

dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari
jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol

menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah

mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan.

Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut : merasa

lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi

lebih emosional ( sedih, senang, marah secara berlebihan ) muncul akibat ke

fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur,

sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri.

Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk

memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu, mulut rasanya kering. Pupil

mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan

timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu

diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak

terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat

dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa

kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa

membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk

menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur

menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat

lelah dan tertekan.

b. Nikotin

Adalah obat yang bersifat adiktif sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk

nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok,

ceurutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan
dikunyah (tembakau tanpa asap). Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah

menyebutkan betapa bahayanya merokok bagi kesehatan tetapi pada kenyataannya

sampai saat ini masih banyak orang yang merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat

adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.

o Efek Samping Yang Ditimbulkan

Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan

perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan maslah.

Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan

perasaan depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran

darah serebral tanpa mengubah metabolisme oksigen serebtral.

Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah

serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai

relaksan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin

adalah zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat

mematikan, karena paralisis ( kegagalan ) pernafasan.

c. Desainer

Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka

membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat

itu dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan

secara sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat

ini banyak yang sudah beredar dengan nama speed ball, Peace pills, crystal, angel

dust rocket fuel dan lain-lain.

2.7 EFEK / AKIBAT PEMAKAIAN ZAT


 Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat

digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.

Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya

tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin,

heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer

(anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan

kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan

bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi),

Kafein, Kokain.

3. Golongan Halusinogen

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat

merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang

berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan

dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.

Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun

sosial seseorang.diantaranya :

1. Dampak Fisik:

Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan

kesadaran, kerusakan syaraf tepi


 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut

otot jantung, gangguan peredaran darah

 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim

 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,

kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,

pengecilan hati dan sulit tidur

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:

penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta

gangguan fungsi seksual

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan

periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik

secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV

yang hingga saat ini belum ada obatnya

 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi

narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa

menyebabkan kematian

2. Dampak Psikologi:

 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga


 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

 Merepotkan dan menjadi beban keluarga

 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik dan psikis berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan

mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak

mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan

sangat kuat untuk mengkonsumsi (biasa disebut sugest). Gejala fisik dan psikologis

ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang

tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

2.8 FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN NARKOBA

Faktor penyebab penggunaan narkoba antara lain:

1. Ingin terlihat gaya

Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi lebih berani, keren,

percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren yang terlihat oleh orang

lain tersebut dapat menjadi trend pada kalangan tertentu sehingga orang yang

memakai zat terlarang itu akan disebut trendy, gaul, modis, dan sebagainya.

2. Solidaritas Kelompok

Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi antar

anggota biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Misalnya, jika ketua atau

beberapa anggota kelompok yang berpengaruh pada kelompok itu menggunakan


narkotik, maka biasanya anggota yang lain baik secara terpaksa atau tidak terpaksa

akan ikut menggunakan narkotik itu agar merasa seperti keluarga senasib

sepenanggungan.

3. Menghilangkan rasa sakit

Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan rasa

sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi tertarik jalan pintas untuk

mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan zat

terlarang.

4. Coba-coba / penasaran

Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang dilarang,

seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk mencicipi nikmatnya zat

terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat, maka seseorang dapat mencoba ingin

mengetahui efek dari zat terlarang. Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah

terkena zat terlarang itu akan ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang

tanpa bisa berhenti.

5. Menyelesaikan Masalah

Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat terjerumus

dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat tidur nyenyak atau jadi

gembira ria dan kemudian merasa masalahnya terselesaikan sejenak.

6. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko

Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam

menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang agar bisa menjadi yang

terhebat, penuh tenaga dan penuh percaya diri.


2.9 UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan melalui

beberapa cara, sebagai berikut ini :

a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai

ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada

pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai

cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang

kompeten baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan

tempat-tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan obat-obatan illegal

dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau

meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.

b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba

melalui jalur hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat kemananan

yang dibantu oleh masyarakat. Jika masyarakat mengetahui harus segera melaporkan

kepada pihak berwajib dan tidak boleh main hakim sendiri.

c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun

dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan

dan rehabilitas pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren,

yayasan Pondok Bina Kasih dll.


d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak

kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan

memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat

dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban

Narkoba yang sudah sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali

sebagai pecandu narkoba.

Upaya pencegahan penyalahgunaan napza :

Upaya pencegahan meliputi 3 hal :

1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan

melakukan intervensi.

Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko

tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap

mereka agar tidak menggunakan NAPZA.

Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat

menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.

2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan

NAPZA.

3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi data biologis, psikologis, social,

dan spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut :
a. Kaji situasi kondisi penggunaan zat

- Kapan zat digunakan

- Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah

- Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara

b. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat

1) Berbagi peralatan suntik

2) Perilaku seks yang tidak nyaman

3) Menyetir sambil mabuk

4) Riwayat over dosis

5) Riwayat serangan (kejang) selama putus zat

c. Kaji pola penggunaan

1) Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan malam)

2) Penggunaan selama seminggu

3) Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)

4) Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan melalui rumah

Bandar)

5) Kehadiran atau bertemu orang-orang tertentu (mantan pacar, teman pakai)

6) Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal ngerusak” atau “Saya udah

nggak tahan lagi nih, saya harus make”)

7) Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)

8) Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur atau stress yang

berkepanjangan)

d. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi bila tidak

menggunakan
2. Pohon Masalah

Resti Menciderai Diri

(CP)

HDR

Gangguan Konsep Diri

Atau

Koping Mal Adaptif

3. Diagnosa yang mungkin timbul :

a. Resiko tinggi menciderai diri sendiri

b. Intoksikasi

c. Harga diri rendah

d. Koping mal adaptif

4. Intervensi

 Strategi Pertemuan 1- klien :

a. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara meningkatkan motivasi

berhenti, dan cara mengontrol keinginan.

b. Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan

c. Membuat jadwal latihan


Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu klien mengatasi

craving / nagih (keinginan untuk menggunakan kembali NAPZA) adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi rasa nagih muncul

b. Ingat diri sendiri, rasa nagih normal muncul saat kita berhenti

c. Ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar, semakin diberi makan semakin

sering muncul

d. Cari seseorang yang dapat mengalihkan dari rasa nagih

e. Coba menyibukkan diri saat rasa nagih dating

f. Tundalah penggunaan sampai beberapa saat

g. Bicaralah pada seseorang yang dapat mendukung

h. Lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman,

i. Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan narkoba

j. Tontonlah video, ke bioskop atau dengar musik yang dapat membuat rileks

k. Dukunglah usaha anda untuk berhenti sekalipun sering berakhir dengan menggunakan lagi

l. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti

m. Bicaralah pada teman-teman tentang bagaimana mereka menikmati hidup atau rilekslah

untuk dapat banyak ide.

Menurut Keliat dkk. (2006). Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga adalah sebagai

berikut:

a. Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya berhenti

menggunakan NAPZA.

b. Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti.

c. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA.


d. Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga antara lain :

a. Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat klien.

b. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan / ketergantungan zat (tanda, gejala,

penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien (pencegahan, pengobatan, dan

rehabilitasi).

c. Diskusikan tentang kondisi klien yang perlu segera dirujuk seperti: intoksikasi berat,

misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan, gangguan penglihatan (persepsi),

kehilangan pengendalian diri, curiga yang berlebihan, melakukan kekerasan sampai

menyerang orang lain. Kondisi lain dari klien yang perlu mendapat perhatian keluarga adalah

gejala putus zat seperti nyeri (Sakau), mual sampai muntah, diare, tidak dapat tidur, gelisah,

tangan gemetar, cemas yang berlebihan, depresi (murung yang berkepanjangan).

d. Diskusikan dan latih keluarga merawat klien NAPZA dengan cara: menganjurkan keluarga

meningkatkan motivasi klien untuk berhenti atau menghindari sikap-sikap yang dapat

mendorong klien untuk memakai NAPZA lagi (misalnya menuduh klien sembarangan atau

terus menerus mencurigai klien memakai lagi); mengajarkan keluarga mengenal ciri-ciri klien

memakai NAPZA lagi (misalnya memaksa minta uang, ketahuan berbohong, ada tanda dan

gejala intoksikasi); ajarkan keluarga untuk membantu klien menghindar atau mengannkan

perhatian dari keinginan untuk memakai NAPZA lagi, anjurkan keluarga memberikan pujian

bila klien dapat berhenti walaupun 1 hari, 1 minggu atau 1 bulan; dan anjurkan keluarga

mengawasi klien minum obat.

 Strategi Pertemuan dengan Pasien dan Keluarga Penyalahgunaan dan Ketergantungan

NAPZA.

a. Pasien
 Sp1-P

1) Membina hubungan saling percaya

2) Mendiskusikan dampak NAPZA

3) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi

4) Mendiskusikan cara mengontrol keinginan

5) Latihan cara meningkatkan motivasi

6) Latihan cara mengontrol keingan

7) Membuat jadwal aktivitas

 Sp 2-P

1) Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah

2) Mendiskusikan cara hidup sehat

3) Latihan cara menyelesaikan masalah

4) Latihan cara hidup sehat

5) Mendiskusikan tentang obat

b. Keluarga

 Sp1-K

1) Mendiskusikan masalah yang dialami

2) Mendiskusikan tentang NAPZA

3) Mendiskusikan tahapan penyembuhan

4) Mendiskusikan cara merawat

5) Mendiskusikan kondisi yang perlu dirujuk

6) latihan cara merawat


 Sp2-K

1) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi

2) Mendiskusikian pengawasan dalam minum obat

(Sumber: Keliat dkk, 2006).

5. Evaluasi

 Evaluasi yang diharapkan dari klien adalah sebagai berikut :

a. Klien mengetahui dampak NAPZA

b. Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan

NAPZA

c. Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan NAPZA kembali

d. Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang adaptif

e. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat

f. Klien mematuhi program pengobatan

 Evaluasi yang diharapkan dari keluarga adalah sebagai berikut :

a. Keluarga mengetahui masalah yang dialami klien

b. Keluarga mengetahui tentang NAPZA

c. Keluarga mengetahui tahapan proses penyembuhan klien

d. Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien

e. Keluarga memberikan motivasi pada kilien untuk sembuh

f. Keluarga mengawasi klien dalam minum obat


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masalah penyalahgunan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lsinnys (NAPZA)

atau istilah yang populer dikena; masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/Obat

berbahaya) merupakan masalah yang sangat kompleks yang memerlukan upaya

penanggulangan serta secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multifispliner,

multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara

berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.

3.2 Saran

1. Tenaga Kesehatan
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan referensi dibidang kesehatan tentang efek

positif dan negatif pengguna Napza. Di dunia kesehatan memang dibutuhkan karena bisa

dibuat untuk anastesi dsb.

2. Masyarakat Umum

Sebagai ilmu agar masyarakat menjauhi dan tidak salah menggunakan tentang

Penyalahgunaan Napza d

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/19575764/Asuhan_KEperawatan_pada_pasien_dengan_ketergan

tungan_obat_obatan_NAPZA (diakses 03Des2021 jam 12.56 2wib)

Anda mungkin juga menyukai